Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS
Anak

BRONKIOLITIS
KODE ICD X J21.9
002/PPK/ANAK/V/21
1. Pengertian (Definisi) Bronkiolitis adalah infeksi bronkioli pada batu <2tahun. Berdasarkan guideline
dari UK bronkiolitis adalah penyakit seasonal viral yang ditandai dengan
adanya panas, pilek, batuk dan mengi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
inspiratory crackles dan/atau high pitched expiratory wheeze. Etiologi
bronkiolitis antara lain adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) (tersering),
Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzae virus, Enterovirus dan Influenzae virus.
Bronkiolitis merupakan penyebab tersering perawatan rumah sakit pada anak
usia 2-6 bulan dan sering terjadi misdiagnosis dengan asma
2. Anamnesis  Sering terjadi pada anak berusia <2tahun. 90% kasus yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit terjadi pada bayi berusaha <1 tahun. Insiden
tertinggi pada usia 3-6 bulan.
 Anak yang menderita bronkiolitis mengalami demam atau riwayat demam
namun jarang terjadi demam tinggi
 Rhinorrhea, nasal discharge (pilek) sering timbul sebelum gejala lain
seperti batuk, takipnae, sesak napas dan kesulitan makan
 Batuk disertai gejala nasal adalah gejala yang pertama muncul pada
bronkiolitis. Batuk kering dan mengi khas untuk bronkiolitis.
 Poor feeding. Banyak penderita bronkiolitis mempunyai kesulitan makan
yang berhubungan dengan sesak napas, namun gejala tersebut bukan hal
mendasar untuk diagnosis bronkiolitis.
 Bayi dengan bronkiolitis jarang tampak “toksik”. Bayi dengan tampilan
toksik seperti mengantuk, letargis, gelisah, pucat, motling dan takikardi
membutuhkan penanganan segera.
3. Pemeriksaan Fisik  Napas cepat merupakan gejala utama pada lower respiratory tract
infection (LRTI), terutama pada bronkiolitis dan pneumonia
 Retraksi dinding dada (subkosta, interkosta dan supraklavikula) sering
terjadi pada penderita bronkiolitis. Bentuk dada tampak hiperinflasi dan
keadaan tersebut membedakan bronkiolitis dari pneumonia.
 Fine inspiratory crackles pada seluruh lapang paru sering ditemukan (tapi
tidak selalu) pada penderita bronkiolitis. Di UK, crackles merupakan tanda
utama bronkiolitis. Bayi dengan mengi tanpa crackles sering
dikelompokkan sebagai viral-induces wheeze dibandingkan bronkiolitis
 Di UK, high pitched expiratory wheeze merupakan gejala yang sering
ditemukan pada bronkiolitis, tapi bukan temuan pemeriksaan fisik yang
mutlak. DI Amerika diahnosis bronkiolitis lebih ditekankan pada adanya
mengi
 Apnea dapat terjadi pada bronkiolitis terutama pada usia yang sangat
muda, bayi premature atau berat badan lahir rendah.
4. Kriteria Diagnosis –
1. Diagnosis Banding -
6. Pemeriksaan Penunjang  Saturasi oksigen
Pulse Oxymetry harus dilakukan pada setiap anak yang datang ke rumah
sakit dengan bronkiolitis. Bayi dengan saturasu oksigen ≤92%
membutuhkan perawatan di ruang intensif. Bayi dengan saturasi oksigen
>94% pada udara ruangan dapat dipertimbankan untuk dipulangkan.
 Analisis gas darah
Umumnya tidak diindikasikan pada bronkiolitis. Pemeriksaan tersebut
berguna untuk menilai bayi dengan distress napas berat dan kemungkinan
mengalami gagal napas
 Foto thorax
Foto thorax dipertimbangkan pada bayi dengna diagnosis meragukan atau
penyakut atipikal. Foto thorax sebaiknya tidak dilakukan pada bronkiolitis
yang tipikal. Foto thorax pada bronkiolitis yang ringan tidak memberikan
informasi yang dapat mempengaruhi pengobatan
 Pemeriksaan virology
Rapid diagnosis infeksi virus pada saluran napas adalah cost effective
karena mengurangi lama perawatan, penggunaan antibiotic dan
pemeriksaan mikrologi
 Pemeriksaan bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi secara rutin (darah dan urin) tidak diindikasikan
pada penderita bronkiolitis bakteriologi tipikal. Pemeriksaan bakteriologi
dari urine dipertimbangkan pada bayi berusia <60 hari
 Hematologi
Pemeriksaan darah lengkap tidak diindikasikan dalam menilai dan
menatalaksana bayi dengan bronkiolitis tipikal
 C-reactive protein (CRP)
Penelitian yang ada merupakan penelitian retrospektif atau penelitian
dnegan kualitas yang buruk dan tidak memberikan bukti yang cukup
berhubungan dengan bronkiolitis.
7. Tatalaksana Medikamentosa
Bronkiolitis umumnya tidak memerlukan pengobatan. Pasien bronkiolitis
dengan klinis ringan dapat rawat jalan, jika klinis berat harus rawat inap.
Terapi suportif seperti pemberian oksigen, nasal suction masih dapat
digunakan. Fisioterapi dada dengan vibrasi dan perkusi tidak
direkomendasikan untuk pengobatan penderita bronkiolitis yang tidak
dirawat di ruang intensif

Menurut penelitian, pemberian antiviral, antibiotic, inhalasi β2 agonis, inhalasi


antikolinergik (ipratropium) dan inhalasi kortikosteroid tidak
direkomendasikan. Belum ada penelitian yang dapat menunjang rekomendasi
pemberian leukotriene receptor antagonist (Montelukost) pada pasien
dengan bronkiolitis

Indikasi rawat di ruang intensif


 Gagal mempertahankan saturasi oksigen >92% dengan terapi oksigen
 Perburukan status pernapasan, ditandai dnegan peningkatan distress
napas dan/atau kelelahan
 Apnea berulang

Faktor risiko bronkiolitis berat


 Usia
 Bayi usia muda dengan bronkiolitis mempunyai risiko lebih tinggi
untuk mendapat perawatan di rumah sakit
 Prematuritas
 Bayi lahir premature kemungkinan menderita RSV-associated
hospitalization lebih tinggi daripada bayi cukup bulan
 Kelainan jantung bawaan
 Chronic lung disease of prematurity
 Orang tua perokok
 Jumlah saudara/berada di tempat penitipan
 Sosioekonimi rendah
8. Edukasi -
9. Prognosis -
10. Kepustakaan 1. Wohl MEB, Bronchiolitis Dalam Chermick V, Kendig El, penyuntung
Kendig’s disorders of the respiratory tract In children. Ed ke 7.
Philadelphia: WB Saunders Co; 2006. 423-40
2. Watt KD, Goodman DM, Wheezing in infant : bronchiolitis In children a
national clinical guideline (diakses tanggal 5 Juni 2009). Edisi pertama.
Edinburg 2006
3. Ko HM, Chu I. The evidence based management of bronkioliyis. J
Pediatr Neonatology. 2009

Anda mungkin juga menyukai