Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

Early Infantile Autism1


Sindrom Asperger..11

Gangguan Rett...16

Gangguan Disintegratif Masa Anak-Anak17

Gangguan ADHD18

Gangguan Retardasi Mental.21

Celebral Palsy23

Speech Delay24

Metode ABA.27

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 0


PEDOMAN DIAGNOSIS: 1
EARLY INFANTILE AUTISM

Seorang anak berlari-lari dengan riangnya kesana kemari. Dengan


wajah ceria ia bolak-balik mematikan kenop lampu yang ada di ruangan
rumahnya. Teriakan dan larangan ibunya sama sekali tidak dihiraukannya,
seakan-akan ia tidak mendengar suara panik sang ibu yang takut terjadi
sesuatu pada anaknya. Beberapa menit kemudian ketika jingle sebuah iklan
muncul di TV, tiba-tiba ia menghentikan kegiatannya dan berlari kearah TV
serta mendengarkan dengan seksama jingle iklan tersebut. Sesaat iklan
tersebut berakhir, ia kembali berlari-lari dengan tangan yang berkali-kali
dihentakkan ke bawah disertai kata-kata atau suara yang hanya ia sendiri
dapat mengerti.
Gejala-gejala seperti ilustrasi diatas belakangan banyak terjadi pada
anak usia 2-4 tahun. Autis adalah salah satu dari kesekian gangguan
perkembangan yang prevalensinya semakin meningkat belakangan ini. Dari
1:5000 anak pada tahun 1943 saat Leo Kanner memperkenalkan istilah
autisme menjadi 1:100 ditahun 2001 (Nakita, 2002).

PENGERTIAN AUTISME
Autisme berasal dari kata autos yang berarti segala sesuatu yang
mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme
berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata
lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada
melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
penderita autisme sering disebut orang yang hidup di alamnya sendiri.
Dulu anak-anak yang mengalami gangguan ini telah dideskripsikan dalam
berbagai istilah seperti chilhood schizophrenia (Bleuer), sedangkan
Margareth Mahler (1952) menyebutnya dengan symbiotic psychotic children
dengan gejala-gejala tidak dapat mengembangkan self-object differentiation.
Belakangan istilah psikosis cenderung dihilangkan dan dalam Diagnostic and

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 1


Statistical Maunal of Mental Disorder edisi IV (DSM-IV) Autisme digolongkan
sebagai gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental dis-
orders), secara khas gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai
dengan distorsi perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang
meliputi perkembangan keterampilan sosial dan bahasa, seperti perhatian,
persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik.
Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali
dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner 1943 seorang psikiatris Amerika. Istilah
autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-
anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner (untuk
membedakan dengan sidrom Asperger atau autis Asperger). Ciri yang
menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong
seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang
lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi.

GEJALA-GEJALA YANG NAMPAK


Gejala autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun.
Pada sebagian anak gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak
lahir. Chris Williams dan Barry Wright (2007) mengemukakan beberapa
simptom autistik yang mungkin sudah muncul diusia 18 bulan, seperti:
A. Tidak melakukan kontak mata.
B. Tidak merespon segera jika dipanggil nama.
C. Tampak berada didunianya sendiri.
D. Mengalami hambatan perkembangan bahasa.
E. Kehilangan kemampuan berbahasa.
F. Tidak menggunakan sikap tubuh.
G. Memegang tangan orang dewasa dan menaruhnya pada sesuatu yang
ingin dia buka.
H. Tidak memahami sikap tubuh orang lain.
I. Tidak bermain pura-pura.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 2


J. Lebih tertarik pada bagian-bagian permainan.
K. Menghabiskan banyak waktu untuk membariskan benda-benda.
L. Dan melakukan gerakan-gerakan tidak umum (ex. Jalan jinjit).
M. Memaksa membawa dua benda, satu disetiap tangan, seringkali dengan
bentuk dan warna sama.
Mengingat di Indonesia belum ada suatu alat tes yang baku untuk
mengetahui gangguan pada anak, maka untuk tujuan tersebut dapat
dilakukan dengan membandingkan perkembangan anak dengan indikator
perkembangan yang normal. Dibawah ini disajikan tabel perkembangan
motorik dan perkembangan bahasa pada anak normal.

