Pembimbing:
Penyusun:
1913020043
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Epitelial subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya
terdapat pada permukaan anterior lensa. Epitelial subkapsular yang
berbentuk kuboid akan berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan
akan terus memanjang dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah
besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru
dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian
optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang 18-20 Dioptri. Oleh karena itu, lensa harus dijaga tetap jernih
dan transparan. Beberapa faktor yang menjaga transparansi lensa adalah:5
1. Avaskular
2. Struktur sel dalam lensa
5
3. Pengaturan protein lensa
4. Karakter kapsul lensa yang semipermeable
5. Mekanisme pompa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan air
dalam lensa.
2.3 Epidemiologi
1. Katarak kongenital
Sepertiga kasus katarak kongenital adalah diturunkan, sepertiga
berkaitan dengan penyakit sistemik, dan sisanya idiopatik. Separuh
katarak kongenital disertai anomali mata lainnya, seperti PHPV (Primary
Hyperplastic Posterior Vitreous), aniridia, koloboma, mikroftalmos, dan
buftalmos (pada glaukoma infantil).
2. Katarak senilis
6
Seiring berjalannya usia, lensa mengalami kekeruhan, penebalan,
serta penurunan daya akomodasi, kondisi ini dinamakan katarak senilis.
Katarak senilis merupakan 90% dari semua jenis katarak. Terdapat tiga
jenis katarak senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya9 yaitu :
a. Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan
perubahan warna lensa menjadi kuning atau cokelat secara progresif
perlahan-lahan yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan.
Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai menggunakan slitlamp. Katarak
jenis ini biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga asimetris.
Perubahan warna mengakibatkan penderita sulit untuk membedakan
corak warna. Katarak nuklearis secara khas lebih mengganggu
gangguan penglihatan jauh daripada penglihatan dekat. Nukleus lensa
mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya indeks
refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi menyebabkan penderita
presbiopia dapat membaca dekat tanpa harus mengenakan kacamata,
kondisi ini disebut sebagai second sight.
b. Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan
presipitasi protein pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya
bilateral, asimetris, dan menimbulkan gejala silau jika melihat ke
arah sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan bervariasi dari
lambat hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi untuk melihat
ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik yang merupakan
degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa mengalami
elongasi ke anterior dengan gambaran seperti embun.
c. Katarak subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior.
Pemeriksaannya menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan
kekeruhan seperti plak di korteks subkapsuler posterior. Gejalanya
adalah silau, penglihatan buruk pada tempat terang, dan penglihatan
dekat lebih terganggu daripada penglihatan jauh.
7
2.5 Stadium Katarak
1. Iminens/insipiens
Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air,
kekeruhan lensa masih ringan, visus biasanya > 6/60. Pada
pemeriksaan dapat ditemukan iris normal, bilik mata depan normal,
sudut bilik mata normal, serta shadow test negatif.9
2. Imatur
Pada tahap berikutnya, opasitas lensa bertambah dan
visus mulai menurun menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa
bertambah akibatnya iris terdorong dan bilik mata depan menjadi
dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi glaukoma. Pada
pemeriksaan didapatkan shadow test positif.9
3. Matur
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh
seluruhnya dan visus menurun drastis menjadi 1/300 atau hanya
dapat melihat lambaian tangan dalam jarak 1 meter. Pada
pemeriksaan didapatkan shadow test negatif.9
4. Hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh
dan lensa jadi turun dari kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat
keruh seluruhnya, visus sudah sangat menurun hingga bisa
mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan
glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata
depan dalam, sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif
palsu.9
8
bila terjadi gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan perifer, rasa silau
yang sangat mengganggu, dan simtomatik anisometrop.6
3. Phacoemulsifikasi
Teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan alat tip ultrasonik
untuk memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan
korteks lensa diaspirasi melalui insisi yang sangat kecil. Dengan
9
demikian, fakoemulsifikasi mempunyai kelebihan seperti penyembuhan
luka yang cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak
menimbulkan astigmatisma pasca bedah. Teknik fakoemulsifikasi juga
dapat mengontrol kedalaman kamera okuli anterior serta mempunyai
efek pelindung terhadap tekanan positif vitreus dan perdarahan koroid.
Teknik operasi katarak jenis ini menjadi pilihan utama di negara-negara
maju.
10
Implikasinya:
a. Insisi tersebut terlalu kecil untuk dapat menyebabkan kornea
melengkung dengan abnormal, dan menyebabkan astigmatisme
(efek samping yang biasa terjadi pada operasi katarak).
b. Kecilnya insisi tersebut juga sangat menekan resiko terhadap
infeksi
3. Easy to operate
Karena sedikit sekali cairan yang mungkin keluar dari insisi mikro
tersebut maka tekanan pada mata cenderung stabil, sehingga
memudahkan para dokter melakukan tindakan operasi.
4. Heals faster
Setelah 1-2 hari tindakan, pasien sudah bisa kembali beraktivitas. Rasa
tidak nyaman setelah operasi, hilang dalam 3 hari.
Kerugian : Kerve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi
lebih serius
Phacoemulsifier menggunakan sebuah jarum titanium berongga untuk
memecah-mecah nucleus lensa yang keras, sekaligus membilas dan menyedot
debris pecahan tersebut ke dalam mesin. Karena ukuran ujungnya, ECCE
dapat dilakukan melalui sebuah insisi 3mm dengan trauma minimal terhadap
mata. Namun, karena menggunakan mesin maka harus dilakukan
pemeriksaan keamanan praoperatif terhadap system irigasi dan aspirasi, dan
ujung ultrasonic harus diatur fungsinya secara tepat. Gelombang suara ultra
yang digunakan untuk mengemulsifikasi lensa adalah energy listrik yang
diubah menjadi gerakan lancer (maju-mundur), yang mengenai bahan lensa
40.000 kali setiap detiknya (40.000 Mhz). Ujung ultrasonic dikelilingi oleh
sebuah selubung silicon sehingga cairan irigasi dapat terus mengalir agar
kamera anterior tetap mengembang serta ujung tersebut dapat dipertahankan
tetap dingin.2,3
11
2. Pemberian informed consent
3. Bulu mata dipotong dan dibersihkan dengan povidone-iodine 5%
4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila
pasien cemas.
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum
operasi.
12
i. Insersi lensa intraokuler foldauble pada bilik mata belakang dilakukan
secara in the bag, setelah sebelumnya diberikan bahan viskoelastik
untuk mengurangi komplikasi.
j. Bahan viskoelastik dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi
menggunakan mesin phaco unit.
k. Luka operasi ditutup tanpa jahitan.
l. Diberikan suntikan antibiotika (Gentamisin) 0,5 ml dan kortikostroid
(Kortison Asetat) 0,5 ml, subkonjutiva.
m. Pasca bedah diberikan tetes mata antibiotika (Neomycin-Polymixin B)
dan anti inflamasi (Deksametason) 0,1 ml., setiap 8 jam sekali.
13
Gambar 3. Hidrosdiseksi
14
Gambar 7. Aspirasi Korteks Lensa
15
Gambar 11. Proses Pemasangan IOL
Hal ini terjadi akibat adanya manipulasi iris, lisis dari zonula,
adanya tindakan irigasi pada bilik mata depan, serta adanya
kemungkinan sisa materi lensa yang tertinggal. Biasanya iritis terjadi
minimal dan dapat menghilang dengan sendirinya, tanpa meninggalkan
bekas yang permanen. Tetapi pada beberapa kasus dapat terjadi dimana
reaksi tersebut tidak cepat menghilang dan cendrung menjadi kronis atau
bertambah berat, sehingga dapat menimbulkan berbagai penyulit yang
lain seperti penurunan tajam penglihatan, pembentukan membrane pada
pupil, terjadinya sinekia anterior atau posperior, glaucoma skunder dan
lain-lain.
16
Inflamasi pasca bedah katarak phacoemulsifikasi ditandai dengan
rasa tidak nyaman (discomfort) pada mata hingga rasa nyeri, hiperemi
konjungtiva dan prikornea, serta adanya flare dan sel pada bilik mata
depan.3,4
17
• Setelah sisa dari nukleus dibersihkan, ruang COA diisi dengan
bahan viscoelastik dan dilakukan manual aspirasi cannula dengan
cara irigasi. Sisa dari korteks di bersihkan,
• Semua cairan vitreus harus dibersihkan dari COA dengan
menggunakan alat vitrektor yang dimasukan melalui sayatan
menuju robekan pada kapsular posterior. Dengan tekhnik
bimanual dilakukan pemisahan dengan menggunakan infus dan
alat pemotong khusus. Dalam beberapa kasus sering dibantu
dengan visualisasi dari cairan vitreus dengan menggunakan
trypan blue 0,06% (vision Blue) atau 0,1mg Triamsinolon.
• Jika robekan pada kapsular posterior kecil, perlu tindakan yang
hati-hati dalam mengimplantasi IOL posterior karena dapat
terjadinya capsulorhexis.
• Penggunaan asetilcolin (miochol) dapat membuat dilatasi pupil
sehingga mempermudah implantasi IOL di COP atau menginsersi
IOL pada COA.
• Pada kasus kebocoran kapsular, dibutuhkan implantasi dari IOL
di COA. Dapat dilakukan iridektomi untuk mencegah terjadinya
blok pupil.
• Penjahitan dari bekas sayatan, walaupun dapat tertutup dengan
sendirinya.
18
Gambar 14. Pemasukan IOL ke dalam COA
19
Gambar 16. IOL dan Fragmen Nuklear dalam Vitreus
4. Perdarahan Suprachoroidalis2
Disebabkan oleh karena ruptur dari arteri ciliaris posterior. Pada
kasus yang berat mungkin disebabkan oleh karena tekanan dari
intraokular. Insidens dari komplikasi ini sudah jarang terjadi (0,04%).
Faktor yang mendukung terjadinya komplikasi ini adalah dari usia,
adanya glaucoma, penyakit cardiovaskular sistemik, robeknya vitreus,
dan tindakan EKEK tanpa Phacoemulsifikasi.
Tanda:
• COA yang dangkal dan progresif, pem=ningkatan Tekanan
Intraokuler, prolaps iris.
• Tekanan vitreus yang meninggi, pada funduskopi terlihat partikel
bebas dan tampak titik hitam dibelakang dari pupil.
• Dalam kasus yang berat, segmen posterior tertekan kearah COA
melalui robekan yang terjadi.
20
• Jika tidak dapat terjadi absorpsi spontan, perlu dilakukan
tindakan penghentian perdarahan pada 7-14 hari kemudian
dimana harus menunggu dari pencairan bekuan darah. Prognosis
dari penglihatan tergantung dari besarnya perdarahan yang
terjadi. Mungkin dibutuhkan pars plana vitrectomi untuk
menghentikan perdarahan akibat dari robeknya retina. Jika
penanganan tepat, dapat dilakukan operasi katarak setelah 1-2
minggu kemudian.
21
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Metode operasi yang umum dipakai untuk katarak dewasa atau anak-
anak adalah meninggalkan bagian posterior kapsul lensa sehingga dikenal
sebagai ektraksi katarak ekstrakapsular. Penanaman lensa intraokular
merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat pada limbus atau kornea
perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat sebuah saluran pada kapsul
anterior, dan nukleus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa
intraokular ditempatkan pada :kantung kapsular” yang sudah kosong,
disangga oleh kapsul posterior yang utuh. Pada ekstraksi katarak
ekstrakapsular bentuk ekspresi nukleus, nukleus lensa dikeluarkan dalam
keadaan utuh, tetapi prosedur ini memerulukan insisi yang relatif besar.
Korteks lensa disingkirkan dengan penghisapan manual atau otomatis.
Saat ini, Phacoemulsifikasi adalah tekhnik ekstraksi katarak ekstrakapsular
yang paling sering digunakan. Tekhnik ini menggukanan vibrator
ultrasonic genggam untuk menghancurkan nukleus yang keras hingga
substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi
berukuran sekitar 3mm. Ukuran insisi tersebut cukup untuk memasukkan
lensa intraokular yang dapat dilipat (foldable intraocular lens). Jika
digunakan lensa intraokular yang kaku, insisi perlu dilebarkan hingga kira-
kira 5mm. Keuntungan-keuntungan yaang didapat dari tindakan bedah
insisi kecil adalah kondisi intraoperasi lebih terkendali, menghindari
penjahitan, perbaikan luka yang lebih cepat dengan derajat distorsi kornea
yang lebih rendah, dan mengurangi peradangan intraokular pasca operasi-
yang semua berakibat pada rehabilitasi penglihatan yang lebih singkat.
Walaupun demikian, tekhnik phacoemulsifikasi menimbulkan resiko yang
lebih tinggi terjadinya pergeseran materi nukleus ke posterior melalui
suatu robekan kapsul posterior, kejadian ini membtuhkan tindakan bedah
vitreoretina yang kompleks.1-4
22
DAFTAR PUSTAKA
23