Anda di halaman 1dari 7

2.

7 Penatalaksanaan

2.7.1 Penatalaksanaan Umum


Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat sambil berusaha
mencari penyebab dan penatalaksanaan yang sesuai dengan penyebab.
Penatalaksanaan umum ini meliputi memperbaiki jalan napas dan mempertahankan
ventilasi, menenangkan pasien, menaikkan atau elevasi kepala pasien 30º yang
bermanfaat untuk memperbaiki drainase vena, perfusi serebral dan menurunkan
tekanan intrakranial, atasi syok, mengontrol tekanan rerata arterial, pengaturan cairan
dan elektroklit, monitor tanda-tanda vital, monitor tekanan tinggi intrakranial, dan
melakukan pemeriksaan pencitraan menggunakan Computerized Tomography untuk
mendapatkan gambaran lesi dan pilihan pengobatan (Affandi & Reggy, 2016).
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)
(2011) penatalaksanaan umum lainnya yang dilakukan pada pasien stroke yaitu
meliputi pemeriksaan fisik umum, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh,
dan melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu
berupa pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan jantung, dan neurologi.
Pengendalian kejang pada pasien stroke dilakukan dengan memberikan diazepam dan
antikonvulsan profilaksi pada stroke perdarahan intraserebral, dan untuk
pengendalian suhu dilakukan pada pasien stroke yang disertai dengan demam.
Pemeriksaan penunjang untuk pasien stroke yaitu terdiri dari elektrokardiogram,
laboratorium (kimia darah, kadar gula darah, analisis urin, gas darah, dan lain-lain),
dan pemeriksaan radiologi seperti foto rontgen dada dan CT Scan.
2.7.2 Penatalaksanaan Stroke Iskemik Akut
1. Terapi non farmakologi
a. Pembedahan (Surgical Intervention)
Pembedahan yang dilakukan meliputi carotid endarcerectomy, dan
pembedahan lain. Tujuan terapi pembedahan adalah mencegah
kekambuhan TIA dengan menghilangkan sumber oklusi.
Carotidendarterectomy diindikasikan untuk pasien dengan stenois lebih
dari 70%.
b. Intervensi Endovaskuler
Intervensi Endovaskuler terdiri dari : angioplasty and stenting, mechanical
clot distruption dan clot extraction. Tujuan dari intervensi endovaskuler
adalah menghilangkan trombus dari arteri intrakarnial.
2. Terapi Farmakologi
Pendekatan terapi pada stroke akut adalah menghilangkan sumbatan pada
aliran darah dengan menggunakan obat. Terapi yang dilakukan antara lain:
a. Terapi Suportif dan Terapi Komplikasi Akut
1) Pernafasan, Ventilatory support dan suplementasi oksigen
2) Pemantauan temperatur
3) Terapi dan pemantauan fungsi jantung
4) Pemantauan tekanan darah arteri (hipertensi atau hipotensi).
5) Pemantauan kadar gula darah (hipoglikemia atau hiperglikemia).
b. Terapi Trombolitik
1) Trombolitik Intravena
Terapi trombolitik intravena terdiri dari pemberian Recombinant
Tissue Plasminogen Activator (rtPA), pemberian agen trombolitik
lain dan enzim defibrogenating. Pemberian rtPA dapat meningkatkan
perbaikan outcame dalam 3 bulan setelah serangan stroke apabila
diberikan pada golden period yaitu dalam onset 3 jam. rtPA memiliki
mekanisme aksi mengaktifkan plasmin sehingga melisiskan
tromboemboli. Penggunaan rtPA harus dilakukan dengan hati-hati
karena dapat menimbulkan resiko perdarahan. Agen trombolitik yang
lain seperti streptokinase, tenecteplase, reteplase, urokinase,
anistreplase dan staphylokinase masih prlu dikaji secara luas
(Ikawati, 2014).
2) Trombolitik Intraarteri
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan outcame terapi stroke
dengan perbaikan kanal middle cerebral artery (MCA). Contoh agen
trombolitik intrarteri adalah prourokinase (Ikawati, 2014).
c. Terapi Antiplatelet
Terapi antiplatelet bertujuan untuk meningkatkan kecepatan rekanalisasi
spontan dan perbaikan mikrovaskuler. Agen antiplatelet ada oral dan
intravena. Contoh agen atiplatelet oral yaitu aspirin, clopidogrel,
dipiridamol-aspirin (ASA), tiklopidin. Agen antiplatelet intravena adalah
platelet glikopotein IIb/IIIa, abvicimab intravena (Ikawati, 2014)
d. Terapi Antikoagulan
Terapi antikoagulan bertujuan mencegah kekambuhan stroke secara dini
dan meningkatkan outcame secara neurologis. Contoh agen atikoagulan
adalah heparin, unfractionated heparin, lowmolecular-weight heparins
(LMWH), heparinoids warfarin (Ikawati, 2014)
2.7.3 Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
1. Terapi Non Farmakologi
Pembedahan (Surgical Intervention), contoh pembedahan nya adalah carotid
endarcerectomy dan carotid stenting. Pembedahan hanya efektif bila lokasi
perdarahan dekat dengan permukaan otak.
2. Terapi farmakologi
a. Terapi suportif dengan infus manitol bertujuan untuk mengurangi edema
disekitar perdarahan
b. Pemberian Vit K dan fresh frozen plasma jika perdarahannya karena
komplikasi pemberian warfarin.
c. Pemberian protamin jika perdarahannya akibat pemberian heparin.
d. Pemberian asam traneksamat jika perdarahnnya akibat komplikasi
pemberian trombolitik (Ikawati, 2014)
2.7.4 Tindakan Keperawatan
Perawat merupakan salah satu dari tim multidisipliner yang mempunyai peran
penting dalam tindakan pengobatan pasien stroke ketika dalam masa perawatan pasca
stroke. Tujuan dari perawatan pasca stroke sendiri yaitu untuk meningkatkan
kemampuan fungsional pasien yang dapat membantu pasien menjadi mandiri secepat
mungkin, untuk mencegah terjadinya komplikasi, untuk mencegah terjadinya stroke
berulang, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan pasca stroke berfokus
kepada kebutuhan holistik dari pasien dan keluarga yang meliputi perawatan fisik,
psikologi, emosional, kognitif, spritual, dan sosial. Perawat berperan memberikan
pelayanan keperawatan pasca stroke seperti mengkaji kebutuhan pasien dan keluarga
untuk discharge planning; menyediakan informasi dan latihan untuk keluarga terkait
perawatan pasien di rumah seperti manajemen dysphagia, manajemen nutrisi,
manajemen latihan dan gerak, dan manajemen pengendalian diri; kemudian perawat
juga memfasilitasi pasien dan keluarga untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi;
dan memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga (Firmawati, 2015).

2.8 Diet Penyakit Stroke


Berdasarkan tahapannya diet stroke dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1. Fase akut (24-48 jam)
Fase akut adalah keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun.
Pada fase ini diberikan makanan parenteral (Nothing Per Oral/ NPO) dan
dilanjukan dengan makan enteral (Naso Gastric Tube/ NGT). Pemberian
makanan parenteral total perlu dimonitor dengan baik. Kelebihan cariran
dapan menimbulkan edema serebral. Kebutuhan energi pada NPO total
adalah AMB x 1 x 1,2 ; protein 1,5 g/kg BB ; lemak maksimal 2,5 g/kg
BB; dekstrosa maksimal 7 g/kg BB.
2. Fase pemulihan
Fase pemulihan adalah fase dimana pasien suda sadar dan tidak
mengalami ganguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan per
oral secara bertahap dalam bentuk makan cair, makan saring, makan
lunak, dan makan biasa. Bila ada disfagia, makan diberikan secara
bertahap sebagai gabungan makanan NP, per oral, dan NGT sebagai
berikut:
a. NPO
b. ¼ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ¾ bagian melalui NGT
c. ½ bagian per oral (bentuk semi padat) dam ½ bagian melalui NGT
d. Diet per oral (bentuk padat dan semi cair) dan cair melalui NGT.
e. Diet lengkap per oral

Sesuai dengan fase penyakit, diberikan diet stroke I atau II:


