Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

G4P3A0 HAMIL 23 MINGGU DENGAN MOLAHIDATIDOSA


Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi di RSUD Salatiga

Disusun Oleh:
Nama : Fatimah Qonitah Diyanah
NIM : 1413010029
NIPP : 1801010338

Pembimbing:
dr. Bayu Ariwibowo Sp.OG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD KOTA SALATIGA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan presentasi kasus dengan judul
G4P3A0 HAMIL 23 MINGGU DENGAN MOLAHIDATIDOSA

Disusun Oleh:
Nama : Fatimah Qonitah Diyanah
NIM : 1413010029
NIPP : 1801010338

Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
Jum’at, 28 Desember 2018

Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,

dr. Bayu Ariwibowo, Sp.OG

ii
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS

Nama : Ny. SM
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ngentak 2/13 Bancak Kec.Bancak,Kab. Semarang
Tanggal Masuk : 27 November 2018

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Ny. SM datang sendiri ke Poli RSUD Salatiga dengan keluhan keluar darah
dari jalan lahir disertai gumpalan kecil dan nyeri perut hilang timbul sejak 1 hari yang
lalu. Darah seperti flek sudah keluar dari jalan lahir dan disertai perut yang mengecil
sejak akhir oktober 2018.
3. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Ny. M tidak memiliki riwayat penyakit berat sebelumnya. Pasien juga tidak
memiliki riwayat asma dan alergi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus dan hipertensi pada keluarga
disangkal.
5. Riwayat Personal Sosial (RPSos)
Sehari-hari pasien beraktivitas di rumah sebagai ibu rumah tangga. Pasien
jarang berolahr aga dan jarang mengonsumsi sayur-sayuran yang cukup. Pasien tidak
merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
6. Riwayat Obstetri
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) kehamilan saat ini adalah 18 Juli 20178
dengan Hari Perkiraan Lahir (HPL) 25 April 2019. Ini merupakan kehamilan keempat
dengan jumlah persalinan sebelumnya adalah tiga. Anak pertama lahir spontan normal

3
di bidan 11 tahun yang lalu dengan berat 3500 gram, anak kedua lahir spontan normal
di bidan 7 tahun yang lalu dengan berat 3400 gram, dan anak ketiga lahir spontan
normal di bidan 4 tahun yang lalu dengan berat 3300 gram.
Selama kehamilan ini, pasien sudah control sebanyak 1x dilakukan di bidan
puskesmas saat usia kehamilan 11 minggu pada saat pasien mengeluhkan pusing,
mual dan muntah dan pasien didiagnosis hamil. Obat tablet penambah darah dan asam
folat yang didapatkan rutin diminum..
7. Riwayat Ginekologi
Pasien pertama kali menstruasi pada usia 14 tahun. Menstruasi teratur dan
berdurasi 5 – 7 hari.
8. Riwayat KB
Pasien menggunkan metode kontrasepsi suntik 1 bulanan hanya 1 kali suntik
lalu berhenti dikarenakan pasien mengeluhkan keluar darah banyak dari jalan lahir,
kemudian diganti dengan kontrasepsi tablet selama 1 bulan, namun pasien mengaku
bahwa semenjak itu terdapat benjolan di payudara pasien sehingga pasien
memutuskan untuk menghentikan KB pada Januari 2018
9. Anamnesis Sistem
 Kepala dan Leher : tidak ada keluhan
 THT : tidak ada keluhan
 Respirasi : tidak ada keluhan
 Kardiovaskular : tidak ada keluhan
 Gastrointestinal : tidak ada keluhan
 Perkemihan : tidak ada keluhan
 Reproduksi : tidak ada keluhan
 Kulit dan Ekstremitas : tidak ada keluhan

