Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

NDENGAN
PATUS NORMALDENGANINDIKASI KETUBAN PECAH DINIDIRUANG NIFAS
KENANGARSIA PERMATA SARANA HUSADA

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktik


klinik Ners pada stase maternitas
OLEH:
Ahmad Fahrizal : 211030230271

Alda Resma Elvaryani Limatahu : 211030230133

Evi Nurnaini : 211030230270

Hopipah Oktavia : 211030230156

Lia Yulyanah : 211030230251

Neneng Soleha : 211030230168

Nurjanah : 211030230240

Sofatunnisa : 211030230250

Sukmawati : 211030230244

Usep Haryadi : 211030230249

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA

TANGERANG 2021
2

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas atau post partum disebut juga Puerperium yang berasal dari bahasa latin

yaitu dari kata puer yang berarti bayi dan parous yang berarti melahirkan. Masa

nidas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhit ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, 2010). Masa nifas atau post partum

adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa

nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum

hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka

kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah

penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian

pada wanita post partum (Maritalia, 2012). Periode nifas disebut juga trimester ke

empat kehamilan (Bobak, 2012).

Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak pasti,

sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun

merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas

ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat

menyebabkan komplikasi yang serius (Cunnningham Gary, 2012).

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali

pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
3

baru (Mitayani, 2011).

2. Tahapan Nifas

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut Bobak (2012) yaitu:

1) Puerperium Early : Masa kepulihan waktu 0-24 jam post partum, yakni saat

ibu diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan.

2) Puerperium Intermedial : waktu 1-7 hari, masa kepulihan menyeluruh dari

organ-organ genetal kira-kira 6-8 minggu.

3) Remot Puerperium : Waktu 1-6 minggu post partum yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil (persalinan

mempunyai komplikasi)

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi (Bobak, 2012), yaitu:

1) Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya

uterus ke keadaan sebelum hamil. Berdasarkan Suherni dkk (2009) tinggi

fundus uterus dan berat uterus pada masa involusi sebagai berikut:

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

Berdasarkan dewi (2013) proses involusi uterus adalah sebagai berikut:


4

a. Iskemia miometrium disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus

menerus

b. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterus

c. Efek oksitosin yang menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

berkurangnya suplai darah ke uterus.

2) Involusi tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan maka akan terjadi konstriksi

vaskuler dan thrombosis. Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan

tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak

tangan. Luka ini akan cepat mengecil pada akhir minggu ke 2 sebesar 3-4 cm

dan pada akhir masa nifas 1-2 cm.

3) Serviks (mulut rahim)

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam setelah post

partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi padat dan kembali ke

bentuk semula.

4) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi

basa dan lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat

dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Komposisi lochea adalah

jaringan endometrial, darah dan lifme. Lochea mengalami perubahan karena

proses involusi, tahap lochea yaitu:


5

a. Rubra (merah)

Lochea muncul pada hari pertama hingga hari ke tiga masa post partum.

Warnanya merah dan mengandung darah dari luka pada plasenta.

b. Sanguinolenta (merah kuning)

Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pengeluaran

pada hari ketiga sampai kelima post partum.

c. Serosa (pink kecoklatan)

Lochea ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan. Warnanya

kekuningan atau kecoklatan, terdiri atas sedikit darah dan lebih banyak

serum.

d. Alba (kuning-putih)

Terjadi pada 10-14 hari, warnanya lebih pucat, putih kekuningan, lebih

banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan

yang mati.

5) Siklus menstruasi

Siklus mentruasi pad aibu menyusui dimulai 12-18 minggu post partum.

Menstruasi pada ibu post partum tergantung hormon prolaktin. Apabila ibu

tidak menyusui mentruasi mulai pada minggu 5-8 minggu.

6) Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam keadaan hamil mempunyai pembuluh-pembuluh darah yang besar,

tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang

banyak, maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.

7) Dinding perut dan peritonium


6

Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena teregang begitu lama,

tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.

8) Nyeri setelah persalinan

Setelah persalinan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada interval tertentu

dan menimbulkan nyeri, yang mirip dengan pada masa persalinan namul lebih

rinan.

9) Laktasi

Keadaan payudara pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam

masa kehamilan yang belum mengandung susu melainkan colostrum.

Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.

4. Adaptasi Psikologis Ibu

Berdasarkan Bobak (2012) banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah

melahirkan. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.

Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru

lahir. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu mengalami fase-fase sebagai

berikut:

1) Fase Taking in (0 – 2 hari)

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian

pada diri sendiri. Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase

ini:

a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang

bayinya
7

b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik, misalnya rasa mulas

dan payudara bengkak

c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya

dan cenderung melihat saja tanpa membantu.

2) Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)

Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu merasa kawatir atas ketidakmampuannya dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Tugas

sebagai tenaga kesehatan adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara

menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas,

memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu.

3) Letting go (minggu ke 5 – 8)

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah

meningkat. Pendidikan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan

bermanfaat bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan

bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.

Suami dan keluarga dapat membantu dalam merawat bayi, mengerjakan urusan

rumah tangga sehingga tidak terlalu terbebani.

5. Komplikasi
8

1) Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24

jam pertama setelah kelahiran bayi)

2) Infeksi

a. Endometritis (radang edometrium)

b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)

c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)

d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras

dan berbenjol-benjol)

e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,

membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan

bisa terjadi abses)

f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose

superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan

dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)

g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3

°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus

atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)

3) Gangguan psikologis

a. Depresi post partum

b. Post partum Blues

c. Post partum Psikosa


9

4) Gangguan involusi uterus

6. Penatalaksanaan

Kelahiran normal :

1) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)

2) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan

kiri

3) Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan

perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,

pemberian informasi tentang senam nifas.

4) Hari ke- 2 : mulai latihan duduk

5) Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.