1. Diet srtoke I
Diet stroke I diberikan pada pasein dalam fase akut atau bila ada gangguan
fungsi menelan. Makan diberikan dalam bentuk cair kental atau kombinasi
cair jernih dan cair kental yang diberikan secara oral atau NGT sesuai dengan
keaadan penyakit. Makanan diberikan dalam porsi kecil tipa 2-3 jam. Lama
pemberian makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
2. Diet stroke II
Diet stroke II diberikan sebgian makanan perpindahan dari diet stroke I/ pada
pasien fase pemuliahan. Bentuk makanan merupakan kombinasi cair jernih
dan cair kental, sring lunak, dan biasa. Untuk pemberian diet pada pasien
stroke disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Diet stroke II dibagi dalam
tiga tahap yaitu:
a. diet stroke IIA : makan cair + bubur saring 1700kkal
b. diet stroke IIB : lunak 1900 kkal
c. diet stroke IIC : biasa 2100kkal

Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi pasien stroke, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Beras, kentang, ubi,singkong, Produk olahan yang dibuat
terigu, hunkwe, tapioka, sagu, dengan garam dapur, soda/
hula, madu, serta produk baking powder, kue-kue
olahan yang dibuat tanpa yang terlalu manis dan
garam dapur, soda/ baking gurih.
powder, seperti makaroni,
mie, bihun, roti biskuit, dan
kue kering.
Sumber Protein Daging sapi dan daging ayam Daging sapi dan ayam
Hewani tak berlemak, ikan, telur berlemak, jerohan, otak,
ayam, susu skim dan susu hati, ikan banyak duri, susu
penuh dalam jumlah terbatas. penuh, keju, es krim, dan
produk olahan protein
hewani yang diawet seperti
daging asap, ham, bacon,
dendeng, dan kornet.
Sumber Protein Semua kacang-kacangan dan Pindakas dan semua produk
Nabati produk olahan yang dibuat olahan kacangkacangan
dengan garam dapur, dalam yang diawet dengan garam
jumlah terbatas. natrium
Sayuran Sayuran berserat sedang Sayuran yang menimbulkan
dimasak, seperti bayam, gas, seperti sawi, kol,
kangkung, kacang panjang, kembang kol,dan lobak;
labu siam, tomat, touge, dan sayuran berserat tinggi
wortel. seperti daun singkong, daun
katuk, daun melinjo, dan
pare; sayuran mentah.
Buah-buahan Buah segar, dibuat jus atau Buah yang menimbulkan
setup, seperti pisang, pepaya, gas, seperti nangka dan
jeruk, mangga, nenas, dan durian; buah yang diawet
jambu biji (tanpa bahan dengan natrium, seperti
pengawet). buah kaleng dan asinan.
Sumber lemak Minyak jagung, dan minyak Minyak kelapa dan minyak
kedelai; margarin dan kelapa sawit; maragarin dan
mentega tanpa garam yang mentega biasa; santan
digunakan untuk menumis kental, krim, dan produk
atau setup; santan encer. gorengan.
Minuman Teh, kopi, coklat dalam Teh, kopi, coklat dalam
jumlah terbatas, dan encer jumlah terbatas, dan kental
susu skim dan sirup. minuman bersoda dan
alkohol.
Bumbu-bumbu Bumbu yang tidak tajam, Bumbu yang tajam, seperti
seperti garam (terbatas), gula, cabe, merica, dan cuka;
bawang merah, bawang putih, yang mengandung bahan
jahe, laos, asem, kayu manis, pengawet garam natrium,
dan pala seperti kecap, maggi, terasi,
petis, vetsin, soda, dan
baking powder.
Sumber : Sunita Almatsier, 2004

Daftar Pustaka
Affandi, I.G. & Reggy, P. (2016). Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial pada
Stroke. CDK-238. Vol. 43, No. 3 (Hlm. 180-184).
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Firmawati, E. (2015). Abstract Post Stroke Nursing Care [Abstrak]. One Day
Seminar: Stroke, 119-120.
Ikawati, Z., 2014, Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Yogyakarta: Bursa
Ilmu.
PERDOSSI. (2011). Guideline Stroke Tahun 2011. Jakarta: PERDOSSI

Anda mungkin juga menyukai