Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS INDONESIA

Varicella Zooster Virus


MATA KULIAH : Biomedik 2 DISUSUN OLEH: Azri Dwi mahfudzi Kiswantoro Kurnia Fadyanti Lintang Gyaning K A Monika niken pratiwi Puput leni yuliani s. Puspita Gaharu Nisaa Widia Puspa hapsari Yuda Nugraha 1306487250 1306487793 1306487805 1306487862 1306488045 1634088285 1306488303 1306488846 1306488934

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI DEPOK FEBRUARI 2014

A. Varicella Zoster Virus di Indonesia Varicella-Zoster Virus (VZV) adalah salah satu virus penyebab masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. VZV adalah penyebab penyakit cacar air yang dapat

bermanifestasi menjadi varisela (chickenpox) dan apabila berlangsung lama dan menetap, akan menimbulkan herpes zoster atau shingles (Kliegman, et al. 2006) penularannya adalah melalui pernapasan. Di Indonesia tidak banyak data tercatat mengenai kasus varisella, data yang tercatat merupakan data epidemi cacar air pada daerah tertentu saja (Kurniawan, et al. 2007). Akan tetapi jika dilihat dari data Dinkes dapat kita lihat kasus endemik akibat VZV di Banyumas saja, selama periode Januari hingga November 2007, sedikitnya 691 warga terkena penyakit cacar air atau varisela. Masih menurut Data Dinkes, dikutip oleh Kurniawan, et al. (2007) pada tahun 2006 mencatat, jumlah penderita penyakit cacar air sebanyak 1.771 orang. Apabila dilihat secara keseluruhan, angka kejadian herpes zoster di dunia cukup tinggi, dan dialami sebagian besar oleh dewasa madya, seperti yang dikatakan Hambleton dan Gerson (2005) bahwa insidens dari herpes zoster adalah 215 per 100.000 orang per tahun. Sekitar 75% kasus terjadi pada umur di atas 45 tahun, insidens akan meningkat apabila penderita memiliki sistem imun yang rendah

Gambar 1. Herpes Zoster

B. Morfologi dan siklus hidup Varicella Zoster Virus (VZV) Varicella Zoster Virus pertama kali dipublikasikan pada tahun 1957. Virus penyebab penyakit cacar ini merupakan virus dari bangsa Herpesvirales, famili Herpesviridae, Subfamili Alphaherpesvirinae, genus varicellovirus, dan merupakan spesies dari Human herpesvirus 3 yang biasa dikenal dengan Varicella Zoster Virus (VZV). Seperti layaknya virus yang tersusun atas struktur DNA/ RNA saja, Varicella Zoster Virus mempunyai materi genetik berupa struktur DNA rantai ganda (linear-double

stranded DNA). hal ini menunjukan bahwa sutuktur DNA dari Varicella Zoster Virus terbentuk atas dua segmen rantai yang bergabung secara terbalik. Komponen-komponen yang ada memiliki terminal yang lebih tinggi dari konten G+C yang umum terdapat di dalam genom virus herpes. Oleh karena virus tidak dapat bertahan tanpa materi hidup maka pada sel inangnya virus ini dapat bersifat parasit intraseluler obligat. Materi genetik yang dimiliki VZV tersebutlah yang kemudian digunakan untuk reproduksi dan mengambil alih sistem pembangkit energi dan pembuat rotein dari sel inangnya. VZV dikelilingi oleh selubung protein (kapsid) yang berbentuk ikosahedral dan memiliki 162 kapsomer. Nukleokpsid yang inti dari selubung virus dikelilingi oleh amplop (envelope) yang dibentuk dari membran inti sel yang menginfeksi dan memiliki tonjolan-tonjolan glikoprotein yang panjangnya 8nm. Selubung yang terbentuk atas protein lemak (lipoprotein) ini menentukan keganasan virus. Genom yang terdapat pada virus ini dapat mengkode sekurang-kurangnya 100 protein yang berbeda, oleh karena itu terdapat lebih dari 35 polipeptida yang menyusun struktur virus, dan beberapa merupakan bagian dari selubung virus.

Gambar 1. Struktur Varicella zoster virus

Gambar 2. Struktur dan komponen protein pembentuk VZV

Siklus hidup virus ini tidak terlepas dari sel inang yang ditumpanginya, sehingga daur hidup virus terjadi didalam sel biologis tubuh inangnya, dalam hal ini manusia. Adapun proses hidup virus ini terdiri atas : 1. Adsorpsi yang merupakan proses penempelan vrus pada inang, dimana selubung ekornya mulai berkontraksi merusak dinding dan membran sel inang. 2. 3. Penetrasi saat virus mulai memasukkan struktur DNA nya ke sel inang. Replikasi DNA dalam tahap ini virus mengambil alih fungsi DNA inang dan menyebabkan terbentuknya materi genetik virus. 4. 5. Perakitan, virus-virus baru mulai dibentuk. Lisis, proses pelepasan virus-virus baru dari sel inang.

Gambar 3. Siklus hidup VZV didalam tubuh inang

C. Patofisiologi

Sumber: Sugito T L. Infeksi Virus Varicella Zoster pada bayi dan anak

Gambar 4. Patofisiologi Varicella Zooster Virus

Penjelasan: 1. Varicella-zostervirus masuk lewat udara dan menginfeksi hidung serta tenggorokkan. 2. Virus ini menginfeksi kelenjar getah bening di dekatnya, mereproduksi, dan memasuki aliran darah. 3. Infeksi sel-sel tubuh lainnya terjadi, dan menyebar melalui pembuluh darah dan limfe. 4. Muncul gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk keringdiikuti eritema pada kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. 5. Virion ini menyebabkan lesi kulit berturut-turut, yang berkembang menjadi lepuh dan remah. 6. 7. Sistem kekebalan tubuh menghilangkan infeks yang ada. Jika kekebalan menurun sesuai dengan usia atau alasan lain, virus bertahan dalam ganglia saraf yang dapat menginfeksi kulit, menyebabkan shingles (herpes zoster). 8. Penularan ke lain terjadi dari sekresi pernapasan, dan kulit.

Sumber: How Stuff Work, 2008. Gambar 5. Bagaimana Cara Kerja Chicken Pox.

Tanda dan Gejala. Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 10-21 hari, rata-rata 10-14 hari.Penyebaran varicella terutama secara langsung melalui udara dengan perantaraan percikan liur. Pada umumnya tertular dalam keluarga atau sekolah.(Rampengan,2008) Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu: Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk keringdiikuti eritema pada kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau gangguan imunitas. Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, Macula adalah bercak-bercak merah datar. Kemudian makula berubah menjadi papula (menonjol), kemudian membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal. Vesikel ini biasannya kecil, mudah pecah serta mongering membentuk krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai tetesan embun/air mata.

Gambar 6.Tanda dan Gejala Varicella zoster. Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan penyakit ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula, vesikel, krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana keadaan ini disebut polimorf. Jumlah lesi pada kulit dapat 250-500, namun kadang-kadang dapat hanya 10 bahkan lebih sampai 1500.Lesi baru tetap timbul selama 3-5 hari, lesi sering menjadi bentuk krusta

pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12) dan sembuh lengkap pada hari ke-16 (hari ke7 sampai ke-34). Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan penyembuhan, biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler. Bila terjadi infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta cairan vesikel yang jernih berubah menjadi pus disertai limfadenopati umum. Vesikel tidak hanya terdapat pada kulit, melainkan juga terdapat pada mukosa mulut, mata, dan faring. Pada penderita varicella yang disertai dengan difisiensi imunitas (imun defisiensi) sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan, bersifat progresif dan menyebar menjadi infeksi sistemik.Demikian pula pada penderita yang sedang mendapat imunosupresif.Hal ini disebabkan oleh terjadinya limfopenia. Pada ibu hamil yang menderita varicella dapat menimbulkan beberapa masalah pada bayi yang akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan ibu, antara lain: 1. Varisela neonatal. Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal ini bergantung pada saat ibu kena varisela dan persalinan. a. Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari setelah partus, berarti bayi tersebut terinfeksi saat viremia kedua dari ibu, bayi terinfeksi transplasental, tetapi tidak memperoleh kekebalan dari ibu karena belum cukupnya waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada keadaan ini, bayi yang dilahirkan akan mengalami varisela berat dan menyebar. Perlu diberikan profilaksis atau pengobatan dengan varicella-zoster immune globulin (VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati dengan adekuat, angka kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama akibat pneumonia berat dan hepatitis fulminan. b. Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum, sehingga ibu mempunyai waktu yang cukup untuk memproduksi antibody dan dapat diteruskan kepada bayi. Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan karena pelemahan oleh antibody transplasental dari ibu. Pengobatan dengan VZIG tidak perlu, tetapi asiklovir dapat dipertimbangkan pemakaiannya, bergantung pada keadaan bayi.

2. Sindrom varisela congenital Varisela congenital dijumpai pada bayi dengan ibu yang menderita varisela pada umur kehamilan trimester I atau II dengan insidens 2%. Manisfestasi klinik dapat berupa retardasi pertumbuhan intrauterine, mikrosefali, atrofi kortikalis, hipoplasia ekstremitas, mikroftalmin, katarak, korioretinitis dan scarring pada kulit.Beratnya gejala pada bayi tidak berhubungan dengan beratnya penyakit pada ibu.Ibu hamil dengan zoster tidak berhubungan dengan kelainan pada bayi. 3. Zoster infantile Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun pertama, hal ini disebabkan karena infeksi varisela maternal setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit ini sering menyerangg pada saraf dermatom thoracis.

D. Patogen Varicella Zoster Virus (VZV) Tersebar di Lingkungan dan Tertular Ke Manusia. VZV merupakan famili dari Herpesvirus varicellae dari grup DNA virus. Penyakit ini termasuk kelompok vesicobullous lessions yang disebabkan oleh virus. Varicellazoster virus ini sangat menular dan mungkin ditularkan dari penderita varisela atau zoster. VZV dapat ditemuan dalam cairan vesikel, darah penderita, dan cairan selaput lender. Varicella terdapad di seluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan musim semi. Penyebaran dari virus dapat terjadi secara langsung dari orang ke orang melalui lesi yang ada, melalui udara (airborne droplets) atau melalui plasenta. Penularan ini dapat dimulai pada saat 24 hingga 49 jam sebelum timbulnya rash dan sampai terbentuknya vesicle, biasanya 3 sampai 7 hari. Masa inkubasi varisela berkisar antara 11 sampai 20 hari, masa ini bisa lebih pendek atau lebih panjang. lnfeksi varisela dimulai dengan masuknya virus ke mukosa saluran pemafasan, yang ditularkan melalui vekresi pemafasan atau melalui kontak langsung. lnokulasi diikuti dengan masa inkubasi, di mana pada saat tersebut penyebaran virus terjadi secara subklinis. Virus masuk melalui mukosa saluran pemafasan clan, diduga berkembang biak pada jaringan kelenjar regional.Empat sampai enam hari setelah infeksi, diduga terjadi viremia ringan diikuti dengan virus menginfeksi dan berkembang

biak di organ seperti hati, limpa dan kemungkinan organ lain. Lebih kurang 10 -12 hari setelah infeksi terjadi viremia kedua pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Rash muncul sesudah 14 hari infeksi. Lesi kulit yang terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang menjadi papula, vesicula, pustula, dan krusta sesudah beberapa hari. Vesicula biasanya terletak pada epidermis. Gejala liknis, setelah masa inkubasi akan muncul gejala prodromal. Gejala prodomal ini sering dijumpai pada anak terutama pada anak yang lebih tua. Panas, lemah, tidak mau makan, sakit kepala, dan terkadang diikuti sakit perut yang ringan muncul 24-48 jam sebelum timbulnya rash. Peningkatan suhu tubuh biasanya sedang, tetapi terkadang bisa tinggi. Gejala ini biasanya bertahan 2-4 hari sesudah rash muncul. Lesi pertama varisela muncul di kepala, muka, punggung dan dada. Exanthem yang pertama berupa erythematous macula yang sangat gatal, jernih, vesicula yang berisi cairan. Kekeruhan dan umbilikasi terbentuk setelah 24-48 jam. Krusta yang pertama muncul diikuti penyebaran dari kelainan kulit pada tangan dan kaki dengan berbagai stadium. Beberapa anak lesi bisa mengenai daerah oropharynx dan vagina. Kelainan pada kelopak mata dan conjunctiva bisa dijumpai pada beberapa anak, tetapi gangguan mata yang serius jarang dijumpai.

E. Kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan varicella zoster virus. Varicella Zoster Virus lebih bartahan lama pada suhu tropis. Suhu yang mendukung (tidak ditemukan suhu pastinya.) Varicella zoster virus hidup dapa kondisi lingkungan yang kotor. Dapat dengan mudah menyerang anak-anak dan menyerang manusia yang memiliki sistem imun yang randah.

F. PENCEGAHAN PENULARAN VIRUS VARICELLA ZOSTER 1. Isolasi a. Selama fase akut, orang yang terinfeksi virus ini dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkankepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varicella dan orang dengan defisiensi imun. b. Usahakan untuk menghindari kontak atau sentuhan dengan penderita virus varicella zooster, karena salah satu media penularan penyakit ini adalah dari sentuhan.

2. Bagi penderita usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar untuk menghindari penyakit tersebut menyebar pada bagian tubuh lain. 3. Menjaga system kekebalan tubuh Anda supaya tidak menurun, sehingga virus akan kesulitan dalam menginfeksi tubuh. 4. Pemberian vaksin Vaksin varisela dapat juga berguna untuk pencegahan jika diberikan 3-5 hari setelah kontak.vaksin varisela semula berasal dari virus hidup yang telah dilemahkan (live attenuated). Mengingat harga vaksin varisela yang cukup mahal, sehingga cakupan imunisasinya belum cukup luas, dan daya perlindungan vaksin hanya selama 10-12 tahun, maka bila vaksin diberikan pada anak dengan usia kurang dari 12 tahun dapat mengubah epidemiologi penyakit, sehingga saat dewasa anak yang telah divaksinasiini akan menderita varisela, ini menyebabkan bertambahnya jumlah orang dewasa yang menderita varisela. Maka imunisasi varisela dianjurkan untuk diberikan saat anak berusia 12 tahun.

Vaksinasi diberikan pada kelompok-kelompok berikut: a. Anak-anak dengan usia 12-18 bulan yang belum pernah mengalami cacar air diberikan satu dosis vaksin. b. Anak-anak dengan usia 19 bulan hingga 13 tahun yang belum pernah mengalami cacar air diberikan satu dosis vaksin. c. Orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air da nbekerja atau tinggal di lingkungan yang sangat mudah terjangkit cacar air. d. Wanita reproduktif yang belum pernah mengalami cacar air dan tidak dalam kondisi sedang hamil. e. Orang dewasa dan remaja yang belum pernah mengalami cacar air dan tinggal dengan anak-anak. f. Orang yang hendak bepergian keluar negeri dan belum pernah mengalami cacar air.

Orang-orang yang tidak direkomendasikan untuk mendapatkan vaksinasi varisela adalah: a. Jika mereka memiliki riwayat alergi terhadap gelatin, neomisin, riwayat terjadinya reaksi terhadap vaksinasi varisela. b. Orang-orang yang sedang sakit sedang sampai berat harus menunda vaksinasi varisela sampai mereka sembuh. c. Wanita hamil harus menunggu untuk vaksinasi varisela sampai mereka melahirkan. Wanita yang baru saja melaksanakan vaksinasi sebaiknya menunggu sampai 1 bulan sebelum terjadinya kehamilan.

5. Pemberian Voricella Zoster Immunoglobulin (VZIG) Voricella Zoster Immunoglobulin (VZIG) adalah zat kekebalan terhadap virus penyebab cacar air. VZIG hanya diberikan pada kelompok-kelompok tertentu: a. Orang dengan system kekebalan rendah. b. Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah terkena cacar air sebelumnya. c. Bayi dibawah usia 28 hari yang lahir dari usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat lahirnya kurang dari 1000 gram. d. Bayi dibawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau yang mengalami cacar air antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah persalinan.

G. Identifikasi bakteri pathogen pada tubuh manusia dan lingkungan Cara mengidentifikasi Varicella Zoster Virus pada tubuh manusia dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Metode Bercak Darah a) Subjek akan diambil darahnya dengan menggunakan jarum lanset yang ditusukkan ke ujung jari subjek b) Tetesan darah dari ujung jari subjek akan diteteskan pada media yang disebut dengan filter strips. c) Darah pada filter strips akan dibiarkan kering dan tidak terpapar dengan dunia luar, sehingga darah tersebut tidak terkontaminasi mikroorganisme lain dan tidak menularkan orang yang sehat. d) Sampel tersebut dibawa ke laboratorium (suhu ruang normal) dan diperiksa apakah di dalam darah terdapat virus Varicella. 2. Metode pemisahan serum a) Sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena peripheral dan dimasukkan ke dalam tabung pemisah serum. b) Spesimen disimpan di temperatur normal selama 30 menit hingga terpisah c) Serum akan terbagi menjadi 2 fase. Fase bawah yaitu darah dan fase atas berisi serum. d) Serum kemudian diambil menggunakan pipet dan dibekukan pada suhu -200C e) Spesimen kemudian diuji di laboratorium untuk melihat terdapat atau tidaknya VZV. 3. Tanda dan gejala pada penderita dengan munculnya bercak-bercak merah yang berisi cairan atau vesikula

Cara mengidentifikasi Varicella Zoster Virus di lingkungan, yaitu 1. Varicella Zooster Virus penyebab chickenpox masuk ke tubuh manusia dengan cara udara atau kontak langsung dengan orang yang sedang terjangkit chickenpox. Oleh karena itu, mudah aja untuk mengidentifikasi patogen VZV pada lingkungan, yaitu dengan cara melihat apakah disekitar lingkungan kita terdapat orang yang terjangkit chickenpox atau tidak. di lingkungan sekolah anak anak yg sedang terinfeksi varicella bertukaran barang atau satu tempat dengan anak lainnya bisa terjadi penularan 2. Suhu Tropis 3. Dan lingkungan yang kotor mempengaruhi pertumbuhan Varicella Zoster Virus

Daftar Pustaka Kurniawan M, Dessy N, Tatang M. Jurnal Varicella Zoster pada Anak.2007. Fakultas Kedokteran UPH. Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatrics. Edisi ke-5. Philadelphia: Elseviers Saunders; 2006. h.470-472. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h.152-159. Hambleton S, Gershon AA. Preventing Varicella-Zoster Disease. Clinical Microbiology Reviews 2005; 18: 70-80. http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Varicella_zoster_virus (diakses 21 Februari 2014 pukul 22.35 WIB) http://www.nature.com/nrmicro/journal/v12/n3/images_article/nrmicro3215-f1.jpg (diakses 21 Februari pukul 20.00 WIB) Cambridge Univerity Press. Varicella Zoster Virus : Virlogy and Clinical Management, pdf. http://catdir.loc.gov/catdir/samples/cam031/00023915.pdf (diakses 20 Februari 2014 pukul 21.15 WIB) Nester, Eugene W., et al, Microbiology a Human Perspective, 7th Edition, page 486, McGraw-Hill, New York America, 2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2004/1/anak-chairuddin4.pdf (diakses 22 Februari 2014 21.50 WIB) Ismoedijanto. Demam dan Ruam di Daerah Tropik, Fakultas Kedokteran UNAIR, Surabaya: 2011 dr. Ramona Dumasari Lubis, Varicella dan Herpes Zoster, 10 Februari 2014,
http://repository.usu.ac.id/

http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/varicella.html (diakses 22 Februari 2014 pukul 22.10 WIB)

James Chin, MD, MPH Editor Penterjemah: Dr. I. Nyoman Kandun, MPH. Manual Pemberantasan Penyakit. Edisi 17.2000 (diakses 23 Februari 2015 pukul 17.45 WIB

Anda mungkin juga menyukai