Anda di halaman 1dari 45

ASKEP PADA KLIEN DENGAN CA KOLON

PENGERTIAN:

Tumor adalah suatu benjolan / struktur yang


menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan
neoplasma yang dapat bersifat jinak /ganas.

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan


pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan
sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya,
baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis).
 Kanker rekti adalah pertumbuhan sel abnormal atau keganasan / maligna pada daerah rectum.

 Kanker kolorektal adalah suatu tumor kedua yang mematikan setelah kanker paru, lebih banyak pada pria dari pada wanita

* Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat

ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi


jaringan sekitarnya
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari
masa abnormal/neoplasma yang muncul dari
jaringan epithelial dari colon

Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel


kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar
atau rektum
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu
pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak
sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus
besar).


Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital
yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya.
Etiologi: Idiopatik

Faktor resiko
1. Usia, lebih sering pada usia diatas 50 tahun.
Walaupun pada usia yang lebih muda dapat
terkena ( Sekitar 3 % )
2. Polyp kolorektal :pertumbuhan tumor pada dinding
dalam usus besar dan rektum. 
> pada usia diatas 50 tahun. 
polyp ini tumor jinak, tetapi dapat
berubah jadi kanker.
3. Riwayat kanker kolorektal keluarga, bila klg
dekat yang terkena resiko untuk terkena kanker
4. Kelainan genetik perubahan pada gen tertentu 
resiko kanker kolorektal. Bentuk yang paling sering
dari kelainan gen adalah:

hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC),

adanya perubahan gen HNPCC.

Sekitar 3-4 hr penderita cacat gen HNPCC
akan terkena kanker kolorektal,

dimana usia yang tersering saat terdiagnosis adalah
diatas usia 44 tahun.
5. Pernah menderita penyakit sejenis, dapat
terserang kembali dengan penyakit yang sama

6. wanita yang memiliki riwayat kanker indung


telur, kanker rahim, kanker payudara

7. Radang usus besar, berupa colitis ulceratif


atau penyakit Crohn yang menyebabkan
inflamasi pada usus  jangka waktu lama,
resiko terserang kanker kolorektal.
8. Diabetes, meningkatkan 40 % berkembangnya
kanker kolorektal

9. Rokok dan alkohol


10. Diet

a. Faktor diet akan mempengaruhi pembukaan


saluran cerna untuk terjadinya karsigonesis.
Lemak meningkatkan terdapatnya agen promotor,
serat dan kalsium yang mereduksi pembukaannya.

b. Diet tinggi lemak tidak tersaturasi dapat menimbulkan


karsinogenis dengan peningkatan level asam fecalbile
yang berimplikasi pada timbulnya kanker.

c. Makanan yang berserat akan membatasi gerak


kanker dengan mempercepat waktu transit intestinal.
Gambaran Polyp Neoplasma

A) tubular adenoma, (B) villous adenoma, (C)


tubulovillous adenoma, (D) karsinoma pada
tangkai tubular adenoma, (E) karsinoma invasif
yang muncul dari sebuah villous adenoma.
Kolitis ulseratif & Penyakit Chorn yang beresiko terhadap
munculnya Ca kolorektal
Faktor predisposisi

1. Kebiasaan makan, yang mengandung banyak karbohidrat


refined dan rendah serat kasar, Burkitt ( 1971 ) diet rendah
serat, tinggi karbohidarat  mengakibatkan perubahan pada
flora feses dan perubahan degradasi garam empedu / hasil
pemecahan protein & lemak,  sebagian dari zat ini bersifat
karsinogenik.

2. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang


berpotensi karsinogenik ini dalam feses  massa transisi feses
meningkat,  akibatnya kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Patofisiologi
Ada 3 Klp utama gen dalam regulasi pertumbuhan sel:

Proto-onkogen Gen penekan tumor Gen gatekeeper


(Tumor Suppresor Gene = TSG)

menstimulasi & TSG menghambat Berfungsi:


meregulasi pertbhn pertumbuhan sel, 1.Mempertahankan
& pembelahan sel. menginduksi apoptosis integritas genomik
(kematian sel yg terprogram). 2. Mendeteksi kesalahan
genom & m’perbaikinya
b’fungsi melakukan kontrol negatif
(penekanan) pada pertumbuhan sel
 dikenal anti-onkogen

Gen p53 merupakan salah satu dari TSG , berfungsi:


1.Menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa.
2.Mendeteksi kerusakan DNA,
3.Menginduksi reparasi DNA.
Adanya mutasi pd 3 gen tsb  ggn mekanisme kontrol p’ tbhn sel
Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal
berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor.

