com
LogoType
(sari, 2018)
Kesulitan fokus
Kesulitan
menyesuaikan mata
pada cahaya rendah Kehilangan
penglihatan
Sakit kepala tepi
1. Glaukoma sudut-terbuka
Umumnya asimtomatik sampai pasien kehilangan
jarak pandang
2. Glaukoma sudut-tertutup
- Pandangan kabur
- Nyeri Kepala
- Nyeri okular (mata pegal)
- Mual disertai muntah
- Kornea berawan
(Nurarif,2015)
Pemeriksaan penunjang
1. Oftalmoskopi
untuk memeriksa saraf optik dan diskus optik guna untuk mengetahui adanya
edema, kerusakan kultural
2. Tonometri
untuk mengukur tekanan intra okular. Rentang normal 10-21 mmHg
3. Biomikroskopi
menggunakan lampu cerah untuk memeriksa kornea, pupil, dan ruang anterior
4. Gonioskopi
mengevaluasi sudut drainase mata mnggunakan lensa gonio, tiga cermin
diletakkan pada mata untuk menentukan apakah sudut mata terbuka,
menyempit, tertutup.
(Nurarif, 2015)
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan TIO ke tingkat yang
konsisten dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan bisa
berbeda-beda bergantung pada klasifikasi penyakit dan responnnya ter-
hadap terapi
1. Farmakologi
Penggunaan obat dilator pupil (midriatikum) merupakan kontraindikasi
pada pasien dengan glukoma.
Antagonis beta-adrenergik, menurunkan TIO dengan mengurangi
pembentukan humor aqueus.
Bahan kolinergik, obat kolinergik topikal (Mis: Pilokarpin hidroklorida,
asetilkolin klorida)
Cont…
2. Riwayat kesehatan
• Keluhan utama : lapang pandang berkurang & mata kabur
• Riwayat kesehatan sekarang : mata kabur, sering menabrak dan gangguan
saat membaca
• Riwayat kesehatan dahulu : kaji masalah mata terdahulu, riwayat penggunaan
antihistamin, riwatar trauma dan penyakit lain yang sedang diderita
• Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah anggota keluarga ada yang men-
galami glaukoma
Pengkajian
3. Psikososial
• Kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh dan berk-
endaraan
4. Pemeriksaan fisik
• Menggunakan oftalmoskop (mengetahui adanya cupping dan atrofi
diskus optikus)
• Pemeriksaan lapang pandang (lapang pandang menurun)
• Inspeksi (mengetahui adanya inflamasi mata,sklera kemerahan, dilatasi
pupil dan kornea keruh)
• Palpasi (terasa lebih keras karena peningkatan TIO)
• Uji diagnostik menggunakan tonometri dan gonioskopi
Diagnosa Umum Glaukoma
1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
2. Gangguan citra tubuh bb.d penyakit
3. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
4. Ansietas b.d stresor
5. Risiko cedera b.d Gangguan Psikomotor
6. Defisit Pengetahuan b.d Proses Penyakit
7. Risiko Jatuh b.d Gangguan Visual
8. Hambatan kemampuan berpindah b.d gangguan penglihatan
9. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet kurang
10. Harga diri rendah situasional b.d penyakit fisik
KASUS
2. Riwayat Kesehatan
- Hipertensi
- Diabetes Melitus
3. Keluhan Utama
- Kebutaan sera tiba-tiba
- Nyeri kepala
- Nyeri di area mata
pengkajian
4. Psikologi
- Pasien tampak cemas
- Pasien tidak tahu penyebab penyakitnya
- Pasien takut tidak dapat melihat lagi
5. Pemeriksaan Fisik
- TD 170/110 mmHg
- RR 25x/menit
- Glukosa Darah 250 mmHg
- Skala Nyeri 8
6. Pemeriksaan Penunjang
- TIO 30mmHg
- Kornea mata merah dan keruh
- Pupil mata tidak bereaksi pada cahaya
Analisa data
Analisa data Etiologi Masalah
Do:
-Kornea mata merah dan keruh
-Pupil tidak berespon terhadap ca-
haya.
- TIO : 30 mmHg
Analisa Data
Do:
-Skala nyeri 8
-tampak meringis kesakitan
-TIO 30 mmHg
-TD 170/100mmHg
-RR 25x/menit
Analisa Data
Do:
- kornea mata merah, serta keruh
- Pupil tidak berespon terhadap
cahaya
- TIO : 30mmHg
Analisa Data
Do:
- gelisah sambil menutup mata kannanya
dengan kanan.
- TD 170/110mmHg
- RR 25x/menit
- TIO : 30mmHg
Analisa Data
Do:
-TD =170/100 mmhg
-RR 25x/menit
Pasien tampak gelisah.
Diagnosa Utama dari Kasus
1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
2. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis
3. Risiko Jatuh b.d gangguan penglihatan
4. Ansietas b.d stressor
5. Defisit Pengetahuan b.d proses penyakit
Dx 1. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan Penglihatan
Dx NOC NIC RASIONAL
1 Setelah dilakukan 1. Periksa status sensori 1. Agar mengetahui status
perawatan selama 24 jam, sensori klien dan dapat
diharapkan pasien: 2. Diskusikan tingkat toleransi menentukan intervensi yang
terhadap beban sensor seperti tepat.
•Mencegah memburuknya cahaya 2. Agar dapat menyesuaikan
fungsi sensori klien cahaya yang di perlukan klien,
(penglihatan) 3. Batasi stimulus yang tidak terlalu terang maupun
mengganggu seperti cahaya terlalu redup.
yang berlebihan 3. Melihat cahaya terang dapat
mengakibatkan timbulnya
4. Ajarkan cara meminimalisasi seperti pelangi di sekitar
stimulus misalnya pengaturan cahaya sehingga mengurangi
cahaya ruangan kenyamanan saat melihat.
5. Kolaborasi pemberian obat 4. Agar klien juga paham
yang mempengaruhi persepsi menyesuaikan cahaya yang
sensori. dia perlukan
5. Pemberian obat obatan dapat
mencegah glukoma menjadi
lebih parah
Dx 2. Nyeri Akut b.d Agen Cidera Biologis
Dx NOC NIC RASIONAL
2 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji nyeri secara kompere- 1. Untuk mengetahui sensasi nyeri
keperawatan selama 2x24 jam, hensif, lokasi, karakteristik, yang dirasakaan pasien dan dapat
diharapkan nyeri yang di- kualitas, skala, durasi. memberikan intervensi yang tepat
rasakan pasien berkurang, 2. Kaji tanda-tanda vital 2. TTV menujukka respon tubuh
dengan 3. Kontrol lingkungan di sekitar terhadap nyeri
Kriteria Hasil : pasien yang dapat 3. Pencahayaan yang terlalu
1. Nyeri berkurang/hilang mempengaruhi nyeri seperti terang maupun terlalu gelap dapat
2. Mampu mengontrol nyeri pencahayaan ruang mempengaruhi fungsi mata dan
3. Menyatakan rasa nyaman 4. Ajarkan manajemen nyeri nyeri
setelah nyeri berkurang seperti teknik relaksasi 4. Dilakukan agar pasien dapat
4. TTV kembali ke rentang 5. Observasi reaksi nonverbal mengontrol rasa nyeri dan tidak
normal dari ketidaknyamanan fokus
6. Kolaborasi pemberian terhadap nyeri yang dirasakan
analgesik untuk mengurangi 5. Reaksi nonverbal dapat mendu-
nyeri kung data pengkajian nyeri
6. Pemberian analgesik diperlukan
jika rasa nyeri tidak teratasi
dengan manajemen
nonfarmakologi.
Dx 3. risiko jatuh b.d gangguan visual
No Noc Nic Rasional
3 Setelah dilakukan observasi Observasi
perawatan selama 24 jam, 1. Identifikasi faktor risiko 1. Agar mengetahui faktor yang
diharapkan pasien: jatuh (gangguan dapat menyebabkan pasien
penglihatan) terjatuh
1. Menurunnya derajat jatuh 2 Identifikasii faktor 2 Agar dapat memfasilitasi
pasien linkungan yang meningkat lingkungan yang aman dan
2. Pasien mampu berjalan kan resiko jatuh seperti nyaman bagi klien
dari satu tempat ke tempat lantai licin dan penerangan 3. Agar mengetahui
lain secara mandiri kurang kemampuan klien.
3 Monitor kemampuan berpindah
klien Terapeutik
2. Agar pasien dan keluarga
terapeutik mengetahui ruangan
2. Orientasikan ruangan pada 3. Agar pasien tidak terjatuh
pasien dan keluarga
3. Pastikan roda tempat tidur
dalam keadaan terkunci
Nic Rasional
3. Dekatkan bel memanggil 3. Agar pasien mudah
dalam jangkauan pasien memanggil perawat
jika di butuhkan
Edukasi
4. Anjurkan memanggil Edukasi
perawat jika membutuhkan 4. Agar perawat dapat
bantuan segera membantu
5. Anjurkan menggunakan 5. Alas kaki yang licin
alas kaki yang tidak licin dapat
6. Ajarkan cara menggunakan mengakibatkan
bel untuk memanggil pasien terjatuh
perawat 6. Agar pasien dapat
memanggil perawat
Dx 4. Ansietas b.d stressor
No NOC NIC Rasional
4. Tujuan: setelah diberikan tin- Mandiri 1. Faktor ini mempengaruhi
dakan keperawatan diharap- 1. Kaji tingkat ansitas, dera- persepsi pasien terhadap anca-
kan cemas dapat berkurang jat pengalaman nyeri/timbul man diri, potensial siklus insietas,
dan hilang. nya gejala tiba-tiba dan dan dapat mempengaruhi upaya
Kriteria hasil: pengetahuan kondisi saat ini medik untuk mengontrol TIO.
• Pasien tampak rileks dan 2. Berikan informasi yang 2. Menurunkan ansiets sehubun-
melaporkan ansitas menu- akurat dan jujur. Diskusikan gan dengan ketidak tahuan /
run sampai tingkat da- kemungkinan bahwa pen- harapan yang akan datang dan
pat diatasi. gawasan dan pengobatan memberikan dasar fakta untuk
• Pasien menunjukkan ke- dapat mencegah kehilana- membuat pilihan info tentang
trampilan pemecahan gan pengeligatan tambahan. pengobatan.
masalah 3. Dorong pasien untuk 3. Memberi kesempatan pasien
• Pasien menggunakan mengakui masalah dan menerima situasi nyata, mengk-
sumber secara efektif. mengekspresikan perasaan larifikasi salah konsepsi dan pe-
4. Identifikasi sumber/orang mecahan masalah.
yang menolong 4. Memberikan keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri dalam meng-
hadapi masalah
Dx 5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
No Noc Nic Rasional
5. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Agar bisa memberikan infor-
keperawatan 2x24 jam di- kemampuan menerima informasi masi ketika pasien siap
harapkan tingkat penge- menerimanya
tahuan pasien meningkat, 2. Sediakan materi dan media
dengan kriteria hasil : pendidikan kesehatan 2. agar pasien lebih mudah
1. Perilaku sesuai anjuran memahami materi yang dije-
2. Mampu menjelaskan 3. Anjurkan memonitor kemerahan laskan
proses penyakit pada mata 3. Kemerahan pada mata
adalah gejala dari glaukoma
4. Anjurkan tidak menyentuh mata
4. Agar tidak terinfeksi mikroor-
5. Ajarkan cara menggunakan tetes ganisme dari tangan
mata
5. Agar pasien mampu meng-
gunakan obat tets mata saat
dengan benar
EVALUASI
No. DX Evaluasi
1. Gangguan persepsi sensori S:
b.d gangguan penglihatan • Pasien mengatakan penglihatannya tidak bertambah
buruk
• Pasien memahami tingkat toleransi beban sensor
• Pasien dapat menjelaskan kembali cara meminimalisasi
stimulus (pengaturan cahaya ruang)
O:
Pasien terlihat masih meraba-raba saat berjalan
A:
Masalah persepsi sensori teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan yaitu kolaborasi pemberian obat
I:
Kolaborasikan pemberian obat yang mempengaruhi persepsi
sensori
E:
Pasien mengatakan penglihatannya mulai membaik
R:
Lanjutkan kolaborasi pemberian obat
No. DX Evaluasi
2. Nyeri akut b.d agen S:
cedera biologis • Pasien mengatakan mengalami nyeri sakit kepala yang
berdenyut-denyut
• Pasien mengatakan durasi dan kualitas nyeri berkurang
dari yang sebelumnya
O:
• Pasien tampak lebih rileks
• Skala nyeri 5
• TD 120/80 mmHg
• RR 22x/menit
• HR 90x/menit
• T 37,6 °C
A: Nyeri pada pasien teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan yaitu manajemen nyeri dan
kolaborasi pemberian analgesik
No. DX Evaluasi
I:
• Lakukan manajemen nyeri seperti teknik
relaksasi
• Kolaborasikan pemberian analgesik
E:
• Pasien mengatakan nyeri membaik
• Skala nyeri 3
R:
• Pantau nyeri
• Lanjutkan kolaborasi pemberian analgesik
No. DX Evaluasi
3. Risiko jatuh b.d gangguan S:
penglihatan • Pasien mengatakan kesulitan beraktivitas normal
• Pasien dan keluarga memahami cara untuk
mengurasi risiko jatuh
O:
• Pasien terlihat meraba-raba saat berjalan
• Pasien masih perlu dibantu oleh perawat selama
aktivitas
A: Masalah risiko jatuh teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan yaitu monitor kemampuan
berpindah pasien
I: Monitor kemampuan berpindah pasien
E: Pasien mengatakan kesulitan beraktivitas
Angka insidens CAPG diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan perubahan de-
mografis. Hal ini membuat peran perawat opthalmic dalam berkonstribusi pada pendeteksian dini
CAPG menjadi semakin signifikan.
Berikut beberapa tanggung jawab perawat pada pendeteksian dini CAPG:
1. Penyediaan pendidikan/edukasi melalui komunikasi yang efektif dan keterampilan interper-
sonal yang baik.
2. Promosi kesehatan melalui eksplorasi kepercayaan dan sikap klien akan kesehatan.
3. Membantu diagnosis awal dan pengobatan segera untuk menjaga kualitas hidup pasien jangka
panjang.
4. Menetapkan hubungan terapeutik dan waktu yang berkualitas.
5. Membantu klien dalam membangun kepercayaan diri dan keyakinan diri karena perawatan
glaukoma merupakan manajemen jangka panjang .
6. Perilaku dan sikap perawat harus berdampak positif terhadap kepatuhan klien.
Daftar Pustaka
1. Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi keperawatan berdasarkan diagno
sa nanda nic-noc. Vol 2. Jogjakarta : Mediaction
2. Nurmalasari, Y. dan Hermawan, M. R. (2017). Karakteristik
pasien glaukoma berdasarkan faktor instrinsik di RS
pertamina bintang amin bandar lampung. Jurnal Ilmu Ke
dokteran dan Kesehatan, 4(2) : 85-90
3. Permata, et al. (2016). Klasifikasi glaukoma menggunakan
neutral network brackpropagation. Vol 8. 158-163
4. Sari, Y.P. (2018). Penatalaksanaan glaukoma akut primer
sudut terbuka. Jurnal kedokteran Unsyiah. Vol 18 (3).
172-175
5. Smeltzer, S.C., Bare, B.G., (2001). Buku ajar keperawatan
medikal bedah Brunner & Suddarth. Vol 3. Jakarta:EGC
Thank you