Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

STASE MATA
KATARAK SENILIS STADIUM IMATUR OCULI SINISTRA

Pembimbing :
dr. Iman Krisnugroho, Sp. M.

Disusun Oleh :
Sea Nabilah Wijayanti
1913020043

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021

1
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa.................................................................... 2
2.2 Definisi Katarak........................................................................................ 4
2.3 Epidemiologi ............................................................................................ 5
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko ....................................................................... 6
2.5 Patofisiologi .............................................................................................. 6
2.6 Klasifikasi Katarak ................................................................................... 7
2.7 Manifestasi klinis.................................................................................... 11
2.8 Diagnosis ................................................................................................ 12
2.9 Komplikasi ............................................................................................. 12
2.10 Penatalaksanaan...................................................................................... 14
2.11 Pencegahan ............................................................................................. 22
2.12 Prognosis ................................................................................................ 23
BAB III.................................................................................................................. 26
LAPORAN KASUS .............................................................................................. 24
BAB IV ................................................................................................................. 30

KESIMPULAN .................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

i
BAB I

PENDAHULUAN

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh
kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan
retinitis pigmentosa.
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh
belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan
dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh
juta. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan
dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Selain penglihatan yang
semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal terjadinya katarak antara lain
merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan dalam persepsi warna, dan
daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak biasanya terjadi dengan
perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan yang menurun mungkin
tidak disadari karena merupakan perubahan yang berperingkat (progresif).
Menurut Istiantoro, katarak hampir tidak bisa dicegah karena merupakan proses
penuaan sel.
Operasi katarak merupakan operasi yang mudah dan aman bagi kebanyakan
orang. Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan
komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang
memerlukan pembedahan lebih lanjut. Dengan peningkatan pengetahuan
mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan
penganganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan di
Indonesia dapat diturunkan. 1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan


transparan. Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting
yang berfungsi memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di
retina. Lensa memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anteriordan
posterior. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan
anterior. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal
yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat.

Gambar 1. Anatomi mata

Secara histologis, lensa memiliki empat komponen utama, yaitu


kapsul lensa, epitelial subkapsular, korteks, dan nukleus. Kapsul lensa
terdiri dari kapsul anterior dan kapsul posterior. Kapsul ini merupakan
suatu membran basalis dan terutama terdiri atas kolagen tipe IV,

2
beberapa serat kolagen lain dan komponen matriks ekstraselular seperti
glikosaminoglikan, laminin, fibronektin, dan proteoglikan.

Epitelial subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya


terdapat pada permukaan anterior lensa. Epitelial subkapsular yang
berbentuk kuboid akan berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan
akan terus memanjang dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah
besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru
dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa.

Kapsul lensa yang bersifat elastik berfungsi untuk mengubah bentuk


lensa pada proses akomodasi. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan
berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh,
otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil
diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya
refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris
berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya.4

Gambar 2. Anatomi Lensa

Dalam keadaan normal, serat-serat elastic di lensa yang bersifat


transparan kadang-kadang menjadi keruh sehingga berkas sinar tidak dapat

3
menembusnya, suatu kondisi yang dikenal sebagai katarak. Lensa yang
cacat ini biasanya dapat dikeluarkan secara bedah dan penglihatan
dipulihkan dengan pemasangan lensa artificial. Kerjasama fisiologik tersebut
antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke
retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.4

Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian
optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang 18-20 Dioptri. Oleh karena itu, lensa harus dijaga tetap jernih
dan transparan. Beberapa faktor yang menjaga transparansi lensa adalah:5

1. Avaskular
2. Struktur sel dalam lensa
3. Pengaturan protein lensa
4. Karakter kapsul lensa yang semipermeable
5. Mekanisme pompa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan air
dalam lensa.

2.2 Definisi Katarak


Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi
dapat disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak
yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma,
inflamasi, atau penyakit lainnya.
Katarak dapat terjadi akibat kondisi hidrasi atau penambahan cairan
pada lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduanya. Kekeruhan lensa
biasanya mengenai kedua mata dan ditunjukkan dengan lensa yang
berwarna putih keabuan sehingga akan menyebabkan ketajaman penglihatan
berkurang.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi penurunan
penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara

4
progresif. Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di dunia
saat ini.

Gambar 3. Katarak Senilis


2.3 Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak
tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh
katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat
menjadi empat puluh juta.
Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering
ditemukan. 90% dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5
% dari golongan usia 70 tahun dan 10% dari golongan usia 80 tahun harus
menjalani operasi katarak.
The Beaver Dam Eye Study, melaporkan 38.8% pada laki-laki, dan
45.9% pada wanita dengan usia lebih dari 74 tahun. Menurut Baltimore eye
survey katarak pada ras kaukasian. (American Academy of Ophthalmology
11 2011-2012).
Sebanyak 95% penduduk yang berusia 65 tahun telah mengalami
berbagai tingkat kekeruhan pada lensa. Sejumlah kecil berhubungan dengan
penyakit mata atau penyakit sistemik spesifik. Dapat juga terjadi sebagai
akibat pajanan kumulatif tehadap pengaruh lingkungan dan pengaruh
lainnya seperti merokok, radiasi UV, dan peningkatan kadar gula darah.
Pasien dengan DM 4.9 kali lebih tinggi resiko terjadi katarak.3,4

5
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang
dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Penyakit sistemik seperti peradangan dan metabolik, misalnya
diabetes melitus, dislpidemia.
b. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C.
c. Riwayat keluarga dengan katarak.
d. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu.
e. Pembedahan mata.
f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka
panjang.
g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet.
h. Efek dari merokok dan alkohol. 5

2.5 Patofisiologi

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya


diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis
berperan dalam terjadinya katarak senilis.
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan
menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya,
sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang. Pada usia
tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa yang
mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear).
Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein
dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks
refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi
transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan
pigmen pada nuklear lensa. 8
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan
pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi

6
kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan
penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.3
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga
pupil berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan
pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli
menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan
lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali. 7

2.6 Klasifikasi Katarak


Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan Morfologi,
Maturitas dan Age of Onset.
1) Morfologi
 Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak.
Katarak ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus.
Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah
menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini
merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih
dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan
pandangan baca dapat menjadi lebih baik ( miopisasi ).

7
 Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari
korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa.
Katarak menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau
korteks. Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun dan
progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat daripada katarak nuklear.

 Katarak Subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah
capsul, dan biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa sangat
terganggu saat membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat
halo pada malam hari. Dibagi menjadi katarak subcapsularis
posterior dan Subcapsularis anterior. Pada Subcapsularis posterior
biasanya terdapat pada pasien DM, Myotonic Dystrophy, dan
steroid. Sedangkan pada subcapsularis anterior biasanya terdapat
pada Glaukoma sudut tertutup akut ( Glaukomfleckens ), toksisitas
amiodaron, miotic, dan Wilson disease.
 Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis:
 Anterior Capsular
1. Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak dapat
lepas pada waktu lahir.
2. Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine,
yang disertai dengan sinekia posterior
 Posterior Capsular

8
Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan
kapsul posterior dengan retina yang seharusnya menghilang
sejak lahir.
 Katarak Lammelar
 Katarak Sutural

2) Maturitas
 Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai
terlihat di dalam korteks. Pada katarak subcapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat di anterior subcapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan korteks yang berisi jaringan
degeneratif pada katarak insipiens. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.
 Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang menarik
air sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat danmengakibatkan mipopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga
lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
 Katarak Immatur : Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa. Pada
katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif
 Katarak matur : Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan
lensa akan keluar,sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.

9
Akan terjadi kekeruhan seluruhlensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa.
 Katarak hipermatur : Protein-protein di bagian korteks lensa telah
mencair . Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan
lensa yang mengkerut dengan kapsul yang keriput. Katarak jenis ini
sebenarnya berbahaya karena dapat menyebabkan inflamasi
sehingga menyebabkan uveitis.
 Katarak Morgagni : Katarak hipermatur yang nukleus lensanya
mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya.

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak1


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

3) Onset
 Katarak Congenital: Beberapa bayi terlahir dengan katarak, tetapi
orang tua kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya
sudah 3 bulan. Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk.
Jika dapat melihat biasanya ambliopia dan tidak maksimum. Katarak
kongenital sebaiknya dioperasi sebelum usia 2 bulan.
 Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak kongenital di
mana usia penderita di bawah 1 tahun.
 Katarak Juvenile terjadi pada usia di bawah 9 tahun dan biasanya
kelanjutan dari katarak kongenital.

10
 Katarak Presenile terjadi pada usia lebih dari 9 tahun.
 Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan
katarak yang kita jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif.

2.7 Manifestasi klinis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat


kemunduran secara progresif dan gangguan dari penglihatan. Hal ini
bergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan
pasien dengan katarak senilis.
2. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan
sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada
siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
3. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan
penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca,
keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan
miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal
posterior atau anterior.
4. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan
gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia
monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau
lensa kontak
5. Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan lensa mata tampak
berwarna keputihan.
6. Ukuran kacamata sering berubah.

11
2.8 Diagnosis

Diagnosa katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, contohnya: Diabetes
Mellitus, Hipertensi, dan cardiac anomalies. Penyakit seperti Diabetes
Mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu
dideteksi secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan
adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk
terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang
sangat penting yaitu test pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil
Marcus Gunn dan defek pupil aferen relatif yang mengindikasikan lesi saraf
optik.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea,
iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati,
gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat
diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata
sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Kemudian
lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada katarak
senilis. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf
optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan. 1,5

2.9 Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
a) Fakolitik

12
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan
keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama
bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada
kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau
makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.
Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
b) Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris,
terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit
sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi
berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan
timbul glaukoma.
c) Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi
mata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga
timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma.

Selain komplikasi akibat penyakit itu sendiri, terdapat juga komplikasi


akibat pembedahan atau operasi. Komplikasi yang mungkin terjadi dengan
operasi katarak meliputi:10
1. Infeksi pada mata (endophthalmitis).
2. Pembengkakan dan cairan di tengah lapisan saraf (edema makula
cystoid).
3. Pembengkakan penutup bening dari mata (kornea edema).
4. Pendarahan di depan mata (hyphema).
5. Meledaknya (pecahnya) kapsul dan kehilangan cairan (vitreous
gel) di mata.
6. Lepasnya lapisan saraf di belakang mata (ablasio retina).

Komplikasi yang mungkin terjadi beberapa waktu setelah operasi


meliputi:10

13
1. Dislokasi lensa intraokuler.
2. Mengaburnya bagian dari penutup lensa (kapsul) yang tersisa
setelah operasi, sering disebut aftercataract (kekeruhan kapsul
posterior). Ini biasanya bukan masalah besar dan bisa diobati
dengan operasi laser, jika diperlukan. Jenis IOL dapat
mempengaruhi seberapa besar kemungkinan kekeruhan setelah
operasi.
3. Ablasi retina.
4. Glaukoma.
5. Astigmatisme atau strabismus.
6. Kendurnya kelopak mata atas (ptosis).

2.10 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-
obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. .
Keputusan melakukan tindakan bedah tidak spesifik tergantung dari derajat
tajam penglihatan, namun lebih pada berapa besar penurunan tersebut
mengganggu aktivitas pasien. Indikasi lainnya adalah bila terjadi gangguan
stereopsis, hilangnya penglihatan perifer, rasa silau yang sangat
mengganggu, dan simtomatik anisometrop.6
Indikasi medis operasi katarak adalah bila terjadi komplikasi antara
lain: glaucoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik,
dislokasi lensa ke bilik depan, dan katarak sangat padat sehingga
menghalangi pandangan gambaran fundus karena dapat menghambat
diagnosis retinopati diabetika ataupun glaukoma Lebih dari bertahun-tahun,
tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi
IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe

14
bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra
capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.1,5
1. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE )
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea
kapsular. Operasi ini lebih susah untuk sembuh karena luka insisi yang
sangat lebar sekitar 160-1800, IOL harus diletakkan di camera oculi
anterior atau dijahit di posterior, dan resiko terjadi komplikasi atau
penyulit lebih besar. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, kebocoran vitreus, dan
perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit

15
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
Ekstraksi katarak ekstrakapsular konvensional membutuhkan
waktu kurang dari satu jam untuk dilakukan. Setelah daerah sekitar
mata telah dibersihkan dengan antiseptik, kain steril digunakan untuk
menutupi sebagian wajah pasien. Pasien diberikan baik anestesi lokal
untuk membuat mati rasa jaringan di sekitar mata atau anestesi topikal
untuk membuat mati rasa mata itu sendiri. Eyelid holder digunakan
untuk membuat mata tetap terbuka selama prosedur. Jika pasien sangat
gelisah, dokter mungkin dapat menggunakan obat penenang secara
intravena.
Setelah anestesi, ahli bedah membuat sayatan di kornea pada titik
di mana sklera dan kornea bertemu. Meskipun panjang khas sayatan
EKEK standar adalah 10-12 mm pada 1970-an, perkembangan IOLs
akrilik yang dapat dilipat menjadikan sayatan yang diperlukan hanya 5-
6 mm. Variasi ini kadang-kadang disebut sebagai EKEK sayatan kecil
(small-insision / SICS). Setelah sayatan dibuat, ahli bedah membuat
robekan sirkular di depan kapsul lensa, teknik ini dikenal sebagai
capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian dengan hati-hati membuka kapsul
lensa dan membuang nukleus lensa dengan memberikan tekanan
dengan instrumen khusus. Setelah nucleus dikeluarkan, ahli bedah
menggunakan suction untuk menghisap sisa korteks lensa. Suatu bahan
viskoelastik khusus disuntikkan ke dalam kapsul lensa kosong untuk
membantu mempertahankan bentuk sementara ahli bedah memasukkan
IOL. Setelah lensa intraokular telah ditempatkan dalam posisi yang
benar, substansi viskoelastik akan dibuang dan sayatan ditutup dengan
dua atau tiga jahitan6.

16
Gambar 5. Prosedur ECCE. Insisi yang dibuat lebih lebar daripada SICS.

3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang
sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan lensa katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan
jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat,
dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan
dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering
digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui
incisi kecil seperti itu.
Dalam phakoemulsifikasi, ahli bedah menggunakan probe ultra-
sound dimasukkan melalui sayatan untuk memecah nukleus lensa
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Teknik baru
menawarkan keuntungan insisi yang lebih kecil dari standar EKEK,
jahitan sedikit atau tidak ada untuk menutup sayatan, dan waktu
pemulihan lebih pendek untuk pasien. Kelemahan adalah kebutuhan

17
untuk peralatan khusus dan kurva belajar yang curam untuk ahli
bedah. Satu studi menemukan bahwa ahli bedah yang diperlukan
untuk melakukan sekitar 150 katarak ekstraksi menggunakan
phakoemulsifikasi sebelum tingkat komplikasi mereka jatuh ke tingkat
dasar7.
Teknik ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan EKEK
konvensional, terutama karena diperlukan insisi lebih kecil. Hal ini
diyakini dapat mengurangi surgically induced astigmatism dan
memungkinkan refraksi stabil dan rehabilitasi visi dan kegiatan sehari-
hari. Selain itu, operasi phakoemulsifikasi menunjukkan inflamasi dan
kerusakan sawar darah-aqueus humor yang lebih rendah daripada
yang diamati dengan operasi EKEK 7.

Gambar 6. Prosedur phacoemulsification.

18
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh, jahitan lebih sedikit atau
tidak ada, kauterisasi minimal sampai tidak ada daripada ECCE, dan
lebih murah, tidak butuh latihan lama dibanding phaco. Operasi ini
menggunakan teknik insisi supero oblik (arah jam 9-12)pada
perbatasan sklera-konjungtiva selebar 5-6 mm, lalu membuat
terowongan (tunnel) untuk capsulorhexis, pengeluaran korteks lensa,
sampai pemasukkan IOL yang dapat dilipat. 8,9

Gambar 7. Lokasi insisi pada SICS.

Gambar 8. Lokasi insisi dan pembuatan terowongan (tunnel).

Gambar 9. Langkah-langkah SICS.

19
Gambar 10. Terowongan (tunnel) pada SICS.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka
penderita memerlukan bantuan untuk memfokuskan penglihatannya
dengan cara sebagai berikut:1,5
1. Kacamata afakia yang tebal lensanya
2. Lensa kontak
3. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam
mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang
telah diangkat.
IOL adalah pengganti lensa mata pasien, bukan untuk lensa
korektif. Jika pasien mengenakan kacamata atau lensa kontak sebelum
katarak berkembang, ia akan terus membutuhkannya setelah IOL
ditanam. Koreksi lensa harus dilakukan setelah operasi, karena mungkin
membutuhkan penyesuaian.

20
Gambar 11. Lensa Intra Okuler / Intra Ocular Lens (IOL)

Pasien dapat menggunakan mata mereka setelah operasi meski


mata yang dioperasi membutuhkan waktu antara tiga minggu sampai tiga
bulan untuk sembuh sepenuhny, dengan menghindari mengangkat barang
berat atau membungkuk dengan ekstrim. Pada periode ini, mereka harus
memeriksa tajam penglihatan untuk melihat apakah kekuatan lensa
mereka harus diubah. Kebanyakan dokter mata menyarankan pasien
memakai tape perisai mata pada mata yang dioperasi pada malam hari.,
memakai kacamata hitam pada hari-hari cerah dan hindari menggosok
mata yang dioperasi. Selain itu, dokter mata akan memberikan obat tetes
mata selama satu sampai dua minggu untuk mencegah infeksi, mengatasi
rasa sakit, dan mengurangi pembengkakan. Hal ini penting bagi pasien
untuk menggunakan tetes mata persis seperti yang diarahkan.

Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik


jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa
minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan
jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini
digunakan lensa intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat
berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

Perawatan pasca bedah


Jika digunakan teknik insisi kecil, maka penyembuhan pasca
operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari
tersebut, namun dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan

21
menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar
satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Mata dapat
dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman,
balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan mata tersebut
dilindungi menggunakan kacamata atau dengan pelindung. Kacamata
sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi. Selain itu juga
akan diberikan obat untuk :
1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang
menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang
mungkin timbul benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang
digunakan saat pembedahan.
2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap
rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi
karena kebersihan yang tidak sempurna.
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna
untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca
bedah.
Edukasi yang dapat diberikan setelah operasi antara lain :
1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan
mengangkat kaki keatas.
4. Hindari menggosok mata
5. Hindari menggendong yang berat
6. Hindari membaca yang berlebihan dari biasanya
7. Hindari mengejan keras sewaktu buang air besar
8. Hindari berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

2.11 Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya
katarak senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan

22
pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit
metabolik, mencegah paparan langsung terhadap sinar ultraviolet dengan
menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat. Katarak
kongenital dicegah dengan skrining penyakit infeksi pra dan saat kehamilan.

2.12 Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang
tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis
umumnya baik.

23
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn.S

No RM : 05-06-31458

Umur : 66 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Gunungsari

Agama : Islam

Tanggal MRS : 1 Februari 2021

3.2 Anamnesis

a. Keluhan Utama

Penglihatan mata kiri buram dan memburuk sejak 8 bulan yang lalu.

b. Keluhan Tambahan

Pasien juga mengeluhkan merasa silau jika terkena cahaya/lampu.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Salatiga karena penglihatan mata

kanan buram seperti terhalang asap sejak 8 bulan yang lalu. Pasien juga

merasa pandangannya semakin menurun. Kedua mata tidak merah, tidak

pegal, tidak nyeri, tidak ada penglihatan ganda. Pasien juga merasa lebih

silau ketika melihat cahaya/lampu dibanding beberapa tahun sebelumnya.

Pasien merasa pandangannya ini sudah mengganggu kesehariannya.

Pasien menyangkal melihat adanya pelangi disekitar lampu, sakit kepala,

mual, muntah. Riwayat trauma disekitar bola mata tidak ada, riwayat

24
mata merah dan nyeri sebelum keluhan mata terhalang asap tidak ada..

Riwayat minum obat atau pemakaian obat tetes mata tidak ada. Pasien

memiliki kebiasaan merokok sejak muda.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya yaitu

pada mata kanan, dan telah dioperasi pada 5 Januari 2021. Riwayat sakit

mata yang lain di sangkal. Riwayat trauma pada mata disangkal. Pasien

menderita Hipertensi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluhan hal serupa dalam keluarga disangkal.

f. Riwayat Sosial Ekonomi

Dalam pengobatan pasien menggunakan asuransi kesehatan yaitu BPJS.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

 Keadaan umum : Baik

 Kesadaran : Compos mentis

 Tekanan Darah : 151/80 mmHg

 Nadi : 74 x/menit

 Pernafasan : 18 x/menit

 Suhu : 36,6° C

Status Oftamologis
Oculus Dextra Oculus Sinistra
Visus 6/9 NC 6/30 NC
Kedudukan bola mata Orthoforia
Gerakan bola mata

25
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Palpebra superior Hiperemis (-) edema (- Hiperemis (-) edema
) (-)
Palpebra inferior Hiperemis (-) edema (- Hiperemis (-) edema
) (-)
Konjungtiva tarsus superior Papil (-) folikel (-) Papil (-) folikel (-)
Konjungtiva tarsus inferior Papil (-) folikel (-) Papil (-) folikel (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemis(-), injeksi Hiperemis(-), injeksi
konjungtiva(-), konjungtiva(-)

Kornea Jernih, keratic Jernih, keratic


presipitat (-) presipitat (-)
Bilik mata depan Dalam, jernih Dalam, jernih
Iris Coklat, reguler Coklat, reguler
Pupil Bulat, RC (+) Bulat, RC (+)
Lensa Jernih Keruh

3.4 Pemeriksaan penunjang


Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan menggunakan slitlamp didapatkan
gambar sebagai berikut:

3.5 Diagnosis
Oculus Sinistra Katarak Senilis Stadium Imatur.
3.6 Tatalaksana
a) Non Medikamentosa
 Edukasi penyakit katarak.

26
 Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet, dan
olahraga teratur.
b) Tindakan Operatif
 OS : Operasi Phacoemulsification + IOL.

27
BAB IV

KESIMPULAN

Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan

lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak dapat

disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air dan

elektrolit, karena denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Sekitar 90%

kasus katarak berkaitan dengan usia, penyebab lain adalah kongenital dan trauma.

Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan morfologi, maturitas dan age

of onset. Berdasarkan morfologinya katarak dibagi menjadi katarak nuklearis,

katarak kortikal, katarak subkapsuler. Berdasarkan maturitasnya menjadi katarak

iminen, imatur, matur dan hipermatur. Sedangkan berdasarkan onsetnya dibagi

menjadi katarak congenital, infantile, juvenile, presenile dan senile. Pasien

dengan katarak datang dengan keluhan kemunduran pengelihatan secara progresif

dan gangguan dari penglihatan bergantung pada stadium katarak yang dialami.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa dengan

berbagai metode ekstraksi lensa dan yang terbaru yaitu dengan tekhnik

phacoemulsifikasi.

Pasien laki-laki berusia 66 tahun datang dengan keluhan pengelihatan

penglihatan mata kanan buram seperti terhalang asap sejak 8 bulan yang lalu.

Pasien juga merasa pandangannya semakin menurun. Kedua mata tidak merah,

tidak pegal, tidak nyeri, tidak ada penglihatan ganda. Pasien juga merasa lebih

silau ketika melihat cahaya/lampu dibanding beberapa tahun sebelumnya. Pasien

merasa keluhan ini sudah mengganggu kesehariannya. Berdasarkan hasil

28
pemeriksaan fisik menggunakan slitlamp didapatkan gambaran lensa yang

mengeruh sehingga pasien didiagnosis oculi sinistra katarak senilis stadium

imatur. Adapun prinsip tatalaksana definitif pada pasien dengan katarak yaitu

dengan dilakukannya ekstraksi lensa yang telah mengalami kekeruhan. Pada

pasien metode yang digunakan yaitu phacoemulsifikasi disertai pemasangan

intraocular lens (IOL).

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P, Whitcher J P. Vaughan & Asbury – Oftalmologi umum;


alih bahasa: Brahm U Pendit. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2009.
2. Kanski JJ. Bowling B. Clinical Ophtalmology a systemic approach. 7th
edition. Elsevier Saunders. P.281-9.
3. Phacoemulsification With Intraocular Lens Implantation diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1844198-overview. 12 Juli 2020.
4. Phacoemulsification for cataracts. Diunduh dari
http://www.surgeryencyclopedia.com/Pa-St/Phacoemulsification-for-
Cataracts.html#ixzz2YJAR1Pl8. 12 Juli 2020
5. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic
and clinical Science course. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2015.
6. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada; 2012.
7. Gilbert C, Ackland P, Resnikoff S, Gilbert S, Keeffe J, Cross C, et al.
Vision 2020 global initiative for the elimination of avoidable blindness:
Action plan 2006-2011. Geneva: World Health Organization, 2007
8. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013.
9. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 6th ed.
Edinburgh: Butterworth Heinemann/Elsevier; 2007.

30

Anda mungkin juga menyukai