Tabel 1:
Tahap Perkembangan Motorik Halus
Pada Anak Normal
VISUAL UMUR
Fiksasi pandangan Lahir
Mengikuti benda melalui garis tengah 2 bulan
Mengetahui adanya benda kecil 5 bulan
MOTORIK HALUS UMUR
Telapak tangan terbuka 3 bulan
Menyatukan kedua tangan 4 bulan
Memindahkan benda antara kedua tangan 5 bulan
Meraih unilateral (secara sepihak) 6 bulan
Pincer grasp imatur 9 bulan
Pincer grasp matur dengan jari 11 bulan
Melepaskan benda dengan sengaja 12 bulan
PEMECAHAN MASALAH UMUR
Memeriksa benda 7 -8 bulan
Melemparkan benda 9 bulan
Membuka penutup mainan 10 bulan
Meletakkan kubus dibawah gelas 11 bulan
MENGGAMBAR UMUR
Mencoret 12 bulan
Meniru membuat garis 15 bulan
Membuat garis spontan 18 bulan
Membuat garis horizontal dan vertikal 25 27 bulan
Meniru membuat lingkaran 30 bulan
Membuat lingkaran spontan tanpa melihat contoh 3 tahun
MELAKSANAKAN TUGAS UMUR

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 3


Memasukkan biji kedalam botol 12 bulan
Melepaskan biji dengan meniru 14 bulan
Melepaskan biji spontan 16 bulan
MENYUSUN KUBUS (Gunakan kubus dengan sisi 2.5 cm) UMUR
Menyusun 2 kubus 15 bulan
Menyusun 3 kubus 16 bulan
Kereta api dengan 4 kubus 2 tahun
Kereta api dengan cerobong asap 2.5 tahun
Jembatan dari 3 kubus 3 tahun
Pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun
Tangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa melihat 6 tahun
contoh
MAKAN UMUR
Makan skuit yang dipegang 9 bulan
Minum dari gelas sendiri atau menggunakan sendok 12 bulan
BERPAKAIAN UMUR
Membuka baju sendiri 24 bulan
Memakai baju 36 bulan
Membuka kancing 36 bulan
Memasang kancing 48 bulan
Mengikatkan tali sepatu 60 bulan

Tabel 2:
Tahap Perkembangan Bahasa
Pada Anak Normal
RESEPTIF UMUR
Bereaksi terhadap suara Lahir
Tersenyum sosial 5 minggu
Orientasi terhadap suara 4 bulan
Mengerti perintah tidak boleh 8 bulan
Mengerti perintah tanpa mimik 14 bulan
Menunjuk 5 bagian tubuh yang disebutkan 8 bulan
Fase 1 (5 bulan),
Menoleh kepada suara bel fase 2 (7 bulan),
fase 3 (9 bulan)
Mengerti perintah ditambah mimik 11 bulan
EKSPRESIF UMUR
Ooo-ooo 6 minggu
Guu, guuu 3 bulan
a-guuu, a-guuu 4 bulan
Mengoceh 4-6 bulan

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 4


Dadadada (menggumam) 6 bulan
Da-da tanpa arti, Ma-ma tanpa arti 8 bulan
Dada 10 bulan
Mama & kata pertama selain mama 11 bulan
Kata kedua 12 bulan
Kata ketiga 13 bulan
4 6 kata 15 bulan
7 20 kata 17 bulan
Kalimat pendek 2 kata 21 bulan
50 kata & kalimat terdiri dari 3 kata 3 tahun
Kalimat terdiri dari 4 -5 kata, bercerita, menanyakan arti
4 tahun
suatu kata, menghitung sampai 20

Secara umum ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin
jelas saat anak telah mencapai usia 3 tahun, yaitu:
A. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal seperti
terlambat bicara, mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang
tidak dapat dimengerti, echolalia, sering meniru dan mengulang kata
tanpa dimengerti maknanya, dan seterusnya.
B. Gangguan dalam bidang interaksi sosial, seperti menghindari kontak
mata, tidak melihat jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka
bermain sendiri, dan seterusnya.
C. Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang
berlebih (excessive) dan kekurangan (deficient) seperti impulsif,
hiperaktif, repetitif namun dilain waktu terkesan pandangan mata
kosong, melakukan permainan yang sama dan monoton .Kadang-kadang
ada kelekatan pada benda tertentu seperti gambar, karet, boneka dan
lain-lain yang dibawanya kemana-mana.
D. Gangguan pada bidang perasaan atau emosi, seperti kurangnya empati,
simpati, dan toleransi; kadang-kadang tertawa dan marah sendiri tanpa
sebab yang nyata dan sering mengamuk tanpa kendali bila tidak
mendapatkan apa yang ia inginkan.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 5


E. Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit
mainan atau benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup
telinga, tidak menyukai rabaan dan pelukan, dan sebagainya.
F. Gejala-gejala tersebut di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak
autisme, tergantung dari berat-ringannya gangguan yang diderita anak.

