OLEH :
YUDYSTIRA TAHIR
NS2104018
(……………………….) (……….…………………..)
OLEH :
YUDYSTIRA TAHIR
NS2104018
(……………………….) (……….…………………..)
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Skull defect di antara lain:
1) Fraktur cranium
2) Tumor
3) Penipisan tulang
Tindakan operasi
trepanasi / craniotomy
Skull Defect
Kerusakan kontinuitas
Resiko jaringan, tulang, kulit, optot,
Pendarahan dan lasserasi pembuluh
darah
Defisit
Trauma jaringan post Iskemia Pertahanan
Pengetahuan
pembedahan tubuh adekuat
Hipoksia
Efek anastesi Resiko infeksi
hilang
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Resiko Sakit pada bekas
Cedera gesekan
Nyeri Akut
5. Manifestasi klinis
Gejala yang nampak pada pasien Skull defect dapat berupa:
1) Bentuk kepala asimetris
2) Pada bagian yang tidak tertutup tulang teraba lunak
3) Pada bagian yang tidak tertutup tulang dapat dilihat adanya
denyutan atau fontanella.
Sedangkan manivestasi klinis dari cedera kepala tergantung
dari berat ringannya cedera kepala yaitu berupa:
a) Perubahan kesadaran adalah merupakan indikator yang paling
sensitif yang dapat dilihat dengan penggunaan GCS (Glasgow
Coma Scale). Pada cedera kepala berat nilai CGS nya 3-8.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Foto polos kepala
Indikasi foto polos kepala tidak semua penderita dengan
cedera kepala diindikasikan untuk pemeriksaan kepala karena
masalah biaya dan kegunaan yang sekarang makin ditinggalkan.
Jadi indikasi meliputi jelas lebih dari 5 cm, luka tembus
(tembak/tajam), adanya corpus alienum, deformitas kepala (dari
inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang menetap, gejala vokal
neurologis, gangguan kesadaran. Sebagai indikasi foto polos
kepala meliputi jangan mendiagnosa foto kepala normal jika foto
tersebut tidak memenuhi syarat, pada kecurigaan adanya fraktur
depresi maka dilakukan foto Polres posisi AP/Lateral dan oblique.
2) CT-SCAN (dengan atau tanpa kontras).
Indikasi CT Scan adalah:
a) Nyeri kepala menetap atau muntah-muntah yang tidak
menghilang setelah pemberian obat-obatan analgesia/anti
muntah.
b) Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna
terdapat Lesi intrakranial di bandingkan dengan kejang
general.
c) Penurunan GCS lebih 1 poin di mana faktor-faktor
ekstrakranial telah disingkirkan (karena penurunan GCS
dapat terjadi karena misal terjadi shock,febris, dan lain-lain).
d) Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai,
misal fraktur depresi temporal kanan tapi terdapat
hemiparese/plegi kanan.
e) Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.
f) Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang
membaik dari GCS.
g) Bradikardia (denyut nadi kurang 60x/menit).
Fungsi CT-Scan ini adalah untuk mengidentifikasi luasnya
Lesi perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan
otak. Catatan: untuk mengetahui adanya infark /isquemia Jangan
dilakukan pada 24 sampai 72 jam Setelah injuri.
3) MRI
Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif
4) Cerebral Angioraphy
Menunjukkan anomali sirkulasi serebral, seperti: perubahan
jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
5) Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
6) BAER
Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil
7) PET
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
8) CST Lumbal Punksi
Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid
9) Analisis Gas Darah
Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial
7. PENATALAKSANAAN
a. Observasi 24jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih
dahulu
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi
d. Pasien diistirahatkan atau tirah baring
e. Profilaksis diberikan bila ada indikasi
f. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi
g. Pemberian obat obat analgetik
h. Pembedahan bila ada indikasi
Pembedahan yang dilakukan untuk pasien cedera kepala
adalah pelaksanaan operasi atau cranioplasty.
Trepanasi/kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang
kepala yang bertujuan untuk mencapai otak untuk tindakan
pembedahan definitif (seperti adanya SDH(subrudal hematoma)
atau EDH (epidural hematoma) dan kondisi lain pada kepala yang
memerlukan tindakan craniotomy). Cranioplasty orang adalah
memperbaiki kerusakan tulang kepala dengan menggunakan
bahan plastik atau metal plate.
