Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Wound Care

Pada Pogram Profesi Ners Institut Medika Drg. Suherman

Disusun oleh :

TIRA APRIANI

030520432

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

INSTITUT MEDIKA Drg. SUHERMAN (IMDS)

2020/2021
KONSEP LEMBAB DALAM
PERAWATAN LUKA

Konsep atau prinsip lembab dalam perawatan luka saat ini


menjadi paradigma baru dalam konteks perawatan luka
Penelitian Winter pada tahun 1962 menunjukkan bahwa
penggunaan occlusive dressing meningkatkan proses
penyembuhan dua kali lipat dibandingkan dengan membiarkan
luka tetap terbuka. Hinman dan Maibach melaporkan hasil yang
sama pada sembilan orang sukarelawan.

Keuntungan Konsep Lembab


Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
lingkungan lembab mempercepat proses epitelisasi dan untuk
menciptakan lingkungan lembab dapat dilakukan
dengan menggunanakan balutan semi occlusive,
full occulisive dan impermeable dressing. (Schulitz, et al. 2005).
Menurut Haimowitz, Julia.E., 1997, ada beberapa
keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka, diantaranya:
• Mencegah luka menjadi kering dan keras.
• Meningkatkan laju epitelisasi.
• Menjagah pembentukan jaringan eschar
• Meningkatkan pembentukan jaringan dermis.
• Mempercepat proses autolysis debridement.
• Dapat menurunkan kejadian infeksi.
• Cost effective.
• Mempertahankan gradient voltase normal.
• Mempertahankan aktifitas neutrofil.
• Menurunkan nyeri.
• Memberikan keuntungan psikologis.
• Mudah digunakan
Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk menciptakan kondisi
lembab pada luka.Berikut beberapa contoh dressing yang bisa menjadi
pilihan

Kasa Dan Normal Saline

Cara konvensional dan terkenal adalah menggunakan kasa yang


dilembabkan dengan NaCL, cara ini bisa menciptakan suasana lembab
tapi tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama sebaliknya
cara ini bisa menimbulkan nyeri (pada beberapa pasien) saat pergantian
balutan ketika kasa telah mengering.

TRANSPARANT FILMS DRESSING

Film dressing terbuat dari polyurethane memiliki sifat tipis,


transparent, dan merekat. Transparan film memungkinkan transmisi
uap air, oxygen dan karbondioksida namun tidak memiliki sifat
absorben sehingga tidak
tepat digunakan pada luka dengan eksudat. Umumnya digunakan untuk
balutan intravena dan fiksasi kateter. Keistimewaan film dressing karena
hanya merekat pada daerah yang kering sehingga tidak berpotensi
mengganggu dasar luka (wound bed), meskipun demikian perlu hati-hati
saat menggunakan dalam fase epitelisasi sebab aplikasi film dressing
bisa melepaskan epitel-epitel yang masih muda. Contoh Film; Op-Site
(Smith and Nephew)., Polyskin (Kendall Healthcare).

Hydrogels

Hydrogels merupakan polymer dengan kandungan air 90-95 % dan


memiliki sifat semi transparan dan nonadherent (Hest, CT. 1995.,
Jeter, KF &Tintle, TE. 1991). Di pasaran hydrogel tersedia dalam
bentuk pasta dan lembaran (sheet). Bentuk lembaran sangat
comformable sehingga bisa mengikuti tekstur luka dan dapat
mengabsorbsi eksudat dalam jumlah sedikit atau sedang. Karena
sifatnya yang tidak lengket maka tidak menimbulkan nyeri saat
pergantian balutan namun sifat ini pula yang mengharuskan hydrogel
didampingi oleh balutan sekunder. Contoh Hydrogels; Nu-Gel (Johnson
& Johnson Medical, Inc)., Hypergel (Molnlyncke), dan Intrasite Gel
(Smith and Nephew).
HYDROCOLLOIDS

Hydrocolloid sebenarnya sudah digunakan secara luas sejak tahun


1982 (Haimowitz, Julia.E., 1997) dan risetnya sudah dimulai sejak
tahun 1970an, jadi istilah modern dressing sebenarnya kurang tepat.
Beberapa wound expert menyatakan bahwa hydrocolloid merupakan
balutan yang hampir memenuhi semua kriteria balutan ideal.
Hydrocolloid memiliki sifat impermeable terhadap cairan dan
oksigen, mengandung polyurethane, adherent (merekat) namun
tidak menimbulkan nyeri. Kemampuan hydrocolloid dalam
menyerap kelembaban yang berlebih membuatnya menjadi dressing
favorit pilihan pemirsa…eh maaf, perawat. Sama halnya dengan
hydrogel, hydrocolloid juga tersedia dalam kemasan pasta atau
lembaran dan salah satu kelebihan hydrocolloid adalah kemampuannya
untuk bertahan pada luka hingga tujuah hari, dengan demikian akan
menurunkan nursing time. Contoh Hydrocolloid; DuoDerm
(Convatec), Tegasorb (3M health Care), dan Comfeel (Coloplast).

Foam
Foam dressing juga tersusun oleh
mpolyurethane dan sangat comformable, permeable,
non adherent serta mudah diaplikasikan pada luka foam memiliki
kapasitas yang tinggi untuk mengabsorsi eksudat foam juga mampu menyerap
kelebihan kelembaban sehingga mengurasi resiko maserasi selain itu juga
tidak menimbulkan nyeri dan trauma pada jaringan luka saat
penggantian. Contoh foam antara lain Allevyn (Smith and
Nephew)., Hydrasorb (Convatec) dan Cutinova (Beirsdeorf-Jobst,
Inc).
Namun apapun jenis balutannya yang paling menentukan adalah
keterampilan dan kemampuan perawat dalam mengambil
keputusan klinis. Sebuah balutan mungkin cocok bagi satu
pasien namun bisa jadi tidak tepat pada pasien yang berbeda
dengan jenis luka yang sama.
REFERENSI:
1. Winter, GD. Formation of the scab and the rate of
epithelialization of superficial wounds in the skin of the youn
domestic pig. Nature. 1962; 193:293-294.
2. Schulitz, Gregory., Mozingo, David., Romanelli, Marco., Claxton,
Karl. (2005) Wound healing and TIME; new concepts and
scientific applications. Wound Repair and regeneration. 13(4):S1-
S11.
3. Haimowitz, JE., Margolis, DM. (1997) Moist wound healing. In:
Krasner D, Kane, D. Chronic Wound Care, second edition.
Wayne, PA. Health

Management Publications, Inc., pp49-56


4. Hinman, CD., Maibach, H. Effect of air exposure and occlusion on
ecperimental human skin wound. Nature 1963; 200:377-378

Anda mungkin juga menyukai