3. Korea Sydenham
Gerakan-gerakan cepat, bilateral, tanpa tujuan dan sukar dikendalikan.
Seringkali disertai dengan kelemahan otot dan gangguan emosional.
Semua otot terkena, tetapi yang mencolok adalah otot wajah dan
ekstremitas.
4. Eritema marginatum
Kelainan kulit berupa bercak merah muda, berbentuk bulat, lesi
berdiameter sekitar 2,5 cm, bagian tengahnya pucat, sedang bagian
tepinya berbatas tegas, tanpa indurasi, tidak gatal, paling sering
ditemukan pada batang tubuh dan tungkai proksimal.
5. Nodul subkutan
Terletak di bawah kulit, keras, tidak sakit, mudah digerakkan dan
berukuran 3-10 mm. Lokasinya sekitar ekstensor sendi siku, lutut,
pergelangan kaki dan tangan, daerah oksipital, serta di atas prosesus
vertebra torakalis dan lumbalis.
Kriteria
Diagnosis Manifestasi Mayor Manifestasi Minor
(Lanjutan) - Karditis Klinis:
- Poliartritis migrans - Artralgia
- Korea - Demam
- Eritema marginatum Laboratorium:
- Nodulus subkutan - Peningkatan reaktan fase
akut yaitu: LED dan atau
CRP yang meningkat
- Interval PR yang
memanjang
Langkah diagnosis
Tegakkan diagnosis DR berdasarkan kriteria WHO tahun 2003
Tetapkan aktif atau inaktif
Tetapkan ada karditis atau tidak
Tetapkan ada kelainan pada katup jantung atau tidak
Jika tidak ada tanda-tanda DR aktif dan penyebab lain kelainan pada
katup jantung dapat disingkirkan dianggap PJR
Tetapkan status hemodinamik jantung: dekompensasi kordis atau tidak
2. Obat Anti Inflamasi: diberikan untuk DRA atau PJR yang rekuren
Tabel 3. Rekomendasi penggunaan anti inflamasi
Hanya Karditis Karditis Karditis
Artritis Ringan Sedang Berat
Prednison - - 2-4 mgg* 2-6 mgg*
Aspirin a. 100 3-4 6-8 mgg 2-4 bln
mg/kgBB/ hr mgg**
dalam 4-6
dosis (2 mgg)
b. Kemudian
Terapi (Lanjutan) Dosis : Prednison 2 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
Aspirin 100 mg/kgBB/hari dibagi 4-6 dosis
* Dosis Prednison di tappering (dimulai pada minggu ketiga) dan
Aspirin dimulai minggu ketiga kemudian di tappering.
** Aspirin dapat dikurangi menjadi 60 mg/kgBB setelah 2 minggu
pengobatan
3. Istirahat (lihat tabel 3)
Tabel 4 Petunjuk tirah baring dan ambulasi
Hanya Karditis Karditis Karditis
Artritis Ringan Sedang Berat
Tirah baring 1-2 3-4 4-6 Selama
minggu minggu minggu masih
terdapat
gagal
jantung
kongestif
Ambulasi 1-2 3-4 4-6 2-3 bulan
bertahap (boleh minggu minggu minggu
rawat jalan bila
tidak mendapat
steroid)
13. Tingkat I / II
evidens
14. Tingkat A
Rekomendasi
DEKOMPENSASI KORDIS
Kriteria Diagnosis Tabel 1. Sistem skoring gagal jantung pada anak menurut Modifikasi
(Lanjutan) Ross
0 1 2
Berkeringat dingin kepala kepala dan kepala dan
badan waktu badan waktu
aktivitas isrirahat
Takipneu jarang kadang- Sering
kadang
Pola nafas normal Retraksi Dispneu
Laju nafas
(x/menit)
0–1 tahun <50 50–60 >60
1–6 tahun <35 35–45 >45
7–10 tahun <25 25–35 >35
11–14 tahun <18 18–28 >28
HR (x/menit )
0–1 tahun <160 160–170 >170
1–6 tahun <105 105–115 >115
7–10 tahun <90 90–100 > 100
11–14 tahun <80 80–90 >90
Jarak tepi hepar <2 cm 2–3 cm >3 cm
dari batas kostae
Dasar diagnosis
Dispnu/ortopnu, pulsus alternans, takikardia/irama gallop, ronki basah
tak nyaring di basal paru (gagal jantung kiri), tekanan vena yugularis
meningkat, hepatomegali, edema (gagal jantung kanan), kardiomegali
Langkah diagnosis
Perhatikan gejala dan tanda:
- Kardiovaskuler: takikardi/irama gallop, kardiomegali, nadi: pulsus
alternans
- Respirasi: dispnu, ortopnu, batuk produktif, ronki basah tak nyaring di
basal paru
- Tanda-tanda bendungan sistemik: tekanan vena jugularis,
hepatomegali (tumpul, lunak), edema
8. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Lab darah: Hb, lekosit, hitung jenis, LED.
3. Foto thorak
4. Analisis gas darah dan elektrolit
5. Ekokardiografi
10. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: memahami penyebab dan gejala yang timbul.
2. Prognosis: memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
3. Pemantauan gejala: mengetahui mengapa dan kapan harus ke
dokter/rumah sakit
4. Terapi farmakologi: memahami indikasi, dosis, dan efek obat
5. Diit, latihan
13. Tingkat A
Rekomendasi
17. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart
Failure 2012 of the European Society of Cardiology 2012, ESC Guidelines
for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012,
European Heart Journal, vol. 33, pp. 1787-1847.
3. Pudjiadi, AH, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, NS & Gandaputra, EP
2009, Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta.
4. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
5. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
6. Diagnosis
Banding
8. Terapi 1. Medikamentosa
Bila ada gagal jantung kongestif tatalaksana sesuai gagal jantung
kongestif.
Antibiotika profilaksis untuk mencegah Infektif endokarditis, bila
akan dilakukan tindakan seperti cabut gigi atau sirkumsisi
(Amoksisillin 50 mg/kgBB/hari selama 5 hari)
2. Operasi
1) Prosedur:
- PA banding: merupakan prosedur yang bersifat paliatif (untuk
mengurangi aliran darah ke paru dan menurunkan tekanan
arteri pulmonalis). Prosedur ini jarang dilakukan kecuali bila
terdapat lesi tambahan lain sehingga prosedur untuk menutup
DSV sulit dilakukan.
- Tutup DSV dengan cara operasi: menggunakan patch
(surgical closure)
9. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: menjelaskan penyebab dan gejala yang timbul.
2. Pemantauan gejala: menjelaskan kapan harus ke dokter/rumah sakit.
3. Menjelaskan perlunya menjaga personal higiene, terutama
kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya infective
endocarditis.
4. Menjelaskan kapan dilakukan intervensi untuk penutupan DSV
5. Terapi farmakologi: menjelaskan indikasi, dosis, dan efek obat
6. Prognosis: menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis.
10. Prognosis Tergantung ukuran, lokasi, dan ada tidaknya hipertensi pulmonal;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Pudjiadi, AH, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, NS & Gandaputra,
EP 2009, Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
4. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
1. Pengertian Kelainan jantung bawaan yang ditandai dengan tetap terbukanya duktus
(Definisi) arteriosus.
4. Kriteria 1. Anamnesis.
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik jantung: tetapkan perkiraan besar DAP. tetapkan
apakah terjadi gagal jantung, tanda-tanda hipertensi pulmonal serta
adanya sindroma Eisenmenger
3. EKG untuk menentukan adanya beban volume
4. Foto thorak untuk menilai corakan vaskuler paru
5. Ekokardiografi untuk menentukan besarnya DAP
6. Kateterisasi hanya dilakukan bila dicurigai ada hipertensi pulmonal.
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Foto thorak
3. Ekokardiografi
4. Kateterisasi
9. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: menjelaskan penyebab dan gejala yang timbul.
2. Pemantauan gejala: menjelaskan kapan harus ke dokter/rumah sakit.
3. Menjelaskan perlunya menjaga personal higiene, terutama
kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya infective
endocarditis.
4. Menjelaskan kapan dilakukan intervensi untuk penutupan DSV
5. Terapi farmakologi: menjelaskan indikasi, dosis, dan efek obat
6. Prognosis: menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis.
10. Prognosis Tergantung ukuran, lokasi, ada tidaknya hipertensi pulmonal, ada
tidaknya gagal jantung;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Pudjiadi, AH, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, NS & Gandaputra,
EP 2009, Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
4. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
3. Pemeriksaan 1. Defek kecil : bunyi jantung II wide fixed split. Bising ejeksi
Fisik sistolik II-III/6 di tepi kiri sternal atas.
2. Defek besar : bunyi jantung II wide fixed split. Bising ejeksi
sistolik II-III/6 di tepi kiri sternal atas. Bising mid
diastolik murmur di tepi kiri bawah sternal.
4. Kriteria 1. Anamnesis
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik.
3. EKG: RAD, RVH, RBBB.
4. Foto thorak: kardiomegali dan corakan vaskular paru meningkat.
5. Ekokardiografi: untuk memastikan defek dan mengukur besar defek.
a. Berdasarkan lokasi:
DSA primum
DSA sekundum
DSA sinus venosus
b. Berdasarkan besarnya defek:
DSA kecil
DSA besar
c. Berdasarkan tekanan pulmonal:
DSA tanpa hipertensi pulmonal
DSA dengan hipertensi pulmonal
6. Kateterisasi: hanya dilakukan bila kecurigaan hipertensi pulmonal.
6. Diagnosis
Banding
9. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: menjelaskan penyebab dan gejala yang timbul.
2. Pemantauan gejala: menjelaskan kapan harus ke dokter/rumah sakit.
3. Menjelaskan perlunya menjaga personal higiene, terutama
kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya infective
endocarditis.
4. Menjelaskan kapan dilakukan intervensi untuk penutupan DSA
5. Terapi farmakologi: menjelaskan indikasi, dosis, dan efek obat
6. Prognosis: menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
10. Prognosis Tergantung ukuran, lokasi, dan ada tidaknya hipertensi pulmonal;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Pudjiadi, AH, Hegar, B, Handryastuti, S, Idris, NS & Gandaputra,
EP 2009, Pedoman pelayanan medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
4. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
3. Pemeriksaan 1. Pada palpasi pasien stenosis pulmonal sedang atau berat, teraba
Fisik getaran bising pada sel iga II tepi kiri sternum.
2. Bunyi jantung I normal diikuti klik ejeksi
3. Komponen pulmonal bunyi jantung II (P2), terdengar melemah.
Makin berat obstruksi, makin lemah bunyi jantung II, sehingga bila
obstruksi sangat berat maka bunyi jantung II terdengar tunggal,
yakni hanya terdengar A2.
4. Terdapat bising sistolik, derajat III sampai VI/6, dengan pungtum
maksimum di sela iga II parasternal kiri, menjalar sepanjang garis
sternum kiri dan apeks.
4. Kriteria 1. Anamnesis.
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik.
3. EKG.
4. Foto thorak.
5. Ekokardiografi.
6. Diagnosis
Banding
Pemeriksaan b. EKG
Penunjang (Lanjutan) - SP ringan: normal
- SP sedang-berat: deviasi aksis ke kanan, hipertrofi ventrikel
kanan, hipertrofi atrium kanan.
- SP sangat berat: RVH + strain”
c. Ekokardiografi
- Tampak katup pulmonal tebal
- Tampak paska stenotik dilatasi dari MPA
8. Terapi 1. Pada SP ringan tidak perlu dilakukan tindakan apapun tetapi secara
berkala setiap 6 bulan dilakukan pemeriksaan ekokardiografi untuk
mengetahui apakah stenosis bertambah berat atau tidak.
2. Pada obstruksi berat, dilakukan dilatasi katup pulmonal dengan balon
(balloon pulmonary valvulotomy) atau valvulotomy dengan operasi.
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
3. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
4. Kriteria 1. Anamnesis.
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik.
3. EKG.
4. Foto thorak.
5. Ekokardiografi.
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan 1. EKG:
Penunjang - Aksis QRS “superior” dengan aksis antara -40° sampai -150°
- RVH
- LVH
- RBBB
- AV blok derajat 1 (interval PR memanjang)
2. Foto thorak: kardiomegali dan corakan vaskular paru meningkat.
3. Ekokardiografi: memastikan diagnosis
1) DSAV Parsial
- Katup mitral dan trikuspid terpisah
- Defek septum atrium (DSA) dengan atau tanpa sumbing pada
katup mitral anterior (merupakan bentuk yang sering
dijumpai).
- DSV inlet (kecil dan restriktif) dengan atau tanpa sumbing
pada katup mitral.
- Biasanya berhubungan dengan DSA sekundum
3) DSAV Komplit
- Defek antara atrium yang luas biasanya berupa DSA primum
- Defek antar ventrikel yang luas, biasanya defeknya lebih kecil
dari DSA.
- Biasanya katup AV menghubungkan kedua atrium dan kedua
ventrikel
- Defek septum meluas ke septum membranosa (berkurang atau
tidak ada).
- Jarak apeks–aorta yang memanjang sehingga pada angiografi
akan tampak gambaran “leher angsa”
8. Terapi 1. Medikamentosa
- Terapi gagal jantung kongestif
- Infektif endokarditis profilaksis
2. Operasi
a. Paliatif
PA banding dilakukan pada bayi kecil dan tidak ada mitral
regurgitasi yang signifikan
b. Korektif
Tutup ASD dan VSD serta rekonstruksi cleft AV valve
Waktu operasi tergantung beratnya hemodinamik yang terjadi
Indikasi operasi:
- Gagal jantung kongestif yang tidak respon dengan terapi
medikamentosa
- Pneumonia berulang dan gagal jantung
- L-R shunt yang besar dengan hipertensi pulmonal atau
meningkatnya resistensi vaskular paru
12. Tingkat A
Rekomendasi
15. Target 1. Mengurangi mortalitas pada DSAV dengan sindroma Down dengan
tindakan Paliatif PA Banding pada bayi kecil (umur 2-4 bulan).
2. Tindakan koreksi DSAV sudah dilakukan dalam rentang umur 2-5
tahun.
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
3. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
TETRALOGI OF FALLOT
1. Pengertian Merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang terdiri dari DSV,
(Definisi) stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding aorta
4. Kriteria 1. Anamnesis.
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik.
3. EKG.
4. Foto thorak.
5. Ekokardiografi.
Langkah diagnosis
Pikirkan kemungkinan TOF jika menemukan PJB sianotik atau pada
yang relatif ringan pada PJB dengan gagal tumbuh + gejala squatting +
sianosis/sesak pada peningkatan aktivitas fisik (pada bayi sianosis ketika
menyusu atau menangis).
Perhatikan secara khusus hal-hal berikut:
1. Pemeriksaan fisik jantung
2. EKG:
- Deviasi aksis ke kanan
- RVH
3. Foto thorak:
- Ukuran jantung normal
- “Boot shaped” heart
- Corakan vaskuler paru menurun
4. Ekokardiografi:
- VSD subaortic besar
- Overriding aorta
- Stenosis pulmonal/obstruksi RVOT (Right Ventricle Outflow
Track)
- RVH
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Foto thorak
3. Ekokardiografi
8. Terapi 1. Medikamentosa
a. Propranolol 1-2 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis untuk
mencegah serangan sianotik (“hypoxic spells”)
b. Deteksi dan terapi anemia defisiensi besi
c. Profilaksis terhadap infective endocarditis untuk setiap tindakan
invasif (Amoksisilin 50 mg/kgBB selama 5 hari)
d. Pada serangan sianotik (hypoxic spells):
- Pasien diletakkan dalam posisi “knee-chest”: untuk
meningkatkan resistensi sistemik
- Oksigen 2-4 L/menit
- Morfin sulfate 0,1-0,2 mg/kg/subkutan
- Atasi asidosis dengan pemberian Sodium bikarbonat 1 mEq/kg
IV
- Bila dengan terapi di atas belum ada perbaikan dapat diberikan
Propranolol 0,01-0,25 mg/kg/dosis (rata-rata 0,05 mg/kg) IV
pelan-pelan
- Untuk mencegah berulangnya serangan sianotik diberikan
Propranolol oral 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
12. Tingkat A
Rekomendasi
15. Target Tindakan operatif koreksi total TOF sudah dilakukan pada usia 1-5
tahun.
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
3. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
TAKIKARDIA SUPRAVENTRIKULER
1. Pengertian Takikardi supraventrikuler (TSV) adalah satu jenis takidisritmia yang
(Definisi) ditandai dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah
cepat menjadi antara 150 permenit-300 permenit.
4. Kriteria 1. Anamnesis.
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik.
3. EKG
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan EKG:
Penunjang 1. Takikardi Atrial
EKG: gelombang P sewaktu serangan agak berbeda dengan
gelombang sewaktu irama sinus. PR interval tidak memanjang.
2. Takikardi nodal
EKG: gelombang P secara morfologi, interval dan polaritasnya sama
pada waktu irama sinus.
3. Takikardi Reentrant Nodus AV
EKG: tampak gelombang QRS yang sempit dengan tanpa didahului oleh
gelombang P. Gelombang P negatif pada lantaran II, III, AVF,
interval PR lebih panjang dari interval RP.
9. Edukasi Menjelaskan gejala klinis TSV pada bayi dan anak untuk segera
mendapat penangananan medis karana merupakan kedaruratan medik
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
3. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
1. Pengertian Penyakit yang ditandai adanya inflamasi atau infeksi pada endokardium.
(Definisi)
3. Pemeriksaan 1. Febris.
Fisik 2. Anemia
3. Splenomegali
4. Manifestasi kulit (ptekie, Osler nodes, lesi Janeway)
5. Fenomena emboli (kejang, hemiparesis).
4. Kriteria 1. Anamnesis
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. Kultur darah positif (dilakukan minimal 3 kali di 3 tempat dengan
jarak kultur 24 jam).
4. Ekokardiografi: tampak vegetasi.
6. Diagnosis
Banding
Tanpa protestik
Sensitif Nafcillin/ 200 mg IV 4-6 jam 6-12
methcillin Oxacillin minggu
dengan/
tanpa
Gentamisin 3 mg IM/IV 8 jam 3-5 hari
Alergi β Cefazolin 100 mg IV 4-6 jam 6 minggu
laktam dengan/ 3 mg IM/IV 8 jam 3-5 hari
tanpa
Gentamisin 40 mg IV 6-12 jam 6 minggu
Resisten Vancomisin 40 mg IV 6-12 jam 6 minggu
Methicillin
3. Pendekatan bedah:
a. Vegetasi
- Vegetasi persisten setelah emboli sistemik
- Meningkatnya ukuran vegetasi setelah terapi antimikrobial 4
minggu
b. Disfungsi valvular
- Insufisiensi aorta atau insufisiensi mitral akut
- Gagal jantung yang tidak responsif dengan terapi medik
- Perforasi dan ruptur katup
c. Ektensi perivalvular
- Ruptur katup
- Blok jantung
- Abses
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
3. Madiyono, B, Rahayuningsih, SE & Sukardi, R 2005, Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak, UKK Kardiologi IDAI,
Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
PERIKARDITIS
1. Pengertian Inflamasi atau infeksi pada perikardium.
(Definisi)
2. Anamnesis 1. Nyeri dada (precordial) yang sering menyebar ke bahu dan leher.
Nyeri bertambah pada saat saat terlentang atau inspirasi dalam
2. Demam.
3. Riwayat infeksi saluran nafas atas.
4. Kriteria 1. Anamnesis
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. EKG:
- Elevasi segmen ST
- Gelombang T datar negatif, kadang-kadang inversi
- Amplitudo QRS dan T mengecil (low voltage)
4. Foto thorak:
- Tampak pembesaran jantung yang berbentuk bola, atau buah pear
atau doublecontour
5. Laboratorium (terutama analisis cairan perikardium untuk diagnosis
etiologi);
a. LED meningkat, leukositosis
b. Cairan perikardium, dapat bersifat:
- Transudat: pada perikarditis rematoid, rematik, uremik
- Eksudat serosangainus: pada perikarditis tuberkulosis
c. Purulen: pada infeksi banal/perikarditis septik
Terhadap cairan yang purulen harus dilakukan:
- Pemeriksaan mikroskopik: terhadap jenis sel yang ditemukan
- Pemeriksaan bakteriologi: pengecatan langsung dan kultur
kuman.
6. Ekokardiografi: adanya cairan pada perikardium.
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Radiologis
3. Ekokardiografi
4. Laboratorium: analisis cairan perikardium
8. Terapi 1. Untuk memastikan jenis perikarditis dilakukan punksi perikardium:
- Bila cairan pus, lakukan aspirasi sebanyak-banyaknya. Terhadap
cairan dilakukan pengecatan gram dan biakan serta tes resistensi
- Bila cairan serosa, lakukan aspirasi sebanyak 5-10 cc. Lakukan tes
Rivalta. Bila Rivalta (+) dilakukan perhitungan jumlah sel, hitung
jenis, pengecatan Ziehl Nielsen, biakan terhadap TBC.
2. Bila terjadi tamponade jantung, cairan harus dikeluarkan sebanyak-
banyaknya (perikardiosintesis)
3. Pengobatan terutama ditujukan kepada penyakit dasarnya
- Bila PJR, pengobatan sesuai PPK PJR,
- Bila infeksi piogenik, sebelum diketahui hasil biakan kuman dan uji
resistensi segera berikan antibiotika spektrum luas, bila hasil ada
disesuaikan dengan hasil resistensi.
4. Pada kasus yang sudah lama yang disertai penebalan perikardium
atau perlengketan yang menimbulkan gangguan hemodinamik harus
dilakukan perikardiotomi.
9. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: menjelaskan penyebab dan gejala yang timbul.
2. Menjelaskan perlu dilakukan perikardiosentesis pada kasus
tamponade jantung.
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
TAMPONADE JANTUNG
1. Pengertian Adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh akumulasi cairan pada
(Definisi) rongga perikardium, yang menyebabkan berkurangnya pengisian
ventrikel sehingga menyebabkan gangguan hemodinamik. Tamponade
jantung merupakan keadaan gawat darurat medik.
4. Kriteria 1. Anamnesis
Diagnosis 2. Klinis
3. Foto thorak: pembesaran bayangan “jantung” yang berbentuk seperti
botol air (water bottle). Foto thorak bermanfaat jika cairan
perikardium berjumlah paling sedikit 200 mL.
4. Elektrokardiografi; sinus takikardi, low voltage kompleks QRS,
Electrical alternans (alternans Kompleks QRS), depresi segmen PR.
5. Ekoardiografi: terdapat ruang echo free pada posterior dan anterior
dari ventrikel kiri dan belakang atrium kiri, kolaps early diastolic
dari freewall ventrikel kanan, kompresi/kolaps late diastolic dari
atrium kanan, jantung berayun (swinging of the heart),
pseudohipertrofi ventrikel kiri, peningkatan relatif pada saat inspirasi
dari right side flow >40%, penurunan relatif pada lnspiratory flow
sepanjang katup mitral >25%.
6. Diagnosis
Banding
8. Terapi 1. Oksigen
2. Mempertahankan volume intravaskuler yang adekuat, dengan cairan
yang bersifat volume expansion
3. Istirahat total, dengan meninggikan posisi kaki, hal ini dapat
membantu meningkatkan venous return.
12. Tingkat A
Rekomendasi
15. Target Tidak terdapat atau berkurangnya cairan perikardium pada pemeriksaan
ekokardiografi paska tindakan.
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
3. Pemeriksaan Manifestasi klinis DORV dipengaruhi oleh posisi VSD dan ada atau
Fisik tidak adanya stenosis pulmonal. Setiap jenis terjadi secara terpisah.
1. VSD Subaorta tanpa Stenosis Pulmonal
Gambaran klinis jenis ini menyerupai VSD besar dengan hipertensi
pulmoner dan gagal jantung kongestif. Dapat terjadi gangguan
pertumbuhan, takipneu, dan tanda lain CHF. Prekordium hiperaktif,
S2 keras, dan murmur sistolik jenis VSD (regurgitan). Bunyi
gemuruh diastolik di apeks dapat terdengar.
2. VSD Subpulmoner (Malformasi Taussig-Bing)
Manifestasi klinis menyerupai transposisi arteri besar. Sering
ditemukan gangguan pertumbuhan dan sianosis berat dengan atau
tanpa clubbing. S2 keras, sistolik murmur derajat 2-3/6 terdengar di
atas batas kiri sternum.
3. DORV jenis Fallot dengan Stenosis Pulmonal
Manifestasi klinis menyerupai tetralogi of Fallot. Sering terjadi
gangguan pertumbuhan, sianosis, dan clubbing. S2 keras dan
tunggal. Murmur sistolik ejeksi derajat 2-4/6 sepanjang tepi kiri
sternum dengan atau tanpa sistolic thrill.
4. VSD Doubly Committed atau Remote
Sianosis derajat ringan dan peningkatan aliran darah pulmoner dapat
terjadi.
4. Kriteria 1. Klinis
Diagnosis 2. Foto thorak: sangat bervariasi, dapat dijumpai kardiomegali atau
tidak, vaskularisasi paru bisa normal, bertambah atau berkurang.
3. EKG: Pada sebagian besar kasus deviasi aksis ke kanan dengan
hipertrofi ventrikel kanan.
4. Ekokardiografi: Untuk diagnosis pasti. Tanda diagnostik yang
terlihat pada DORV adalah kedua arteri besar keluar dari ventrikel
kanan, tidak adanya out flow ventrikel kiri selain VSD, serta
diskontinuitas katup mitral dengan katup semilunar.
5. Kateterisasi: untuk menentukan adanya hipertensi pulmonal
6. Diagnosis
Banding
8. Terapi 1. Medikamentosa
Jika terjadi gagal jantung kongestif,tatalaksana sesuai gagal jantung
kongestif sambil menunggu terapi bedah.
2. Operasi (rujuk RSCM/RSJ Harapan Kita)
Dapat dilakukan secara paliatif dan definitif
a. Operasi paliatif dilakukan hanya pada kasus dimana operasi
korektif tidak mungkin dilakukan. Bila aliran darah paru
bertambah dapat dilakukan banding a. pulmonalis, sedangkan
bila aliran darah paru sangat berkurang, dilakukan prosedur
Blalock-Taussig atau modifikasinya.
b. Jenis operasi definitif dilakukan berdasarkan ada tidaknya
stenosis pulmonal.
14. Indikator Medis 1. Gagal jantung terkontrol dengan antifailure sebelum tindakan
operatif.
2. Komplikasi paska tindakan operatif tidak ada atau minimal.
15. Target Mengurangi mortalitas dan komplikasi dengan tindakan operatif koreksi
DORV
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
ATRESIA TRIKUSPID
2. Anamnesis 1. Riwayat biru sejak lahir. Biasanya disertai nafas cepat dan makan
yang kurang.
2. Adanya riwayat hypoxic spell
4. Kriteria 1. Anamnesis.
Diagnosis 2. Pemeriksaaan fisik.
3. EKG:
- Aksis QRS superior, tampak pada sebagian besar pasien tanpa
TAB
- Hipertrofi ventrikel kiri dan deviasi sumbu jantung ke kiri
4. Foto thorak
Ukuran jantung biasanya normal dengan pembesaran atrium kanan
dan ventrikel kiri. Corakan vaskuler paru menurun, pada pasien
dengan TAB dapat meningkat.
5. Ekokardiografi
- Tidak adanya lubang trikuspid, hipoplasia ventrikel kanan dan
ventrikel kiri yang besar
- Penonjolan septum atrium ke sisi kiri dan ukuran defek septum
atrium dinilai
- Ukuran DSV, ada tidaknya TAB, serta derajat berat stenosis
pulmonal dinilai
- Penderita dengan TAB di periksa kemungkinan terdapatnya
stenotik subaorta dan anomali lengkung aorta lainnya
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan 1 EKG
Penunjang 2 Foto thorak.
3 Ekokardiografi.
12. Tingkat A
Rekomendasi
14. Indikator Medis 1. Gagal jantung terkontrol dengan antifailure sebelum tindakan
operatif.
2. Komplikasi paska tindakan operatif tidak ada atau minimal
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
KAWASAKI DISEASE
b. Gejala-gejala kardiovaskuler:
1. Takikardia, irama gallop dan atau gejala-gejala gagal jantung
2. Kardiomegali
3. Efusi perikardial
4. Murmur pada regurgitasi katup mitral
5. Perubahan pada EKG meliputi: aritmia,PR interval yang
memanjang, perubahan gelombang segmen ST-T
6. Kelainan pada arteri koronaria (terlihat pada akhir minggu
pertama).
Fase Subakut
1. Deskuamasi (pengelupasan) pada ujung jari-jari tangan dan kaki
merupakan karakteristik utama
2. Rash, demam dan limfadenopati
Fase Konvalesens
Terdapat garis melintang (Beau’s line) pada jari-jari tangan dan kaki.
4. Ekokardiografi
Tujuan untuk mendeteksi adanya aneurisma arteri koronaria dan
berbagai disfungsi kardiak lainnya.
a. Aneurisma arteri koronaria terjadi sebelum hari ke 10, selama
periode itu terjadi beberapa peningkatan:
- Arteritis koronaria
- Penurunan fungsi sistolik LV
- Terjadi regurgitasi katup mitral ringan
- Efusi perikardial
b. Konfigurasi, ukuran, nomor, ada atau tidaknya intraluminal atau
mural trombus sebaiknya ditelaah lebih lanjut.
8. Terapi 1. IVIG dosis tinggi (2 g/kgBB), dosis tunggal (dalam 10-12 jam)
dengan aspirin (80-100 mg/kgBB/hari) diberikan dalam 10 hari.
IVIG efektif menurunkan prevalensi terjadinya abnormalitas arteri
koronaria,
2. Dosis Aspirin diturunkan menjadi 3-5 mg/kg/hari dosis tunggal
setelah anak bebas demam 2-3 hari
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Newburger, JW, Takahashi, M, Gerber, MA, Gewitz, MH & Tani,
LY 2004, Diagnosis, treatment, and long-term management of
kawasaki disease: a statement for health professionals from the
committee on rheumatic fever, endocarditis, and kawasaki disease,
council on cardiovascular disease in the young, american heart
association. Pediatrics, vol 114, pp. 1708-1733.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
SYOK KARDIOGENIK
4. Kriteria Tanda syok yang tiba-tiba timbul pada penderita yang diketahui
Diagnosis mempunyai penyakit jantung dan telah disingkirkan/dikoreksi segala
penyebab hipotensi misalnya hipovolemia, hipoksia dan asidosis.
6. Diagnosis
Banding
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th edition.
Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi anak,
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KAB MUSI RAWAS
GANGGUAN KONDUKSI
3. Pemeriksaan 1. Heart rate ireguler, diikuti bunyi jantung pertama yang keras secara
Fisik periodik.
2. Bunyi jantung lambat dan kadang-kadang terdengar bunyi jantung
tambahan pada fase diastolik akibat kontraksi atrium.
3. Tekanan sistolik dapat meningkat dan tekanan diastolik menurun.
4. Kriteria 1. Anamnesis.
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik.
3. EKG:
a. Blok A–V Derajat Pertama
Pemanjangan interval PR melebihi nilai normal berdasarkan
frekuensi jantung serta umur penderita
b. Blok A–V Derajat II
1) Mobitz Tipe I : Interval PR makin lama makin panjang, dan
pada suatu saat gelombang P tidak diikuti
oleh gelombang QRS dan selanjutnya
proses terulang lagi.
2) Mobitz Tipe II : tampak kompleks QRS baru muncul setelah
gelombang P kedua atau ketiga atau
keempat.
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Ekokardiografi
8. Terapi 1. Blok AV derajat pertama dan Mobitz Tipe I: tidak ada terapi khusus.
2. Mobitz tipe II
Pengobatan terutama ditujukan pada etiologi. Untuk mencegah
jangan sampai berlanjut menjadi blok A-V derajat III dapat
digunakan obat-obat:
a. Sulfas atropin 0,01 mg/kgBB secara im. Bila tidak berhasil
memperbaiki irama jantung dapat diulangi sekali lagi.
b. Efedrin 0,3 mg/kgBB oral atau
Isoproterenol 0,1–0,5 mikrogram/kgBB menit secara IVFD
3. Blok AV derajat III
a. Blok AV komplit bawaan: pemasangan pacu jantung
b. Blok AV komplit didapat:
- Akibat tindakan bedah: yang bersifat sementara, pemasangan
pacu jantung selama operasi sampai 10-14 hari kemudian.
- Akibat non-bedah: obati penyakit primernya, pemasangan pacu
jantung, Sulfas atropin dosis 0,01 mg/kgBB secara im, bila
berhasil mempercepat frekuensi dapat diulangi lagi untuk
mempertahankan frekuensi. Efedrin: bila sulfas atropin gagal
meningkatkan frekuensi jantung dosis 0,3 mg/kgBB oral atau
im tiap 6 jam. Isoproterenol: dosis 0,01-0,05 mg/kgBB/menit
IV, diberikan per drip mikro. Setelah keadaan gawat dilewati
diberikan dosis rumat Isoproterenol atau Efedrin.
9. Edukasi Menjelaskan kepada orang tua bahwa tidak semua gangguan konduksi
memerlukan terapi khusus, beberapa keadaan yang hanya diobservasi
saja.
12. Tingkat A
Rekomendasi
16. Kepustakaan 1. Park MK, 2008. Pediatric cardiology for practitioners. 5th edition.
Texas: Mosby Elsevier.
2. Sastroasmoro S, Madiyono B, 1994. Buku ajar kardiologi anak.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
LUBUKLINGGAU, APRIL 2015
Mengetahui/Menyetujui
Ketua SMF Penyakit Anak Ketua Komite Medis,
Mengetahui
Direktur Rumah sakit dr.Sobirin
dr.HARUN
NIP.