Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN MATERNITAS

“Kehamilan dengan Cytomegalovirus (CMV)”

Oleh

RADEN MOCHAMMAD ARIFIN

NIM 1711044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2017
A. Definisi
CMV adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes.
(http://www.roche.com)
CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system kekebalan
tubuh lemah (http://www.spiritia.or.id).
Cytomegalovirus adalah virus herpes DNA yang menginfeksi sebagian besar
besar orang. Virus ini merupakan penyebab infeksi perinatal tersering dan infeksi
pada janin ditemukan 0,5-2% dari neonatus. (http://dasar-teori-cytomegalovirus.html).
Infeksi sitomegalovirus adalah suatu penyakit virus yang bisa menyebabkan
kerusakan otak dan kematian pada bayi baru lahir. Bisa di dapat sebelum lahir atau
setelah lahir.

B. Klasifikasi
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua
jenis infeksi. Organ yang terkena adalah :
1. CMV nefritis (ginjal)
2. CMV hepatitis (hati)
3. CMV myocarditis (jantung)
4. CMV pneumonitis (paru-paru)
5. CMV retinitis (mata)
6. CMV gastritis (lambung)
7. CMV colitis (usus)
8. CMV encephalitis (otak)
(Nanda, 2008. Nursing Diagnosis: Definision & Clasification, Philadelphia: Nanda
Internasional)

C. Faktor Pencetus
Penyebab utama dari TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
(CMV) dan Herpes simplex virus II ) sebagian besar adalah hewan-hewan yang ada di
sekitar kita seperti kucing, ayam, burung, tikus, kambing, sapi, anjing, babi, dan
lainnya yang mengandung virus dan parasit TORCH didalam darahnya. Hewan-
hewan tersebut bisa sebagai pembawa langsung TORCH melalui interaksi dengan
manusia, dan bisa juga sebagai perantara (pembawa tak langsung) TORCH melalui
kotorannya.
Kotoran hewan yang terinfeksi TORCH bisa terbang terbawa bersama lalat,
serangga atau burung dan menempel pada makanan, kemudian makanan tersebut
masuk kedalam mulut manusia dan hidup dalam darah manusia (Mulyana S.2008).

D. Etiologi
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Kongenital : didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang
lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi
CMV.
2. Akut : didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejalanya mirip
dengan mononucleosis malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam ptekiae.
3. Penyakit sistemik umum : terjadi pada individu yang menderita imonusupresi,
terutama jika mereka telah menjalani transplantasi organ. Gejala-gejalanya
termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leukopenia, yang kadang-kadang fatal.
Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan
reaktivasi virus (Betz, Cecilv L, 2012).

E. Patofisiologi
Sitomegalovirus (CMV) ditularkan melalui orang ke orang melalui kontak
langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darh, liur, sekret servikal,
semen dan ASI. Masa inkubasi nya setelah lahir 3 sampai 12 minggu. Setelah
transfusi 3 sampai 12 minggu. Dan setelah transplantasi 4 minggu sampai 4 bulan.
Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah
infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih
dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit
ini (Akhter, K.2010)

F. Manifestasi Klinis
Pada periode bayi baru lahir. Bayi yang terinfeksi sitomegalovirus biasanya
bersifat asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara congenital dapat terjadi
segera setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
1. Ptekiae dan ekimosis
2. Hepatosplenomegali
3. Ikterus neonatorum
4. Hiperbilirubinemia langsung
5. Mikrosefali denga klasifikasi periventrikular
6. Retardasi pertumbuhan intrauterine
7. Prematuritas
8. Ukuran kecil menurut usia kehamilan
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
1. Purpura
2. Hilang pendengaran
3. Korioretinitis (buta)
4. Demam
5. Pneumonia
6. Takipnea dan dispnea
7. Kerusakan otak
(Gordon et.all, 2012)

G. Pemeriksaan penunjang
1. Kultur virus dari urin. Secret faring, dan leukosit perifer. Pemeriksaan
mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk melihat virus
dalam jumlah besar.
2. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan lain-lain (TORCH)
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
3. Uji serologis
Titer antibody IgG dan IgM. IgM yang meningkat mengindikasikan pajanan
terhadap virus. IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan infeksi yang
didapat pada masa prenatal. IgG maternital negative dan IgG neonatal positif
mengindikasikan didapatkan infeksi pada saat pascanatal.
Konsep Asuhan Keperawatan
“Cytomegalovirus (CMV)”

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/ yang biasa ditemukan :
a) Adanya riwayat transfusi
b) Adanya riwayat transplantasi organ
c) Ibu pasien penderita infeksi CMV
d) Suami/istri penderita CMV
3. Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital : suhu (demam), pernafasan (takipnea,dispnea), tekanan
darah, nadi
b) Kulit : ptekiae dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh eritropoiesis
kulit
c) Penurunan berat badan

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan NANDA (2012), diagnosa keperawatan CMV sebagai berikut :
1. Hipertermia b.d penyakit/trauma
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan energi dalam bernafas
3. Risiko infeksi b.d penurunan sistem imun, aspek kronis penyakit.

C. Intervensi Keperawatan
1. Dx : Hipertermia b.d penyakit/trauma
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan demam turun/ tidak
demam.
Kriteria Hasil :- Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,50C)
- Nadi dalam batas normal (60-100x/menit)
- RR dalam batas normal (16-20x/menit)
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Berikan kompres pada aksila atau lipatan paha
3. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan
4. Ajurkan klien mengunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

2. Dx : Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan energi dalam bernafas


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas efektif
Kriteria Hasil :- Tidak ada retraksi dinding dada
- Tidak ada pernaafasan cuping hidung
- RR dalam batas normal (16-20x/menit)
Intervensi :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
3. Monitor respirasi dan status oksigen
4. Atur intake cairan mengoptimalkan keseimbangan
5. Kolaborasi dalam pemberian obat bronkodilator sesuai indikasi

3. Dx : Risiko infeksi b.d penurunan sistem imun, aspek kronis penyakit.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko infeksi tidak
menjadi aktual
Kriteria Hasil :- TTV dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1. Observasi adanya tanda-tanda infeksi
2. Observasi TTV
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake nutrisi
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.

Anda mungkin juga menyukai