Anda di halaman 1dari 4

TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL SIGMUND FREUD DAN

PSIKOSOSIAL ERIK H. ERIKSON

Muhammad Teguh Saputra


Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta
PAI A 2019

NIM. 1404619041

Biografi Sigmund Freud dan Erik H. Erikson

Sigmund Freud memiliki nama lengkap Sigismund Schlomo Freud, nama depannya
memang dirubahmya sendiri pada tahun 1878 dari “Sigismund” menjadi “Sigmund.” Ia lahir
pada tanggal 6 Mei 1856 di Moravia, Kerajaan Austria (saat ini Pribor, Republik Ceko). Ia
merupakan lulusan dari University of Vienna, angkatan 1881 dan berkeahlian di bidang
Psikoanalisis serta dijuluki sebagai bapak Psikoanalisis. Salah satu penghargaan yang pernah ia
raih yaitu Goethe Prize pada tahun 1930. Namun, umurnya tak sampai genap satu abad, Sigmund
Freud telah menghembuskan napas terakhirnya di umur 83 tahun pada tanggal 23 september
1939 di London, Inggris.
Erik H. Erikson atau panjangnya Erik Homburger Erikson lahir pada tanggal 15 Juni
1902 di Jerman Selatan dan meninggal di usia 91 tahun pada tanggal 12 Mei 1994 di
Massachusett, Amerika Serikat. Erikson tidak dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik
karena ketertarikannya terhadap berbagai bidang khususnya seni dan pengetahuan, bahan ia
sempat berpetualang sebagai seniman dan ahli pikir Eropa pada tahun 1920-1927.

Konsep Psikoseksual Sigmund Freud

Menurut Arif (2005) membicarakan masalah psikoseksual sebenarnya adalah membahas


masalah bertumbuh-kembangnya kepribadian sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan
tubuh, di mana faktor seksualitas memainkan peranan kunci. Maka teori Freud pun tak jauh dari
istilah tersebut
Freud percaya energi psikoseksual, atau libido, digambarkan sebagai kekuatan
penddorong di belakang perilaku. Menurut Freud kepribadian sebagian besar dibentuk pada lima
tahun pertama dan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan selanjutnya di kemudian
hari. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang
sehat. Freud membagi perkembangan psikoseksual menjadi 5 tahapan,
1. Fase Oral
Yaitu antara usia 0-1,5 tahun, dikatakan fase oral karena pada masa ini bagi bayi, mulut
merupakan hal yang dapat memicu kesenangannya dengan mencicipi atau menghisap
sesuatu, contohnya seperti menghisap tangannya sendiri atau payudara ibu.
2. Fase Anal
Yaitu antara usia 1,5-3 tahun, pada tahap ini fungsi utama libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Contohnya seperti melatih anak untuk
buang air kecil atau besar ke toilet dengan baik.
3. Fase Phallic
Yaitu antara usia 3-5 tahun, pada fase ini fokus utama libido adalah pada alat kelamin.
Yang terpenting pada fase ini yaitu munculnya oedipus complex, yang diikuti oleh fenomena
castration anxiety (Kecemasan terpotongnya penis) pada laki-laki dan penis envy
(kecemburuan penis) pada perempuan. oedipus complex yaitu ketika anak laki-laki akan
menganggap ayahnya sebagai kompetitornya dalam berebut kasih sayang ibunya, pun pada
perempuan sebaliknya.
4. Fase Laten
Yaitu antara usia 5-12 tahun/pubertas, pada fase ini libido seakan “tidur” dan akan
bangkit lagi dengan kekuatan penuh kelak di masa pubertas tiba. Di fase ini, anak akan
memilingi rasa ingin tahu yang besar tentang berbagai hal
5. Fase Genital
Yaitu usia 12 tahun (pubertas) sampai seterusnya merupakan tahap akhir dari
psikoseksual. Pada fase ini seseorang akan mengalami perubahan yang besar dalam diri
maupun dunianya, dan masa ini pula seseorang akan mengembangkan minat seksual yang
kuat pada lawan jenis.

Konsep Psikososial Erik H. Erikson

Teori psikososial adalah teori yang menjelaskan bahwa perkembangan manusia dibentuk
oleh pengaruh-pengaruh sosial yang menjadikan manusia matang secara fisik dan psikologis.
Menurut Erikson setiap tahap memiliki kemungkinan pemecahan psotif maupun negatif.
Kegagalan pada tahap tertentu akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.
Erikson membagi rentang kehidupan dalam delapan tahap dengan nama, dan komponen-
komponen dasar sebagai berikut : masa bayi, tahap percaya lawan tidak percaya; masa kanak-
kanak, tahap otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu; usia prasekolah, tahap inisiatif lawan
rasa bersalah; usia sekolah, tahap industri lawan rasa rendah diri; masa remaja, tahap identitas
lawan keraguan akan identitas; masa awal dewasa, tahap keakraban lawan perasaan terasing;
masa dewasa, tahap produktif lawan keadaan pasif; dan masa tua, tahap integritas lawan putus
asa.

Implikasi Terhadap Pendidikan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implikasi adalah keterlibatan atau
keadaan terlibat, sedangkan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dan hakikat pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah daya-upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam
rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dunianya.
Maka implikasi terhadap pendidikan secara umum yaitu untuk membantu
mengembangkan potensi peserta didik dalam menyelesaikan tugasnya dalam tiap fase
perkembangannya secara seksual maupun sosial, yang saat ini sedang berjalan, maupun yang
tertinggal. Hal itu dilakukan agar setiap peserta didik dapat memeproleh kehidupan yang optimal
dan keselarasan dalam lingkungannya. Apalagi saat ini banyak terjadi keceburuan seksual
maupun sosial yang disebabkan oleh gagalnya peserta didik dalam perkembangannya pada fase-
fase tertentu.
Implikasi secara khusus terhadap pendidikan agama islam (PAI) sebenarnya tak berbeda
dengan implikasi pendidikan secara umum. Hanya pendekatannya saja yang perlu diperinci. Hal
tersebut karena PAI memerlukan pendekatan agamis, seperti melakukan pendekatan dengan
firman Allah Swt atau dengan akhlak mulia seorang guru.

Refleksi Perkembangan Terhadap Diri Sendiri Berdasar Dua Teori Tersebut

Refleksi adalah kesadaran sebagai jawaban atas suatu hal atau kegiatan yang datang dari
luar. Maka refleksi tehadap diri saya sebagai pribadi berdasarkan analsisis terhadap kedua teoi
tersebut adalah saat ini karakter yang terbentu pada diri saya pribadi yang sehat dengan
presentase 90% walaupun bagi saya, diri saya sudah sesuai dengan harapan sosial, bagi saya hal
itu adalah akibat keberhasilan diri saya dalam menjalankan tugas-tugas psikososial maupun
psikoseksual pada fasenya masing-masing.
Saya katakan 90% karena sampai saat ini saya masih memiliki kegemaran di bagian
mulut dalam arti rajin menggigit alat tulis, jari, atau apapun, karena hal tersebut menyenangkan
bagi saya. Oleh karena itu, mungkin pada fase oral, belum sepenuhnya diri saya sukses
menyelesaikan apa yang harusnya diselesaikan.

Referensi
[1] Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Edisi ke-5).
Terjemahan oleh Isti Widayanti dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga

[2] Emiliza, Tiara. (2019). Konsep Psikososial Menurut Teori Erik H. Erikson Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Tinjauan Pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah dan Tadris : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.

[3] Komalalsari, Kokom dan Saripudin, Didin. (2017). Pendidikan Karakter : Konsep dan Aplikasi Living Values Education.
Bandung : PT Refika Aditama

[4] Mujihadi. (2016), “ Analisis Kondisi Psikoseksual Tokoh Waras Dalam Noel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad
Tohari” Jurnal Paramasastra, Vol 3, No 2. Retrieved from Journal.unesa.ac.id

[55] Patel, Ankit P. (2013), “ Person of Issue: Sigmund Freud (1856-1939)” The International Journal of Indian Psychology, Vol
1, No 1. Retrieved from www.researchgate.net

[6] Haibie, Alfadl. (2017), “ Pengenalan Aurat Bagi Anak Usia Dini Dalam Pandangan Islam ” Jurnal Pendidikan : Early
Childhood, Vol 1, No 2.
[7] https://kbbi.kemendikbud.go.id

[8] https://britannica.com

Anda mungkin juga menyukai