KRITERIA DIAGNOSTIK
Autistik (Autistic Disorder) berbeda dengan gangguan Rett (Retts
Disorder), gangguan disintegatif masa anak (Childhood Disintegrative
Disorder) dan gangguan Asperger (Aspergers Disorder). Secara detail,
menurut DSM IV, kriteria gangguan autistik adalah sebagai berikut:
A. Harus ada total 6 gejala dari (1), (2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari
(1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3):
1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi
dalam sedikitnya 2 dari beberapa gejala berikut ini:
a. Kelemahan dalam penggunaan perilaku non-verbal, seperti
kontak mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam
interaksi sosial.
b. Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c. Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati
dengan orang lain.
d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
timbal balik.
2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1
dari gejala berikut ini:
a. Perkembangan bahasa lisan (bicara) terlambat atau sama sekali
tidak berkembang dan anak tidak mencari jalan untuk
berkomunikasi secara non-verbal.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 6


b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk
berkomunikasi.
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulang-
ulang.
d. Kurang mampu bermain imajinatif (make believe play) atau
permainan imitasi sosial lainnya sesuai dengan taraf
perkembangannya.
3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang.
Minimal harus ada 1 dari gejala berikut ini:
a. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan fokus dan
intensitas yang abnormal atau berlebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas
c. Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti
menggerak-gerakkan tangan, bertepuk tangan, menggerakkan
tubuh.
d. Sikap tertarik yang sangat kuat atau preokupasi dengan bagian-
bagian tertentu dari obyek.
B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal
pada salah satu bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan
komunikasi, (3) cara bermain simbolik dan imajinatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa
Anak.

PEDOMAN DALAM MELAKUKAN OBSERVASI UNTUK KEPERLUAN


DIAGNOSIS ANAK DENGAN GANGGUAN AUTIS.

Ada beberapa gejala yang harus diperhatikan sebagai pedoman dalam


melakukan diagnosis, sebagai berikut:
A. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 3-5 tahun
1. Tidak melakukan kontak mata dengan baik.
2. Tidak tertarik dengan orang lain dan lebih suka bermain sendirian.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 7


3. Menunjukka respon yang tidak biasa yang mengganggu orang lain.
4. Menggunakan bahasa yang berbeda dengan anak-anak lain (sangat
sedikit berbahasa, berbahasa dengan baik tapi diulang-ulang,
mengulangi kata-kata dari film, video atau program TV, ekolalia, sulit
mengerti perkataan orang lain.
5. Punya sedikit atau tidak tertarik dengan permainan imajinasi.
6. Tidak tertarik bergabung dalam permainan kelompok.
7. Sangat terpaku pada beberapa permainan atau permainan tertentu.
8. Perilaku sangat rutinitas.
9. Membuat gerakan tidak biasa seperti berputar atau berayun.
10. Sangat senditif dengan suara
11. Sangat sensitif dengan bau-bauan.
12. Sangat sensitif dengan sentuhan.
B. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 6 11 tahun
1. Melakukan kontak mata yang buruk.
2. Tidak suka menggunakan sikap seperti menunjuk, memberi tanda,
melambai.
3. Tidak punya teman sebaya.
4. Tidak menunjukkan pekerjaannya kepada guru meskipun diminta.
5. Lebih sulit berbagi dengan anak-anak lain.
6. Sulit untuk saling bergantian, dan selalu ingin menjadi yang pertama.
7. Tampak tidak peduli dengan perasaan anak-anak lain.
8. Mengatakan hal yang sama berulang-ulang.
9. Tidak ingin dan tidak menikmati permainan berpura-pura.
10. Tidak mudah berbicara dengannya, tentang apa yang ingin anda
bicarakan.
11. Bicara dengan cara yang tidak biasa (intonasi).
12. Ingin bermain dengan benda yang sama selama periode waktu yang
panjang.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 8