1) Masa Nifas

Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta

selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti

sebelum hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani &Purwoastuti,

2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

lama masa nifa yaitu 6-8 minggu (Amru,2012)

Jadi postpartum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana kondisi
10

pemulihan sesudah persalinan selesai hingga kembali ke kondisi sebelum

hamil yang terjadi kurang lebih 6-8minggu.

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat dengan tidur telentang selama 8

jam pasca persalinan. Setelah itu, ibu boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk

mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, hari kedua ibu

diperbolehkan duduk. Pada hari ke tiga ibu dianjurkan berjalan-jalan dan pada

hari keempat atau hari kelima diperbolehkan pulang. Makanan yang

dikonsumsi sebaiknya mengandung protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan

(Mochtar,2013).

a. Periode Masa Nifas

Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti

(2015) menjadi 3, yaitu

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah

diperbolehkanberdiri atau berjalan, serta beraktivitas layaknya

wanitanormal.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya sekitar 6-8minggu.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dansehat sempurna, terutaa bila selama hamil atau waktu

persalinanmempunyai komplikasi.

b. Perubahan Fisiologis pada IbuNifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan

kondisi postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan


11

menurut (Wulandari, 2017) setelah melahirkan antara lain :

c. Perubahan SistemReproduksi

1) Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus

Uteri).

2) Perubahan Vulva danVagina

Vulva dan vagina mengalami pebekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama

setelah partus keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3

minggu secara perlahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

3) PerubahanPerineum

Perineum akan menjadi kendur karena sebeumnya teregang oleh

tekanan kepala bayi dan tapak terdapat robekan jika dilakukan

episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.

4) PerubahanServiks

Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium

eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tenagh, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.

5) Perubahan padaPayudara

Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan


12

vaskular sementara, air susu saat diproduksi diispan di alveoli dan harus

dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk

pengadaan dan keberlangsungan laktasi.

6) Perubahan Abdomen

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi Sectio Caesarea

biasanya terdapat luka post Sectio Caesarea dengan berbagai bentuk

insisi. Selain luka insisi terdapat perubahan pada pola pencernaan ibu

post nifas yang biasanya membutuhkan waktu sekitar 103 hari agar

fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapat kembali normal.

Dibandingkan ibu yang melahirkan secara spontan lebih cepat lapar

karena telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada

prosespersalinan.

7) Perubahan Pada Genetalia

Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau

amis atau anyir dengaan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.

Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Pengeluaran lokhea dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai

berikut :

(a) LokheaRubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo


13

(rambut bayi), danmekonium.

(b) LokheaSanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.

(c) LokheaSerosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung

serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari

ke-7 sampai harike 14

(d) LokheaAlba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati, berupa cairan putih.

Lokhea alba dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.

(e) LokheaPurulenta

Lokhea ini disebabkan karena terjadinya infeksi, cairan yang keluar

seperti nanah yang berbau busuk.

(f) Lochiostatis

Pengeluaran lokhea yang tidak lancar.

B. Konsep Dasar KPD (Ketuban Pecah Dini)

1. Pengertian Ketuban pecah dini (KPD)

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan cairan dari

kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian KPD dapat terjadi
14

sebelum atau sesudah masa kehamilan 40 minggu. Ketuban pecah dini adalah

pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum

terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37

minggu, sedangkan di bawah 36 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi

sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah

penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya

infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan

mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Penatalaksanaan sectio cesaria

pada pasien yang mengalami KPD bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor

pelvik kurang dari 5.

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat

akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2012). Ketuban pecah dini

adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan

ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada

kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu

banyak (Manuaba, 2012).

Berdasarkan waktunya, KPD dapat terjadi pada kehamilan preterm atau kehamilan

kurang bulan terjadi sebelum minggu ke-37 usia kehamilan, sedangkan pada

kehamilan aterm atau kehamilan cukup bulan terjadi setelah minggu ke-37 dari usia

kehamilan. Pada KPD kehamilan preterm dan KPD kehamilan aterm kemudian

dibagi menjadi KPD awal yaitu kurang dari dua belas jam setelah pecah ketuban dan

KPD berkepanjangan yang terjadi dua belas jam atau lebih setelah pecah ketuban.

2. Penyebab KPD (Ketuban Pecah Dini)


15

Penyebab KPD menurut Manuaba (2012)meliputi antara lain:

1) Serviks inkompeten

2) Faktor keturunan

3) Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia)

4) Overdistensi uterus

5) Malposisi atau malpresentase janin

6) Faktor yang menyebabkan kerusakan serviks

7) Riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih

8) Faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan selama hamil

9) Merokok selama kehamilan

10) Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada

usia muda

11) Riwayat hubungan seksual baru-baru ini

12) Paritas

13) Anemia

14) Keadaan sosial ekonomi.

3. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan

ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti

bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
16

pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus

diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang

sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk

sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2012).

4. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.

a) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru

menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).

b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan

dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun

pakis.

2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum

uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba,

2012).

5. Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)

Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi:

1) Mudah terjadinya infeksi intra uterin

2) Partus prematur
17

3) Prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2012).

Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu :

1) Peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas

2) Komplikasi selama persalinan dan kelahiran

3) Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena

ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya

penyebab infeksi (Sarwono, 2011).

6. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada

komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban

pecah dini menurut Sarwono (2011), meliputi :

1) Konservatif

a. Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu

maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.

b. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan

ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,

atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss

negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan

janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.

e. jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan

tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.