Epidural hematoa (EDH) adalah suatu perdarahan yang
terjadi antara tulang dangdan lapisan durameter; Subdural
Hematoma(SDH) atau perdarahan yang terjadi pada rongga Di
antara lapisan durameter dan dengan arachnoidea. Pelaksanaan
operasi ini diindikasikan pada pasien 1) Penurunan kesadaran tiba-
tiba terutama riwayat cedera kepala akibat berbagai faktor, 2)
adanya tanda herniasi/returalisasi,3) adanya cedera sistematik
yang memerlukan operasi yang berbentuk, di mana Siti scan
kepala tidak bisa dilakukan titik perawatan pasca bedah yang
penting pada pasien post trepanasi adalah memonitor kondisi
umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Bayar
jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen
tulang atau cranioplasty dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu
kemudian.
Terapi profilatik dapat digunakan pada pasien yang
mengalami trauma, kebocoran CSS atau setelah dilakukan
pembedahan untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi
nosokomial terapi konservatif meliputi bedrest total, pemberian
obat-obatan, observasi tanda-tanda vital(GCS dan tingkat
kesadaran).
Prioritas perawatan adalah maksimalkan fungsi/fungsi otak,
mencegah komplikasi, pengaturan fungsi secara
optimal/mengembalikan ke fungsi Normal atau mendukung proses
pemulihan koping klien/keluarga, pemberian informasi tentang
proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan dan rehabilitasi.
Penatalaksanaan adanya Skull defect yaitu dengan
melakukan operasi craniotomy yang kemudian dilakukan
cranioplasty. Cranioplasty adalah memperbaiki kerusakan tulang
kepala dengan menggunakan bahan plastik atau metal plate.
Cranioplasty adalah perbaikan defek kranial dengan menggunakan
plat logam atau plastik. Setelah dilakukan operasi cranioplasty
perawatan selanjutnya adalah dengan pemberian antibiotik selama
3 hingga 5 hari komandan monitor The Rain untuk membantu
pengeluaran darah dan mencegah hematom Angga cairan atau
darah berkurang 2 hingga 3 cc. Intruksi penting selanjutnya adalah
tidak melakukan dan tidak memberikan tekanan pada area yang
telah dioperasi selama tiga sampai empat minggu titik proses
pembentukan dan penyambungan tulang akan terjadi selama 6
hingga 1 tahun(Ramamurti,et al,2007).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a) Nyeri b/d peningkatan TIK
b) Resiko tinggi cedera b/d perubahan fungsi neurologis
c) Perubahan persepsi sensori visual b/d gangguan persepsi,
transmisi
d) Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan saraf
e) Cemas b/d ancaman kematian
Intra Operasi
a) Resiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan
Post Operasi
a) Nyeri b/d agen cedera fisik
b) Resiko cedera b/d trauma intracranial
c) Resiko infeksi b/d luka post opeasi
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawat Keperawatan
an
Pre Operasi
3. Lakukan
strategi sesuai
non-formal
farmakologi
untuk membantu
mengatasi nyeri.
4. Gunakan
strategi yang
dikenal pasien
atau gambarkan
beberapa
strategi dan
biarkan pasien
memilih
5. Libatkan
keluarga dalam
pemilihan
strategi.
6. Ajarkan
pasien untuk
menggunakan
strategi non
farmakologi
sebelum
terjadinya hari
atau sebelum
menjadi lebih
berat.
3. Jaga agar
penghalang
tempat tidur
tetap terpasang
4. Bantu
ambulasi dan
aktivitas hidup
sehari-hari
dengan tepat.
3. Diskusikan
bersama
keluarga
pentingnya
membatasi
lingkungan
2. Berbicara
kepada pasien
dengan suara
yang jelas
3. Menggunakan
kata dan kalimat
yang singkat
4. Instruksikan
pasien dan
keluarga untuk
menggunakan
bantuan
berbicara.
5. Anjurkan
pasien untuk
mengulangi
pembicaraannya
jika belum jelas
6. Beri pujian
positif ketika
pasien bisa
bicara
3. Tawarkan
informasi
4. Bantu
keluarga dalam
menjelaskan
keputusannya
pada anggota
keluarga yang
lain, jika
diperlukan
5. Berikan
dukungan secara
penuh
4. Bantu pasien
mengidentifikasi
situasi yang
menimbulkan
ansietas.
Intra Operasi
3. Beri cairan
yang sesuai
dengan terapi
4. Ganti
peralatan
perawatan
pasien sesuai
dengan protap
Post Operasi
4. Cegah
peningkatan TIK
2. Posisikan
pasien datar dan
miring, bukan
terlentang atau
tinggikan kepala
3. Balikan pasien
dengan hati-hati
4. Hindari posisi
trendelenburg
begitu
4. Ganti
peralatan
perawatan
pasien sesuai
dengan protap.
3. Instruksikan
pasien untuk
melakukan
teknik relaksasi
4. Bantu pasien
mengidentifikasi
situasi yang
menimbulkan
ansietas