Anda di halaman 1dari 73

KONSEP NYERI

Ns. Imelda Yanti, M.Kep.Sp.Kep.An


???
Introduction
Nyeri adalah anugerah
• Sesungguhnya nyeri adalah anugerah yg besar dari maha
pencipta (Allah SWT)
• “Pain is alarm protection tell us that something wrong in
our body”.
• Sulit dibayangkan seandainya tubuh kita tidak dilengkapi
dgn “reseptor nyeri”, sehingga kita tidak pernah
menyadari kalau tubuh kita telah terancam kerusakan.
• Nyeri : alasan yang paling umum orang
mencari perawatan kesehatan
• Gejala yg paling sering terjadi, tapi paling
sedikit dipahami
• Nyeri bersifat subjektif, sumber frustasi baik
bagi klien maupun tenaga kesehatan
• Nyeri dpt merupakan faktor utama yg
menghambat kemampuan & keinginan
individu untuk pulih dari suatu penyakit.
…. Pain Relief Should Be A Human Right (Miller,
2004).

Nyeri yang hebat dapat menyebabkan syok


neurogenik yang mengancam jiwa (Guyton & Hall,
1997)

Standar JCI (Joint Commision International):


- AOP 1.5
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap
dilakukan pengkajian nyeri menggunakan
element penilaian yang dapat diukur/terukur
- COP 6
Patient are supported in managing pain
effectively
Manajemen penanganan nyeri yang efektif bagi
pasien menggunakan tool yang terukur dan
dikomunikasikan ke pasien serta keluarga
melalui edukasi penanganan nyeri (PFE) serta
monitoring berkelanjutan

Tiga element yang penting yang perlu diperhatikan


dalam melakukan penilaian nyeri bagi perawat
yaitu:
pengetahuan, keterampilan/kemampuan dan
dokumentasi
Definisi Nyeri
STIMULUS NYERI :
1. Mekanik : diterima oleh reseptor nyeri
mekano-sensitif, misalnya distensi
ductus, tumor
2. Thermal (panas/dingin) : diterima oleh
reseptor thermosensitif, misalnya
terbakar (akibat panas/dingin yg
ekstrem)
3. Kimiawi : diterima oleh reseptor nyeri
chemosensitif, misalnya perforasi organ
viseral
4. Listrik, misalnya lapisan kulit terbakar
Sensasi Nyeri

Nyeri berperan melindungi tubuh


Nosiseptor adalah suatu reseptor nyeri pada ujung saraf
bebas yg ditemukan pada jaringan tubuh, kecuali otak.
Rangsangan termal, kimia dan mekanik akan mengaktifkan
nosiseptor, dengan jalan melepaskan prostaglandin, kinin
dan ion kalium
Mekanisme nyeri
Transduksi Proses perubahan rangsang nyeri menjadi suatu
aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf

Transmisi Proses penyaluran implus listrik yang dihasilkan oleh


proses transduksi sepanjang jalur nyeri, dimana
molukul di celah sinaptik mentransmisi informasi dari
satu neuron ke neuron berikutnya

Modulasi Proses modifikasi terhadap rangsang, modifikasi ini


dapat terjadi pada sepanjang titik dari sejak transmisi
pertama sampai ke korteks cerebri. Modifikasi ini
dapat berupa peningkatan (augmentasi) ataupun
penghambatan (inhibisi)
Perception Proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah mencapai
korteks sehingga mencapai tingkat kesadaran,
selanjutnya diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa
tanggapan terhadap nyeri
Persepsi nyeri
Persepsi nyeri bergantung pada proses modulasi, ada 3
kemungkinan:
1. Nociception without pain
(ada nosisepsi tanpa nyeri)

2. Nociception with pain


(ada nosisepsi dengan nyeri).

3. Pain without Nociception


(ada nyeri tanpa nosisepsi)
Jenis Nyeri
Nyeri berdasarkan durasinya
Pada keadaan sakit, tubuh merasakan nyeri
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan
tubuh sehingga individu memindahkan
stimulus nyeri

Ada 2 jenis rasa nyeri:


☼ Nyeri cepat: tajam, menusuk, rasa kesetrum dan akut.
☼ Nyeri lambat: rasa terbakar, pegal, berdenyut, nyeri mual
dan khronik
Peripheral Activation

VR1
Voltage-Gated
•Heat
Extern Ca 2+
Sodium
Channels
al •Mechanical

•Chemical
Action
Stimuli Potentials

Adapted from Woolf CJ et al. Science. 2000;288:1766.


TEORI GATE CONTROL
• Peneliti mengetahui bahwa tidak ada pusat nyeri
tertentu di sistem saraf
• Teori gate control (Melzack & Wall; 1965) :
“impuls nyeri dpt diatur atau bahkan dihambat
oleh mekanisme pertahanan di sepanjang SSP,
impuls nyeri dibuka saat sebuah pertahanan
dibuka”.
contohnya : menggosok punggung dgn lambat,
teknik distraksi, konseling, & pemberian plasebo

melepaskan endorfin & dinorfin


PERSEPSI NYERI
 Persepsi mrp titik kesadaran seseorang
terhadap nyeri.
 Stimulus nyeri ditransmisikan ke medulla
spinalis, talamus, & otak tengah. Dari
talamus naik ke bagian area otak, termasuk
korteks sensori & korteks asosiasi (di
kedua lobus parietalis), lobus frontalis, dan
sistem limbik (Paice, 1991).
 Saat individu sadar akan nyeri : terjadi
reaksi kompleks.
Terdapat 3 sistem interaksi persepsi nyeri (Meinhart &
McCaffery, 1983) :
1. Sensori-diskriminatif
2. Motivasi-afektif
3. Kognitif-evaluatif
1. Sensori-diskriminatif
• Transmisi nyeri terjadi antara talamus & korteks
sensori
• Seorang individu mempersepsikan lokasi,
keparahan, & karakter nyeri
• Faktor2 yg menurunkan tingkat kesadaran
(ex : analgetik, anestetik, penyakit serebral)
menurunkan persepsi nyeri
• Faktor2 yg meningkatkan kesadaran thd stimulus
(ex : ansietas, ggn tidur) meningkatkan persepsi
nyeri
2. Motivasi-afektif
• Interaksi antara p`bentukan sist retikular & sist limbik
m`hasilkan persepsi nyeri
• P`bentukan retikular m`hasilkan respons pertahanan,
menyebabkan individu m`interupsi atau m`hindari stimulus
nyeri
• Sistem limbik mengontrol respons emosi & kemampuan
yaitu koping nyeri
3. Kognitif-evaluatif
• Pusat kortikal yg lebih tinggi di otak memengaruhi
persepsi
• Kebudayaan, pengalaman dgn nyeri, & emosi
memengaruhi evaluasi thd pengalaman nyeri
• Sist ini membantu seseorang untuk menginterpretasi
intensitas & kualitas nyeri, shg dpt melakukan suatu
tindakan
REAKSI NYERI
a. Respons Fisiologis
menstimulasi sistem saraf otonom (simpatis &
parasimpatis)
b. Respons Perilaku :
ada 3 fase pengalaman nyeri : antisipasi,
sensasi, & aftermath
FAKTOR2 YG MEMENGARUHI NYERI :
1. Usia : anak - lansia
2. Jenis kelamin : laki2 - perempuan
3. Kebudayaan : cara menebus dosa
4. Makna nyeri : ancaman, kehilangan,
hukuman, tantangan
5. Perhatian : relaksasi, masase, guided
imagery
6. Ansietas : cemas
7. Keletihan : penyakit terminal
8. Pengalaman sebelumnya
9. Gaya koping : terapi musik
10. Dukungan keluarga & sosial
PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian
II. Diagnosa Keperawatan
III. Perencanaan
IV. Implementasi
V. Evaluasi
I. PENGKAJIAN
Pengkajian diperlukan untuk :
a. Menetapkan data dasar
b. Menegakkan diagnosa keperawatan
c. Menyeleksi terapi yg cocok
d. Mengevaluasi respon klien terhadap terapi
Pendekatan Klinis Rutin thd Pengkajian &
Penatalaksanaan “ABCDE” Nyeri
A : Ask/ Tanyakan nyeri scr teratur
Assess/ Kaji nyeri scr sistematis
B : Believe/ Percaya apa yg dilaporkan K & klg serta
apa yg mereka lakukan u/menghilangkan nyeri
C : Choose/ Pilih cara pengontrolan nyeri yg cocok
u/K, klg, dan kondisi
D : Deliver/ Berikan intervensi scr terjadwal, logis, &
terkoordinasi
E : Empower/ Dayagunakan K & klg mereka
Enable/ Mampukan mereka mengontrol
pengobatan sejauh yg dpt dilakukan
Pengkajian Nyeri “PQRST”

P : Provocate apa yang menimbulkan nyeri


Q : Quality kaji kualitas nyeri : tumpul, tajam, seperti
ditusuk-tusuk, terbakar
R : Radiation/Relief apakah nyeri menyebar
S : Severity skala nyeri dan frekuensinya
T : Time Kapan terjadinya nyeri
PENGKAJIAN
A. Nursing History
1. Awitan & durasi
2. Lokasi nyeri : perlu diagram tubuh manusia
2. Intensitas/ tk keparahan : menggunakan
skala
Skala yg digunakan : ANAK
3. Kualitas nyeri ( menggunakan kata2 pasien, ex :
seperti ditusuk, rasa terbakar, sensasi
remuk/crushing, berdenyut/throbbing, tajam atau
tumpul, dll). Bedah : tajam, infarkmiokard : crushing
4. Pola nyeri : apa saja yg dpt mempresipitasi/
memperburuk nyeri. Ex : faringitis smakin nyeri jika
menelan/berbicara. Ruptur diskus intravertebral
smakin nyeri jika membungkuk atau mengangkat
benda.
5. Tindakan u/menghilangkan nyeri : mengubah
posisi, berayun-ayun, menggosok, makan,
meditasi, mengompres
6. Gejala Penyerta : gejala yg menyertai nyeri
(mual, nyeri kepala, pusing, keinginan u/miksi,
konstipasi, gelisah)
Pengkajian Nyeri pada anak
• Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
• Neonatal usia 0 – 2bulan
• FLACC Scale (Face, Legs, Activity, Cry, Consability)
• VAS (Visual Asessment Scale)
• Wong Baker Faces Pain Rating scale
Neonatal Infant Pain Scale
PENGKAJIAN NYERI NEONATAL INFANT PAIN SCALE
Ekspresi Wajah
0 – Otot-otot relaks Wajah tenang, ekspresi netral
1 – meringis Otot wajah tegang, alis berkerut, dagu dan rahang tegang
Menangis
0 – tidak menangis Tenang, tidak menangis
1 – mengerang Merengek ringan, kadang-kadang
2 – menangis keras Berteriak kencang, melengking, terus menerus (Catatan: menangis lirih pada bayi
diintubasi yang dibuktikan gerakan mulut dan wajah)

Pola pernafasan
0 – bernafas relaks Pola bernafas normal
1 – perubahan pola nafas Tidak teratur, lebih cepat dari biasanya, tersedak, nafas tertahan
Lengan
0 – relaks Tidak ada kekauan otot, gerakan tangan acak sekali-sekali
1 – fleksi /ekstensi Tegang. Lengan lurus, kaku dan atau ekstensi, cepat ekstensi, fleksi
Kaki
0 – relaks Tidak ada kekakuan otot, gerakan kaki acak sekali-sekali
1 – fleksi/ekstensi Tegang, kaki lurus, kaku, dan atau ekstensi cepat ekstensi, fleksi
Kesadaran
0 – tidur/terjaga Tenang, tidur damai atau gerakan kaki acak yang terjaga
1 - rewel Terjaga gelisah dan meronta-ronta

Skore : 0 -7
Ekspresi nyeri pada bayi
FLACC

• Skala ini merupakan skala perilaku yang telah dicoba pada anak
usia 3-7 tahun. Setiap kategori (Faces, Legs,Activity, Cry, dan
Consolability) diberi nilai 0-2 dan dijumlahkan untuk mendapatkan
total 0-10
FLACC PAIN SCALE
Kategori Skoring

0 1 2
Face Tidak ada ekspresi Kedang menangis meringis atau Sering cemberut, rahang
tertentu atau mengerutkan kening, menarik diri, terkatup, dagu bergetar, kerutan
senyum, kontak tidak tertarik, wajah terlihat cemas, yg dalam di dahi, mata tertutup,
mata dan bunga di alis diturunkan, mata sebagian mulut terbuka,garis yg dalam di
lingkungan tertutup, pipi terangkat, mulut hidung/bibir
mengerucut
Leg Posisi normal atau Tidak nyaman, gelisah, tegang, tonus Menendang atau kaki disusun,
santai meningkat, kaku, fleksi/ekstensi fleksi/ekstensi berlebihan, tremor
anggota badan
Berbaring tenang, Menggeliat, menggeser maju Melengkung, kaku, atau
posisi normal, mundur, tegang, ragu2 bergerak, menyentak, posisi tetap, goyang,
bergerak dengan menjaga tekanan pada bagian tubuh gerakan kepala dari sisi ke sisi,
mudah dan bebas menggosok bagian tubuh
Cry Tidak ada Erangan atau rengekan, sesekali Terus menerus menangis,
teriakan/erangan menangis, mendesah, sesekali menjerit, isak tangis, mengerang,
mengeluh menggeram, sering mengeluh
consolab Tenang, santai Perlu keyakinan dengan sesekali Sulit untuk dibujuk atau dibuat
ility menyentuh, memeluk atau berbicara, nyaman
perhatian mudah beralih

Skore : 0 - 10
BPS
Behavior Pain Scale
Penilaian nyeri skor
BPS
1 2 3 4

Ekspresi wajah tenang Sebagian wajah Seluruh wajah Wajah


tegang / (dahi tegang (kelopak menyeringai &
mengkerut) mata menutup) mengkerut

Pergerakan Tenang Sebagian pada Menekuk total Menekuk total


ekstermitas atas daerah siku dengan jari-jari dengan terus
atau posisi menekuk mengepal menerus

toleransi Bisa Adanya respon Melawan pola Tidak mampu


terhadap mengikuti batuk tetapi ventilasi mentoleransi
ventilasi mekanik irama/pola tetap masih pola ventilasi
/ventilator ventilasi dapat mengikuti
pola ventilasi

Total skor penilaian :


Penilaian nyeri skor
BPS
1 2 3 4

Ekspresi wajah tenang Sebagian wajah Seluruh wajah Wajah


tegang / (dahi tegang (kelopak menyeringai &
mengkerut) mata menutup) mengkerut

Pergerakan Tenang Sebagian pada Menekuk total Menekuk total


ekstermitas atas daerah siku dengan jari-jari dengan terus
atau posisi menekuk mengepal menerus

Vokalisasi Kurangnya Mendengus Mendengus Berteriak atau


vokalisasi pendek dan panjang dan keluhan secara
sering sering lisan

Total skor penilaian :


Manajemen Nyeri
• Farmakologi
• Non Farmakologi
Teknik Farmakologi
Rekomendasi penggunaan analgetik untuk mendapatkan keefektifan treatmen
(Vargas, 2010),

Pemberian Analgetik sesuai


analgetik diberikan pada dengan Disesuaikan
diutamakan interval yang intensitas Terhadap Berikan
melalui rute teratur. nyeri yang tiap reguler
oral dievaluasi individu
dengan skala
nyeri

Text in here
TEKNIK NON FARMAKOLOGI

Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan Permenkes RI,


Nomor : 1109/Menkes/Per/2007
Distraksi
Untuk mengalihkan perhatian pasien ke dalam hal lain yang dapat menurunkan atau
mengurangi rasa nyeri bahkan sampai dengan mampu meningkatkan toleransi terhadap
nyerinya sehingga pasien merasa berada dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan.

Berbagai macam tehnik distraksi yang mampu digunakan : diantaranya : pada pasien anak
dapat diarahkan untuk melihat gambar pada buku, bermain puzzle, meniup gelembung. Bisa
juga dilakukan pada pasien dewasa dengan mendengarkan musik sesuai dengan selera dan
tingkat volume yang dapat ditoleransi oleh pasien.
Clements-Cortes, A. (2004). The use of music in facilitating emotional
expression in the terminally ill. American Journal of Hospice & Palliative Care,
21(4), 255–260.

Hilliard, R. E. (2003). The effects of music therapy on the quality and length of
life of people diagnosed with terminal cancer. Journal of Music Therapy, 40(2),
113–137.

“The effects of listening to preferred music on pain intensity after open heart
surgery “iranian Journal of Nursing and Midwifery Research | January-February
2012 | Vol. 17 | Issue 1 “
Efek musik

Pada sistem neuroendokrin adalah memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi


hormonehormon dan zat kimia kedalam darah. Efek musik ini terjadi dengan cara:

1. Musik merangsang pengeluaran endorphine yang merupakan opiate tubuh secara


alami di hasilkan dari gland pituitary yang berguna dalam mengurangi nyeri,
mempengaruhi mood dan memori.

2. Mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin dari medulla


adrenal. Pengurangan katekolamin dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan darah,
asam lemak bebas dan pengurangan konsumsi oksigen.

3. Mengurangi kadar kortikosteroid adrenal, corticotrophin-releasing hormone (CRH) dan


adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang dihasilkan selama stres.
.
Curtis (2002)
penelitian tentang efek musik terhadap pengurangan
nyeri dan relaksasi pada pasien dengan penyakit
terminal. terapi musik diberikan selama 30 menit
digabungkan dgn guided imagery dan deep breathing
mampu menurunkan frekuensi nadi dari 85,8x/menit
menjadi 77x/menit serta penurunan RR
dari19,5x/menit menjadi 15,4x/menit.

Pengontrolan yang cermat terhadap volume


merupakan hal yang penting dilakukan. Kerusakan
telinga yang permanen dapat terjadi akibat paparan
frekuensi dan volume yang tinggi. Frekuensi yang
lebih tinggi dari 90 desibel dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan kelelahan
(Snyder & Linquist, 2002).
RELAKSASI

merupakan bagian dari terapi perilaku


kognitif yang bertujuan untuk
mengendalikan nyeri dengan
menurunkan ketegangan fisiologis tubuh
Terapi relaksasi

merupakan salahsatu metode yang efektif untuk mengurangi nyeri kronis. Yang
perlu diperhatikan dalam melakukan tehnik ini adalah posisi yang nyaman
berbaring ataupun duduk, dengan kepala ditopang, lingkungan yang tenang,
pasien kooperatif.

Efek positif yang dapat dirasakan dengan menggunakan tehnik ini adalah
mampu memperbaiki kulaitas tidur pasien, menurunkan fatique, meningkatkan
kepercayaan diri, meningkatkan kemampuan dalam bertoleransi terhadap
rangsang nyeri.
GUIDED IMAGERY
Tehnik menggunakan Imajinasi seseorang
untuk mencapai efek postif tertentu dapat
juga dikombinasikan dengan tehnik relaksasi
nafas dalam sehingga menghasilkan
ketenangan dan kedamaian

(Smeltzer, bare, Hinkle & Cheever, 2010)


GUIDED IMAGERY
Sebuah tehnik dengan menggunakan imajinasi dan
visualisasi untuk membantu mengurangi ataupun
menurunkan stres, nyeri dan menciptakan perasaan yang
nyaman dengan mengkaji sebuah kekuatan alam sadar
maupun bawah sadar untuk menciptakan suatu bayangan
gambar yang menghantarkan pada suasana tenang dan
hening serta timbulnya relaksasi diri

(National Safety Council, 2004)


THERAPEUTIK TOUCH
Pengertian
• Suatu intervensi dengan menyalurkan energi
dari medan energi universal sebagai usaha
penyembuhan melalui kepekaan alami tangan
di atas tubuh klien dengan lembut, fokus,
mengarahkan, dan memodulasi medan energi
manusia (Bulecheck, et.al, 2013)
Langkah-langkah
• Ciptakan lingkungan yang nyaman tanpa gangguan
• Tempatkan pasien dalam yang nyaman (mid line
control)
• Pusatkan diri dengan memusatkan kesadaran pada
diri batiniah
• Fokus pada niat untuk memfasilitasi
penyembuhan/pemulihan
• Tempatkan tangan dengan telapak tangan
menghadap pasien 3 sampai 5 inci dari tubuh mereka
• Mulailah penilaian /pengkajian satu hingga dua menit dengan
menggerakkan tangan perlahan dan mantap dari kepala ke
ujung kaki dan depan ke belakang
• Gerakkan tangan dengan gerakan ke bawah secara lembut,
rasakan medan energi pasien, visualiasikan pasien sebagai
satu kesatuan utuh dan fasilitasi aliran energi yang terbuka
dan seimbang
• Perhatikan pola keseluruhan aliran energi, terutama area
mana saja gangguan seperti kemacetan atau ketidakrataan,
yang mungkin dirasakan melalui isyarat yang sangat halus di
tangan, misalnya,perubahan suhu, kesemutan, atau perasaan
halus lainnya dari gerakan
• Fokuskan niat untuk memfasilitasi simetri dan
penyembuhan dalam gangguan di area tersebut
• Lanjutkan pengobatan dengan sangat lembut
memfasilitasi aliran energi penyembuhan ke area
gangguan
• Selesai ketika dinilai bahwa jumlah perubahan yang
tepat telah terjadi (untuk bayi 1 hingga 2 menit; untuk
anak dan orang dewasa 5-10 menit)
• Perhatikan apakah pasien telah mengalami respons
relaksasi dan segala perubahan terkait
AKUPRESURE
• AKUPRESURE adalah teknik pemijatan
pada titik tubuh tertentu tanpa
menggunakan jarum dengan tujuan
merangsang persyarafan pada tubuh
berdasarkan titik-titik meredian, seperti
halnya akupunktur.
Tujuan akupresure
• Penangan awal penyakit ringan menggunakan
obat medis seperti : batuk-pilek, kolik abdomen,
sembelit, cegukan, kembung, kurang nafsu makan
dan lain-lain.
• Memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh
• Meningkatkan kadar hormon endorfin 
pengurangan nyeri & memberikan rasa nyaman
Mekanisme kerja akupresur
• Titik-titik meredian yang dirangsang (dipijat)
berhubungan dengan persyarafan ditempat
yg mengalami gangguan.
Berapa banyak titik meredian yang di
stimulasi?
• Sebenarnya ada banyak
sekali titik-titik meredian
yang bisa di berikan
rangsangan atau
pemijatan namun jika
dilakukan pada bayi dan
anak disarankan hanya
beberapa titik saja.
Panjang dan lebar jari tangan klien di pakai
sebagai ukuran untuk menentukan lokasi
titik
• Pengukuran dengan jari tangan:  jari antara kedua ujung lipatan sendi
intephalangeal   jari tengah dianggap sebagai 1 cun.
• Pengukuran dengan jari jempol: lebar jempol tangan  dianggap sebagai
1 cun
• Pengukuran dengan 4 jari tangan   : lebar 4 jari, meliputi: telunjuk,
tengah, manis dan kelingking di rapatkan bersama dengan lipat sendi
interphalangeal dari tengah di buat garis lurus yang dianggap sebagai 3
cun.
• Pengukuran dengan 3 lebar jari: meliputi telunjuk, tengah dan manis
adalah 2 cun.
• Pengukuran dengan 2 lebar jari: meliputi telunjuk, tengah meliputi 1,5
cun
Berapa putaran tiap kali memijat pada
satu titik?
• Putaran
pemijatan pada
orang dewasa
bisa sampai 30-
40 putaran
• Pada bayi cukup
10-15 kali
putaran
Bagaimana kombinasi pijatan
agar hasilnya maksimal?
• Pijatan pada satu titik meredian harus
dikombinasi dengan titik-titik lainya
yg pada dasarnya bisa merangsang
persyarafan didaerah yg sakit
Minyak apa yg digunakan dalam
akupresur?
• Esential oil yang bersifat hangat dan
memiliki kandungan sedatif atau
menenangkan.
• Cara sederhana campurkan 60 ml
(lavender / chamomile + VCO +
Zaitun) dengan minyak kayu putih
murni 40 ml.
• Campuran tersebut hanya untuk
bagian leher hingga kaki, sedangkan
daerah kepala hanya menggunakan
vco murni yg digunakan untuk
melumasi tangan saja agar tidak
kasar.
HYPNOSIS
NIC
HYPNOSIS
• Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2009), Hipnosis
adalah suatu bentuk terapi dengan memberdayakan
tenaga pikiran bawah sadar, dengan terlebih dulu
mengistirahatkan pikiran sadar klien.
• Hipnoterapi merupakan suatu intervensi yang dilaporkan
dapat membantu anak menghilangkan nyerinya dari nyeri
akibat prosedur medik (Wiroorpanich, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC
2. Dachlan,M.R.Latief S.A. Suryadi K (2001) Petunjuk praktis
anestesiologi. Jakarta: EGC
3. Hockenberry,M.J&Wilson David (2009).Pediatric
Nursing.Eighth Edition.St Louis:Mosby Elseiver.
4. http://www.pain-management-info.com/definition-of-
pain.htm
5. http/www/ berbagi manfaat com. Penatalaksanaan
nyeri,rizka diundu ygl 16/05/2012, pkl 20,00 wib
6. Wong, D.,L., & Hockenberry, M.,J., (2001). Wong’s essentials
of Pediatric Nursing. 6th ed. St. Louis : Mosby.
7. Wong. (2008) Buku ajar keperawatan pediatric vol 2.
Jakarta: EGC
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai