Anda di halaman 1dari 6

Membantu Pasien Berjalan

Seperti prosedur lain membantu klien berjalan memerlukan persiapan. Perawat


mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan, adanya nyeri, koordinasi, dan
keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan
pasien. Perawat menjelaskan seberapa jauh klien mencoba berjalan, sipa yang
akan membantu, kapan dilakukan kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu
penting. Selain itu, perawat dan klien menentukan berapa banyak kemndirian
klien. Perwat juga memeriksa untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan
klien. Kursi, penutup meja, tempat tdur, dan kursi roda disingkirkan dari jalan,
sehingga klien klien memiliki ruangan yang luas untuk berjalan.

Sebelum memulai, tentukan tempat istirahat untuk klien. Jika diperlukan kursi
dapat ditempatkan ruangan yang digunakan untuk klien untuk bristirahat. Untk
mencegah hipotensi ortostatik klien harus dibantu untuk duduk disisi tempat
tidur dan harus istirahat selama 1-2 menit sebelum berdiri. Demikian juga
pada saat klien setelah berdiri,klien harus tetap berdiri 1-2 menit sebelum
bergerak. Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan, sehingga perawat
dapat dengan segera membawa klien yang pusing ketempat tidur. Periode
imobilissi yang lama memperbesar resiko hipotensi ketika klien berdiri.
Perawat harus memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi
klien tetap berdiri digaris tengah. Hal ini dapat dicapai ketika perawat
menempatkan kedua tangannya pada pinggang klien atau menggunakan ikat
pinggang berjalan (walking belt). Walking belt adalah ikat pinggang kulit
yang melingkari pinggang klien dan memiliki pemegang yang dibuat bagi
perawat untuk dipegang . selam berjalan, klien seharusnya bersandar disatu
sisi, karena hal ini mengganggu pusat gravitasi, mengubah keseimbangan dan
meningkatkan resiko jauh.

Klien yang terlihat tidak siap atau mengeluh pusing harus dikembalikan ketempat
tidur, atau kursi terdekat. Jika klien pingsan atau mulai jatuh perawat
memberikan sokongan dengan dasar lebar yaitu satu kaki berada didepan yang
lain, shingga perlahan-lahan kelantai melindungi kepala klien. Meskipun
menurunkan klien tidaklah sulit, mahasiswa harus mempraktekkan teknik
tersebut dengan kawan sekelas sebelum mencoba pada situai klik. Klien
himeiplegia (paralisis pada satu sisi) atau hemiparasis (kelemahan pada satu
sisi) sering memerlukan bantuan berjalan. Perawat selalu berdiri disamping
bagian tubuh klien sakit dan menyokong klien dengan satu lengan bagian
inferior klien sehingga tangan perawat berada dibawah aksila klien.
Memberikan sokongan dengan memegang lengan klien ke lantai jika klien
pingsan atau jatuh. Selin itu, jika perawat memegang lengan klien yang jatuh
dapat menyebabkan dislokasi sendi bahu.

Perawat yang tidak kuat dan tidak mampu memindahkan klien sendiri harus
membutuhkan bantuan. Metode dua perawat membantu untuk
mendistribusikan berat klien secara rata. Dua perawat berdiri disetiap sisi
klien. Setiap lengan terdekat perawat memeluk pinggang klien, dan lengan
lain mengelilingi lengan bagian inferior sehingga kedua tangan perawat
menyongsong aksila klien. Metode yang membutuhkan dua perawat dan klien
yang sama tinggi, perawat berdiri disetiap sisi klien dengan lengan terdekatnya
menyelip dilengan klien ini. Lengan klien diletakkan diatas bahu perawat, dan
menstabilkan tangan klien lain dengan tangannya yang bebas. Teknik ini
efektif untuk klien yang lemah atau klien yang berat.

Jenis-jenis alat bantu berjalan

1. Walker
Walker adalah satu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan setinggi
pinggang dan terbuat dari pipa logam. Walker mempunyai empat
penyangga dan kaki yang kokoh. Klien memegang pemegang tangan pada
batang dibagian atas, melangkah, memindahkan walker lebih lanjut dan
melangkan lagi.
2. Tongkat
Tongkat juga merupakan alat ringan, mudah dipindahkan setinggi
pinggang, dibuat dari kayu atau logam. Dua tipe tongkat umum yaitu:
tongkat berkaki panjang lurus ( single straight legged) dan tongkat berkaki
empat (Quad cane). Tongkat berkaki lurus lebih umum digunakan untuk
sokongan dan keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun.
Tongkat ini harus dipakai disisi tubuh yang kuat. Untuk sokongan
maksimum untuk berjalan, klien menempatkan tongkat berada depan 15-
25 cm, sehingga berat badan pada kaki klien. Kaki yang terlemah bergerak
maju dengan tongkat sehingga berat badan dibagi antara tongkat kaki yang
terkuat. Kaki yang terkuat maju setelah tongkat sehingga kaki terlemah
dan berat badan disokong oleh tongkat kaki terlemah. Untuk berjalan,
klien mengukangi tahap ini terus menerus. Klien dianjurkan bahwa kedua
titik penopang tersebut, seperti dua bah kaki atau satu kaki dan tongkat,
akan muncul tiap waktu.
Tongkat empat kaki memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada
kaki yang mengalami sebagian atau keseluruhan paralisis ataupun
hemingpelgia. Tiga tahap yang sama digunakan oleh tongkat berkaki lurus
dianjurkan pada klien.
3. Kruk
Sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat
temporer, setiap pada setelah perusakan ligamen dilutut. Kruk dapat
digunakan permanen (misal: klien paralisis ekstremitas bawah). Kruk
terbuat dari kayu dan logam. Da dua tipe kruk, kruk lofstan dengan
pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan kruk aksila terbauat dari kayu.
Kruk lengan memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang
pas mengelilingi lengan bawah. Kedua duanya yaitu pembalut logam dan
pegangan tangan diatur agar sesuai dngan tinggi klien. Kruk aksila
mempunyai garis permukaan yang setiap bantalan pada bagin atas, dimana
berada tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang
dipegang tinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Krus harus
diukur panjang yang sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk
mereka dengan aman, mencapai kestabilan gaya berjalan, naik turun dan
bangkit dari duduk.
a. Mengukur kruk
Kruk aksila lebih umum digunakan ketika mempersiapkan klien
menggunakan kruk, perawat juga harus mengajarkan penggunaannya
kruk yang aman dan mengatur kruk klien dengan benar. Pengukuran
kruk meliputi tiga area : tinggi klien, jarak antara bantalan kruk, aksila
dan sudut fleksi siku. Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua
metode berikut, dengan klien berada pada posisi pasien/berdiri. Pada
posisi telentang, ujung ujung kruk berada 15 cm disamping tumit klien.
b. Mengajarkan gaya berjalan dengan kruk
Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan menopang berat badan pada
satu atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Gaya berjalan
yang digunakan klien telah ditentukan oleh pengkajian perawat pada
pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional dan penyakit serta cedera.
Cara berdiri dasar kruk adalah posisi tripod, dengan cara menempatkan
kruk 15 cm di depan dan 15 cm disamping setiap kaki klien.posisi ini
memberikan keseimbagan dengan dasar sokongan lebih luas.
Kesejahteraan tubuh pada posisi tripod meliputi kepala dan leher
tegak, vertebra lurus, pinggul dan lutut fleksi. Berat badan tidak boleh
ditahan aksila. Posisi tripod digunakan sebelum kruk berjalan.
c. Mengajarkan berjalan dengan menggunakan kruk ditngga.
Ketika naik tangga dengan menggunakan kruk, klien biasa
menggunakan modifikasi gaya berjalan tiga titik. Pertama klien berdiri
didasar tangga dan memindahkan berat badan dikruk. Kedua, kaki
yang tidak sakit maju diantara kruk dan tangga. Kemudian berat
dialihkan dari kruk ke kaki yang tidak sakit terakhir, klien meluruskan
kedua kruk ditangga. Urutan ini diulang sampai klien berada diatas.
Untuk turun tangga, urutan tiga fase ini juga digunakan. Pertama, klien
memindahkan berat badannya kekaki yang tidak sakit. Kedua, kruk
ditempatkan ditangga dan klien mulai memindahkan berat badannya
dikruk, menggerakan kaki yang sakit kedepan. Terakhir, kaki yang
tidak sakit dipindahkan ketangga dengan kruk. Lalu klien mengulangi
gerakan ini sampai didasar tangga.
Klien biasa perlu menggunakan kruk untuk beberapa bentuk, sehingga
mereka harus dianjurkan penggunaan kruk ditangga sebelum pulang.
Ajarkan untuk naik tangga kepada klien tergantung kruk, tidak hanya
untuk klien yang mempunyai tangga dirumahnya.
d. Mengajarkan duduk dengan menggunakan kruk
Prosedur duduk di kursi memerlukan klien memindahkan beratnya.
Pertama, klien harus diletakkan ditengah depan kursi dengan kaki
bagian posterior menyentuh kursi. Kedua, klien memegang kedua kruk
pada tangan yang berlawanan dengan kaki yang sakit. Jika kedua kaki
sakit seperti pada klien paraplegia yang menggunakan penahan berat,
kruk dipegang pada bagian tubuh klien yang terkuat. Dengan kedua
kruk disatu tangan klien menyokong berat badannya dikaki yang tidak
sakit dan kruk. Selama masih memegang kruk, klien memegang
dengan kursi dengan menahan tangannya, dan menurunkan tubuh.
Untuk berdiri maka prosedur dibalik, dan lien, ketika telah lurus, harus
berada pada posisi tripod sebelum berjalan.
e. Penyuluhan klien
Perawat akan mengatakan dan menunjukan cara berjalan menggunakan
kruk yang aman. Strategi penyuluhan :
1) Ajarkan pada klien yang menggunakan kruk aksila tentang
bahaya penekanan diaksila, yang terjadi ketika bersandar pada
kruk untuk menyokong berat badan.
2) Jelaskan mengapa klien harus menggunakan kruk yang diukur
sesuai dengan tinggi pasien.
3) Tunjukkan pada klien bagaimana cara memeriksa ujung kruk
secara rutin. Ujung karet harus terikat aman pada kruk. Ketika
ujung using, mereka harus diganti. Karet pada ajung kruk
meningkatkan friksi permukaan dan membantu mencegah
terpeleset.
4) Jelaskan bahwa ujung kruk harus tetap kering. Air menurunkan
friksi pada permukaan dan meningkatkan resiko terpeleset.
5) Tunjukkan bagaimana memeriksa ujung kruk jika basah. Klien
dapat kertas atau kain handuk.
6) Tunjukan bagaimana memeriksa struktur kruk. Keretakan
dikruk kayu menurunkan kemampuan menyokong berat badan.
Kruk alumunium yang melengkung mengganggu kesejajaran
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai