Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN DASAR KELOMPOK 5

SOP MELATIH PENGGUNAAN ALAT BANTU BERJALAN: KURSI RODA,


KRUCK, DAN TRIPOD

Dosen Pembimbing: Ns Ni Made Wedri, S.Kep.,M.Kes.

Oleh Kelompok:

1. Ni Kadek Mimi (P07120121006)


2. Sang Ayu Putu Lista Praja Dian Sastra (P07120121008)
3. Ni Wayan Sastrayanti (P07120121010)
4. Ida Ayu Putri Ramaswari (P07120121013)
5. Ni Putu Ari Kencana Dewi (P07120121040)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2022
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MELATIH PENGGUNAAN ALAT BANTU BERJALAN: KURSI RODA, KRUCK,


DAN TRIPOD

PENGERTIAN
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang mengalami
penurunan kekuatan otot dan patah tulang pada anggota gerak bawah serta
gangguan keseimbangan.
a. Kursi roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang
mengalami kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan
oleh penyakit, cedera, maupun cacat.

b. Kruk
Kruk adalah alat bantu yang terbuat dari logam ataupun kayu
dengan panjang yang cukup untuk diraih dari axilla sampai ke tanah
atau lantai.Digunakan secara berpasangan yang diciptakan untuk
mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.

c. Tripod atau Quadripod (tongkat kaki 4 dan kaki 3)


Tripod adalah alat bantu berjalan berupa tongkat dengan kaki-kaki
berjumlah 4. Cocok digunakan oleh lansia dan untuk rehabilitasi
setelah kecelakaan atau operasi.
TUJUAN
1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan
monilisasi.
2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi.
3. Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain.
4. Meningkatkan rasa percaya diri klien.
5. Memelihara dan mengembalikan fungsi otot.
6. Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok.
7. Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
8. Mencegah komplikasi seperti otot mengecil dan kekakuan sendi.

INDIKASI
Kursi Roda:
1. Paraplegia.
2. Tidak dapat berjalan atau tirah baring.
3. Pada pelaksanaan prosedur tindakan, missal klien akan foto rontgen.
4. Pasca amputasi kedua kaki.

Kruk:
1. Pasca amputasi kaki.
2. Hemiparese
3. Paraparese.
4. Fraktur pada ekstermitas bawah.
5. Terpasang gibs.
6. Pasca pemasangan gibs.

Tripod atau Quadripod (tongkat kaki 4 dan kaki 3):

1. Pasca stroke.
2. Kelumpuhan
3. Pasca fraktur.

ALAT
1. Kursi Roda.
2. Kruk.
3. Tripod atau Quadripod (tongkat kaki 4 dan kaki 3)

PROSEDUR
PELAKSANAAN A. Tahap Prainteraksi

1. Mempersiapkan diri perawat.


2. Melakukan pengecekan program terapi.
3. Mencuci tangan.
4. Menyiapkan alat.

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien.


2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan keluarga/pasien.
4. Memberikan kontrak waktu dan persetujuan serta kesiapan pasien.

C. Tahap Interaksi/Kerja

• Kursi Roda

1. Rendahkan posisi tempat tidur pada posisi terendah


sehingga kaki klien dapat menyentuh lantai. Kunci semua
roda tempat tidur.
2. Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengan
tempat tidur. Kunci semua roda dari kursi roda. Bantu klien
pada posisi duduk di tepi tempat tidur.
3. Kaji adanya hipotensi sebelum memindahkan klien dari
tempat tidur.
4. Ketika klien turun dari tempat tidur, perawat harus berdiri
tepat dihadapannya dan klien meletakkan tangannya
dipundak perawat. Selanjutnya, perawat meletakkan
tangannya dipinggang klien.
5. Sementara klien mendorong badannya ke posisi berdiri,
perawat membantu mengangkat bagian atas tubuh klien.
6. Klien dibiarkan berdiri selama beberapa detik untuk
memastikan tidak adanya pusing.
7. Perawat tetap berdiri menghadap klien lalu memutar tubuh
klien sehingga membelakangi kursi roda.Setelah itu,
perawat memajukan salah satu kakinya dan memegang
kedua lutut untuk menjaga keseimbangan, kemdian
membantu klien untuk duduk dikursi roda.

• Kruk

1. Pastikan panjang kruk sudah tepat.


2. Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi dasar berdiri
menggunakan kruk sebelum mulai berjalan.
3. Ajarkan klien tentang salah satu dari empat cara berjalan
dengan kruk.
4. Perubahan empat titik atau cara berjalan empat titik
memberi kestabilan pada klien, tetapi memerlukan
penahanan berat badan pada kedua tungkai. Masing-masing
tungkai digerakkan secara bergantian dengan masing-
masing kruk, sehingga sepanjang waktu terdapat tiga titik
dukungan pada lantai.
5. Perubahan tiga titik atau cara berjalan tiga titik
mengharuskan klien menahan semua berat badan pada satu
kaki. Berat badan dibebankan pada kaki yang sehat,
kemudian pada kedua kruk dan selanjutnya, urutan tersebut
di ulang. Kaki yang sakit tidak menyentuh lantai selama
fase dini berjalan tiga titik. Secara bertahap klien
menyentuh lantai dan semua beban berat badan bertumpu.
6. Cara berjalan dua titik memerlukan sedikitnya pembebanan
berat badan sebagian pada masing- masing kaki. Kruk
sebelah kiri dan kaki kanan maju bersama-sama. Kruk
sebelah kanan dan kaki kiri maju bersama-sama.
7. Cara jalan mengayun ke kruk (swing to gait), klien yang
mengalami paralisi tungkai dan pingggul dapat
menggunakan cara jalan mengayun ini. Penggunaan cara ini
dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi
otot yang tidak terpakai. Minta klien untuk menggerakkan
kedua kruk kedepan secara bersamaan. Pindahkan berat
badan ke lengan dan mengayun melewati kruk.
8. Cara jalan mengayun melewati kruk (swing throughgait).
9. Cara jalan ini sangat memerlukan ketrampilan, kekuatan
dankoordinasi klien. Minta klien untuk menggerakkan
kedua kruk kedepan secara bersamaan. Pindahkan
berat badan ke lengan dan mengayun melewati kruk.
10. Ajarkan klien menaiki dan menuruni tangga.

• Tripod atau Quadripod (tongkat kaki 4 dan kaki 3):

1. Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang terkuat.


2. Jelaskan pada klien untuk memegang tongkat dengan
tangan yang sehat.
3. Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah,
bergerak maju dengan tongkat, sehingga berat badan klien
terbagi antar tongkat dan kaki yang terkuat.
4. Kaki yang terkuat maju melangkah setelah tongkat,
sehingga kaki terlemah dan berat badan klien disokong oleh
tongkat dan kaki terkuat.
5. Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah. Klien
kemungkinan jatuh ke arah bagian tungkai yang lemah
tersebut.
6. Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang telah
ditetapkan dalam rencana keperawatan.
7. Jika klien kehilangan keseimbangan atau kekuatannya dan
tidak segera pulih, masukkan tangan anda ke ketiak klien,
dan ambil jarak berdiri yang luas untuk mendapatkan dasar
tumpuan yang baik. Sandarkan klien pada pinggul anda
sampai tiba bantuan,atau rendahkan badan anda dan
turunkan klien secara perlahanke lantai.
D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan.


2. Berpamitan dengan klien.
3. Mencuci tangan.
4. Mencatat dokumentasi keperawatan
5. Perawat memberikan aturan dan prosedur kepada pasien.
6. Perawat mengucapkan terimakasih kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai