KONGENITAL
4. Penatalaksanaan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
defek. Semakin tinggi lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk
anomaly tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir. Bedah
definitifnya, yaitu anoplasti perineal (prosedur penarikan perineum abdominal).
umumnya ditunda 3-12 bulan.
Setelah colostomy, feies dibuang dari pasien melalui stoma, dan terkumpul
dalam kantong yang meleka pada abdomen yang diganti bila perlu. Pengobatan
pada anus malformasi anorektal juga dapat dilakukan dengan jalan operasi PSARP
(Posterio Sagital Anorectoplasy). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka
lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama yaitu
Abdomina Parineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini mempunyai resiko
gagal tinggi karena harus membuka dinding abdomen.
5. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1. Identitas Anak
Nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien dalam
keluarga, tanggl masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diadnosa
medis, nomor rekam medic, alamat.
2. Identitas Orang Tua
Nama ayah, nama ibu, umur,pendidukan, pekerjaan, agama, dan
alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pengkajian keperwatan dapat ditemukan penyumbatan
anus (anus tidak normal) tidak adanya mekonium, adanya kembung
dan terjadi muntah pada 24-48 jam setelah lahir. Atau pada bayi laki-
laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada urin, dan pada
bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium pada
vagina.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1. Riwayat parental
Kesehatan ibu selma hamil, kapan hari pertama haid terakhir
(HPHT), imunitasi TT, nutrisi selama ibu hamil yang merugikan
bagi perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti: kebiasaan
merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi
narkoba dan obat obatan secara sembarang.
2. Riwayat intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis
pertolongan persaliana, berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal,
awal timbulnya pernafasan, tangisan pertama dan tindakan khusus.
3. Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang
berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital,
kesulitan menghisap, kesulitan pemberiaan makan atau ASI.
c. Riwayat kesehtan keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan langsung dengan gangguan sistem gastrointestinal.
3. Pemeriksaan Fisika
a. Daerah parineum
Inspeksi dengan cermat daerah parineum secara dini untuk mencari
hubungan fistula ke kulit, untuk menemukan muara anus ektopik atau
stenatik, untuk memperbaiki bentuk luar jangka panjang, untuk melihat
adanya garis hitam yang menentukan letak fistal dan terapi segeranya.
b. Abdomen
Memeriksa tanda tanda obstrksi usus (perut kembung). Amati adanya
distensi abdomen. Ukur lingkar abdomen. Dengan bising usus (4
kuadran). Perkusi abdomen. Palpasi abdomen(mungkin kejang usus).
c. Kaji hidrasi dan status nutrisi
Timbang berat badan tiap hari. Amati muntah proyektif (karakteristik
muntah)
d. TTV
Ukur suhu badan (umunya terjadi peningkatan). Ukur frekuensi
pernafasan (terjadinya takipnea atau dipsnea). Ukur nadi (terjadinya
takikardi).
e. Observasi manifestasi malformasi anorektal
Pemeriksaan colok dubur pada anus yang tampak normal, tapi bila
tidak dapat masuk lebih 1-2 cm berarti terjdi atresia rektum.
b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan ndengan
muntah
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan intake tidak adekuat
3. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen .
4. Konstipasi berhubungan dengan gangguan passae feses, feses lama
dalam kolon dan rektum.
5. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap disfungsi rektum.
6. Resiko tinggi terhadap komplikasi : infeksi berhubungan dengan
prosedur tindakan pembedahan.
c. Intervensi keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
muntah
Tujuan : klien menunjukan keseimbangan cairan elektrolit setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dengan kriteria hasil :
keseimbangan jumlah input dan out put, turgor kulit elastis, ttv normal
(suhu 36,5 – 37, RR, 35x permenit) tidak didapatkan distensi abdomen.
Intervensi
a. Ukur jumlah input-output cairan
Rasionalisasi : mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan.
b. Inspeksi turgor kulit
Rasionalisasi : pada keadaan dehidrasi turgor kulit tidak elastis.
c. Ukur tand-tanda vital
Rasionalisasi ; keadn dehidrasi diidentifikasi dengan adanya perubahan
ttv
d. Inspeksi adanya distensi abdomen
Rasionalisasi : peningkatan tekanan abdomen ditandai dengan adanya
distensi abdomen.
e. kolaborasi berikan cairan IV
rasionalisasi : mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
Tujuan : mempertahankan berat badan stabil menunjukan kemajuan
peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal.
Intervensi
a. Pertahankan potensi selang naso-gastrik. Jangan mengembalikan posisi
selang bila terjadi parubahan posisi.
Rasionalisasi : memberikan istirahat pada traktus GI. Selama fase
pasca operasi akut samapai kembali berfungsi normal.
b. Berikan perawatan oral secara teratur
Rasional : mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir
pecah.
c. Kolaborasi pemberian cairan iv.
Rasional ; memenuhi kebutuhan nutrisi sampai masukan oral dapat
dimulai.
d. Awasi pemeriksan laboratorium, misalnya Hb/Hr dan elektrolit.
Rasional : indikator kebutuhan cairan/ nutrisi dan keaktifan terapi dan
terjadinya konstipasi.
c. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
Tujuan : menyatakan nyeri hilang, menunjukan rileks, mampu tidur, dan
istirahat dengan tepat.
Intervensi
a. Catat keluhan nyeri, durasi, dan intensitasnya.
Rasional : membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya
komplikasi.
b. Catat petunjuk nonverbal misal : menolak untuk bergerak
Rasional : bahasa tubuh / petunjuk nonverbal dapat secara psikologis
dan fisiologis dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
mengidentifikasi masalah.
c. Kaji faktor faktor yang dapat meningkatkan dan atau menghilangkan
nyeri.
Rasional : menunjukan faktor pencetus dan pemberat dan
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d. Berikan tindakan nyaman , seperti pijat pinggang, ubah posisi
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan perhatian, dan
meningkatkan koping.
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : memudahkan istirahat dan menurunkan rasa sakit.
d. Konstipasi berhubungan dengan pasase feses, feses lama dalam kolon dan
rektum.
Tujuan :
a. Menormalkan fungsi usus
b. Mengeluarkan feses dari anus
Intervensi keperawatan :
a. Kji fungsi usus dan karakteristik tinja
Rasional : memperoleh informasi tentang kondisi usus
b. Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
Rasional : distensi dan hilangnya peristaltik usus menunjukan
fungsi defekasi hilang.
c. Berikan enema jika diperlukan
Rasional : mungkin perlu untuk menghilangkan ditensi.
e. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap disfungsi rektum
Intervensi
a. Jelaskan proses pemulihan disfungsi anus secara bertahap dan butuh
waktu agak lama.
Rasional : pemahaman dapat mengurangi kecemasan
b. Lakukan pendekatan dengan tenang dan berikan dorongan untuk
bertanya.
Rasional : dengan atau kondisi tenang akan lebih memudahkan
pemahaman.
c. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
Rasional ;dengan keterlibatan keluarga akan memberi perhatian yang
lebih bagi klien.