Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus

Abortus Inkomplit

Disusun oleh :
dr. Asepky Zakia

Pembimbing :
dr. Darfius Zuliswan
dr. Yohana Ika Karolina

Program Internship Dokter Indonesia


RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban
Kepulauan Riau
Agustus 2019

1
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN :

Nama : Ny. ES
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Alamat : Lobam Mas
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Batak

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien hamil usia 9-10 minggu datang dengan keluhan keluar darah berwarna merah
segar dari kemaluan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, darah yang keluar terasa
semakin banyak disertai gumpalan-gumpalan darah. Pasien juga mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Abortus sebelumnya (+)
 Hipertensi (-)
 Asma (-)
 Diabetes mellitus (-)
 Gastritis (-)

2
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Haid
 Menarche : 13 tahun
 Pola haid : Teratur
 Siklus : 28 hari
 Jumlah : Biasa
 Lama haid : 7 hari
 HPHT : 03-05-2019
 Taksiran persalinan: 10-02-2020

Riwayat Persalinan
Gravid (5) partus (3) abortus (1) hidup (3)
Anak I : perempuan, 3000 gram, partus normal
Anak II : laki-laki, 2900 gram, usia 10 tahun, partus normal
Anak III : keguguran, kuretase tahun 2012
Anak IV : laki-laki, 3100 gram, usia 5 tahun, partus normal
Anak V : hamil ini

C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS (E4M6V5), compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,9 °C
SpO2 : 98%

II. Status Generalisata


Kulit : turgor tidak menurun, tidak ada sianosis
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : edem palpebra (-) konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-)
Thorak
Paru
Inspeksi: normochest
Palpasi : fokal fremitus normal
Perkusi : sonor
Auskultasi: Vesikuler (+/+), Ronkhi basah (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
BJ I-II reguler, murni tanpa gallop dan murmur

Ekstremitas: akral dingin (-), oedem (-), CRT < 2”

III. Status Obstetri

Abdomen

3
Leopold I : Tidak dilakukan
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan

Denyut Jantung Janin : (-)


Taksiran Berat Janin : (-)
His : (-)

IV. Pemeriksaan Ginekologi


Inspeksi :
Genitalia eksterna :
Vagina bersih, terdapat rambut pubis, ulkus (-) pembengkakan vulva (-), klitoris (-),
keluar darah yg mengalir (+) , pus (-), lendir (-)

Genitalia Interna (inspekulo) :


OUE terbuka
Vaginal toucher :
Dinding vagina teraba licin, tidak teraba adanya massa, porsio teraba bulat lunak tebal
nyeri goyang porsio (-), tidak ada nyeri tekan di kedua adneksa.

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG:
Tampak sisa-sisa hasil konsepsi didalam kavum uterus

HEMATOLOGI HASIL SATUAN NILAI NORMAL KETERANGAN


Leukosit 9.60 10^3 /uL 3.6-11 Normal
Eritrosit 4.53 10^3 /uL 3.8-5.2 Normal
Hemoglobin 13.4 gr/dL 11.7-15.5 Normal
Hematokrit 44.9 % 35-47 Normal
MCV 80.2 fL 80-100 Normal
MCH 27.9 pg 26-34 Normal
MCHC 34.7 gr/dL 32-36 Normal
Trombosit 334 10^3/ uL 150-440 Normal
Basofil 0.3 % 0-1 Normal
Eosinofil 4.9 % 2-4 Low
Netrofil 72.0 % 50-75 Normal
Limfosit 21.3 % 25-40 Low
Monosit 7.9 % 2-8 Normal
CT 8’30’’ Menit 6-11 Normal
BT 2’00’’ Menit 1-3 Normal

KIMIA DARAH HASIL SATUAN NILAI NORMAL KETERANGAN


GDS 96 mg/dl 70-140 Normal

4
E. Diagnosa Kerja

G5P3A1H3 gravid 9-10 minggu dengan Abortus Inkomplit

F. TERAPI
 O2: 3 liter per menit
 Pasang venflon
 IVFD RL 20 tpm
 Konsul dr. Berland, Sp.OG

Advice dr. Berland, Sp.OG


 Cefadroxil 2 x 500 mg (per oral)
 IVFD RL drip oxytocin 20 IU 10gtt
 Rencana kuretase besok pagi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup di luar rahim (belum viable) dengan kriteria usia kehamilan kurang 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

2.2 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri, faktor ibu,
antara lain:
1. Kelainan OvumMenuru HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus
sering menyebabkan abortus spontan . Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat
degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari
ovum berkurang kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya
makin mudakehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan
oleh kelainan ovum (50-80%).
2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi:
a) Kelainan kromosom, trisomi, monosomi X, triploidi, polisomi, kromosom sex.
b) Lingkungan kurang sempurna.
c) Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat-obatan.

5
3. Kelainan Sirkulasi plasenta :Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis,
hipertensi, toksemia gravidarum,anomali plasenta, dan end ateritis villi korialis
karena hipertensi menahun.
4. Penyakit pada ibu:
 Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid,rubela, demam, dan sebagainya.
 Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau
virus pada fetus disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus
pada fetus.
 Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain
 Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasio kordis, penyakit paru berat,anemi
gravis
 Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekuranganvitamin A, C atau E, diabetes mellitus
 Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
 Sangat terkejut karena obat-obat uterotonika, ketakutan, dsb
 Trauma langsung terhadap fetus, antara lain: selaput janin rusak langsung karena
instrument, benda, dan obat-obatan.

5. Kelainan pada traktus genitalia:


 Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
 Retroversia uteri gravid inkarserata
 Perlengketan intra uteri asaerman syndrome
 Mioma uteri sub mukosa.
 Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
 Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
 Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yangsudah
dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, dan endometriris.
6. Inkompetensi cervix
Cervix longgar (tidak sempit lagi) sehingga mudah janin jatuh/ tidak tertahan
didalam. Penyebabnyan curettage (krn perlukaan, infeksi).

2.3 Patofisiologi
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitar, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan
dibawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum
menembus desidua terlalu dalam sedangkan pada kehamilan 8-14 minngu telah masuk
agak dalam sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal karena itu akan
terjadi banyak perdarahan.

6
2.4 Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
1. Abortus Spontan, adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus Provakatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan
mengunakan obat-obatan ataupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
- Abortus Medis Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila

kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi


medis).
- Abortus Kriminalis atau tidak amanAdalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legalatau tidak berdasarkan indikasi medis.

2.5 Gambaran Klinis


Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens (threatened abortion),
abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkompletus (incomplete abortion) atau
abortus kompletus (complete abortion), abortus tertunda (missed abortion), abortus habitualis
(recurrent abortion), dan abortus septik (septic abortion).
a. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama kehamilan
awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta dapat
mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan, sekitar
setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus. Abortus iminens didiagnosa
bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit
pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula
disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi.
Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan
trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan perdarahan
pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau
karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi.
b. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk
dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi
ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus

7
segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada
keadaan ini merupakan kontraindikasi.
c. Abortus Inkomplit atau Abortus Komplit
Abortus inkomplit didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba
pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya
terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena
masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum).
Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi
sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil
konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi
tidak perlu dilakukan. Pada abortus komplit, perdarahan segera berkurang setelah isi
rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama
sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai.
Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada
perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan.
d. Abortus Tertunda (Missed abortion)
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada abortus tertunda akan
dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya,
serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Pada
pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.
e. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil, dan kelainan
struktural uterus merupakan penyebab langsung pada abortus habitualis. Menurut
Mochtar (1998), abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali berturut-
turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana
sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid,
kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis juga merupakan etiologi dari
abortus habitualis.
f. Abortus Septik (Septic abortion)
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada
abortus inkompletus atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan
syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan abortus

8
septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Proteus vulgaris,
Hemolytic streptococci dan Staphylococci.

2.6 Diagnosis
Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua daripada
tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus:
i. Perdarahan pada vagina
ii. Nyeri pada abdomen bawah
iii. Riwayat amenorea.

Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan memastikan bahwa


suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila ultrasonografi transvaginal menunjukkan sebuah
rahim kosong dan tingkat serum hCG kuantitatif lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800
IU per L), kehamilan ektopik harus dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal
dilakukan, sebuah rahim kosong harus menimbulkan kecurigaan kehamilan ektopik jika
kadar hCG kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU per mL (3.500 IU per L). Rahim yang
ditemukan kosong pada pemeriksaan USG dapat mengindikasikan suatu abortus kompletus,
tetapi diagnosis tidak definitif sehingga kehamilan ektopik disingkirkan (Griebel et al., 2005;
Puscheck, 2010). Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), diagnosa abortus menurut
gambaran klinis adalah seperti berikut:
i. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Anamnesis: perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.

Pemeriksaan dalam – fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus
sesuai dengan umur kehamilan.
Pemeriksaan penunjang – hasil USG.
ii. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.
Pemeriksaan dalam – ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim, dan ketuban
utuh (mungkin menonjol).
iii. Abortus Inkomplit
Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri / kontraksi rahim ada,
dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.
Pemeriksaan dalam – ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.
iv. Abortus Tertunda (Missed abortion)
Anamnesis - perdarahan bisa ada atau tidak.
Pemeriksaan obstetri – fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung
janin tidak ada.
Pemeriksaan penunjang – USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu
perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin).
v. Abortus Septik (Septic abortion)

9
Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit.
Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.
Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan
leukositosis
Pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun sampai syok.
2.7 Penatalaksanaan
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok maka
diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian, jaringan
dikeluarkan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri obat-
obat uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus dimana seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong, terapi yang
diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi dengan maksud agar
terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil, dilatasi dan
kuretase dilakukan. Histerotomia anterior juga dapat dilakukan dan pada penderita,
diberikan tonika dan antibiotika. Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus
habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks
inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu operasi Shirodkar.
2.8 Komplikasi
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenagayang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
3. Infeksi dan tetanus
4. Syok, pada abortus yang dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak disebut syok
hemoragik dan Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjisastro H, Safiudin AB, Rachimahadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. BinaPustaka


Sarwono Prawihardjo, Jakarta, 2000.
2. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta,1998.3.
3. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani
WI,Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid pertama,Media
Auesculapius FK UI, Jakarta, 2001.

10
4. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:EGC,
2005.
5. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
6. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas PadjadjaranBandung.

Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.


7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
PadjadjaranBandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.

11

Anda mungkin juga menyukai