18

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan

induksi.

g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).

h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan

paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin

tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,

deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

2. Aktif

Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat

pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

a. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan

diakhiri.

b. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak

berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea

c. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

7. Pathways

Tindakan Caesarea

Adaptasi Insisi
Post Partum

Resiko Infeksi
Luka
Psikologis Fisiologis
taking hold,
Laktasi Involusi
letting go
letting go 19

Teknik
menyusui,
Perubahan posisi, Pelepasan
Peran perlekatan Desidula

Kontraksi
Uterus
Nyeri

Menyusui Melahirkan
Efektif
Terdapat Lochea

Menyusui

Tidak

Efektif

Sumber : Nurarif & Hardhi (2015)

FORMAT PENGKAJIAN PADA PASIEN POSTPARTUM (NORMAL/TINDAKAN)

Kelompok : 9

Tanggal pengkajian : 13/12/2021


20

I Identitas Klien

 Nama : Ny.Nadia Devariani


 Umur : 21 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : -
 Suku bangsa : Indonesia
 Pendidikan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Bojongsari perumahan permata mansion JE 1/5
 Diagnosa medis : .G2 P1 A0 Hamil 41 Mgg dengan KPD
II. Identitas Penanggung Jawab

 Nama : Tn.Dandy Dhimas Sugara


 Umur : 23 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Suku bangsa : Indonesia
 Pendidikan : SMA
 Hubungan dengan klien : Suami
 Alamat : Bojongsari perumahan permata mansion JE 1/5
III. Data Umum Kesehatan

Status obstetrikus : G2 P1 A0

No Tipe persalinan BB waktu lahir Keadaan bayi Umur sekarang

waktu lahir

1. Normal 2945 gram Baik 1 hari


21

 Keluhan Utama Saat Pengkajian : mual, larna,pencetus keluar air-air


 Masalah prenatal :-
 Riwayat persalinan sekarang : Normal
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu :-
 Riwayat Kesehatan Keluarga :-
 Riwayat KB : KB pil
 Rencana KB : 7 minggu setelah melahirkan
IV. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit


1. Pemenuhan nutrisi Baik Baik

2. Eliminasi Baik Baik

3. Istirahat dan tidur Baik Baik

4. Ambulansi Baik Baik

5. Kebersihan diri Kurang kurang

V. Pemeriksan Fisik Post Natal

 Keadaan umum : Compos Mentis


 Tanda vital : 120/80 mMhg
 Kepala : normal
 Muka : normal
 Leher : normal
 Dada (jantung, paru, payudara) : normal
 Abdomen
 Diastasis rectus abdominis (ukuran) : 4 cm
22

 Uterus (tinggi, posisi, kontraksi) : 31 cm


 Perineum
 Utuh, episiotomi, rupture : rupture
 REEDA sign : -
 Kebersihan : kurang
Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
 Perdarahan - - - - -
pervagina
 Fluor albus
 Lochea
 Luka
episiotomy
- Merah - -
 Pemasanagn
kateterisasi segar
-

pekat
500cc cair

 Hemoroid : -
 Varises : -
 Homan’s sign : -
 Ekstremitas atas : -
 Ekstremitas bawah :
VI. Pemeriksaan Psikososial
 Konsep diri : baik
 Peran diri : .baik
 Identitas diri : baik
 Harga diri : .baik
23

 Pengetahuan tentang perawatan diri/luka/penyakit : kurang


VII. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


13/12/2021 Swab antigen Negatif

A. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS : Nyeri Melahirkan Proses persalinan
- Pasien mengatakan (Post Partum) ditandai dengan
nyeri dibagian (D. 0079) mengeluh nyeri
perineum
- Pasien mengatakan
sakit saat bergerak
atau beraktivitas
DO :
- Skala PQRST
- P : Proses
24

persalinan
- Q : nyeri sangat
kuat
- R : Nyeri dibagian
perinium
- S : Skala 8
- T : nyeri dirasakan
saat setelah post
Partum, saat
beraktivitas atau
bergerak
- Pasien tampak
kesakitan
- Pasien tampak
meringis

2. DS : Menyusui Tidak Anomali Payudara


- Pasien mengatakan Efektif (puting yang masuk
ASI keluar hanya ( D. 0029) kedalam) ditandai
sedikit dan susah dengan bayi tidak
keluar mampu melekat
- Pasien mengatakan pada payudara ibu
bayi rewel
- Pasien mengatakan
bayi kesusahan
melekatkan pada
payudaranya
- Pasien mengatakan
bayi menangis
walaupun sudah di
kasih ASI
25

DO :
- Bayi pasien tampak
rewel
- Bayi pasien tampak
menangis
- Puting payudara
pasien tampak
tidak menonjol
atau masuk
kedalam
- ASI pasien hanya
sedikit
- Ibu tampak
kesusahan saat
menyusui karena
bayi rewel
3. DS : Ketidaknyaman Trauma
Pasca Partum
- Klien
(D.0075) Perineum
mengatakanperih
Selama
dan tidak nyaman
ketika plasenta
Persalinan Dan
keluar hingga saat
ini
Kelahiran
DO :
- Klien
tampakmeringis
kesakitan
TTV
TD : 130/90
mmHg
N : 85 x/mnt
S : 36,50C
RR: 24 x/mnt
- Plasenta dilahirkan
secara spontan
lengkap
26

- Jumlah darah yang


dikeluarkan 150 cc

4. DS: Risiko gangguan kekhawatiran


perlekatan
 Klien mengatakan (D. 0127) menjalankan
belum paham
peran sebagai
bagaimana peran
sebagai orang tua dan orang tua
merewat sepenuhnya
Do:
 Klien terlihat bingung
5. DS: Ansietas ancaman
(D.0080)
 Klien cemas dengan terhadap
kondisi bayinya
kematian
karena ketuban yang
sudah pecah (ketuban pecah
Do: dini)
 Klien terlihat cemas
ketiak melihat
ketubannya mengalir
terus menerus
6. Ds: Deficit pengetahuan kurang terpapar
(D. 0111)
 Klien tidak informasi
mengetahui penyebab
dan akibat KPD
 Klien tidak
memahami KPD
Do:
 Klien terlihat bingung
27

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Melahirkan berhubungan dengan proses persalinan ditandai dengan mengeluh

nyeri perut bagian perineun (D. 0079)

2. Menyusui Tidak Efektif berhubungan dengan Anomali Payudara (puting yang

masuk kedalam) ditandai dengan bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu ( D.

0029)

3. Ketidaknyamanan Pasca Partum berhubungan dengan Trauma Perinium Selama

Persalinan dan Kelahiran dd mengeluh tidak nyaman, terdapat luka laserasi grade 2

(D.0075)

4. Risiko gangguan perlekatan berhubungsn dengan kekhawatiran menjalankan peran

sebagai orang tua ditandai dengan klien belum paham bagaimana peran sebagai

orang tua dan merewat sepenuhnya (D. 0127)

5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (ketuban pecah dini)

ditandai dengan klien cemas dengan kondisi bayinya karena ketuban yang sudah

pecah (D.0080)

6. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai

dengan klien tidak mengetahui penyabab dan akibat KPD (D. 0111)

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)


Nama pasien : Ny. N Mahasiswa : Kelompok 6
Ruang : Kenanga NIM :

N Tan Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Rasional


o ggal Keperawatan Keperawatan Keperwatan (SIKI)
28

dan (SDKI) (SLKI)


Jam
1. 13/1 Nyeri Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 1) Untuk mengetahui lokasi,
2/20 Melahirkan intervensi 3X24  Observasi karakteristik, durasi,
21 berhubungan jam diharapkan 1) Identifikasi lokasi, frekuensi, kualitas, Intensitas
dengan nyeri melahirkan karakteristik, durasi, nyeri
proses dapat teratasi frekuensi, kualitas, 2) Untuk mengetahui skala
persalinan dengan kriteria Intensitas nyeri nyeri
ditandai hasil : 2) Identifikasi skala 3) Untuk mengetahui respons
dengan 1. Kemampu nyeri nyeri non verbal
mengeluh an 3) Identifikasi respons 4) Untuk mengidentifikasi
nyeri bagian menuntaskan nyeri non verbal faktor yang memperberat dan
perineum aktivitas 4) Identifikasi faktor memperingan nyeri
(D. 0079) eningkat (5) yang memperberat 5) Untuk mengidentifikasi
2. Keluhan dan memperingan pengaruh nyeri pada kualitas
nyeri menurun nyeri hidup
(5) 5) Identifikasi 6) Untuk memonitor efek
3. Gelisah pengaruh nyeri pada samping penggunaan
menurun (5) kualitas hidup analgetik
4. Perineum 6) Monitor efek 7) Untuk memberikan teknik
terasa tertekan samping nonfarmakologis untuk
menurun (5) penggunaan mengurangi rasa nyeri (terapi
5. Uterus analgetik musik, biofeedback, terapi
teraba  Terapeutik pjal, aromaterapi, teknik
membulat 7) Berikan teknik imajinasi terbimbing,
menurun (5) nonfarmakologis hipnosis, kompres
6. Keteganga untuk mengurangi hangat/dingin, terapi
n oto menurun rasa nyeri (terapi bermain)
(5) musik, biofeedback, 8) Untuk Mengontrol
7. Muntah terapi pjal, lingkungan yang
menurun (5) aromaterapi, teknik memperberat rasa nyeri (suhu
8. Mual imajinasi ruangan, pencahayaan,
menurun (5) terbimbing, kebisingan)
hipnosis, kompres 9) Untuk Memfasilitasi istirahat
(L.08066) hangat/dingin, terapi dan tidur Pertimbangkan
bermain) jenis dan sumber nyeri dalam
8) Kontrol lingkungan pemilihan strategi meredakan
yang memperberat nyeri.
rasa nyeri (mis. suhu 10) Untuk mengetahui penyebab,
ruangan, periode, dan pemicu nyeri
29

pencahayaan, 11) Untuk mengetahui strategi


kebisingan) meredakan nyeri
9) Fasilitasi istirahat 12) Untuk memonitor nyeri
dan tidur secara mandiri
10) Pertimbangkan jenis 13) Untuk mengetahui
dan sumber nyeri menggunakan analgetik
dalam pemilihan secara tepat
strategi meredakan 14) Untuk mengajarkan teknik
nyeri. nonfarmakologis agar
 Edukasi mengurangi rasa nyeri
11) Jelaskan penyebab, 15) Untuk mengurangi rasa nyeri
periode, dan pemicu
nyeri
12) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
13) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
14) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
15) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kolaborasi
16) Kolaborasi
pemberian analgetik

(I.08238)

2. 13/2 Menyusui Setalah dilakukan Edukasi Menyusui 1) Untuk identifikasi


0/20 Tidak 3X24jam di kesiapan dan
21 Efektif harapkan  Observasi kemampuan menerima
Informasi identifikasi
berhubung Menyusui tidak 1) Identifikasi
tujuan atau keinginan
an dengan efektif dapat kesiapan dan menyusui
Anomali teratasi, dengan kemampuan 2) Untuk mengetahui
Payudara kriteria hasil : menerima pendidikan kesehatan
(puting 1. Perlekatan Informasi 3) Untuk membuat janji
30

yang bayi pada 2) identifikasi tujuan jadwal


masuk payudara atau keinginan 6) Berikan kesempatan
kedalam) ibu menyusui untuk bertanya
ditandai meningkar 7) untuk meningkatkan
dengan (5)  Terapeutik kepercayaan diri dalam
bayi tidak 2. Kemampua 1) Sediakan materi menyusui
mampu n ibu dan media 8) untuk memberikan
melekat memposisik pendidikan semangat pada ibu agar
pada an bayi kesehatan percaya diri
payudara dengan 2) Jadwalkan 9) Untuk diberikan
ibu ( D. benar pendidikan konseling menyusui
0029) meningkat kesehatan sesuai 10) Untuk menjelaskan
(5) kesepakatan manfaat menyusui bagi
3. Miksi bayi 3) Berikan ibu dan bayi (lacth on)
lebih dari 8 kesempatan untuk dengan benar
kali/24 jam bertanya 11) Untuk mengajarkan 4
memingkat 4) Dukung ibu (empat) posisi menyusui
(5) meningkatkan dan perlekatan Ajarkan
4. Suplai ASI kepercayaan diri perawatan payudara
adekuat dalam menyusui antepartum dengan
meningkat 5) Libatkan sistem mengkompres dengan
(5) pendukung: suami, kapas yang telah
5. Kepercayaa keluarga, tenaga diberikan minyak kelapa
n diri ibu Kesehatan 12) Untuk mengajarkan
meningkat perawatan payudara
(5)  Edukasi postpartum (mis,
6. Hisapan 1) Berikan konseling memerah ASI, pijat
bayi menyusui payudara, pijat oksitosin)
meningkat 2) Jelaskan manfaat
(5) menyusui bagi ibu
7. Kelelahan dan bayi (lacth on)
maternal dengan benar
menurun 3) Ajarkan 4 (empat)
(5) posisi menyusui
8. Bayi rewel dan perlekatan
menurun Ajarkan perawatan
(5) payudara
9. Bayi antepartum dengan
menangis mengkompres
setelah dengan kapas yang
31

menyusui telah diberikan


menurun minyak kelapa
(5) 4) Ajarkan perawatan
payudara
(L.03029) postpartum (mis,
memerah ASI,
pijat payudara,
pijat oksitosin)

(I.12393)
3. 13/1 Ketidaknyam Setelah dilakukan Perawatan perineum
2/20 anan Pasca tindakan (I.07226)
21 keperawatan Observasi
Partum
selama 3x24 jam Inspeksi insisi atau robekan
berhubungan diharapkan Status perineum (mis. Episiotomi)
dengan Pasca Partum
Meningkat Terapeutik
Trauma
dengan kriteria Fasilitasi dalam
Perinium hasil : membersihkan perineum
Selama Pemulihan Pertahankan perineum tetap
perineum kering
Persalinan
meningkat (5) Berikan posisi nyaman
dan Pemulihan insisi Berikan kompres es, jika
Kelahiran dd meningkat (5) perlu
mengeluh Intake makanan Bersihkan area perineum
dan cairan secara terartur
tidak meningkat (5) Berikan pembalut yang
nyaman, Aktivitas fisik menyerap cairan
D.0075) meningkat (5)
Kenyamanan Edukasi
meningkat (5) Ajarkan pasien dan keluarga
Infeksi menurun mengobservasi tanda
(5) abnormal pada perineum
Nyeri insisi (mis. Infeksi, kemerahan,
menurun (5) pengeluaran cairan yang
Perdarahan abnormal)
vagina menurun
(5) Kolaborasi
Tekanan darah Kolaborasi pemberian
membaik (5) analgesik, jika perlu
32

Frekuensi nadi
membaik (5)
Suhu tubuh
membaik (5)
(L.07062)
4. 13/1 Risiko Setelah dilakukan Observasi:  Untuk mengetahui kegiatan
2/21 gangguan tindakan  Memonitor kegiatan menyusui
perlekatan keperawatan menyusui  Agar mengetahui kemampuan
berhubung
selama 3x24 jam  Mengidentifikasi bayi untuk mengisap ASI
sn dengan
kekhawati diharapkan kemampuan bayi  Agar mengetahui perlekatan
ran perlekatan menghisap dan saat menyusui
menjalank meningkat dengan menelan ASI  Agar tidak tersendak
an peran kriteria hasil:  Memonitor perlekatan  Agar ibu mengetahui masalah
sebagai Verbalisasi saat menyusui saat menyusui
orang tua perasaan positif Terapeutik:  Agr mengetahui cara posisi
ditandai
terhadap bayi  Menghindari tubuh bayi saaat menyusu
dengan
klien meningkat(5) memegang kepala bayi  Agar bayi puasa saat menyusui
belum Mencium bayi  Mendiskusikan dengan  Agar mengetahui saat bayi siap
paham meningkat (5) ibu masalah selama menyusu
bagaimana Melakukan proses menyusui
peran kontak mata Edukasi:
sebagai dengan bayi
orang tua  Mengajarkan ibu
meningakat(5) menopang seluruh
dan
merewat Berbicara kepada tubuh bayi
sepenuhny bayi meningkat(5)
 Menganjurkan ibu
a (D. Kekhawatiran
untuk menyusui
0127) menjalankan
menunggu mulut bayi
peran orang tua
terbuka lebar sehingga
meningkat (1)
areola bagian bawah
Kekhawatiran
dapat masuk sempurna
akibat
 Mengajarkan ibu
hospitalisasi
mengenali tanda bayi
meningkat(1)
siap menyusu



5. 13/1 Ansietas Setelah dilakukan Observasi:  Untuk mengetahui berubahan
2/21 berhubung tindakan  Mengidentifikasi saat tingkat ansietas
an dengan keperawatan tingkat ansietas berubah  Agar mengetahui pasien untuk
ancaman selama 3x24 jam  Mengidentifikasi mengambil keputusan
terhadap diharapkan kemampuan mengambil  Untuk mengetahui tanda-tanda
33

kematian tingkat ansietas keputusan ansietas


(ketuban menurun dengan  Memonitor tanda-tanda  Agar rasa cemas berkurang
pecah criteria hasil: ansietas  Agar mengurangi rasa cemas
dini)  Verbilasasi Terapeutik: dengan teknik relaksasi
ditandai kebingungan  Menemani pasien untuk  Agar ansietas teratasiUntuk
dengan menurun mengurangi kecemasan mengetahui apakah pasien
klien  Verbilisasi  Memahami situasi yang mengalami dehidrasi
cemas khawatir membuat ansietas  Agar tahu apakah ada
dengan akibat dengarkan dengan penuh penurunan berat badan
kondisi kondisi yang perhatian  Agar tahu apakah ada
bayinya dihadapi  Memotivasi penyebab lain
karena menurun mengidentifikasi situasi  Agar nutrisi terpenuhi
ketuban  Perilaku yang memicu kecemasan  Agar cairan terpenuhi
yang gelisah Edukasi:  Agar mengurangi penurunan
sudah menurun  Menjelaskan prosedur, nutrisi dan cairan
pecah  Konsentrasi termasuk sensasi yang
(D.0080) membaik mungkindialami
 Pola tidur  Mengungkapkan perasaan
membaik dan persepsi
 Melatih kegiatan
L. 09093 pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Melatihkan teknik
relaksasi
Kolaborasi:
 Mengkolaborasi
pemberian obat
antiansietas

1. 09314
6 13/1 Deficit Setelah dilakukan Observasi:  Agar mengetahui kesiapan
2/21 pengetahu tindakan • Mengidentifikasi klien untuk menerima
an keperawatan kesiapan dan kemampuan informasi
berhubung selama 3x24 jam menerima informasi
an dengan diharapkan status Terapeutik:  Agar klien mudah untu
kurang pasca partum • Menyediakan materi menerima informasi
terpapar membaik dengan dan pendidikan  Agar klien mengetahui apa
informasi kriteria hasil: kesehatan yang dia belum tahu
ditandai  Sirkulasi • Memberikan  Agar mengetahui faktor resiko
dengan perifer kesempatan untuk
kesehatan
klien tidak meningkat bertanya
mengetahu Edukasi:  Agar ada peningkatan dalam
 Pemulihan
i penyabab perineum • Menjelaskan factor resiko menerima informasi
dan akibat meningkat yang mempengaruh
KPD (D.  Pemulihan kesehatan
34

0111) insisi • Mengajarkan strategi


meningkat yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan
sehat
L. 07062
1.12383
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x24 jam
diharapkan
tingkat
pengetahuan
meningkat dengan
kriteria hasil:
• Perilaku
sesuai
anjuran
meningkat
• Verbalisasi
minat dalam
belajar
meningkat
• Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
topic
meningkat

L.12111

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/jam Diagnosa Implementasi SOAP
13/12/2 Nyeri Melahirkan  Observasi S:
021 berhubungan dengan 1) Mengidentifikasi lokasi - Pasien mengatakan nyeri dibagian
proses persalinan dibagian perineum perineum
ditandai dengan 2) Mengidentifikasi skala - Pasien mengatakan sakit saat bergerak
mengeluh nyeri perut nyeri 6 atau beraktivitas
bagian bawah 3) Mengidentifikasi faktor O :
35

(hypogastric region). yang memperberat dan - Skala PQRST


(D. 0079, Hal 176) memperingan nyeri - P : Prosedur melahirkan
- Q : nyeri sangat kuat
 Terapeutik - R : Nyeri dibagian perineum
4) Memberikan teknik - S : Skala 6
nonfarmakologis untuk - T : nyeri dirasakan saat setelah post
mengurangi rasa nyeri postpartum, saat beraktivitas atau
(terapi musik, bergerak
aromaterapi, kompres - Pasien tampak kesakitan
hangat/dingin, terapi - Pasien tampak meringis
bermain)
5) Mengontrol lingkungan A : Nyeri Melahirkan belum teratasi
yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan, P : intervensi dilanjutkan
pencahayaan, 1) Mengidentifikasi skala nyeri 6
kebisingan) 2) Mengidentifikasi faktor yang
6) Memfasilitasi istirahat memperberat dan memperingan nyeri
dan tidur 3) Menganjurkan memonitor nyeri
7) Pertimbangkan jenis dan secara mandiri
sumber nyeri dalam 4) Mengkolaborasikan pemberian
pemilihan strategi analgetik (asam mefenamat 3x1 per 8
meredakan nyeri. jam)

 Edukasi
8) Menjelelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
9) Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
36

 Kolaborasi
10) Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
(asam mefenamat 3x1
per 8 jam)
(I.08238)

14/12/2 Nyeri Melahirkan  Observasi S:


021 berhubungan dengan 1) Mengidentifikasi skala - Pasien mengatakan masih sedikit
proses persalinan nyeri 6 nyeri dibagian perineum
ditandai dengan 2) Mengidentifikasi faktor - Pasien mengatakan masih merasakan
mengeluh nyeri perut yang memperberat dan sakit saat bergerak atau beraktivitas
bagian bawah memperingan nyeri O:
(hypogastric region).  Edukasi - Skala PQRST
(D. 0079, Hal 176) 3) Menganjurkan - P : Prosedur SC
memonitor nyeri secara - Q : nyeri sudah sedang
mandiri - R : Nyeri dibagian perineum

 Kolaorasi - S : Skala 3

4) Mengkolaborasikan - T : nyeri masih dirasakan saat

pemberian analgetik beraktivitas atau bergerak

(asam mefenamat 3x1 - Pasien tampak kesakitan berkurang

per 8 jam) - Pasien tampak sudah tidak meringis

A : Nyeri Melahirkan teratasi sebagian

P : intervensi diberhentikan (pasien pulang)


1) Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
2) Mengkolaborasikan pemberian
analgetik (asam mefenamat 3x1 per 8
jam)
37

Tgl/jam Diagnosa Implementasi SOAP


13/12/202 Menyusui Tidak S:
1 Efektif berhubungan  Observasi - Pasien mengatakan ASI keluar
dengan Anomali 1) Mengidentifikasi
hanya sedikit dan susah keluar
Payudara (puting tujuan atau keinginan
yang masuk kedalam) menyusui - Pasien mengatakan bayi rewel
ditandai dengan bayi - Pasien mengatakan bayi
tidak mampu melekat  Terapeutik
kesusahan melekatkan pada
pada payudara ibu 1) Memberikan
( D. 0029) kesempatan untuk payudaranya
bertanya - Pasien mengatakan bayi
2) Mendukung ibu menangis walaupun sudah di
meningkatkan
kasih ASI
kepercayaan diri
dalam menyusui
3) Melibatkan sistem O:
pendukung: suami,
- Bayi pasien tampak rewel
keluarga, tenaga
kesehatan - Bayi pasien tampak menangis
- Puting payudara pasien tampak
 Edukasi
tidak menonjol atau masuk
5) Mengajarkan 4
(empat) posisi kedalam
menyusui dan - ASI pasien hanya sedikit
perlekatan Ajarkan - Ibu tampak kesusahan saat
perawatan payudara
menyusui karena bayi rewel
antepartum dengan
mengkompres A : Menyusui tidak efektif belum
dengan kapas yang teratasi
telah diberikan
minyak kelapa
6) Mengajarkan P : intervensi dilanjutkan
perawatan payudara  Terapeutik
postpartum (pijat
1. Mendukung ibu meningkatkan
payudara, pijat
oksitosin) kepercayaan diri dalam
38

menyusui
2. Melibatkan sistem pendukung:
suami, keluarga, tenaga
kesehatan

 Edukasi
1) Mengajarkan 4 (empat)
posisi menyusui dan
perlekatan Ajarkan
perawatan payudara
antepartum dengan
mengkompres dengan kapas
yang telah diberikan
minyak kelapa
2) Mengajarkan perawatan
payudara postpartum (pijat
payudara, pijat oksitosin)

