Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN NY. G PADA GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN ETCHAUSE


KATARAK

RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARGONO SOEKARJO

BANYUMAS

Disusun oleh :

Nama : Melfin Al Fatih

Nim : 1811020234

Kelas : 4 D ( Keperawatan S1)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
A. PENGERTIAN

Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada
saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002)

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga


menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009)

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu (Iwan,2009).

Jadi, katarak adalah opasitas lensa atau kekeruhan pada lensa mata, akibat
hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa akibat gangguan metabolisme
normal lensa, biasanya terjadi akibat penuaan, dapat juga terjadi pada saat kelahiran
(katarak congenital) yang dapat menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan

B. ANATOMI FISIOLOGI

1. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior
sklera (konjungtiva bulbaris)

2. Sklera

Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada mata.
Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata

3. Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya dam
merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.

4. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea dan
sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: Iris, Badan Siliar, Koroid

5. Lensa

Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa


adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi memfokuskan
cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki dua permukaan,
oyaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan posterior lebih cembung
daripada permukaan anterior. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma
optikal yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat (Lang, 2000; American
Academy of Ophthalmology Staff, 2014-2015a).

Secara histologis, lensa memiliki empat komponen utama, yaitu kapsul lensa,
epitelial subkapsular, korteks, dan nukleus. Kapsul lensa terdiri dari kapsul anterior
dan kapsul posterior. Kapsul ini merupakan suatu membran basalis dan terutama
terdiri atas kolagen tipe IV, beberapa serat kolagen lain dan komponen matriks
ekstraselular seperti glikosaminoglikan, laminin, fibronektin, dan proteoglikan
(Sihota dan Tandan, 2007; American Academy of Ophthalmology Staff, 2014-
2015a).

Epitelial subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa. Epitelial subkapsular yang berbentuk kuboid akan
berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang
danmembentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup
dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa.
(Kanski, 2003; American Academy of Ophthalmology Staff, 2014-2015a).

Nukleus merupakan serat massa lensa yang terbentuk sejak lahir sedangkan
korteks merupakan serat yang terbentuk setelah lahir. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteks. Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis
dan gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari
sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan
menjadi sangat panjang. Sesuai dengan bertambahnya umur, lensa lama-kelamaan
menjadi lebih besar dan kurang elastis. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein
yang disebut kristalin. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamella konsentris yang
panjang. Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial
yang disebut zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya pada
badan siliar (Sihota dan Tandan, 2007; American Academy of Ophthalmology Staff,
2014-2015a).
6. Aqueous Humor

Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian
ke perifer menuju sudut bilik mata depan.

7. Vitreous Humor

Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata.

8. Retina

Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya

C. TANDA & GEJALA

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta


gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:

1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


2. Peka terhadap sinar atau cahaya.
3. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
6. Sering berganti kaca mata
7. Penglihatan sering pada salah satu mata.

D. ETIOLOGI

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):

1. Usia lanjut dan proses penuaan


2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.


2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
E. PATOFISIOLOGI & PATHWAY

 PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.


Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama.
 PATHWAY

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit metabolik


proses penuaan bisa diturunkan. (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang terpapar
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

Gangguan koagulasi CEMAS


penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Intoleransi Menurunnya
katarak
Aktivitas ketajaman
penglihatan Usia meningkat

Resiko tinggi
Penurunan enzim menurun terhadap infeksi
Gangguan
persepsi sensori-
Degenerasi pd lensa
perseptual
penglihatan
KATARAK

Post op Nyeri
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
G. PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan

Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung


vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari
(sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat
keluar pada siang hari.

2. Penatalaksanaan medis

Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :

a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler

Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis,
dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap
dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada
penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks
lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama
yang juga memberikan irigasi kontinus.

b. Ekstraksi katarak intrakapsuler

Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan


lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula
lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan
melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina


bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal yang
dapat dilakukan diantaranya:

1) Kaca Mata Apikal

Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer
yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-
benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung.
memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien dapat mengkoordinasikan
gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pandang yang
terbatas.

2) Lensa Kontak

Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang mampu
menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi
lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami
kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk
pelepasan dan pembersihan lensa.

