Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI ATAU ANAK DENGAN KELAINAN

KONGENITAL

A. ASUHAN KEPERAWATAN MAR


1. Pengertian
Malformas anorektal adalah suatu kelainan malformasi congenital dimana
tidak lengkapnya perkembangan pada bagian anus atau tertutupnya anus secara
abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus.
(Hidayat , A. Aziz Alimul 2006:26).
2. Etiologi
a. Malformasi Anus
Gangguan pertumbuhan dan fusi serta pembentukan anus dari tonjolan
embrionik.
b. Malformasi Rektum
Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus dan sinus
urogenital serta gangguan septum anorektal yang memisahkannya (terjadi
fistel).
3. Patofisiologi
Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan
pembentukan anus dari tonjolan embrionik. Bgitu juga pada malformasi rektum
berawal dari gangguan pemisahan kloaka jadi rektum dan sinus urogenital dan
perkembangan septum unorektal yang memisahkannya. Kedua malformasi
membentuk fistel-fistel yang menghambat pengeluaran mekonium kolon sehingga
terjadi obtruksi usus yang nampak gambaran perut kembung distensi abdomen,
muntah dengan cair an mula-mula berwarna hijau kemudian becampur tinja.
Distensi abdomen yan g terjadi menyebabkan penekanan intra abodamen ke
torakal sehingga klien mengalami gangguan pola nafas.

Kegagalan pengeluaran mekonium menimbulkan refluks kolon sehingga


muntah-muntah didukung ketidaknormalan anus serta rektum. Hal ini
mengganggu pola eliminasi feses, Malformasi harus segera ditangani pertama
untuk tindakan sementara dengan kolostomi baru kemudian dilakukarn
pembedahan defnitif sesuai dengan letak defeknya pasca pembedahan pasien.

Kelainan bawaan anus disebalkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan


pembentukan anuns dari tonjolan embrionik. Begitu juga pada malformasi rektum
berawal dati gangguan pemisahan kloaka jadi rektum dan sinus urogenital dan
perkembangan septum unorektal yang memisahkannya. Kedua malforamai
membentuk fiste- fistel yang menghambat pengeluaran mekonium kolon
sehingga terjadi obstruki usus yang nampak gambaran perut kembung, distensi
abdomen, muntah dengan cairan mula-mula berwarna hijau kemudian barcampur
tinja Distensi abdomen yang terjadi menyebabkan penekanan intra abdomen ke
torakal sehinggn klien mengalami gangguan pola nafas.
Kegagalan pengeluaran mekonium menimbulkan refluks kolon sehingga
muntah-muntah didukung ketidaknormalan anus serta rektum. mengganggu pola
eliminasi feses Malformasi harus segera ditangani pertama untuk tindakan
sementara dengan kolostomi baru kemudian dilakukan pembedahan definitif
sesuai dengan letak defeknya. Pasca pembedahan paien tirah baring lama
kelamaan akan menyebabkan intoleransi aktivitas Adanya perlulkaan pada
jaringan akan menimbulkan nyeri serta resiko tinggi infeksi karena luka
merupakan part entry kuman.

Selain itu juga menimbulkan kerusakan integritas kulit. Anestesi yang


diberikan juga mempengaruhi fungsi organ, misal penurunan sistem pernafasan,
pemurunin peristaltik usus (Nelson, 1999)

4. Penatalaksanaan

Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
defek. Semakin tinggi lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk
anomaly tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir. Bedah
definitifnya, yaitu anoplasti perineal (prosedur penarikan perineum abdominal).
umumnya ditunda 3-12 bulan.

Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk


membesar dan pada otot-otot untuk berkembang, Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah berat badarnya dan bertambah baik status
nutrisinya. Lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal melalui sfingter
sampai lubang pada kulit anal. Fistula, bila ada harus ditutup. Defek membranosa
hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal. Membran tersebut
dilubangi dengan hemostat atau scalpel.

Pada kebanyakan kasus, pengobatan malformasi anorektal memerlukan dua


tahap tindakan pembedahan Unuk defek ringan sampai sedang prognosisnya baik
Defeknya dapat diperbaiki peristalsis dan kontinensia normal juga dapat
diperoleh. Defek yang lebih berat umumnyı disertai anomaly lain, dan hal tersebut
akan menambah masalah pada hasil tindakan pembedahan. Anus imperforata
biasanya memerlukan oprasi sedang untuk membuka pasase feses.

Tergantung pada beratnya imperforate, salah satu tindakan adalah anoplasti


perineal atau colostomy prosedur operasi termasuk menghubungkan bagian atas
colon dengan dinding antericr abdomen, pasien ditinggalkan dengan lubang
abdomen disebut storma. Lubang ini dibentuk dari ujung usus besar melalui insisi
dan sutura ke kulit

Setelah colostomy, feies dibuang dari pasien melalui stoma, dan terkumpul
dalam kantong yang meleka pada abdomen yang diganti bila perlu. Pengobatan
pada anus malformasi anorektal juga dapat dilakukan dengan jalan operasi PSARP
(Posterio Sagital Anorectoplasy). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka
lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama yaitu
Abdomina Parineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini mempunyai resiko
gagal tinggi karena harus membuka dinding abdomen.

5. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1. Identitas Anak
Nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien dalam
keluarga, tanggl masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diadnosa
medis, nomor rekam medic, alamat.
2. Identitas Orang Tua
Nama ayah, nama ibu, umur,pendidukan, pekerjaan, agama, dan
alamat.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pengkajian keperwatan dapat ditemukan penyumbatan
anus (anus tidak normal) tidak adanya mekonium, adanya kembung
dan terjadi muntah pada 24-48 jam setelah lahir. Atau pada bayi laki-
laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada urin, dan pada
bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium pada
vagina.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1. Riwayat parental
Kesehatan ibu selma hamil, kapan hari pertama haid terakhir
(HPHT), imunitasi TT, nutrisi selama ibu hamil yang merugikan
bagi perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti: kebiasaan
merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi
narkoba dan obat obatan secara sembarang.
2. Riwayat intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis
pertolongan persaliana, berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal,
awal timbulnya pernafasan, tangisan pertama dan tindakan khusus.
3. Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang
berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital,
kesulitan menghisap, kesulitan pemberiaan makan atau ASI.
c. Riwayat kesehtan keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan langsung dengan gangguan sistem gastrointestinal.
3. Pemeriksaan Fisika
a. Daerah parineum
Inspeksi dengan cermat daerah parineum secara dini untuk mencari
hubungan fistula ke kulit, untuk menemukan muara anus ektopik atau
stenatik, untuk memperbaiki bentuk luar jangka panjang, untuk melihat
adanya garis hitam yang menentukan letak fistal dan terapi segeranya.
b. Abdomen
Memeriksa tanda tanda obstrksi usus (perut kembung). Amati adanya
distensi abdomen. Ukur lingkar abdomen. Dengan bising usus (4
kuadran). Perkusi abdomen. Palpasi abdomen(mungkin kejang usus).
c. Kaji hidrasi dan status nutrisi
Timbang berat badan tiap hari. Amati muntah proyektif (karakteristik
muntah)
d. TTV
Ukur suhu badan (umunya terjadi peningkatan). Ukur frekuensi
pernafasan (terjadinya takipnea atau dipsnea). Ukur nadi (terjadinya
takikardi).
e. Observasi manifestasi malformasi anorektal
Pemeriksaan colok dubur pada anus yang tampak normal, tapi bila
tidak dapat masuk lebih 1-2 cm berarti terjdi atresia rektum.

b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan ndengan
muntah
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan intake tidak adekuat
3. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen .
4. Konstipasi berhubungan dengan gangguan passae feses, feses lama
dalam kolon dan rektum.
5. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap disfungsi rektum.
6. Resiko tinggi terhadap komplikasi : infeksi berhubungan dengan
prosedur tindakan pembedahan.

c. Intervensi keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
muntah
Tujuan : klien menunjukan keseimbangan cairan elektrolit setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dengan kriteria hasil :
keseimbangan jumlah input dan out put, turgor kulit elastis, ttv normal
(suhu 36,5 – 37, RR, 35x permenit) tidak didapatkan distensi abdomen.
Intervensi
a. Ukur jumlah input-output cairan
Rasionalisasi : mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan.
b. Inspeksi turgor kulit
Rasionalisasi : pada keadaan dehidrasi turgor kulit tidak elastis.
c. Ukur tand-tanda vital
Rasionalisasi ; keadn dehidrasi diidentifikasi dengan adanya perubahan
ttv
d. Inspeksi adanya distensi abdomen
Rasionalisasi : peningkatan tekanan abdomen ditandai dengan adanya
distensi abdomen.
e. kolaborasi berikan cairan IV
rasionalisasi : mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
Tujuan : mempertahankan berat badan stabil menunjukan kemajuan
peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal.
Intervensi
a. Pertahankan potensi selang naso-gastrik. Jangan mengembalikan posisi
selang bila terjadi parubahan posisi.
Rasionalisasi : memberikan istirahat pada traktus GI. Selama fase
pasca operasi akut samapai kembali berfungsi normal.
b. Berikan perawatan oral secara teratur
Rasional : mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir
pecah.
c. Kolaborasi pemberian cairan iv.
Rasional ; memenuhi kebutuhan nutrisi sampai masukan oral dapat
dimulai.
d. Awasi pemeriksan laboratorium, misalnya Hb/Hr dan elektrolit.
Rasional : indikator kebutuhan cairan/ nutrisi dan keaktifan terapi dan
terjadinya konstipasi.
c. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
Tujuan : menyatakan nyeri hilang, menunjukan rileks, mampu tidur, dan
istirahat dengan tepat.
Intervensi
a. Catat keluhan nyeri, durasi, dan intensitasnya.
Rasional : membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya
komplikasi.
b. Catat petunjuk nonverbal misal : menolak untuk bergerak
Rasional : bahasa tubuh / petunjuk nonverbal dapat secara psikologis
dan fisiologis dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
mengidentifikasi masalah.
c. Kaji faktor faktor yang dapat meningkatkan dan atau menghilangkan
nyeri.
Rasional : menunjukan faktor pencetus dan pemberat dan
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d. Berikan tindakan nyaman , seperti pijat pinggang, ubah posisi
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan perhatian, dan
meningkatkan koping.
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : memudahkan istirahat dan menurunkan rasa sakit.
d. Konstipasi berhubungan dengan pasase feses, feses lama dalam kolon dan
rektum.
Tujuan :
a. Menormalkan fungsi usus
b. Mengeluarkan feses dari anus
Intervensi keperawatan :
a. Kji fungsi usus dan karakteristik tinja
Rasional : memperoleh informasi tentang kondisi usus
b. Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
Rasional : distensi dan hilangnya peristaltik usus menunjukan
fungsi defekasi hilang.
c. Berikan enema jika diperlukan
Rasional : mungkin perlu untuk menghilangkan ditensi.
e. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap disfungsi rektum
Intervensi
a. Jelaskan proses pemulihan disfungsi anus secara bertahap dan butuh
waktu agak lama.
Rasional : pemahaman dapat mengurangi kecemasan
b. Lakukan pendekatan dengan tenang dan berikan dorongan untuk
bertanya.
Rasional : dengan atau kondisi tenang akan lebih memudahkan
pemahaman.
c. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
Rasional ;dengan keterlibatan keluarga akan memberi perhatian yang
lebih bagi klien.

f. Resiko tinggi terhadap komplikasi : infeksi berhubungan dengs prosedur


tindakan pembedahan
Intervensi
a. Pantau hasul
 Hasil SDP
 Suhu tiap 4 jam dipundurkan

Rasional : untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan dan


penyimpangan dari hasil yang dialakuakan.

b. Implementasikan tindakan untyk mencegah infeksi


 Rawat luka dengan tknik steril
 Tingkatkan intake cairan 2-3 liter perhari
 Tingkatan nutrisi dengan diet ktp.
 Gunakan pelunak feses bila terdafat konsetrasi
Rasional : teknik steril untuk penegahan pemindahan kuman. Dan
cairan untuk memperlancar pengeluaran. Sedangkan nutrisi untuk
meningkatkan ketahanan tubuh dan pertumbuhan jaringan.

c. Berikan antibiotik sesuai program medis


Rasional ; antibiotikka untuk menhambat dan membunuh kuman
patogen.
d. Pantau tanda tanda radang panas merah bengki , bengkak nyeri,
kelakuan.
e. Rasional : untuk mengetahui seara dini terjadinya infeksi.

Anda mungkin juga menyukai