14/12/202 Menyusui Tidak  Terapeutik S:


1 Efektif berhubungan - Pasien mengatakan ASI keluar
1) Mendukung ibu
dengan Anomali
meningkatkan hanya sudah lumayan
Payudara (puting
yang masuk kedalam) kepercayaan diri - Pasien mengatakan bayi masih
ditandai dengan bayi dalam menyusui rewel
tidak mampu melekat
2) Melibatkan sistem - Pasien mengatakan bayi masih
pada payudara ibu
( D. 0029) pendukung: suami, kesusahan melekatkan pada
keluarga, tenaga payudaranya
kesehatan - Pasien mengatakan bayi sudah
tidak menangis ketika sudah di
 Edukasi kasih ASI
1) Mengajarkan 4
(empat) posisi
O:
menyusui dan
perlekatan Ajarkan - Bayi pasien tampak masih
39

perawatan rewel
payudara - Bayi pasien tampak sudah
antepartum dengan
tidak menangis
mengkompres
dengan kapas yang - Puting payudara pasien tampak
telah diberikan tidak menonjol atau masuk
minyak kelapa
kedalam
2) Mengajarkan
perawatan - ASI pasien sudah lumayan
payudara banyak
postpartum (pijat
- Ibu tampak masih kesusahan
payudara, pijat
oksitosin) saat menyusui karena bayi
rewel

A : Menyusui tidak efektif teratasi


sebagian

P : intervensi diberhentikan (pasien


pulang)
 Terapeutik
1. Melibatkan sistem pendukung:
suami, keluarga, tenaga
kesehatan

 Edukasi
3) Mengajarkan 4 (empat)
posisi menyusui dan
perlekatan Ajarkan
perawatan payudara
antepartum dengan
mengkompres dengan kapas
yang telah diberikan
minyak kelapa
4) Mengajarkan perawatan
payudara postpartum (pijat
40

payudara, pijat oksitosin)

Tgl/jam Diagnosa Implementasi SOAP


13/12/202 Ketidaknyamanan Observasi S:
Pasca Partum
1 Menginspeksi insisi atau Pasien mengatakan nyeri
berhubungan
dengan Trauma robekan perineum (luka pada jalan lahir dan
Perinium Selama
Laserasi grade 2) rasanya ingin tidur.
Persalinan dan
Kelahiran dd Pasien mengatakan badan
mengeluh tidak
Terapeutik terasa lungkrah dan
nyaman, terdapat
luka Laserasi Memfasilitasi dalam dipindahkan diruang nifas
grade 2 (D.0075)
membersihkan perineum
Mempertahankan O:
perineum tetap kering Tampak meringis
Memberikan posisi kesakitan
nyaman Terdapat luka Laserasi
Memberikan kompres es grade 2 sepanjang 3 Cm,
Membersihkan area dilakukan hecting
perineum secara terartur TTV :
Memberikan pembalut TD : 110/ 80 mmHg
yang menyerap cairan N : 93 x/menit
Rr : 22 x/menit
Edukasi S : 36,2 0C
Mengajarkan pasien dan
keluarga mengobservasi A:
tanda abnormal pada Masalah belum teratasi
perineum (Infeksi,
kemerahan) P:
Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi
Berkolaborasi pemberian
analgesik
41

14/12/202 Ketidaknyamanan Observasi S:


Pasca Partum
1 Menginspeksi insisi atau
berhubungan Pasien mengatakan nyeri
dengan Trauma robekan perineum (luka pada jalan lahir sudah
Perinium Selama
Laserasi grade 2) berkurang
Persalinan dan
Kelahiran dd
mengeluh tidak Pasien mengatakan lebih
Terapeutik rileks
nyaman, terdapat
luka Laserasi Memfasilitasi dalam
grade 2 (D.0075)
membersihkan perineum
Mempertahankan O:
perineum tetap kering
Tampak sudah tidak
Memberikan posisi meringis kesakitan
nyaman
Memberikan kompres es Terdapat luka jahitan pada
perineum (luka Laserasi
Membersihkan area grade 2)
perineum secara terartur
TTV :
Memberikan pembalut
yang menyerap cairan TD : 120/ 90 mmHg

N : 87 x/menit
Edukasi
Mengajarkan pasien dan Rr : 20 x/menit
keluarga mengobservasi
S : 36,6 0C
tanda abnormal pada
perineum (Infeksi, Skala Nyeri :
kemerahan)
P: Nyeri saat bergerak

Kolaborasi Q: Nyeri seperti dicubit

Berkolaborasi pemberian R: Nyeri di area jalan lahir


analgesik
S: 3

T: Hilang timbul
42

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

13/12/21 Risiko gangguan  Memonitor kegiatan S:


perlekatan menyusui
berhubungsn  Mengidentifikasi  Klien mengatakan
dengan belum paham
kekhawatiran kemampuan bayi
menghisap dan mengenai tentang
menjalankan
peran sebagai menelan ASI merawat bayi dan
orang tua ditandai  Memonitor khawatir tidak bisa
dengan klien perlekatan saat menjadi orang tua
belum paham menyusui yang merawat bayi
bagaimana peran sepenuhnya
sebagai orang tua  Menghindari
dan merewat memegang kepala
O:
sepenuhnya bayi
 Mendiskusikan
(D. 0127)  Klien terlihat bingug
dengan ibu masalah
selama proses A: Risiko gangguan
menyusui perlekatan sebagian
 Mengajarkan ibu teratasi
menopang seluruh
tubuh bayi P: Intervensi dilanjutkan:
 Menganjurkan ibu
untuk menyusui  Memonitor perlekatan
menunggu mulut saat menyusui
bayi terbuka lebar  Mendiskusikan
sehingga areola dengan ibu masalah
bagian bawah dapat selama proses
masuk sempurna menyusui
 Mengajarkan ibu
43

mengenali tanda  Mengajarkan ibu


bayi siap menyusu menopang seluruh
tubuh bayi
 Menganjurkan ibu
untuk menyusui
menunggu mulut bayi
terbuka lebar
sehingga areola
bagian bawah dapat
masuk sempurna
14/12/21  Memonitor S:
perlekatan saat
menyusui  Klien mengatakan
 Mendiskusikan bisa merawat bayi nya
dengan ibu masalah dengan pelahan-lahan
selama proses
menyusui O:
 Mengajarkan ibu
 Klien sudah tidak
menopang seluruh
bingug
tubuh bayi
 Menganjurkan ibu
A: Risiko gangguan
untuk menyusui
perlekatan teratasi
menunggu mulut
bayi terbuka lebar P: Intervensi di hentiakn
sehingga areola
bagian bawah dapat
masuk sempurna
13/12/21 Ansietas  Mengidentifikasi saat S:
berhubungan tingkat ansietas
dengan ancaman berubah  Klien mengatakan
terhadap  Mengidentifikasi cemas dan khawatir
kematian kemampuan dengan kondisi
(ketuban pecah mengambil keputusan
dini) ditandai bayinya karena
 Memonitor tanda-
dengan klien tanda ansietas ketubannya sudah
cemas dengan  Menemani pasien pecah
kondisi bayinya untuk mengurangi
karena ketuban kecemasan O:
yang sudah pecah  Memahami situasi
(D.0080) yang membuat  Klien terlihat cemas
ansietas dengarkan
dengan penuh
44

perhatian dengan kondisinya


 Memotivasi
mengidentifikasi A: Ansietas sebagian
situasi yang memicu teratasi
kecemasan
 Menjelaskan prosedur, P: Intervensi dilanjutkan:
termasuk sensasi yang
mungkindialami
 Memonitor tanda-tanda
 Mengungkapkan
ansietas
perasaan dan persepsi
 Menemani pasien
 Melatih kegiatan
untuk mengurangi
pengalihan untuk
kecemasan
mengurangi ketegangan
 Memotivasi
 Melatihkan teknik
mengidentifikasi
relaksasi
situasi yang memicu
 Mengkolaborasi
kecemasan
pemberian obat
 Mengungkapkan
antiansietas
perasaan dan persepsi
 Melatihkan teknik
relaksasi

14/12/21  Memonitor tanda- S:


tanda ansietas
 Menemani pasien  Klien mengatakan tidak
untuk mengurangi cemas lagi kaeran bayi
kecemasan sudah ditangani oleh
 Memotivasi
dokter
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan O:
 Mengungkapkan
perasaan dan persepsi  Klien sudah tidak
 Melatihkan teknik cemas
relaksasi
A: Ansietas teratasi

P: Intervensi dihentikan

13/12/21 Deficit • Mengidentifikasi S:


pengetahuan kesiapan dan
berhubungan kemampuan menerima  Klien mengatakan
dengan kurang informasi tidak mengetahui
terpapar • Menyediakan materi
penyebab dan akibat
45

informasi dan pendidikan KPD


ditandai dengan kesehatan
klien tidak • Memberikan O:
mengetahui kesempatan untuk
penyabab dan bertanya  Klien terlihat bingung
akibat KPD (D. • Menjelaskan factor
0111) resiko yang
A: Defisit pengetahuan
mempengaruh
kesehatan sebagian teratasi
• Mengajarkan strategi
yang dapat digunakan P: Intervensi dilanjutkan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih • Memberikan
dan sehat kesempatan untuk
bertanya
• Menjelaskan factor
resiko yang
mempengaruh
kesehatan
• Mengajarkan strategi
yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

14/12/21 Deficit • Memberikan S:


pengetahuan kesempatan untuk
berhubungan bertanya  Klien mengatakan
dengan kurang • Menjelaskan factor sudah paham
terpapar resiko yang
mengenai penyebab
informasi mempengaruh
ditandai dengan kesehatan dan akibat KPD
klien tidak • Mengajarkan strategi
mengetahui yang dapat digunakan O:
penyabab dan untuk meningkatkan
akibat KPD (D. perilaku hidup bersih  Klien sudah tidak
0111) dan sehat bingung lagi

A: Defisit pengetahuan
teratasi

P: Intervensi dihentikan
46
DAFTAR PUSTAKA

SDKI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


SLKI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
SIKI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Selistiyaningtyas, S. R., & Pawestri, P. (2021). Pemberian Pijat Marmet Dan Oksitosin Untuk
Meningkatkan Produksi ASI Pada Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum
dengan Sectio Caesarea. Ners Muda, 2(1), 61-68.

WULAN, E. P., & Ningsih, N. (2020). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI


TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA IBU POSTPARTUM DENGAN
POST SECTIO CAESAREA (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

Indrianing, N. E. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Sectio Caesarea dengan
Fokus Studi Hambatan Mobilitas melalui Mobilisasi Dini.

Sholihah, D. W. I. S. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM SC


(SECTIO CAESAREA) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI
AKUT Di Ruang Siti Walidah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

LISTYANTI, D. P. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM SECTIO


CAESAREA DENGAN FOKUS STUDI KETIDAKEFEKTIFAN
PEMBERIAN ASI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD PROF. DR.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

Sofyan, K. S. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS POST SECTIO


CAESAREA DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA.

Anda mungkin juga menyukai