TAHUN 2021
DISUSUN OLEH
KELOMPOK II
1. Definisi
Terdapat beberapa definisi callus, yaitu
1. callus adalah lapisan-lapisan epitel tanduk yang bersifat proliferatif dan terlokalisir
2. callus atau tylosis adalah sebagai pelebaran difus area hiperkeratosis yang
3. relatif tebal,dan biasanya terletak dibawah metatarsal head
4. callus adalah hiperkeratosis yang dibatasi dan nonpenetrating yang dihasilkan oleh
tekanan
2. Epidemiologi
Callus dapat terbentuk pada semua usia, terutama pada pasien yang lebih tua dan
tergantung dari faktor predisposisi setiap pasien. baik laki-laki ataupun perempuan rentan
terhadap pembentukan callus, meskipun distribusi dan presentasi dapat bervariasi karena
faktor sosial seperti pekerjaan dan hobi
Callus terjadi pada bagian yang terpapar tekanan, khususnya telapak tangan dan
kaki dan khususnya pada penonjolan tulang dari sendi.Tersering timbul diantara distal
phalankx ke 2 dan ke 3 juga pada regio dorsal dari pergelangan kaki (berasal dari duduk
dilantai ) pada orang Jepang
3. Etiologi dan faktor predisposisi
Faktor mekanik dapat memicu perubahan pada kulit seperti tekanan, gesekan, dan
benda asing (sebagai injeksi) dan beberapa hal yang dapat menyebabkan luka pada kulit.
Seseorang yang melakukan berbagai olahraga, pekerjaan tertentu dan aktivitas berulang
lainya dapat menyebabkan pembentukan callus. sebagai contoh surfer’s nodules, boxer’s
knuckle pads, jogger’s toe, tennis toe, prayer callus, yoga sign.
Pada pasien dengan penyakit reumatic akan ada pembentukan pola khusus dari
callus yang dapat diprediksi dari sendi yang berkaitan. Pasien dengan diabetes, terutama
pada pasien yang mengalami neuropathy, lebih rentan terhadap pembentukan callus.
Callus pada tepi area tumpuan berat telapak kaki sering disebabkan sepatu yang longgar.
Pada daerah tangan dan sisi sebaliknya, callus menunjukan luka gesekan yang berulang
yang tampak dari sejarahnya. Secara genetik, callus berhubungan dengan autosomal
dominan
4. Gambaran klinis, Diagnosis dan Diagnisis banding
Callus ditentukan dari anamnesa riwayat penyakit, pasien mengeluhkan adanya
area penebalan pada kulit, pada umumnya terlokaalisir sangat baik atau pada satu daerah
yang terpengaruhi, dalam beberapa kasus dapat terasa nyeri saat diberikan tekanan
langsung
Callus tampak area seperti lilin yang tidak jelas, berwarna kekuningan, dan
penebalan dari dematoglyphic marking yang menyebabkan susah dibedakan. Pada callus
dapat dirasakan nyeri, menghalangi pergerakan, dan merusak jaringan yang lebih dalam
bahkan menimbulkan ulcerasi. Pemeriksaan penunjang seperti biopsy kulit jarang
diindikasikan
Diagnosis banding dari callus termasuk viral warts, keratoderma, granuloma
annulare dan knuckle pads
5. Penatalaksaan
Prinsip terapi dari callus, yaitu:
1. meringankan gejala symptomatis
2. menetukan etiologi mekanik
3. menentukan rencana terapi termasuk padding dan modifikasi alas kaki
4. mempertimbangkan pembedahan ketika tindakan konservatif gagal
Pada terapi simptomatis dapat dilakukan debridement untuk mengurangi jumlah
jaringan hiperkeratosis. Pisau nomer 15 dapat digunakan untuk memotong lesi dan
menyingkirkan keratin plug. Dapat memberi perbaikan penuh pada area. Pad dapat
digunakan untuk memperpanjang perbaikan dari debridement. Pasien dengan
hiperkeratotik difus yang tidak nyeri dapat dianjurkan untuk menggunakan pumice stone
untuk mengurangi lesi yang sebelumnya kaki sudah dibilas dengan air hangat
Bilas callus dengan air hangat sekitar 5-10 menit hingga kulit melunak. ;alu
singkirkan callus dengan pumice stone yang sebelumnya batu telah dicelupkan ke air
hangat lalu di gosokan perlahan pada callus secara sIrkular atau menyamping.
Penggosokan dilakukan perlahan agar tidak terjadi perdarahan atau infeksi.Dilanjutkan
dengan pemberian cream dan lotion
Penggunaan keraratotolilititik seperti asam salilisisilalat plester 40% efektif dalam
perbaikan callus yang nyeri. serta pemberian ammonium lactate lotion 12% atau cream
yang mengandung urea sering membantu. tetapi produk asam salisilat dapat merusak
jaringan normal sekitarnya, terurutama pada pasien neuropathic dan
immunocompromised. Padding dapat meringankan gejala yang dirasakan pasien dengan
mengurangi irtasi mekanis pada baigan yang terdapat callus. Silicones sleeve dapat
berguna karena bekerja sebagai bantalan dan dengan lambat melepas mineral oil yang
melunakkan keratotic lesion
Plantar callus yang disebabkan tumpuan berat badan dapat diringankan atau di
hilangkan dengan metatarsal pads. Adhesive felt dapat memindahkan berat dari area yang
nyeri ke area yang tidak terlibat pada kaki. Ukuran dan bentuk dari metatarsal heads harus
dipertimbangkan untuk fashion. Bagian tepi anterior pad harus penuh dengan lebar
metatarsal heads dan menyempit di proksimal bersamaan dengan tepi medial dan lateral.
Pad akan semakin menyempit saat mendekati tumit. Potongan semisirkular cukup besar
untuk metatarsal heads dibagian distal pad. Padding dapat dipasang langsung pada kaki
atau dengan sepatu
Sebagian besar lesi mekanis dapat ditangani secara sederhana dengan sepatu yang
adekuat. Pasien disarankan untuk menggunakan sepatu dengan heel yang rendah dengan
bagian atas yang empuk dan ruangan untuk jari kaki Iregularitas dari sepatu seharusnya
tidak dapat di tolerir, karena posisi yang buruk dapat menyebabkan iritasi mekanik yang
menyebabkan lesi
Pembedahan dikonsentrasikan untuk membenahi stres mekanis yang abnormal
dan hanynya dilalakukukakan ketika tindakakan sederhana sudah gagal. Callus dibawah
metatarsal heads terbaik bila di tangani dengan teknik sederhana karena metatarsal
osteomies memiliki hasil yang tidak dapat diprediksi, dan kalus dapat berpindah ke
metatarsal head yang berdekatan
KESIMPULAN
1. PENGKAJIAN LUKA
Tanggal Pengkajian 24 Mei 2021
a. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status perkawinan : kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat rumah :
Diagnosa medis : Dm Foot Callus Dan Luka Bakar
1. Lokasi luka
- Terdapat luka di ibu jari kaki kiri sudah 2 hari kapalan terbuka kembali
- Terdapat luka di ibu jari kanan terkena panci panas sudah 1 minggu
PEMILIHAN DRESSING
Action : debridement
CSWD : √
Mekanikal :
- Gunting
- Pinset
- Kassa
Autolysis :-
Enzim :-
Surgical refer : -
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Integritas Kulit
√ Inspeksi adanya kemerahan, pembengkakan atau tanda-tanda dehisensi atau eviserasi
pada area insisi
√ Kaji luka terhadap lokasi, luas dan kedalaman
√ Kaji karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna dan bau
√ kaji ada atau tidaknya granulasi dan epitelialisasi
√ Kaji ada atau tidaknya jaringan nekrotik deskripsikan warna, bau dan banyaknya
√ kaji ada atau tidaknya perluasan luka kejaringan bawah kulit dan pembentukan saluran
sinus
√ Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topika yang dapat meliputi balutan
hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorgendan sebagainya
√ Gunakan sarung tangan sekali pakai
√ Bersihkan area insisi dari area bersih ke kotor menggunakan satu kasa
2. Resiko Infeksi
√ Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denyut jantung, drainase, penampilan luka,
sekresi, penamilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
√ Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
√ Pantau hasil laboratorium (hitung daah lengkap, hitung granulosit, absolute, hitung
jenis, protein serum, albumin)
√ Amati penampilan praktek hygiene personal untuk pelindungan infeksi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN LUKA
Tanda Tangan
3 : Granulasi 1 : Utuh 1 : Sedikit
4 : Epitel 2 : Memanjang 2 : Sedang
Dalam (Cm)
Lebar (Cm)
5 : Bio film 3 : Maserasi 3 : Banyak
6 : Otot/Tendon/Os 4 : Nekrotik
5 : Lunak
O:
- Kondisis luku terlihat memebaik dengan ditandai
penumbuhan perbaikan granulasi 80 % pada luka
- Terdapat nekrotik
- Terdapat slough
A:
- Masalah blum teratasi : Gangguan integritas kulit dan
Resiko infeksi
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Rawat luka dengan modern dressing
- Hindari basah
- Evaluasi 4 hari
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS NECROTIC
WOUND EC BURN CHRONIC DI KLINIK PERAWATAN LUKA BILQISS MEDIKA
TAHUN 2021
DISUSUN OLEH
KELOMPOK II
Jumaidi (030520508) Dwi apriyanti (030520437)
Desi Tri Handayani (030520506) Desi Hartiningsih (030520434)
Tri Winingsih (030520517) Sri Cahyati (030520424)
Rosdahlia (030520514) Silviyana Hadi (030520439)
Wiwien widiarti (030520519) Kamaludin (030520509)
Mintarti (030520513) mediawati (030520511)
Sifra Demas Siregar (030520515) Nawan setiawan (03050440)
Merlita Efriani (030520512) Sita Yuni Antik (030520516)
Andri Nurjaya (030520505) Wendy Gita Cahyany (03052052)
winda lestari (030520518)
Luka bakar adalah suatu trauma, kerusakan, atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam (IRNA Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya
karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada
pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. (Smeltzer, 2002).
2. EPIDEMIOLOGI
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade
terakhir ini, yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka
bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan
anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang
saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan
keluarganya.
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika
Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan
penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar
12.000 meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalansi
yang berhubungan dengan luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap
tahunnya karena luka bakar. Lebih separuh dari kasus luka bakar yang
dirawat dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Anak kecil dan orang tua
merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar.
Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita
luka bakar dibandingkan yang diperkirakan lewat representasinya dalam
total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi dirumah. Memasak,
memanaskan atau menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang
lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakaan industri juga
menyebabkan banyak kejadian luka bakar.
The National Institusi of Burn Medicine yang mengumpulkan data-
data statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat
mencatat bahwa sebagaian besar pasien (75%) merupakan korban dari
perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru
belajar berjalan, barmain-main dengan korek api pada anak-anak usia
sekolah, cidera karena arus listrik pada remaja laki-laki, dan penggunaan
obat bius, alkohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut
memberikan kontribusinya pada angka statistik tersebut. Cobb, Maxwell
dan Silverstein (1992) menemukan bahwa sekitar 13% pasien luka bakar
yang dirawat di rumah sakit atau pun anggota keluarganya sudah pernah
dirawat sebelumnya karena luka bakar (Smeltzer, 2002).
3. ETIOLOGI
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu luka bakar juga disebabkan oleh
ledakan, aliran listrik, api, zat kimia, uap panas, minyak panas, dan pajanan
suhu tinggi dari matahari.
b. Zona statis
Daerah yang berada lansgsung di luar zona koagulasi. Di daerah ini
terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trobosit dan
leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti
perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini
berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berakhir dengan
nekrosis jaringan.
c. Zona hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi
tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.
Kedalaman dan
Bagian Kulit Perjalanan
Penyebab Luka Gejala Penampilan Luka
yang terkena Kesembuhan
bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan Memerah; Kesembuhan
(Superfisial) Hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
Tersengat matahari (supersensitivitas) ketika ditekan waktu satu minggu
Terkena api dengan akibat iritasi dari Minimal atau Pengelupasan kulit
intensitas rendah saraf sensorik tanpa edema,
Rasa nyeri mereda tidak dijumpai
jika didinginkan bullae
- Kulit kemerahan - tidak ditemukan bula - terasa nyeri
Gambar 2: Luka bakar derajat I
Derajat Dua Epidermis Nyeri Melepuh; dasar Kesembuhan
(Partial Thickness) dan bagian Hiperestesia luka berbintik- dalam waktu dua
Tersiram air dermis Sensitif terhadap bintik merah; hingga tiga
mendidih udara yang dingin epidermis retak; minggu
Terbakar oleh nyala permukaan luka Pembentuka parut
api basah dan depigmentasi
Edema, dijumpia Infeksi dapat
adanya bullae mengubahnya
menjadi derajat
tiga
- Tampak bula – Dasar luka kemerahan (derajat IIA) – Dasar luka pucat keputihan (derajat IIB) –
Nyeri hebat terutama pada derajat IIA
Gambar 3: Luka bakar derajat II
Derajat IIa Kerusakan Gejala luka bakar Penampilan luka Penyembuhan
(superficial) mengenai derajat II bakar derajat II terjadi secara
bagian spontan dalam
superfisial waktu 10-14 hari,
dari dermis. tanpa operasi
Organ-organ penambalan kulit
kulit seperti (skin graft).
folikel
rambut,
kelenjar
keringat,
kelenjar
sebasea
masih utuh.
Gambar 4. Luka bakar derajat II superficial
Derajat IIb (deep) Kerusakan Gejala luka bakar Penampilan luka Penyembuhan
mengenai derajat II bakar derajat II terjadi lebih lama,
hampir tergantung biji
seluruh epitel yang tersisa.
bagian Biasanya
dermis. penyembuhan
Organ-organ terjadi dalam
kulit seperti waktu lebih dari
folikel satu bulan. Bahkan
rambut, perlu dengan
kelenjar operasi
keringat, penambalan kulit
kelenjar (skin graft).
sebasea
sebagian
besar masih
utuh.
Gambar 5. Luka bakar derajat II dalam
Derajat tiga (Full Epidermis, Tidak terasa nyeri, Kering, luka Penyembuhan
Thickness) keseluruhan syok, hematuria bakar berwarna terjadi lama karena
Terbakar nyala api dermis dan dan kemungkinan putih seperti tidak ada proses
Terkena cairan kadang- hemolisis, bahan kulit atau epitelisasi spontan
mendidih dalam kadang kemungkinan gosong, kulit dari dasar luka.
waktu yang lama jaringan terdapat luka retak dengan Pembentukan
Tersengat arus listrik subkutan masuk dan keluar bagian lemak eskar (koagulasi
(pada luka bakar yang tampak, protein pada
listrik) edema epidermis dan
dermis),
diperlukan
pencangkokan,
pembentukan parut
dan hilangnya
kontour serta
fungsi kulit,
hilangnya satu jari
tangan atau
ekstremitas bisa
terjadi
Gambar : 4. Luka Bakar derajat 3
Sumber : Smeltzer, 2002
Korban harus dibawa ke gawat darurat apabila:derajat 1 dengan luas luka lebih
dari 15%, derajat 2 lebih dari 10%, derajat 3 lebih dari 2%, derajat 4, mengenai
wajah, alat kelamin, persendian, tangan, kaki, luka bakar dengan komplikasi patah
tulang, gangguan jalan nafas, luka bakar akibat tegangan listrik, terjadi pada anak
anak dan manula.
5. PATOFISIOLOGI
Kulit manusia memiliki banyak fungsi, antara lain menghindari terjadinya
kehilangan cairan. Apabila terjadi luka bakar, maka kulit akan mengalami
denaturasi protein, sehingga kehilangan fungsinya. Semakin banyak kulit yang
hilang, semakin berat kehilangan cairan (Basic Trauma Life Support, 2011).
a) Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan
dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka
bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan katekolamin
yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan frekuensi denyut
nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah
jantung.
b) Respon Renalis
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume
intravaskuler maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan
keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal.
c) Respon Gastro Intestinal
Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik
(tidak adanya peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik
usus dan bising usus merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi
akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatkan
vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi lambung (dengan
pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi sekunder
akibat stres fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau
vomitus yang berdarah. Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau
duodenum (ulkus curling).
d) Respon Imunologi
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian
basis mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang
masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan
mikroorganisme masuk ke dalam luka.
e) Respon Pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat
dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon
lokal. Cedera pulmoner dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori
yaitu cedera saluran napas atas terjadi akibat panas langsung, cedera inhalasi
di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran yang tidak
sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur oksida,
nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena,
dan halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi
mencakup kegagalan akut respirasi dan ARDS (Adult Respiratory Distress
Syndrome) (Smeltzer, 2002).
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Superficial burn (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
Luka hanya mengenai lapisan epidermis.
Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
Kulit memucat bila ditekan.
Edema minimal.
Tidak ada blister.
Kulit hangat/kering.
Nyeri dan berkurang dengan pendinginan.
Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
b. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
Dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial
thickness.
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi:
Menentukan derajat dan kedalaman luka bakar (baik menggunakan metode
telapak tangan, rule of nine, atau Lund and Browder chart).
Area kulit yang tidak terbakar mungkin dingin dan pucat.
Area kulit yang terbakar akan melepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut
tebal, berwarna kemerahan, terdapat bula, atau kerusakan seluruh jaringan
kulit.
Mukosa bibir kering.
Tanda-tanda inflamasi, seperti lubor, dolor, tumor, kalor, fungsiolesa.
Klien tampak meringis karena nyeri
Klien tampak lemah.
Terdapat edema.
Klien tampak dispnea
Klien tampak sedikit berkemih
Distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
Perdarahan lambung ditandai dengan feses atau vomitus yang berdarah
b. Palpasi:
Denyut nadi (frekuensi meningkat dan lemah).
Suhu pada luka.
c. Perkusi :
Perkusi abdomen hipertimpani.
Perkusi paru hipersonor.
d. Auskultasi:
Auskultasi bunyi nafas pada paru (Stridor, wheezing, ronchi).
Auskultasi bising usus (BU menurun).
Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian
yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada
fase cleaning.
Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah
normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3
jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air sering diganti
agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa
nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es
menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru
akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar
karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir
yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa
bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang
mengalir.
Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa
sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan
akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang
lebih dalam dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver
sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka
bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2
bulan
Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan
derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau
bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan)
bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya
lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau
larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
Paracetamol dan codein (PO-per oral) 20-30mg/kg
Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
(Rosfanty, 2009)
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar
untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus)
diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan
melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar
terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi
sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan
dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan
timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak
dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat
berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu
fungsi organ-organ tubuh. Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid
(ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di
dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah
cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc/kgBB/%TBSA
+ cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB
dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB
untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4cc/kgBB/%TBSA)
diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam
berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari
produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam (Rosfanty, 2009).
Menurut Grace dan Borley (2006) penatalaksanaan penting untuk luka bakar
dibagi menjadi tiga penangananan:
Follow up
Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan
tanda-tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya
dilakukan. Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar
hipertrofik) harus dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum
juga menyembuh.
Rumus Konsesus
Lartutan ringer laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml x
kg berat badan x % luas luka bakar. Separuh diberikan dalam 8 jam
pertama: sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Rumus Evans
1. Koloid : 1ml x kg berat badan x % luas luka
bakar
2. Elektrolit (Salin) : 1ml x kg berat badan x % luas luka
bakar
3. Glukosa (5%dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh diberikan
dalam 8 jam pertama: separuh sisanya dalam 16 jam
berikutnya
Hari 2 : separuh dari cairan elektrolit dan kolid yang diberikan pada
hari sebelumnya: seluruh penggantian cairan insesibel
Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga
yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dhitung berdasarkan 50%
luas permukaan tubuh.
Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50% luas permukaan
tubuh dhitungberdasarkan 50% luas permukaan tubuh
Rumus Parkland/Baxter
Larutan Ringer Laktat: 4 ml kg berat badan x % luas luka bakar
Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: separuh sisanya
dalam 16 jam berikutnya
Pada fase ini diperlukan perhatian khusus pada pengkajian dan pemeliharaan
yang berkesinambungan pada status respirasi, dan sirkulasi, keseimbangan
cairan dan elektrolit, serta fungsi gastrointestinal. Perawatan luka dan
pengendalian nyeri menjadi prioritas dalam fase ini. Untuk pengendalian
nyeri biasanya diberikan NSAID atau golongan narkotik jika terdapat nyeri
hebat pada luka bakar yang luas. Selain itu, meminimalkan rasa nyeri juga
dapat dilakukan dengan teknik non farmakologi seperti Guidetimageri,
teknik relaksasi, dan distraksi, terapi music dan lainnya. Pemberian obat
anlgetik 30 menit sebelum perawatan luka juga sangat penting menigkatkan
rasa nyaman pasien selama perawatan luka bakar. Luka bakar meliputi
sejumlah besar jaringan mati ( eskar) yang tetap berada pada tempatnya
untuk jangka waktu yang lama. Eskar pada luka bakar merupakan krusta
yang nonviable tanpa memiliki suplai aliran darah sehingga leukosit PMN
atau antibody tidak dapat menjangkau daerah tersebut. Maka dari itu, luka
bakar rentan terinfeksi oleh bakteri dan dapat terjadi sepsis. Berdasarkan hal
tersebut maka diperlukan pemberian antibiotic topical, perawatan luka dan
penggantian balutan yang khusus dengan teknik steril. Perawatan luka dapat
dilakukan dengan tekni tertutup atau terbka sesuai dengan kebijakan masing-
masing rumah sakit. Pada prinsipnya, perawatan luka dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi. Pemilihan terapi antibiotic topical berfungsi
untuk mengurangi jumlah bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat
dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh pasien sendiri bukan untuk
mensterilkan luka bakar.( Smeltzer, 2002).
1. Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi
rendaman disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien didorong
agar sedapat mungkin bergerak aktif. Hidroterapi merupakan media
yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan membersihkan luka
seluruh tubuh. Pembersihan luka dapat dilakukan degan perendaman
total atau disebut hidroterapi. Selama berendam pasien didorong
bergerak aktif untuk melatih ekstremitas dan membersihkan seluruh
tubuh. Hidroterapi hars dibatasi dalam periode 20 -30 menit untuk
mencegah gejala menggigil dan stress metabolic tambahan. Pembersihan
luka biasanya dilakukan sehari sekali pada daerah luka yang tidak
menjalani tindakan pembedahan. Jika ada eskar yang mulai terpish
dengan jaringan viable dibawahnya yang terjadi kurang lebih 11/2
sampai 2 minggu paska luka bakar, maka diperlukan tindakan
pembersihan dan debridement secara berturut-turut harus lebih sering
dilakukan.
3. Penggantian Balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD. Balutan
atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan
sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bial pasien
dibiarkan berandam selama beberapa saat dalam bak rendaman.
Pembalut sisanya dapat dilepas dengan hati-hati memakai forseps atau
tangan yang menggunakan sarung tangan steril. Kemudian luka
dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan debris, setiap
preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang mati. Selama
penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan
karakteristik lain dari luka.
4. Debridemen
Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi
oleh bakteri dan benda asing sehingga pasien dilindungi dari invasi
bakteri dan untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati.
6. Dukungan Nutrisi
Nutrisi yang diberikan adalah TKTP untuk membantu mempercepat
penyembuhan luka.
Manajemen Luka Bakar
Pertimbangkan
lokasi/tipe luka bakar Luka bakar pada wajah, tangan, kaki,
perineum, permukaan tulang atau cedera
yang terjadi bersamaan misalnya
frakturatau lainnya
Luka bakar akibat elektrik dan bahan kimia
Pertimbangkan
kedalaman luka
bakar
Fase Rehabilitasi
11. KOMPLIKASI
Syok hipovolemik
Kekurangan cairan dan elektrolit
Hypermetabolisme
Infeksi
Gagal ginjal akut
Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia
bakteri, edema.
Paru dan emboli
Sepsis pada luka
Ilius paralitik
SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome) bervariasi
tergantung etiologi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada SIRS
adalah gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
dan pneumonia nosokomial, gagal ginjal, perdarahan saluran cerna,
dan stres gastritis, anemia, trombosis vena dalam (Deep Vein
Thrombosis/DVT), hiperglikemia, dan Disseminated intravascular
coagulation (DIC).
b) Pengkajian Awal
Pengkajian ini dibuat dengan cepat selama pertemuan pertama dengan pasien
yang meliputi ABC (Airway, Breathing, dan Circulation)
Airway
- Data subjektif
pasien mengeluh sesak , pasien mengeluh nyeri .
- Data objektif
terdengar suara krekels dan stridor , terdapat edema pada laring
Breathing
- Data subjektif
Pasien mengeluh sesak .
- Data objektif
terdapat adanya gerakan otot bantu nafas , RR lebih dari 20 kali
permenit, nampak pernafasan cuping hidung
Circulation
- Data subjektif
pasien mengeluh pusing
- Data objektif
nadi klien meningkat > 100 x permenit .
c) Pengkajian Berdasarkan 6B
Breathing
- Data subjektif
Pasien mengatakan susah untuk bernafas.
- Data objektif
Pasien telihat sesak (RR> 20 x/menit), pernafasan cuping hidung,
menggunakan otot bantu pernafasan
Blood
- Data subjektif
Klien mengeluh pusing .
- Data objektif
Nadi klien meningkat > 100 x permenit , hematokrit meningkat ,
leukosit meningkat , trombosit menurun.
Brain
- Data subjektif
Pasien merasa pusing, pasien mengeluh nyeri kepala.
- Data objektif
Pasien mungkin disorientasi.
Bladder
- Data subjektif
Pasien mengatakan sedikit kencing
- Data objektif
Haluaran urin menurun.
Bowel
- Data subjektif
Pasien mengeluh susah BAB .
- Data objektif
Pasien mungkin mengalami penurunan berat badan dan konstipasi.
Bone
- Data subjektif
Pasien mengeluh letih dan pegal-pegal.
- Data objektif
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
ditandai dengan irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot
bantu pernapasan, RR : >20x/mnt, terdapat bunyi napas tambahan berupa
snoring
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(evaporasi melalui luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh haus,
wajah pasien tampak pucat, adanya penurunan turgor kulit, penurunan
haluaran urin (< 0,5-1cc/kgBB/jam), peningkatan frekuensi nadi (> 100
x/menit), dan adanya luka bakar pada kulit pasien.
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan luka
post operasi skin graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada luka
bakar yang terletak di kedua lengan atas sehingga susah untuk digerakkan,
dan nyeri pada luka post skin graft, nyeri skala 7 dari 0-10
4) Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatik, pertahanan sekunder
tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari
proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
6) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air
panas) ditandai dengan kerusakan pada lapisan kulit, gangguan pada
permukaan kulit.
7) Keletihan berhubungan dengan anemia ditandai dengan ketidakmampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari
8) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (mengalami
luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh khawatir dengan kondisinya
9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
ditandai dengan prilaku tidak tepat dan tidak mengikuti arahan tenaga
kesehatan
10) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan pada preload
ditandai dengan perubahan dalam bacaan EKG, perubahan dalam tekanan
darah
11) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
keterbatasan dalam ROM dan ambulasi
12) Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan ketidakmampuan dalam membasuh, mengeringkan, dan
mengambil peralatan mandi
13) Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan ketidakmampuan dalam menuju toileting, dan membersihkan
perineum secara mandiri
14) Defisit perawatan diri: berpakaian berhubungan dengan kelemahan
ditandai dengan mengenakan, mengambil pakaian secara mandiri
15) PK Syok hipovolemik
16) PK Anemia
17) PK Hiponatremia
Diagnosa Prioritas:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
ditandai dengan irama napas cepat dan dangkal, dispnea, penggunaan otot
bantu pernapasan, RR : >20x/mnt, terdapat bunyi napas tambahan berupa
snoring
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(evaporasi melalui luka bakar) ditandai dengan pasien mengeluh haus, wajah
pasien tampak pucat, adanya penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin
(< 0,5-1cc/kgBB/jam), peningkatan frekuensi nadi (> 100 x/menit), dan
adanya luka bakar pada kulit pasien.
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan suhu ekstrem (air panas)
ditandai dengan kerusakan pada lapisan epidermis dan dermis
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar dan luka post
operasi skin graft) ditandai dengan Pasien mengeluh nyeri pada luka bakar
yang terletak di kedua lengan atas sehingga susah untuk digerakkan, dan nyeri
pada luka post skin graft, nyeri skala 7 dari 0-10
3. INTERVENSI
RR dalam batas normal (16 – 20 x/menit) 4. Monitor albumin darah & protein total.
Hematokrit dalam batas normal NIC Labels >>> Vital Sign Monitoring
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
BUN dan Kreatinin dalam batas normal
Elektrolit Serum dalam batas normal frekuensi pernapasan jika diperlukan.
Albumin serum dalam batas normal 2. Monitor tanda dan gejala terjadinya
peningkatan atau penurunan suhu tubuh
3. Monitor tekanan dan kualitas nadi pasien.
4. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban
kulit pasien.
5. Monitor adanya sianosis perifer.
4. EVALUASI
dan adanya luka bakar pada kulit NOC Label >> Hydration
pasien. Urin output 0,5-1 cc/kgBB
Mukosa membran lembab
NOC Label >> Keseimbangan Asam Basa dan Elektrolit
3 Kerusakan integritas jaringan NOC Label >> Wound Healing : Secondary Intention
berhubungan dengan suhu
Ukuran lesi pada kulit klien berkurang.
ekstrem (air panas) ditandai Inflamasi pada luka berkurang.
dengan kerusakan pada lapisan Granulasi dalam jaringan subkutan klien meningkat.
epidermis dan dermis Eritema kulit sekitarnya berkurang
Tidak ada blister pada daerah luka bakar
NOC Label >> Tissue Integrity : Skin & Mucous Membranes
dan nyeri pada luka post skin Klien dapat menjelaskan faktor penyebab timbulnya nyeri dengan sering
graft, nyeri skala 7 dari 0-10 Klien sering menggunakan tindakan pencegahan
Sering menggunakan pengobatan non farmakologis untuk meredakan rasa sakit
Kadang-kadang menggunakan analgesic jika dianjurkan
Klien mengatakatn nyerinya terkontrol
LAPORAN KASUS
b. Pengkajian Luka
1. Lokasi luka
2. Waktu : >21 hari
3. Ukuran : panjang, lebar
4. Jaringan / dasar luka :
a. epitel 10%
b. granulasi 10%
c. nekrotik 60%
d. slough 20%
e. otot/tendon/tulang
5. Tepi luka : inflamasi
6. Cairan luka : sedang
7. Gradient luka : unstegeable
8. Pulpasi dan akral : kuat dan hangat
9. Nyeri : skala 6/10 Lokasi :
10. Jenis luka : burn
11. Riwayat penyakit : infeksi
12. Riwayat pengobatan : antibiotic
13. Status nutrisi :
- Selera makan : kurang
- Frekuensi makan : 2x sehari
Action : Debridement
- CSWD : Ya
- Mekanikal : Ya
Pinset
Gunting jaringan
- Autolysis :-
- Enzim :-
- Surgical refer :-
d. Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ukuran Luka Dasar Luka Batas Tepi Luka Sekitar Luka Jumlah Eksudat Catatan Perawatan
Ya (1)Infeksi
1 : Nekrotik 1 : Utuh 1 : Utuh 1 : Sedikit
Tanda tangan
2 : Slough 2 : Memanjang 2 : Kemerahan 2 : Sedang
3 : Granulasi 3 : Maserasi 3 : Maserasi 3 : Banyak
Tidak (2)
4 : Epitel 4 : Nekrotik 4 : Oedema
5 : Bio film 5 : Lunak 5 : Kering
6 : Otot/Tendon/Os.
Panjang(Cm)
Dalam (Cm)
Lebar (Cm)
1. Cuci luka
26 Mei 14 4 dengan aQua +
2021 cm cm Ya Granulasi 100 % Utuh Utuh Sedang sabun
Biofilm + 2. Kompres
dengan PHMB
10 menit
3. Mekanikal
debridement
4. Iodine +
alginat+exelcare
5. Hydrofoam +
elektopix
6. Transpranfilem
ditepi luka
7. bandage
1.Silvi
9.
Yana
Mintarti
Hadi
10. EVALUASI
Tgl / jam Evaluasi Paraf
26 Mei S: Nyeri +
2021 O:
- TD 114/mmHg
- HR 78x/menit
- Kondisi luka perbaikan
A:
- Gangguan integritas kulit
- Resiko infeksi
P:
- Rawat luka dengan modern dressing
- Hindari basah
- Evaluasi 3 hari