Tumor yang berada pada kolon kanan, Tumor pada kolon kiri
 
dimana isi kolon berupa cairan, iritasi dan respon refleks, perdarahan
cenderung tetap tersamar s/d lanjut sekali. mengakibatkan perubahan pola defekasi
 
Jarang menyebabkan obstruksi ). , mengecilnya ukuran feses
kr lumen usus >dan feses masih encer. dan konstipasi karena lesi kolon kiri
 
Gejala klinis : rasa penuh, nyeri abdomen, melingkar mengakibatkan.
perdarahan dan symptomatic anemia 
(menyebabkan kelemahan, pusing obstruksi
dan penurunan berat badan,
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder

ulserasi pada dinding usus


penyumbatan lumen usus

perdarahan.
obstruksi Penetrasi kanker

perforasi dan abses lesi terbatas pada mukosa metastase ke jaringan lain
dan submukosa
Patofisiologi

Kanker kolon dan rektum ( 95 % ): adenokarsinoma ( muncul


dari lapisan epitel usus )  Dimulai sebagai polip jinak  jadi
ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal  invasi ke
sturktur sekitarnya  Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke organ lain  melalui beberapa cara :
1. Infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan
2. Melalui kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
3. Hematogen  biasanya ke hati  kr kolon mengalirakan
darah ke system portal.
4. Penyebaran secara transperitoneal
5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi
drain.
Kanker kolorektal digolongkan berdasarkan metastasenya :

Stadium A : tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa saja

Stadium B : kanker yang sudah menembus usus ke jaringan di


luar rectal
tanpa keterlibatan nodus limfe.

Stadium C : invasi ke dalam system limfe yang mengalir


regional

Stadium D : metastase regional tahap lanjut dan penyebaran


yang luas &
tidak dapat dioperasi lagi.
STADIUM KANKER
Manifestasi Klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap


penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker
berlokasi,:
- Adanya perubahan defekasi ( konstipasi )
- Melena
- Perubahan dalam penampilan feses
- Tenesmus
- Anemia
- Perdarahan rectal
Manifestasi Kanker kolon kanan,

- Karena isi kolon berupa cairan,  gejala cenderung tetap


tersamar hingga stadium lanjut.
- Jarang obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan
feses masih encer.
- Anemia akibat perdarahan  darah bersifat samar 
hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak
-Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses.
- Pada orang yang kurus, tumor dapat teraba, tetapi jarang
pada stadium awal.
-Penderita mengalami perasaan tidak enak pada abdomen,
dan kadang pada epigastrium.
Manifestasi Kanker kolon kiri dan rectum
- Perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon
refleks ( Diare )
- Nyeri kejang, dan kembung
- Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar  sering timbul
gangguan obstruksi.  Feses kecil dan berbentuk seperti pita. -
Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses.
- Anemia akibat kehilangan darah kronik.
- Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai
radiks saraf, pembuluh limfe atau vena  menimbulkan gejala

pada tungkai atau perineum  Hemoroid, nyeri pinggang


bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih

-Gejala pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak


lengkap setelah defekasi  konstipasi dan diare bergantian,
Gambar 2.12 Iskemia Kolon
 

Gambar 2.11 Kanker Kolorektal


Pemeriksaan Diagnostik

The American Cancer Society merekomendasikan


- Pemeriksaan rectal manual setiap tahun bagi orang usia
di atas 40 tahun,
- Sample feses untuk menilai adanya darah setiap tahun
setelah usia 50 tahun
- Proktosigmoidoskopi setiap 3 – 5 tahun setelah usia 50
tahun, yang mengikuti pemeriksaan dengan dua kali hasil
negative setiap tahunnya. Rekomendasi ini adalah untuk
orang yang asimtomatik, dan evaluasi lebih sering pada
individu yang diketahui mempunyai factor resiko yang lebih
tinggi. Sebanyak 60 % dari kasus kanker kolorektal dapat
diidentifikasi dengan sigmoidoskopi.
Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena
3% dari pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan
untuk mempunyai polip premaligna.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sampel feces untuk darah samar, mengindikasikan adanya
darah dalam fraktus digestivus.
2. Kolonoskopi atau proktosigmoidoskopi, enema Barium dapat
mengindikasikan lesi-lesi interior Colon.
3. CT. Scan dapat menilai tahap-tahap dari penyakit ini.

PENGOBATAN
1. Pembedahan
Meliputi pengangkatan seluruh rongga awal, dan jika terjadi metasfase
lokal, struktur jaringan sekitarnya mungkin dapat diangkat. Kolostomi

2. Kempoterapi.
Telah digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk mengontrol gejala
dari penyakit metastatik.

3. Terapi Radiasi.
Digunakan untuk memperkecil tumor yang tidak dapat di operasi.
Pembedahan
Istilah :
Stoma ( Yunani ) :
= mulut,
“medical artificial
opening”.
Ileum yg dikeluarkan

 ileostomi.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi
dan ukuran tumor.:

1.Reseksi segmental dengan anastomosis


2.Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi
sigmoid permanent
3.Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi
segmental dan anastomosis lanjut dari kolostomi
4.Kolostomi permanent atau ileostomi.
Syarat Lokasi Stoma Yang Baik
5 - 7 cm kulit yg datar
Di daerah m rectus
Dpt dilihat pasien
Dibawah grs pinggang
Segitiga Ostomy:
- umbilikus,
- SIAS,
- simfisis pubis
Patient involvement in selection of stoma
site
A perfect end colostomy
Temporary Loop Colostomy
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER
KOLOREKTAL

Pengkajian

Riwayat kesehatan tentang :


- Perasaan lelah
- Nyeri abdomen atau rectal dan karakternya ( lokasi,
rekuensi, durasi, berhubungan dengan makan /defekasi )
- Pola eliminasi terdahulu dan saat ini
Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses,
mencakup adanya darah / mucus.
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis / polip kolorektal
- Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat
saat ini
- Kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol )
Pengkajian objekif meliputi :

1. Auskultasi abdomen terhadap bising usus


2. Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan
massa padat
3. Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah
Diagnosa Keperawatan
1.Konstipasi b/d lesi obstruksi
2.Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
3.Keletihan b/d anemia dan anoreksia
4.Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan
anoreksia
5.Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi
6.Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker
7.Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan
perawatan diri setelah pulang
8.Kerusakan integritas kulit b/d insisi bedah ( abdominoperineal ),
pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
9.Gangguan citra rubuh b/d kolostomi.
Perencanaan & Implementasi
Tujuan
Tujuan utama dapat mencakup eliminasi produk sisa
tubuh yang adekuat; reduksi / penghilangan nyeri;
peningkatan toleransi aktivitas; mendapatkan tingkat
nutrisi optimal; mempertahankan keseimbangan cairan &
elektrolit; penurunan ansietas; memahami tentang
diagnosis, prosedur pembedahan dan perawatan diri
setelah pulang; mempertahankan penyembuhan jaringan
optimal; perlindungan kulit periostomal yang adekuat;
penggalian dan pengungkapan perasaan dan masalah
tentang kolostomi dan pengaruhnya pada diri sendiri;
Intervensi Keperawatan PraOperatif
1.Mempertahankan eliminasi
- Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau
- Laksatif dan enema diberikan sesuai resep
- Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah
obstruksi total disiapkan untuk mejalani pembedahan.

2.Menghilangkan Nyeri
- Analgesic diberikan sesuai resep
- Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan
meredupkan lampu, mematikan TV atau radio, dan
membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh
pasien
- Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : perubahan
posisi, gosokan punggung, dan teknik relaksasi.
3.Meningkatkan Toleransi Aktivitas
- Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
- Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah baring

yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihn pasien.


- Terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita
anemia berat.
 Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan
kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus diikuti.
- Aktivitas post op ditingkatkan dan toleransi dipantau.

4.Memberikan Tindakan Nutrisional


- Bila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein,
karbohidrat serta rendah residu diberikan pada pra op selama bberapa
hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan
menurunkan peristaltic berlebih.
- Diet cair penuh 24 jam pra op, untuk menggantikan penipisan nutrient,
vitamin dan mineral.
- Penimbangan BB harian dicatat, dan dokter diberitahu bila terdapat
penurunan BB pada saat menerima nutrisi parenteral.
5. Mempertahankan Keseimbangan Cairan & Elektrolit
- Catat masukan dan haluaran, mencakup muntah, yang akan
menyediakan data akurat tentang keseimbangan cairan
- Batasi masukan maknan oral dan cairan untuk mencegah muntah.
- Berikan antiemetik sesuai indikasi
- Pasang selang nasogastrik pada periode pra op untuk mengalirkan
akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen
- Pasang kateter indwelling untuk memantau haluaran urin setiap jam.

Haluaran kurang dari 30 ml / jam dilaporkan sehingga terapi cairan


intravena dapat disesuaikan.
- Pantau pemberian cairan IV dan elktrolit, terutama kadar serum
untuk mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi akibat
kehilangan cairan gastrointestinal.
- Kaji TTV untuk mendeteksi hipovolemia : takikardi, hipotensi dan
penurunan jumlah denyut.
- Kaji status hidrasi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering,
urine pekat, serta peningkatan berat jenis urine dilaporakan.
7.Mencegah Infeksi
- Berikan antibiotic seperti kanamisin sulfat ( Kantrex ), eritromisin
(Erythromycin), dan Neomisin Sulfat sesuai resep, untuk
mengurangi bakteri usus dalam rangka persiapan pembedahan
usus. Preparat diberikan per oral untuk mengurangi kandungan
bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon.
- Selain itu, usus juga dapat dibersihkan dengan enema, atau irigasi
kolon.

8.Pendidikan Pasien Pra Operatif


- Kaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis,
prosedur bedah, dan tingkat fungsi yang diinginkan pasca op.
- Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk
pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari
luka
pasca op, teknik perawatan kolostomi, pembatasan diet, control
nyeri, dan penatalaksanaan obat dimsukkan ke dalam materi
penyuluhan.
6.Menurunkan Ansietas
- Kaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang digunakan
Upaya pemberian dukungan, mencakup pemberian privasi bila diinginkan
dan menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi.
- Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan atau
pertanyaan yang diajukan oleh pasien.
- Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya,
dengan dokter bila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau
prognosis.
- Penderita stoma lain dapat diminta untuk berkunjung bila pasien
mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.
- Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan
relaksasi dan perilaku empati.
- Jawab pertanyaan pasien dengan jujur dan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami.
- Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, bila perlu. Kadang
kecemasan berkurang, bila pasien mengetahui persiapan fisik yang
diperlukan selama periode pra op dan mengetahui kemungkinan post op.
beberapa pasien akan lebih senang jika diperbolehkan untuk melihat hasil
pemeriksaan, sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya.
Intervensi Keperawatan Pasca Operatif

1.Perawatan Luka
- Luka abdomen diperiksa dngan sering dalam 24 jam
pertama, untuk meyakinkan bahwa luka akan sembuh
tanpa komplikasi ( infeksi, dehidens, emoragik, edema
berlebihan ).
- Ganti balutan sesuai kebutuhan untuk mencegah infeksi.
- Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen selama
batuk dan napas dalam untuk mengurangi tegangan pada
tepi insisi.
- Pantau adanya peningkatan TTV yang mengindikasikan
adanya proses infeksi.
- Periksa stoma terhadap edema ( edema ringan akibat
manipulasi bedah adalah normal ), warna ( stoma sehat
adalah mera jambu ), rabas ( rembesan berjumlah sedikit
adalah normal ), dan perdarahan ( tanda abnormal ).
- Bersihkan kulit peristoma dengan perlahan serta keringkan
untuk mencegah iritasi, berikan pelindung kulit sebelum
meletakkan kantung drainase.
- Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka
diobservasi dengan cermat untuk tanda hemoragik. Luka
dapat mengandung drain atau tampon yang diangkat secara
bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama
beberapa minggu. Proses ini juga dipercepat dengan irigasi
mekanis luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau
tiga kali sehari.
- Dokumentasikan kondisi luka perineal, adanya perdarahan,
infeksi atau nekrosis.
2.Citra Tubuh Positif
- Dorong pasien untuk mengungkapkan masalah
yang dialami serta mendiskusikan tentang
pembedahan dan stoma ( bila telah dibuat ).
- Ajarkan pasien mengenai perawatan kolostomi
dan pasien sudah harus ulai untuk memasukkan
perawatan stoma dalam kehidupan sehari – hari.
- Berikan lingkungan yang kondusif bagi pasien
serta berikan dukungan dalam meningkatkan
adaptasi pasien terhadap perubahan yang terjadi
akibat pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai