Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SOP MAKALAH ALAT BANTU JALAN

Dosen Pengampu : Suhardono, S. Kep, Ners, M.Kes

Disusun oleh :

SYIRA ALLEGRA

2A/56

P1337420421111

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN BLORA

TAHUN 2022/ 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Postur jalan normal adalah tegak, vertebrata servikal, trorkal, lumbal sejajar,
pinggul dan lutut dalam keadaan fleksi yang sesuai dan lengan bebas
mengayun bersama kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi
aktivitas, sehingga memerlukan bantuan dalam berjalan.
Postur tubuh yang baik bagi mereka yang mempunyai kemampuan fisik untuk
itu merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mobilisasi. Gerakan
yang terjadi karena pergantian kontraksi dan relaksasi kumpulan otot yang
berlawanan, yang melekat pada tulang. Otot yang padat dan dipertahankan
dalam kondisi demikian melalui latihan yang teratur akan lebih memudahkan
pencapaian postur tubuh yang baik dengan disertai perasaan tubuuh yang
enak. Sedangkan otot yang kurang keras dan kendor serta menggantung tidak
akan dapat menjadikan postur tubuh yang baik.
Kebutuhan berjalan pun sangat mempengaruhi kepentingan setiap individu
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Contohnya berjalan menuju toilet,
berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan lain-lain. Maka dari itu, perawat
bertgas merawat, melatih, serta memotivasi kliennya yang immobilisasi agar
tegar, termotivasi, serta mau berjuang agar bisa berjalan.
Pada zaman modern seperti ini sudah banyak peralatan canggih yang
digunakan oleh para medis untuk membantu mengobati pasien. Alat-alatnya
pun sangat beragam, dari mulai peralatan yang sederhan hingga ke peralatan
yang pembuatannya rumit, contohnya, kruk, tripot dan walker.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana standar operasional prosedur dari melatih penggunaan alat bantu
berjalan menggunakan kruk, tripod, dan walker

C. Tujuan Umum Penulisan


1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang melatih penggunaan alat
bantu berjalan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahu dan memahami sop melatih penggunaan alat bantu berjalan
menggunakan kruk, tripod dan walker
BAB II

KAJIAN TEORI

SOP MELATIH PENGGUNAAN ALAT BANTU BERJALAN

Pengertian Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang


mengalami penurunan kekuatan otot dan patah tulang
pada anggota gerak bawah serta gangguan
keseimbangan.

Kruk adalah alat bantu yang terbuat dari logam


ataupun kayu dengan panjang yang cukup untuk diraih
dari axilla sampai ke tanah atau lantai. Digunakan
secara berpasangan yang diciptakan untuk mengatur
keseimbangan pada saat akan berjalan.

Tripod /quadripod (tongkat kaki 4 dan kaki 3)  


adalah alat bantu berjalan berupa tongkat dengan kaki-
kaki berjumlah 4. Cocok digunakan oleh lansia dan
untuk rehabilitasi setelah kecelakaan atau operasi.

Walker adalah alat bantu yang hampir sama dengan


kruk. Tapi alat bantu ini bisa lebih mudah untuk
digunakan.

Tujuan
1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan
sendi dan kemampuan mobilisasi.

2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi.

3. Menurunkan ketergantungan pasien dan orang


lain.

4. Meningkatkan rasa percaya diri klien.

5. Memelihara dan mengembalikan fungsi otot

6. Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi


bengkok

7. Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot

8. Mencegah komplikasi seperti otot mengecil dan


kekakuan sendi.
Indikasi
1. Pasca amputasi kaki
2. Hemiparese
3. Paraparese
4. Fraktur pada ekstremitas bawah
5. Terpasang gibs
6. Pasca pemasangan gibs

a. Tahap prainteraksi
1. Mempersiapkan diri perawat
2. Melakukan pengecekan program terapi
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan alat

b. Tahap orientasi 1. Memberikan salam dan menyapa pasien


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Memberi tahu kontrak waktu dan persetujuan
serta kesiapan pasien.
c. Tahap interaksi / Kruk :
kerja
1. Pastikan panjang kruk sudah tepat.
2. Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi
dasar berdiri menggunakan kruk sebelum mulai
berjalan.
3. Ajarkan klien tentang salah satu dari empat cara
berjalan dengan kruk.
4. Perubahan empat titik atau cara berjalan empat
titik memberi kestabilan pada klien, tetapi
memerlukan penahanan berat badan pada kedua
tungkai. Masing-masing tungkai digerakkan
secara  bergantian dengan masing-masing kruk,
sehingga sepanjang waktu terdapat tiga titik
dukungan pada lantai
5. Perubahan tiga titik atau cara berjalan tiga titik
mengharuskan klien menahan semua berat badan
pada satu kaki. Berat badan dibebankan pada kaki
yang sehat, kemudian pada kedua kruk dan
selanjutnya urutan tersebut di ulang. Kaki yang
sakit tidak menyentuh lantai selama fase dini
berjalan tiga titik. Secara bertahap klien
menyentuh lantai dan semua beban berat badan
bertumpu
6. Cara berjalan dua titik memerlukan sedikitnya
pembebanan berat badan sebagian pada masing-
masing kaki. Kruk sebelah kiri dan kaki kanan
maju bersama-sama. Kruk sebelah kanan dan kaki
kiri maju bersama-sama.
7. Cara jalan mengayun ke kruk (swing to gait),
klien yang mengalami paralisi tungkai dan
pingggul dapat menggunakan cara jalan
mengayun ini. Penggunaan cara ini dalam jangka
waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi otot
yang tidak terpakai. Minta klien untuk
menggerakkan kedua kruk kedepan secara
bersamaan. Pindahkan berat badan ke lengan dan
mengayun melewati kruk.
8. Cara jalan mengayun melewati kruk (swing
throughgait).
9. Cara jalan ini sangat memerlukan ketrampilan,
kekuatan dan koordinasi klien. Minta klien untuk
menggerakkan kedua kruk kedepan secara
bersamaan. Pindahkan berat badan ke lengan dan
mengayun melewati kruk.
10. Ajarkan klien menaiki dan menuruni tangga

Tripod :
1. Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang
terkuat
2. Jelaskan pada klien untuk memegang tongkat
dengan tangan yang sehat
3. Klien mulai melangkah dengan kaki yang
terlemah, bergerak maju dengan tongkat, sehingga
berat badan klien terbagi antar tongkat dan kaki
yang terkuat.
4. Kaki yang terkuat maju melangkah setelah
tongkat, sehingga kaki terlemah dan berat badan
klien disokong oleh tongkat dan kaki terkuat.
5. Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang
lemah. Klien kemungkinan jatuh ke arah bagian
tungkai yang lemah tersebut.
6. Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang
telah ditetapkan dalam rencana keperawatan.
7. Jika klien kehilangan keseimbangan atau
kekuatannya dan tidak segera pulih, masukkan
tangan anda ke ketiak klien, dan ambil jarak
berdiri yang luas untuk mendapatkan dasar
tumpuan yang baik. Sandarkan klien pada pinggul
anda sampai tiba bantuan, atau rendahkan badan
anda dan turunkan klien secara perlahan ke lantai.

Walker :

1. Ketika klien membutuhkan maksimal


 Gerakkan walker kedepan kira kira 15cm
sementara berat badan bertumpu pada kedua
tungkai
 Kemudian gerakkan kaki kanan hingga
mendekati walker sementara berat badan
dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan
 Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga
mendekati kanan sementara berat badan
bertumpu pada tungkai kanan dan kedua
lengan.
2. Jika salah satu tungkai klien lemah
 Gerakkan tungkai yang lemah kedepan secara
bersamaan sekitar 15cm (6 inchi) sementara
berat badan bertumpu pada tungkai yang kuat.
 Kemuadian, gerakkan tungkai yang lebih kuat
kedepan sementara berat badan bertumpu pada
tungkai lemah dan kedua tangan

d. Tahap terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru


dilakukan.

2. Berpamitan dengan klien


3. Mencuci tangan
4. Mencatat dokumentasi keperawatan
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dikaji lebih dalam, kami dapat menyebut serta menyimpulkan alat apa
saja yang digunakan dan bagaimana cara menggunakannya.

Demi keamanan, kenyamanan dan kebutuhan klien, perawat menyediakan


alay-alat yang dibutuhkan, seperti : kursi roda, kruk, dan tripot dan lain-lain.
Perawat juga perhatian terhadap klien, agar dia lebi termotivasi, menjaga, serta
memberitahu dan menjadi figure yang baik bagi klien untuk mencapai tujuan
yang diinginkan

Anda mungkin juga menyukai