4
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
Komposmentis (GCS E4V5M6)
Umum
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Vital Signs /
Nadi : 88x/menit
Tanda-Tanda
Respirasi : 20x/menit
Vital
Suhu : 36,5 0C
Kepala dan Leher
Inspeksi Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), deviasi
trakea (-)
Palpasi Pembesaran Limfonodi (-), Trakea teraba di garis tengah
Pulmo
Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan
bentuk
Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak dan vokal fremitus tidak
ada peningkatan maupun penurunan
Perkusi Sonor
Auskultasi Suara vesikular dasar (SDV) : +/+ (positif di lapang paru
kanan dan kiri)
Suara ronkhi: -/-
Wheezing : -/-
Cor
Inspeksi Pulsasi tidak terlihat
Palpasi Teraba ictus cordis di SIC V linea midclavicularis sinistra
Perkusi Ukuran jantung dalam batas normal
Auskultasi Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ada bising
ataupun suara tambahan jantung
Abdomen
Inspeksi Terlihat abdomen lebih tinggi dari thoraks, adanya striae
gravidarum
Auskultasi BU 20x/m
Palpasi Defens muscular (-), his (-), nyeri tekan (-)
Perkusi Tidak dilakukan
Ekstremitas
Inspeksi Edema kaki (-)
Palpasi Akral hangat
Pemeriksaan Obstetri
DJJ Tidak terdeteksi
His Tidak ada
Palpasi TFU tidak teraba
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Pembukaan 1 cm, Teraba Jaringan, Stolsel banyak (+)

5
Toucher

D. ASSESSMENT AWAL
 Diagnosis utama : G4P3A0 hamil 23 minggu dengan Abortus Incomplit

6
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (27 November 2018)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Leukosit 6, 50 4,5 – 11 ribu/ul
Eritrosit 3,70 3,8 – 5,8 juta/ul
Hemoglobin 11,3 11,5 – 16,5 gr/dL
Hematokrit 32,2 37 – 47 vol%
MCV 87,0 85 – 100 Fl
MCH 30,5 28 – 31 Pg
MCHC 35,1 30 – 35 gr/dL
Trombosit 248 150 – 450 ribu/ul
Golongan darah O
APTT 32,1 27-42
PPT 13,9 11-18
Hitung Jenis
Eosinophil 4,3 1–6 %
Basophil 0,3 0–1 %
Limfosit 21,5 20 – 45 %
Monosit 3,1 2–8 %
Neutrofil 70,8 40 – 75 %
Imuno/Serologi
HBs Ag Negative Negative

USG (27 November 2018)

1. Gambaran Honeycomb appirance


2. Tak tampak janin intrauterin

PATOLOGI ANATOMI (06 Desember 2018)


Makroskpis :
Diterima jaringan tidak jelas adanya gelembung Molla 8 cc, Cokelat kenyal sebagian
cetak.
Mikroskopis :
Sediaan menunjukkan bekuan darah, gelembung Molla, Proliferasi sel trofoblast, sedikit
jaringan desidua dengan jaringan nekrosis, tanda ganas tidak ditemukan

7
Kesimpulan :
Kerokan : Mikroskopis sesuai dengan Molla Hidatidosa.

F. ASSESSMENT AKHIR
G4P3A0 hamil 23 minggu dengan Molla Hidatidosa

G. PENATALAKSANAAN/PLANNING
 Tgl 27 November 2018
 Gastrul 4 tab
 Infus Ringer Lactate 500 cc 20 tpm
 Puasa jam 00.00
 Pemeriksaan darah rutin dan Cek HbSAg
 Konsul Anastesia
 Pro Dilatasi Kuretase
 Tgl 28 November 2018
 Infus Ringer Lactate 500 cc 20 tpm
 Clanexi 3 x 1 gr /PO
 Asam Mefenamat 3 x 500 mg/PO
 Tgl 29 November 2018
 Aff. Infus
 Clanexi 3 x 1 gr /PO
 Asam Mefenamat 3 x 500 mg/PO
 BLPL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. MOLLA HIDATIDOSA
1. Definisi

8
Molahidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang tidak
sempurna dengan adanya gambaran perbesaran, edema, dan vili vesikuler sehinga
menunjukkan berbagai ukuran trofoblast profileratif tidak abnormal (Cunningham,
2012) Molahidatidosa terdiri dari Molahidatidosa komplit dan molahidatidosa partial,
perbedaan keduanya adalah dari morfologi, gambaran klinikopatologi dan sitogenetik
(Sarwono, 2014) Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan adanya
abnormalitas vili korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblastik dan edema stroma
vilus. Meskipun biasanya menempati rongga uterus, mola kadang-kadang berkembang
sebagai kehamilan ektopik (Abdul dkk,2008; Chauhan dkk, 2004)
2. Epidemiologi dan Faktor Resiko
Menurut Lee (2011) prevelensi molahidatidosa meningkat pada etnik asia,
amerika dan india. Faktor resiko dari molahidatidosa meningkat pada seseorang
dengan riwayat mola sebelumnya dan usia ≤ 15tahun ≥35 tahun memiliki resiko 2 kali
lipat dalam insiden kehamilan mola (Atlman, 2008) Faktor resiko dari molahidatidosa
lainnya adalah nutrisi, sosioekonomi (asupan karoten rendah, defisiensi vitamin A)
dan usia maternal (Sarwono, 2014).
3. Klasifikasi
Menurut Sarwono (2014) molahidatidoa komplit hanya mengandung DNA
paternal sehingga bersifat androgenetik tanpa adanya jaringan janin. Hal ini
dikarenakan satu sel sperma membawa kromosom 23X kemudian melakukan
fertulisasi terhadap sel telur yang yang tidak membawa gen maternal (inaktif),
kemudian menduplikasi menjadi 46XX homozygote. Namun, fertilisasi juga dapat
terjadi pada dua spermatozoa yang akan membentuk 46XY atau 46XX heterozygote.
Secara makroskopis, pada kehamilan trimester duamolahidatidosa komplit berbentuk
seperti anggur dikarenakan terjadi pembengkakan pada vili korialis secara
menyeluruh.
Kehamilan mola komplit memiliki insiden menjadi ganas lebih tinggi
disbanding pada kehamilan mola parsial, pada sebagian besar penelitian 15-20 persen
mola komplit memperlihatkan tanda penyakit trofoblast presisten (Cunningham, 2012)

9
Gambar 1. 46XX mola komplit yang berasal dari sperma membawa kromosom 23X yang
melakukan penetrasi pada sel telur yang inaktif (Cunningham, 2012).

Molahidatidosa parsial mencakup adanya sejumlah elemen janin dan


perubahan hidatidiformis yang bersifat fokal. Terjadi pembengkakan yang kurang
progresifndidalam stroma vili korion yang avaskuler, sementara vilus vaskuler yang
memiliki sirkulasi janin dan plasenta yang berfungsi tidak terkena (Cunningham,
2012) Kariotip dari mola parsial biasanya triploid 69XXX,69XXY atau 69XYY yang
masing masing tersusun oleh satu set kromosom haploid ibu dan dua set kromosom
haploid ayah (Cunningham,2012) Pada kehamilan mola parsial ini janin mengalami
hambatan pertumbuhan simetris.

Gambar 1. Mola parsial yang


ditunjukan oleh dua
sperma yang masuk
kedalam ovum,
kromosom yang
terbentuk didapat
dari donate kromosom Y
(Cunningham,
2012).

10
Tabel 2.1. Perbandingan bentuk mola hidatidosa

Gambaran Mola Komplit Mola Parsial


Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX
atau 69,XXY (tripoid)
Patologi

Edema villus Difus Bervariasi,fokal


Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal,
ringan s/d sedang
Janin Tidak ada Sering dijumpai
Amnion, sel darah Tidak ada Sering dijumpai
merah janin

Gambaran klinis
Diagnosis Gestasi mola Missed abortion
Ukuran uterus 50% besar untuk masa Kecil untuk masa
kehamilan kehamilan
Kista teka-lutein 25-30% Jarang
Penyulit medis Sering jarang
Penyakit pascamola 20% <5-10%
Kadar Hcg Tinggi Rendah – tinggi

4. Patogenesis

11
Menurut Sarwono, 2014, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu
karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik
yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu
dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di
dalam jaringan mesenkim villi (Sumapraja, 2005; Prawirohadjo,2009).
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas (Sumapraja, 2005):

1. Teori missed abortion.


Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu
(missed abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga
terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu
disebabkan karena kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan
hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan angiogenesis.

2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas, yang
abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal. Hal ini
menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga
menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah dan
kematian mudigah.

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-


gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga menyerupai buah
anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Ukuran
gelembung-gelembung ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1-2 cm. Secara
mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari
stroma villi dan kesembaban; (3) Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel
Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik

12
(syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein
ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur
mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh (Sumparja, 2005;
Hacker, 2001).

5. Gejala Klinis
Menurut Cuningham, 2006 Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat
beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium
lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai
berikut (Cunningham, 2006) :
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai
dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat
sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama
berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala
anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang
sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya dan teraba
lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.

3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara
khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat
yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yang kembar pada
kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara
plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat
jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta dengan
disertai dengan janin yang hidup.

4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus
dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner
akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas

13
dengan atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-
paru terlalu kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner
namun lebih lanjut trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi
metastase yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri
dari trofoblas saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma
villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa
diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat terjadi segera
setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan kemudian. Sementara
sebagian lainnya mengalami proliferasi dan menimbulkan kematian wanita
tersebut jika tidak mendapatkan pengobatan yang efektif.

5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum
mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan.
Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16
minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu (John, 2006).

1. Diagnosis

a. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.

(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplit
adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua,
menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah
darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini
terdapat dalam 97% kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal
ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi,
tremor dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia

14
yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90
mmHg), protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia

b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
2) Palpasi :
 Uterus membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan, teraba lembek
 Tidak teraba bagian-bagian janin, ballotement dan gerakan janin.
3) Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
4) Pemeriksaan dalam :
 Memastikan besarnya uterus
 Uterus terasa lembek
 Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan kadar B-hCG
BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml

Beta HCG serum > 40.000 IU/ml

Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi parameter
dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.

Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan


kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola
(Cunningham, 2006).

15
2) Pemeriksaan kadar T3 /T4
B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,
mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadi
gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor,
hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu makan meningkat
tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat terjadi krisis hipertiroid
tidak terkontrol yang disertai hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular,
toksemia, penurunan kesadaran sampai delirium-koma (Cunningham, 2006).

d. Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi
 Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin
 Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.

b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin

2. Tatalaksana
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
 Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret
 Bila Kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan dilatasi dengan
laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.
b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.
c. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun,
Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau
lebih
2. Pengawasan Lanjutan
 Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi
oral pil.
 Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu

16
 Bila hasil HCG serum terus menerus menetap atau naik dalam 2 kali
pemeriksaan berturut-turut, maka ibu dirujuk ke rumah sakit rujukan
tersier yang memiliki fasilitas kemoterapi
 HCG urin yang belum memberikan hasil negative setelah 8 minggu
juga mengindikasikan ibu perlu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier.
3. Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5 mg selama 5 hari

3. Prognosis

Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan
terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup
tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola hodatidosa biasanya
disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis
(Sumapraja, 2005; Cunningham, 2006).

Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan
trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan pengawasan
lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa berkembang
menjadi tumor trofoblastik gestasional (Sumapraja, 2005; Cunningham, 2006).

Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana
akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan perdarahan
dan komplikasi yang lain yang mana pada akhirnya akan memperburuk prognosisnya.
Pada 2-3% kasus mola dapat berkembang menjadi korio karsinoma, suatu bentuk
keganasan yang cepat menyebar dan membesar (Cunningham, 2006).

4. Komplikasi
 Perdarahan yang hebat sampai syok
 Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
 Infeksi sekunder
 Perforasi karena tindakan atau keganasan

17
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. PEMBAHASAN
Pada kasus ini, seorang perempuan berusia 32 tahun datang sendiri ke POLI
RSUD Salatiga dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir disertai gumpalan dan juga
perut terasa nyeri hilang timbul sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengaku, darah sudah
keluar dari jalan lahir berupa flek sejak akhir oktober 2018. Pasien juga merasa perutnya
semakin mengecil dan tidak ada tanda dan gerakan dari janin selama kehamilannya.
Pada pemeriksaan obstetrik, dilakukan palpasi untuk menentukan lokasi fundus
uteri namun tidak teraba. Dilakukan pemeriksaan Denyut Jantung Janin juga tidak
ditemukan adanya denyut jantung janin Kemudian pada pemeriksaan dalam (vaginal
toucher), didapatkan hasil pembukaan 1 cm, teraba jaringan dan banyak stolsel.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa USG, didapatkan hasil gambaran
honeycomb dan tidak tampak janin intrauterine.
Diagnosis sementara yang didapat adalah abortus inkomplit maka dilakukan
tatalaksana lanjutan untuk melebarkan jalan lahir dengan menggunakan misoprostol 4 tab/
per vaginam dan kemudian dilakukan kuret. Pemberian antibiotic dan obat anti nyeri
berupa Clanex dan Asam mefenamat untuk profilaksis sebelum dilakukan kuretase dan
mengurangi rasa nyeri perut yang dialami pasien. Pemberian misoprostol untuk
mendilatasi jalan lahir pada kasus mola dapat meningkatkan perdarahan, maka sebaiknya
menggunakan laminaria untuk mendilatasi jalan lahir pada kasus mola. Pemberian
antibiotik ini sesuai dengan teori selain untuk profilaksis juga untuk memperbaiuki
keadaan umum pasien. Uterotonika juga perlu diberikan untuk meminimalisir perdarahan
yang terjadi.
Dilatasi dan Kuretase dilakukan untuk mengeluarkan sisa jaringan dalam uterus
dan sekaligus membantu penegakan diagnosis pasti dari kehamilan pada pasien ini.
Setelah dilakukan kuret didapatkan jaringan berupa butir butiran putih seperti gelembung
yang cukup banyak dan disertai adanya jaringan plasenta dari janin. Pada kasus ini
dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan patologi anatomi dan didapatkan
hasil sediaan yang menunjukkan bekuan darah, gelembung Molla, Proliferasi sel
trofoblast, sedikit jaringan desidua dengan jaringan nekrosis, tanda ganas tidak ditemukan
yang artinya jaringan tersebut merukapak jaringan mola parsial.

1
Pada kasus ini, insidensi mola menjadi keganasan memang tidak sebanyak
insidensi pada mola komplit, namun perlu juga dilakukan pemeriksaan HCG berkala
untuk mendeteksi kecurigaan adanya keganasan pada pasien tersebut, Serta perlu
diberikan profilaksis dengan Metoreksat 3x5 mg selama 5 hari .

2
B. KESIMPULAN
1. Molahidatidosa ditandai dengan adanya abnormalitas vili korionik yang terdiri dari
proliferasi sel trofoblastik dan edema stroma vilus.
2. Mola terbagi menjadi 2 yaitu mola komplit dan mola parsial. Mola komplit memiliki
insidensi menjadi keganasan lebih besar dibandingkan mola parsial.
3. Untuk mencegah terjadinya kegansan dan menurunkan angka mortalitas dari kasus
mola maka diperlukan pemeriksaan HCG berkala dan pemberian profilaksis untuk
mendetekdi dini serta mencegah terjadinya keganasan.

3
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG. 2012. Obstetri Williams Cetakan 23. Jakarta : EGC


Cunninngham. F.G. dkk. 2006. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. EGC: Jakarta.Sumapraja S, Martaadisoebrata D. 2005.
Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi
ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta

Hacker, N.F., Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial Obstetri dan
Ginekologi, Edisi 2. Hipokrates : Jakarta

John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American College of Obstetricians


and Gynecologists. Lippincott Williams & Wilkins. Diakses dari
http://www.utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF. Manuaba I.B.G.F,
Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar Kuliah Obstetri. EGC:
Jakarta

Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua. EGC:
Jakarta

Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. “Mola Hidatidosa”. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohadjo: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai