NDENGAN
PATUS NORMALDENGANINDIKASI KETUBAN PECAH DINIDIRUANG NIFAS
KENANGARSIA PERMATA SARANA HUSADA
Nurjanah : 211030230240
Sofatunnisa : 211030230250
Sukmawati : 211030230244
TANGERANG 2021
2
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Nifas
Masa nifas atau post partum disebut juga Puerperium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata puer yang berarti bayi dan parous yang berarti melahirkan. Masa
nidas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhit ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, 2010). Masa nifas atau post partum
adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa
nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum
hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka
kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah
pada wanita post partum (Maritalia, 2012). Periode nifas disebut juga trimester ke
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak pasti,
merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
3
2. Tahapan Nifas
Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut Bobak (2012) yaitu:
1) Puerperium Early : Masa kepulihan waktu 0-24 jam post partum, yakni saat
3) Remot Puerperium : Waktu 1-6 minggu post partum yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil (persalinan
mempunyai komplikasi)
Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi (Bobak, 2012), yaitu:
1) Involusi uterus
fundus uterus dan berat uterus pada masa involusi sebagai berikut:
menerus
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan maka akan terjadi konstriksi
tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak
tangan. Luka ini akan cepat mengecil pada akhir minggu ke 2 sebesar 3-4 cm
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam setelah post
bentuk semula.
4) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa dan lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat
a. Rubra (merah)
Lochea muncul pada hari pertama hingga hari ke tiga masa post partum.
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pengeluaran
kekuningan atau kecoklatan, terdiri atas sedikit darah dan lebih banyak
serum.
d. Alba (kuning-putih)
Terjadi pada 10-14 hari, warnanya lebih pucat, putih kekuningan, lebih
yang mati.
5) Siklus menstruasi
Siklus mentruasi pad aibu menyusui dimulai 12-18 minggu post partum.
Menstruasi pada ibu post partum tergantung hormon prolaktin. Apabila ibu
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang
Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena teregang begitu lama,
Setelah persalinan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada interval tertentu
dan menimbulkan nyeri, yang mirip dengan pada masa persalinan namul lebih
rinan.
9) Laktasi
Keadaan payudara pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
Berdasarkan Bobak (2012) banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah
melahirkan. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru
lahir. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu mengalami fase-fase sebagai
berikut:
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian
pada diri sendiri. Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase
ini:
bayinya
7
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa kawatir atas ketidakmampuannya dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang
menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas,
3) Letting go (minggu ke 5 – 8)
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah
bermanfaat bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan
bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.
Suami dan keluarga dapat membantu dalam merawat bayi, mengerjakan urusan
5. Komplikasi
8
1) Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
2) Infeksi
dan berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus
atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
3) Gangguan psikologis
6. Penatalaksanaan
Kelahiran normal :
2) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3) Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
1) Masa Nifas
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
2015).
Jadi postpartum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana kondisi
10
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat dengan tidur telentang selama 8
jam pasca persalinan. Setelah itu, ibu boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk
diperbolehkan duduk. Pada hari ke tiga ibu dianjurkan berjalan-jalan dan pada
(Mochtar,2013).
Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti
wanitanormal.
persalinanmempunyai komplikasi.
c. Perubahan SistemReproduksi
1) Uterus
Uteri).
3) PerubahanPerineum
4) PerubahanServiks
5) Perubahan padaPayudara
vaskular sementara, air susu saat diproduksi diispan di alveoli dan harus
6) Perubahan Abdomen
insisi. Selain luka insisi terdapat perubahan pada pola pencernaan ibu
post nifas yang biasanya membutuhkan waktu sekitar 103 hari agar
prosespersalinan.
Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengaan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.
berikut :
(a) LokheaRubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
(b) LokheaSanguinolenta
(c) LokheaSerosa
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari
(d) LokheaAlba
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati, berupa cairan putih.
(e) LokheaPurulenta
(f) Lochiostatis
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan cairan dari
kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian KPD dapat terjadi
14
sebelum atau sesudah masa kehamilan 40 minggu. Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan di bawah 36 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi
penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya
pada pasien yang mengalami KPD bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat
akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2012). Ketuban pecah dini
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu
Berdasarkan waktunya, KPD dapat terjadi pada kehamilan preterm atau kehamilan
kurang bulan terjadi sebelum minggu ke-37 usia kehamilan, sedangkan pada
kehamilan aterm atau kehamilan cukup bulan terjadi setelah minggu ke-37 dari usia
kehamilan. Pada KPD kehamilan preterm dan KPD kehamilan aterm kemudian
dibagi menjadi KPD awal yaitu kurang dari dua belas jam setelah pecah ketuban dan
KPD berkepanjangan yang terjadi dua belas jam atau lebih setelah pecah ketuban.
1) Serviks inkompeten
2) Faktor keturunan
4) Overdistensi uterus
8) Faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan selama hamil
10) Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada
usia muda
12) Paritas
13) Anemia
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti
bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
16
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.
a) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
pakis.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba,
2012).
2) Partus prematur
17
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu :
3) Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena
6. Penatalaksanaan Medis
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban
1) Konservatif
a. Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss
e. jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan
paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin
2. Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat
a. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
b. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak
7. Pathways
Tindakan Caesarea
Adaptasi Insisi
Post Partum
Resiko Infeksi
Luka
Psikologis Fisiologis
taking hold,
Laktasi Involusi
letting go
letting go 19
Teknik
menyusui,
Perubahan posisi, Pelepasan
Peran perlekatan Desidula
Kontraksi
Uterus
Nyeri
Menyusui Melahirkan
Efektif
Terdapat Lochea
Menyusui
Tidak
Efektif
Kelompok : 9
I Identitas Klien
Status obstetrikus : G2 P1 A0
waktu lahir
pekat
500cc cair
Hemoroid : -
Varises : -
Homan’s sign : -
Ekstremitas atas : -
Ekstremitas bawah :
VI. Pemeriksaan Psikososial
Konsep diri : baik
Peran diri : .baik
Identitas diri : baik
Harga diri : .baik
23
A. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS : Nyeri Melahirkan Proses persalinan
- Pasien mengatakan (Post Partum) ditandai dengan
nyeri dibagian (D. 0079) mengeluh nyeri
perineum
- Pasien mengatakan
sakit saat bergerak
atau beraktivitas
DO :
- Skala PQRST
- P : Proses
24
persalinan
- Q : nyeri sangat
kuat
- R : Nyeri dibagian
perinium
- S : Skala 8
- T : nyeri dirasakan
saat setelah post
Partum, saat
beraktivitas atau
bergerak
- Pasien tampak
kesakitan
- Pasien tampak
meringis
DO :
- Bayi pasien tampak
rewel
- Bayi pasien tampak
menangis
- Puting payudara
pasien tampak
tidak menonjol
atau masuk
kedalam
- ASI pasien hanya
sedikit
- Ibu tampak
kesusahan saat
menyusui karena
bayi rewel
3. DS : Ketidaknyaman Trauma
Pasca Partum
- Klien
(D.0075) Perineum
mengatakanperih
Selama
dan tidak nyaman
ketika plasenta
Persalinan Dan
keluar hingga saat
ini
Kelahiran
DO :
- Klien
tampakmeringis
kesakitan
TTV
TD : 130/90
mmHg
N : 85 x/mnt
S : 36,50C
RR: 24 x/mnt
- Plasenta dilahirkan
secara spontan
lengkap
26
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Melahirkan berhubungan dengan proses persalinan ditandai dengan mengeluh
masuk kedalam) ditandai dengan bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu ( D.
0029)
Persalinan dan Kelahiran dd mengeluh tidak nyaman, terdapat luka laserasi grade 2
(D.0075)
sebagai orang tua ditandai dengan klien belum paham bagaimana peran sebagai
ditandai dengan klien cemas dengan kondisi bayinya karena ketuban yang sudah
pecah (D.0080)
dengan klien tidak mengetahui penyabab dan akibat KPD (D. 0111)
(I.08238)
(I.12393)
3. 13/1 Ketidaknyam Setelah dilakukan Perawatan perineum
2/20 anan Pasca tindakan (I.07226)
21 keperawatan Observasi
Partum
selama 3x24 jam Inspeksi insisi atau robekan
berhubungan diharapkan Status perineum (mis. Episiotomi)
dengan Pasca Partum
Meningkat Terapeutik
Trauma
dengan kriteria Fasilitasi dalam
Perinium hasil : membersihkan perineum
Selama Pemulihan Pertahankan perineum tetap
perineum kering
Persalinan
meningkat (5) Berikan posisi nyaman
dan Pemulihan insisi Berikan kompres es, jika
Kelahiran dd meningkat (5) perlu
mengeluh Intake makanan Bersihkan area perineum
dan cairan secara terartur
tidak meningkat (5) Berikan pembalut yang
nyaman, Aktivitas fisik menyerap cairan
D.0075) meningkat (5)
Kenyamanan Edukasi
meningkat (5) Ajarkan pasien dan keluarga
Infeksi menurun mengobservasi tanda
(5) abnormal pada perineum
Nyeri insisi (mis. Infeksi, kemerahan,
menurun (5) pengeluaran cairan yang
Perdarahan abnormal)
vagina menurun
(5) Kolaborasi
Tekanan darah Kolaborasi pemberian
membaik (5) analgesik, jika perlu
32
Frekuensi nadi
membaik (5)
Suhu tubuh
membaik (5)
(L.07062)
4. 13/1 Risiko Setelah dilakukan Observasi: Untuk mengetahui kegiatan
2/21 gangguan tindakan Memonitor kegiatan menyusui
perlekatan keperawatan menyusui Agar mengetahui kemampuan
berhubung
selama 3x24 jam Mengidentifikasi bayi untuk mengisap ASI
sn dengan
kekhawati diharapkan kemampuan bayi Agar mengetahui perlekatan
ran perlekatan menghisap dan saat menyusui
menjalank meningkat dengan menelan ASI Agar tidak tersendak
an peran kriteria hasil: Memonitor perlekatan Agar ibu mengetahui masalah
sebagai Verbalisasi saat menyusui saat menyusui
orang tua perasaan positif Terapeutik: Agr mengetahui cara posisi
ditandai
terhadap bayi Menghindari tubuh bayi saaat menyusu
dengan
klien meningkat(5) memegang kepala bayi Agar bayi puasa saat menyusui
belum Mencium bayi Mendiskusikan dengan Agar mengetahui saat bayi siap
paham meningkat (5) ibu masalah selama menyusu
bagaimana Melakukan proses menyusui
peran kontak mata Edukasi:
sebagai dengan bayi
orang tua Mengajarkan ibu
meningakat(5) menopang seluruh
dan
merewat Berbicara kepada tubuh bayi
sepenuhny bayi meningkat(5)
Menganjurkan ibu
a (D. Kekhawatiran
untuk menyusui
0127) menjalankan
menunggu mulut bayi
peran orang tua
terbuka lebar sehingga
meningkat (1)
areola bagian bawah
Kekhawatiran
dapat masuk sempurna
akibat
Mengajarkan ibu
hospitalisasi
mengenali tanda bayi
meningkat(1)
siap menyusu
5. 13/1 Ansietas Setelah dilakukan Observasi: Untuk mengetahui berubahan
2/21 berhubung tindakan Mengidentifikasi saat tingkat ansietas
an dengan keperawatan tingkat ansietas berubah Agar mengetahui pasien untuk
ancaman selama 3x24 jam Mengidentifikasi mengambil keputusan
terhadap diharapkan kemampuan mengambil Untuk mengetahui tanda-tanda
33
1. 09314
6 13/1 Deficit Setelah dilakukan Observasi: Agar mengetahui kesiapan
2/21 pengetahu tindakan • Mengidentifikasi klien untuk menerima
an keperawatan kesiapan dan kemampuan informasi
berhubung selama 3x24 jam menerima informasi
an dengan diharapkan status Terapeutik: Agar klien mudah untu
kurang pasca partum • Menyediakan materi menerima informasi
terpapar membaik dengan dan pendidikan Agar klien mengetahui apa
informasi kriteria hasil: kesehatan yang dia belum tahu
ditandai Sirkulasi • Memberikan Agar mengetahui faktor resiko
dengan perifer kesempatan untuk
kesehatan
klien tidak meningkat bertanya
mengetahu Edukasi: Agar ada peningkatan dalam
Pemulihan
i penyabab perineum • Menjelaskan factor resiko menerima informasi
dan akibat meningkat yang mempengaruh
KPD (D. Pemulihan kesehatan
34
L.12111
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/jam Diagnosa Implementasi SOAP
13/12/2 Nyeri Melahirkan Observasi S:
021 berhubungan dengan 1) Mengidentifikasi lokasi - Pasien mengatakan nyeri dibagian
proses persalinan dibagian perineum perineum
ditandai dengan 2) Mengidentifikasi skala - Pasien mengatakan sakit saat bergerak
mengeluh nyeri perut nyeri 6 atau beraktivitas
bagian bawah 3) Mengidentifikasi faktor O :
35
Edukasi
8) Menjelelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
9) Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
36
Kolaborasi
10) Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
(asam mefenamat 3x1
per 8 jam)
(I.08238)
Kolaorasi - S : Skala 3
menyusui
2. Melibatkan sistem pendukung:
suami, keluarga, tenaga
kesehatan
Edukasi
1) Mengajarkan 4 (empat)
posisi menyusui dan
perlekatan Ajarkan
perawatan payudara
antepartum dengan
mengkompres dengan kapas
yang telah diberikan
minyak kelapa
2) Mengajarkan perawatan
payudara postpartum (pijat
payudara, pijat oksitosin)
perawatan rewel
payudara - Bayi pasien tampak sudah
antepartum dengan
tidak menangis
mengkompres
dengan kapas yang - Puting payudara pasien tampak
telah diberikan tidak menonjol atau masuk
minyak kelapa
kedalam
2) Mengajarkan
perawatan - ASI pasien sudah lumayan
payudara banyak
postpartum (pijat
- Ibu tampak masih kesusahan
payudara, pijat
oksitosin) saat menyusui karena bayi
rewel
Edukasi
3) Mengajarkan 4 (empat)
posisi menyusui dan
perlekatan Ajarkan
perawatan payudara
antepartum dengan
mengkompres dengan kapas
yang telah diberikan
minyak kelapa
4) Mengajarkan perawatan
payudara postpartum (pijat
40
N : 87 x/menit
Edukasi
Mengajarkan pasien dan Rr : 20 x/menit
keluarga mengobservasi
S : 36,6 0C
tanda abnormal pada
perineum (Infeksi, Skala Nyeri :
kemerahan)
P: Nyeri saat bergerak
T: Hilang timbul
42
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dihentikan
A: Defisit pengetahuan
teratasi
P: Intervensi dihentikan
46
DAFTAR PUSTAKA
Indrianing, N. E. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Sectio Caesarea dengan
Fokus Studi Hambatan Mobilitas melalui Mobilisasi Dini.