3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )

IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam
mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, karena
IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar 95 % IOL di pasang
di kamera posterior, sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang
pada pasien yang menjalani ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya
rupture tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler.
FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN

1. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS DIRI KLIEN

Nama : Ny. G

Tempat/Tanggal lahir : Banyumas, 27 Januari 1965

Umur : 55 tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : D3

Suku : Jawa

Pekerjaan : Guru

Tanggal Masuk RS : 17 Februari 2020

Sumber Informasi : Pasien

Status Perkawinan : Menikah

B. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


a. Keluhan utama
Pasien mengeluh penglihatan buram pada mata sebelah kanan
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada hari senin 17 februari 2020 pasien datang kepoli mata RSUD Margono
Soekarjo dengan keluhan penglihatan bertambah buruk, tidak dapat melihat objek
dengan jelas, lalu dokter menyarankan untuk dilakukan operasi katarak pada mata
sebelah kanan. Pasien dirawat diruang seruni untuk persiapan operasi dan
penanganan lebih lanjut.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tiga bulan sebelum masuk RSUD Margono Soekarjo pasien mengeluhkan
penglihatan kabur dan tidak jelas pada kedua matanya, penglihatan semakin buram
dan tidak jelas, pasien memutuskan untuk Op pertama pada mata sebelah kiri di Rs
Dadi Keluarga, kemudian satu bulan terakhir penglihatan pada mata sebelah kanan
semakin tidak jelas dan kadang pasien merasa pusing
d. Riwayat penyakit keluarga

Keterangan: Laki-laki :
Meninggal : Perempuan :
Pasien : Tinggal 1 Rumah :

C. DATA PENGKAJIAN

1. Aspek Biologis

Data Subyektif  Pasien mengeluh penglihatan


Tgl 17 Februari 2020 buram dan tidak jelas
 Pasien kesulitan melihat pada jarak
jauh atau jarak pendek
 Pandangan ganda, seperti ada
kabut
 Pasien merasa silau saat melihat
cahaya, susah melihat pada malam
hari
 Mata sebelah kanan tidak dapat
melihat objek dengan jelas hingga
jarak < 20 cm, mata sebelah kiri
dapat melihat jelas dengan jarak 3
meter
 Pasien kadang merasa pusing
P : Sakit Kepala
Q: Tidak pasti
R: Kepala
S: 3
T: Hilang timbul
Data Obyektif  Pupil berwarna putih
Tgl 17 Februari 2020  Terdapat dilatasi pupil
 Lensa keruh menyeluruh
 Td : 130/70 mmHg, N : 100, RR :
20x/m. S : 36,5

2. Aspek Fisik (Aktifvitas & Gerak)

Data Subyektif  Pasien mengkatakan aktivitas


Tgl 17 Februari 2020 terhalang dikarenakan penglihatan
yang terbatas
 Pasien mengatakan jika bangun
dari tempat tidur dibantu oleh
keluarga
 Masien mengatakan merasa pusing
jika sedang berdiri penglihatan
pasien ganda atau kabur

Data Obyektif  Pasien lebih banyak berbaring


Tgl 17 Februari 2020 ditempat tidur seringkali
memegangi kepala jika berdiri
 Aktivitas pasien dibantu oleh
anggota keluarga
 I= Pupil berwarna putih
 A= Tidak ada benjolan
 P= Tidak dilakukan palpasi karena
dibagian mata
 P= Tidak dilakukan perkusi karena
dibagian mata

3. Aspek Psikologis (Nyeri, Hospitalisasi, Support Sistem, dll)

Data Subyektif  Pasien merasa cemas, khawatir


Tgl 18 Februari 2020 dan takut akan dilakukan operasi
 Pasien takut bila pada operasinya
terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan
Data Obyektif  Pasien tampak takut dan cemas
Tgl 18 Februari 2020  Pasien tampak gelisah dan gugup

4. Aspek Sosial (Hubungan & Interaksi sosial disekitar Lingkungan)


Data Subyektif  Pasien mengatakan masih bisa
Tgl 18 Februari 2020 berkomunikasi dengan baik
dengan lingkungan sekitar
 Pasien mengatakan tidak ada
masalah dalam hal komunikasi
ataupun interaksi dengan orang
lain
 Pasien mengatakan khawatir jika
terjadi hal hal yang tidak
diharapkan
 Pasien mengatakan hubungan
interaksi pasien dengan keluarga
lancar
Data Obyektif  Pasien terlihat berkomunikasi
Tgl 18 Februari 2020 dengan baik dengan lingkungan
sekitar pasien
 Pasien terlihat berinteraksi dengan
baik dengan keluarga pasien
 Pasien tampak cemas dan gelisah

5. Aspek Spiritual

Data Subyektif  Pasien mengatakan ibadah sedikit


Tgl 18 Februari 2020 terganggu dikarenakan aktivitas
pasien yang terhambat oleh
gangguan penglihatannya
 Pasien mengatakan masih bisa
beribadah dan berdoa demi
kesehatannya
 Pasien berharap dapat melihat
dengan baik setelah dilakukanya
operasi
Data Obyektif  Pasien terlihat beribadah dan
Tgl 18 Februari 2020 berdoa untuk kesembuhannya
 Pasien terlihat optimis dan tenang
setelah beribadah
 Pasien seringkali menyebut nama
Allah disetiap merasakan sakit

D. LABORATORIUM

No Pemeriksaan Nilai Pmeriksaan Interpretasi


Tanggal Jenis Normal Hasil
1 17/02/20 Hemoglobin P= 14-18 g/dl 12,6 g/dl Abnormal
2 17/02/20 Leukosit 4500-10000 4500 mcL Normal
mcL
3 17/02/20 Trombosit 150 rb - 440 309 rb/mcL Normal
rb/mcL
4 17/02/20 Eritrosit 4,1 jt - 5,1 4,9 jt/mcL Normal
jt/mcL

E. PENGOBATAN

1. Cefrodroxil : 2 x 500 mg IV
2. Asam afenemat 2 x 500mg Oral
3. Polidemicin 500mg setiap 6jam sekali

F. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:


G. ANALISA DATA

DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF PROBLEM ETIOLOGI

DS : Gangguan persepsi Gangguan


sensori penglihatan penerimaan sensori
 Pasien mengeluh penglihatan buram
dan tidak jelas
 Pasien kesulitan melihat pada jarak
jauh atau jarak pendek
 Pandangan ganda, seperti ada kabut
 Pasien merasa silau saat melihat
cahaya, susah melihat pada malam
hari
 Mata sebelah kanan tidak dapat
melihat objek dengan jelas hingga
jarak < 20 cm, mata sebelah kiri dapat
melihat jelas dengan jarak 3 meter

DO :

 Pupil berwarna putih


 Terdapat dilatasi pupil
 Lensa keruh menyeluruh
 Td : 130/70 mmHg, N : 100, RR :
20x/m. S : 36,5

DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF PROBLEM ETIOLOGI

DS : Ansietas Stresor

 Pasien merasa cemas, khawatir dan


takut akan dilakukan operasi
 Pasien takut bila pada operasinya
terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan

DO :

 Pasien tampak takut dan cemas


 Pasien tampak gelisah dan gugup
DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF PROBLEM ETIOLOGI

DS : Resiko cedera Gangguan


penerimaan
 Pasien mengkatakan aktivitas sensori/status organ
terhalang dikarenakan penglihatan indera
yang terbatas
 Pasien mengatakan jika bangun dari
tempat tidur dibantu oleh keluarga
 Masien mengatakan merasa pusing
jika sedang berdiri penglihatan pasien
ganda atau kabur

DO :

 Pasien lebih banyak berbaring


ditempat tidur seringkali memgangi
kepala jika berdiri
 Aktivitas pasien dibantu oleh anggota
keluarga
 Pergerakan pasien dibantu oleh
keluarga

DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF PROBLEM ETIOLOGI


DS : Intoleransi aktivitas Gangguan
penerimaan
 Pasien mengkatakan aktivitas terhalang sensori/status organ
dikarenakan penglihatan yang terbatas indera
 Pasien mengatakan jika bangun dari
tempat tidur dibantu oleh keluarga
 Masien mengatakan merasa pusing jika
sedang berdiri penglihatan pasien ganda
atau kabur

DO :

 Pasien lebih banyak berbaring ditempat


tidur seringkali memgangi kepala jika
berdiri
 Aktivitas pasien dibantu oleh anggota
keluarga
 Pergerakan pasien dibantu oleh keluarga

H. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Dx 1 : Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori ditandai dengan
Pasien kesulitan melihat pada jarak jauh atau jarak pendek
2. Dx 2 : Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
ditandai dengan pasien takut bila pada operasinya
terjadi suatu hal yang tidak diinginkaon
3. Dx 3 : Resiko cedera berhubungan dengan Gangguan
penerimaan sensori/status organ indera ditandai
dengan pasien merasa pusing jika sedang berdiri
penglihatan pasien ganda atau kabur
4. Dx 4 : Intoleroansi aktivitas berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori ditandai dengan Masien
mengatakan merasa pusing jika sedang berdiri
penglihatan pasien ganda atau kabur
2. PERENCANAAN
Nama: Ny G Ruang: Seruni Umur : 55 tahun Tanggal Pengkajian: 17 Februari 2020

Dx 1 : Gangguan sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori ditandai dengan Pasien kesulitan melihat pada jarak jauh atau jarak pendek

NO DX Data Dari Analisa Data Tujuan / Kriteria Hasil / Indikator Rencana Tindakan (NIC)
(NOC/SMART) Setelah dilakukan tindakan
(Data Yang Maladaftif) keperawatan 3x24 jam diharapkan (ONEC)

1. DS : Indikator Awal Target O= Monitoring ketajaman penglihatan klien

 Pasien mengeluh penglihatan buram Fungsi sensori: N= Anjurkan klien untuk penggunaan alternatif rangsang
dan tidak jelas Penglihatan lingkungan.
 Pasien kesulitan melihat pada jarak jauh 1. Ketajaman 1 5 E= Edukasikan pada keluarga pasien dengan menemani klien
TGL atau jarak pendek, Pandangan ganda, pandangan digaris untuk mencegah resiko terjadinya cidera
seperti ada kabut kanan
17/02/20  Pasien merasa silau saat melihat C= Kolaborasi dengan dokter serta beritahu dokter mengenai
2. Ketajaman 1 5
cahaya, susah melihat pada malam hari pandangan perifer perubahan kondisi klien
 Mata kanan tidak dapat melihat objek kanan.
dengan jelas hingga jarak < 20 cm, 3. Respon terhadap
mata kiri dapat melihat jelas dengan 1 5
stimulus
jarak 3 meter pandangan
DO :

 Pupil putih, Terdapat dilatasi pupil,


Lensa keruh menyeluruh
 Td : 130/70 mmHg, N : 100, RR :
20x/m. S : 36,5
Nama: Ny G Ruang: Seruni Umur: 55 tahun Tanggal Pengkajian: 18 Februari 2020

Dx 2 : Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini ditandai dengan pasien takut bila pada operasinya terjadi suatu hal yang tidak diinginkan

NO DX Data Dari Analisa Data Tujuan / Kriteria Hasil / Indikator Rencana Tindakan (NIC)
(NOC/SMART) Setelah dilakukan tindakan
(Data Yang Maladaftif) keperawatan 3x24 jam diharapkan (ONEC)

2 DS : Indikator Awal Target O= Observasi tentang kecemasan klien.

 Pasien merasa cemas, khawatir Ansietas N= Dorong pasien atau orang terdekat lainya untuk
dan takut akan dilakukan operasi mengekspresikan perasaan.
1. Kekhawatiran 1 5
 Pasien takut bila pada mengenai E= Edukasikan pada klien untuk melakukan teknik
TGL operasinya terjadi suatu hal penyakit atau relaksasi.
yang tidak diinginkan cidera.
18/02/2 1 5
2. Wajah tegang C= Kolaborasikan dengan dokter tentang pemberian obat
0 DO :
3. Kepanikan 1 5 untuk mengurangi kecemasan.
 Pasien tampak takut dan cemas
 Pasien tampak gelisah dan
gugup
Nama: Ny G Ruang: Seruni Umur: 55 tahun Tanggal Pengkajian: 17 Februari 2020

Dx 3 : Resiko cedera berhubungan dengan Gangguan penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan pasien merasa pusing jika sedang berdiri penglihatan pasien
ganda atau kabur

DX Data Dari Analisa Data Tujuan / Kriteria Hasil / Indikator Rencana Tindakan (NIC)
(NOC/SMART)
(Data Yang Maladaftif) (ONEC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan

3 DS : Indikator Awal Target O= Kaji tentang kebutuhan dasar dan fasilitas yang ada

 Pasien mengkatakan aktivitas Fungsi sensori: N=


terhalang dikarenakan penglihatan Penglihatan
yang terbatas  Pasang selalu pengaman tempat tidur pasien
1. Pusing 1 5  Pasang tanda resiko jatuh (Papan segitiga kuning)
TGL  Pasien mengatakan bangun dari 2. Penglihatan ganda
tempat tidur dibantu keluarga ditempat tidur pasien
18/02 3. Penglihatan kabur
 Pasien mengatakan merasa pusing  Jaga penerangan ruangan
/20
1 5
jika sedang berdiri penglihatan E= Orientasikan pasien tentang ruangan
pasien ganda/ kabur 1 5
C=
DO :
 Motivasi keluarga untuk selalu mendampingi pasien
 Pasien lebih banyak berbaring  Anjurkan keluarga untuk memberikan alan bantu
ditempat tidur, seringkali memgangi berjalan seperti tongkat
kepala jika berdiri
 Aktivitas pasien dibantu keluarga
 Pergerakan pasien dibantu keluarga
3. IMPLEMENTASI

Nama: Ny G Umur: 55 tahun Ruang: Seruni

Dx Kep: Gangguan sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori


ditandai dengan Pasien kesulitan melihat pada jarak jauh atau jarak pendek

NO HARI/TGL/
IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX WAKTU

1 17/02/20  Memonitor ketajaman DS: Melfin


penglihatan klien
 Pasien mengatakan
kesulitan untuk melihat
baik jarak jauh ataupun
jarak dekat

DO:

 Pupil pasien berwarna


putih dan ada dilatasi
pupil,lensa keruh
menyeluruh

1 18/02/20  Mengedukasikan pada DS: Melfin


keluarga pasien dengan
menemani klien untuk  Pasien mengatakan
mencegah resiko terjadinya merasa pusing jika
cidera sedang berdiri
penglihatan pasien ganda/
kabur

DO:

 Aktivitas pasien dibantu


keluarga

1 19/02/20  Memberikan obat tetes mata DS: Melfin


sesuai anjuran dari dokter
 Pasien mengatakan
penglihatan pasien
sedikit membaik setelah
menggunakan obat

DO:
 Kekeruhan pada lensa
berkurang
Nama: Ny G Umur: 55 tahun Ruang: Seruni

Dx Kep : Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini ditandai dengan pasien
takut bila pada operasinya terjadi suatu hal yang tidak diinginkan

HARI/TGL
NO / IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX
WAKTU

2 18/02/20  Mengobservasi tentang DS: Melfin


kecemasan klien
 Pasien mengatakan
merasa cemas dan takut

DO:

 Pasien tampak cemas


dan takut

2 19//02/20  Mengedukasikan pada klien DS: Melfin


untuk melakukan teknik
relaksasi.  Pasien mengatakan
sedikit lebih tenang

DO:

 Pasien tampak lebih


tenang

2 20/02/20  Memberikan obat untuk DS: Melfin


mengurangi kecemasan
sesuai anjuran dokter  Pasien mengatakan jauh
lebih tenang
dibandingkan hari
sebelumnya

DO:

 Pasien sudah tidak lagi


menunjukan
kecemasannya
Nama: Ny G Umur: 55 tahun Ruang: Seruni

Dx Kep : Resiko cedera berhubungan dengan Gangguan penerimaan sensori/status organ


indera ditandai dengan pasien merasa pusing jika sedang berdiri penglihatan pasien ganda
atau kabur

NO HARI/TGL/
IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX WAKTU

3 18/02/20  Mengkaji tentang kebutuhan DS: Melfin


dasar dan fasilitas yang ada
 Pasien mengatakan
 Memotivasi keluarga untuk
bangun dari tempat tidur
selalu mendampingi pasien
dibantu keluarga

DO:

 Aktivitas pasien dibantu


keluarga

3 19/02/20  Memasang pengaman tempat DS:


tidur pasien
 Pasien mengkatakan
 Memasang tanda resiko jatuh
aktivitas terhalang
(Papan segitiga kuning)
dikarenakan penglihatan
ditempat tidur pasien
yang terbatas

DO:

 Pasien lebih banyak


berbaring ditempat tidur

3 20/20/20  Menganjurkan keluarga untuk DS:


memberikan alan bantu
berjalan seperti tongkat  Pasien mengatakan
merasa pusing jika
berdiri penglihatan
pasien ganda/ kabur

DO:

 Pasien lebih banyak


berbaring ditempat
tidur, seringkali
memgangi kepala jika
berdiri
4. EVALUASI

Nama: Ny G Umur: 55 tahun Ruang: Seruni

Dx Keperawatan: Gangguan sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan


sensori ditandai dengan Pasien kesulitan melihat pada jarak jauh atau jarak pendek

HARI/
NO
TGL/ Catatan Perkembangan (SOAP) PARAF
Dx
WAKTU

1 Senin, S: Pasien mengatakan kesulitan untuk melihat baik jarak jauh Melfin
ataupun jarak dekat
17/02/20
O: Pupil pasien berwarna putih dan ada dilatasi pupil,lensa
keruh menyeluruh

A: Masalah belum teratasi

F. Sensori penglihatan Awal Target Saat ini


Ketajaman pandangan garis 1 5 1
kanan
Ketajaman pandangan perifer 1 5 1
kanan.
Respon terhadap stimulus 1 5 1
pandangan
P: Lanjutkan Intervensi

1 S: Pasien mengatakan merasa pusing jika sedang berdiri


penglihatan pasien ganda/ kabur

Selasa, O: Aktivitas pasien dibantu keluarga Melfin

18/02/20 A: Masalah belum teratasi

F. Sensori penglihatan Awal Target Saat ini


Ketajaman pandangan garis 1 5 1
kanan
Ketajaman pandangan perifer 1 5 1
kanan.
Respon terhadap stimulus 1 5 1
pandangan
P: Lanjutkan intervensi

1 Rabu, S: Pasien mengatakan penglihatan pasien sedikit membaik Melfin


setelah menggunakan obat
19/02/20
O: Kekeruhan pada lensa berkurang

A: Masalah sedikit teratasi


F. Sensori penglihatan Awal Target Saat ini
Ketajaman pandangan garis 1 5 3
kanan
Ketajaman pandangan perifer 1 5 3
kanan.
Respon terhadap stimulus 1 5 3
pandangan
P: Lanjutkan Intervensi

Nama: Ny G Umur: 55 tahun Ruang: Seruni

Dx Keperawatan: Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini ditandai dengan
pasien takut bila pada operasinya terjadi suatu hal yang tidak diinginkan

NO HARI/TGL/
Catatan Perkembangan (SOAP) PARAF
Dx WAKTU

2 Selasa, S: Pasien mengatakan merasa cemas dan takut Melfin

18/02/20 O: Pasien tampak cemas dan takut


A: Masalah belum teratasi

Ansietas Awal Target Saat


ini
Kekhawatiran mengenai 1 5 1
penyakit atau cidera.
Wajah tegang 1 5 1
Kepanikan 1 5 1
P: Lanjutkan intervensi

2 Rabu. S: Pasien mengatakan sedikit lebih tenang Melfin

19/02/20 O: Pasien tampak lebih tenang


A: Masalah belum teratasi

Ansietas Awal Target Saat


ini
Kekhawatiran mengenai 1 5 3
penyakit atau cidera.
Wajah tegang 1 5 3
Kepanikan 1 5 3
P: Lanjutkan intervensi

2 Kamis, S: Pasien mengatakan jauh lebih tenang dibandingkan Melfin


hari sebelumnya
20/02/20
O: Pasien sudah tidak lagi menunjukan kecemasannya

A: Masalah teratasi

Ansietas Awal Target Saat


ini
Kekhawatiran mengenai 1 5 5
penyakit atau cidera.
Wajah tegang 1 5 5
Kepanikan 1 5 5
P: Hentikan intervensi

Nama: Ny G Umur: 55 tahun Ruang: Seruni

Dx Keperawatan : Resiko cedera berhubungan dengan Gangguan penerimaan sensori/status


organ indera ditandai dengan pasien merasa pusing jika sedang berdiri penglihatan pasien
ganda atau kabur

NO HARI/TGL/
Catatan Perkembangan (SOAP) PARAF
Dx WAKTU

3 Selasa, S: Pasien mengatakan bangun dari tempat tidur dibantu Melfin


keluarga
18/02/20
O: Aktivitas pasien dibantu keluarga
A: Masalah belum teratasi

Fungsi sensori penglihatan Awal Target Saat ini


Pusing 1 5 1
Penglihatan ganda 1 5 1
Penglihatan kabur 1 5 1
P: Lanjutkan intervensi

3 Rabu, S: Pasien mengkatakan aktivitas terhalang dikarenakan Melfin


penglihatan yang terbatas
19/02/20
O: Pasien lebih banyak berbaring ditempat tidur
A: Masalah belum teratasi

Fungsi sensori penglihatan Awal Target Saat ini


Pusing 1 5 1
Penglihatan ganda 1 5 1
Penglihatan kabur 1 5 1
P: Lanjutkan Intervensi

3 Kamis, S: Pasien mengatakan merasa pusing jika berdiri Melfin


penglihatan pasien ganda/ kabur
20/02/20
O: Pasien lebih banyak berbaring ditempat tidur,
seringkali memgangi kepala jika berdiri
A: Masalah belum teratasi

Fungsi sensori penglihatan Awal Target Saat ini


Pusing 1 5 3
Penglihatan ganda 1 5 3
Penglihatan kabur 1 5 3
P: Lanjutkan Intervensi
6. KESIMPULAN

No Data Subjektif Tujuan / Kriteria Hasil / Indikator Senin Selasa Rabu


Dx Data objektif (NOC/SMART
Gangguan sensori penglihatan b.d.
gangguan penerimaan sensori d.d.
Pasien kesulitan melihat pada jarak
jauh atau jarak pendek
1 DS: Setelah dilakukan tindakan Pasien DS: DS:
Pasien keperawatan 3x24 jam diharapkan mengatakan Pasien Pasien
mengatakan pandangan kembali normal dengan kesulitan untuk mengatakan mengatakan
kesulitan kriteria hasil: melihat baik jarak merasa pusing penglihatan
untuk melihat F. Sensori Awa Target Akhir jauh ataupun jika sedang pasien sedikit
baik jarak penglihatan l jarak dekat berdiri membaik
jauh ataupun Ketajaman 1 5 3 DO: penglihatan setelah
jarak dekat pandangan • Pupil pasien ganda/ menggunakan
DO: garis kanan pasien berwarna kabur obat
Pupil pasien Ketajaman 1 5 3 putih dan ada DO: DO:
berwarna pandangan dilatasi Aktivitas Kekeruhan
putih dan ada perifer pupil,lensa keruh pasien dibantu pada lensa
dilatasi kanan. menyeluruh keluarga berkurang
pupil,lensa Respon 1 5 3
keruh terhadap
menyeluruh stimulus
pandangan

No Data Tujuan / Kriteria Hasil / Indikator Selasa Rabu Kamis


Dx Subjektif (NOC/SMART
Data objektifAnsietas b.d. ancaman pada status
terkini d.d. pasien takut bila pada
operasinya terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan
2 DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan DS: DS: DS:
Pasien 3x24 jam diharapkan kecemasan Pasien Pasien Pasien
mengatakan berkurang dengan kriteria hasil: mengatakan mengatakan mengatakan
merasa cemas Ansietas Awal Target Akhir merasa cemas sedikit lebih jauh lebih
dan takut Kekhawatiran 1 5 5 dan takut tenang tenang
DO: mengenai DO: DO: dibandingkan
Pasien penyakit atau Pasien tampak Pasien tampak hari
tampak cemas cidera. cemas dan takut lebih tenang sebelumnya
dan takut Wajah tegang 1 5 5 DO:
Kepanikan 1 5 5 Pasien sudah
tidak lagi
menunjukan
kecemasannya
No Data Subjektif Tujuan / Kriteria Hasil / Indikator Selasa Rabu Kamis
Dx Data objektif (NOC/SMART

3 DS: Setelah dilakukan tindakan DS: DS: DS:


Pasien keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien Pasien Pasien
mengatakan Resiko cedera akibat gangguan mengatakan mengkatakan mengatakan
bangun dari penglihatan berkurang dengan bangun dari aktivitas merasa pusing
tempat tidur kriteria hasil: tempat tidur terhalang jika berdiri
dibantu Fungsi Awal Target Saat dibantu keluarga dikarenakan penglihatan
keluarga sensori ini DO: penglihatan pasien ganda/
DO: penglihatan Aktivitas pasien yang terbatas kabur
Aktivitas Pusing 1 5 3 dibantu keluarga DO: DO:
pasien dibantu Penglihatan 1 5 3 Pasien lebih Pasien lebih
keluarga ganda banyak banyak
Penglihatan 1 5 3 berbaring berbaring
kabur ditempat tidur ditempat tidur,
seringkali
memgangi
kepala jika
berdiri
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made
Kariasa. Jakarta : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta: EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia,
Pennsylvania : The Curtis Center
Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta, Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai