TB PARU
9. Penatalaksanaan
a. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
b. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan
dan sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
a. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
b. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
c. Jenis, sifat dan dosis OAT
1) Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita TB patu yang lain.
5) Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk
dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru
yang lain
c) Pola eliminasi
7) Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
a) Sistem integumen
b) Sistem pernapasan
d) Sistem kordiovaskuler
e) Sistem gastrointestinal
f) Sistem muskuloskeletal
g) Sistem neurologis
h) Sistem genetalia
b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
4. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
5. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
1. RENCANA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan
jalan napas kembali normal.
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
2) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama dan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara
napas abnormal).
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
Intervensi (NIC) :
Intervensi :
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3) Anjurkan untuk meningkatkan intake zat besi
4) Anjurkan pasien untuk meningkatan protein dan vitamin C
5) Berikan substansi gula
d. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulent
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
tidak terjadi indeksi terhadap penyebaran
Kriteria Hasil :
Pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan
resiko penyebaran infeksi, melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
1) Intruksikan kepada klien jika bersin atau batuk menggunakan
tissue
2) Jelaskan pentingnya menggunakan alat untuk mengontrol infeksi
seperti masker
3) Monitor suhu sesuai indikasi
4) Anjurkan klien untuk tidak menghentikan terapi
5) Berikan makanan seimbang
6) Kolaborasi pemberian agen anti infeksi
7) Monitor pemeriksaan sputum
e. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi imflamasi
1) Monitor TTV
2) Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
3) Lakukan pengkajian nyeri
4) Ajarkan tehnik nonfarmakologi
5) Kolaborasi dalam pemberian analgesic sesuai indikasi.