13. Mengepakkan tangannya atau membuat gerakan aneh saat kesal atau
bersemangat.
C. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 12 17 tahun
1. Sulit membuat kontak mata.
2. Membuat ekspresi wajah yang datar atau tidak biasa.
3. Sulit memiliki atau mempertahankan teman.
4. Menunjukkan pemahaman buruk atas kebutuhan orang lain dalam
pembicaraan.
5. Mengalami kesulitan memperkirakan apa yang orang lain pikirkan.
6. Menunjukkan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial.
7. Menunjukkan kebutuhan obsesif atau rutinitas.
8. Menunjukkan sikap kompulsif.
PENYEBAB AUTISME
Sampai dengan saat ini belum ada ketentuan yang pasti tentang
penyebab gangguan autism ini, ada beberapa anggapan sebagai berikut:
A. Teori Psikoanalitik (efrigerator mother). Menurut teori ini, Autism
disebabkan pengasuhan ibu yang tidak hangat (Bruno Bettelheim).
B. Teori berpandangn kognitif (Theory of Mind). Menurut teori ini, Autis
disebabkan ketidak mampuan membaca pikiran orang lain
mindblindness (Baron-Ohen, Alan Leslie).
C. Autisme sebagai gejala neurologis atau gangguan Neuro-Anatomi dan
Bio-Kimiawi Otak. Menurut penelitian yang ada, 43% dari penyandang
autism mempunyai kelainan yang khas didalam lobus parientalisnya
(menyebabkan keterbatasan perhatian terhadap lingkungan), menurut
Eric Courchesne dari Department of Neurososciences, School of
Medicine, University of California, SanDiego, para penyandang autisme
memiliki cerebellum yang lebih kecil (bertanggung jawab terhadap
proses sensori, daya ingat, berpikir, bahasa, dan perhatian).
D. Teori Biologi, Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh Faktor genetik.
E. Teori Imunologi, Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh infeksi virus.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 9


BEBERAPA GANGGUAN YANG MENYERTAI AUTIS
A. Gangguan sulit tidur dan makan.
B. Gangguan afek dan mood.
C. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
D. Gangguan kejang (10 25 %).
E. Kondisi fisik yang khas (anak autis 2 -7 tahun lebih pendek dibanding
anak seusianya).

PENGGOLONGAN AUTISM
A. Autism (autisme masa anak-anak).
B. Autisme atipikal atau Pervasive Develompmental Disorder-Not Otherwise
Specified atau PDD-NOS (Diagnosis ini dibuat jika anak tidak memenuhi
semua kriteria untuk diagnosis autis dan asperger, tapi ada kecacatan
parah dan menetap di area yang dipengaruhi ASD.
C. High Functioning Autism (Autisme dengan IQ tinggi).
D. Low Functioning Autism (Autisme dengan IQ rendah).

PENANGANAN
Autisme adalah gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable),
namun bisa diterapi (treatable). Maksudnya kelainan yang terjadi pada otak
tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi
semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya bisa berbaur dengan
anakanak lain secara normal. (Wenar, 1994)
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
A. Berat ringannya gejala atau berat ringannya kelainan otak.
B. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak
saat dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
C. Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya
D. Bicara dan bahasa, 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara
seumur hidup, sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 10


dengan kefasihan yang berbeda-beda. Mereka dengan kemampuan
bicara yang baik mempunyai prognosis yang lebih baik.
E. Terapi yang intensif dan terpadu.

TERAPI YANG TERPADU


Penanganan atau intervensi terapi pada penyandang autisme harus
dilakukan dengan intensif dan terpadu. Terapi secara formal sebaiknya
dilakukan antara 4-8 jam sehari. Selain itu seluruh keluarga harus terlibat
untuk memacu komunikasidengan anak. Penanganan penyandang autisme
memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai disiplin
ilmu antara lain psikiater, psikologneurolog, dokter anak, terapis bicara dan
pendidik. Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain:
A. Terapi medikamentosa. Obat-obatan yang sering dipakai di Indonesia
adalah:
1.Vitamin (Efek samping: Hiperaktivitas, marah-marah, agresif, sulit
tidur dan lain sebagainya).
2. Obat-obatan untuk memperbaiki keseimbangan neorutransmitter
serotonin dan dopamin (Efek samping: Ngiler,ngantuk, kaku otot).
B. Terapi Wicara
C. Terapi Perilaku
D. Terapi Okupasi
E. Terapi Edukatif atau Pendidikan Khusus.

PEDOMAN DIAGNOSIS: 2
SINDROM ASPERGER

Sindrom Asperger pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatri (ahli


kesehatan anak) dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang
dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-
laki yang tidak memiliki kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitif. Ia
menggunakan istilah Psikopati Autistik untuk menjelaskan gejala ini. Baik

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 11


Leo Kanner maupun Hans Asperger menggambarkan anak-anak tersebut
sebagai orang yang memiliki interaksi sosial yang sangat minim, kegagalan
berkomunikasi, dan perkembangan pada minat-minat khusus. Leo Kanner
menggambarkan anak-anak dengan ekspresi Autism yang lebih para,
sementara Hans Asperger menjelaskan anak-anak yang lebih memiliki
kecakapan. Adapun kriteria diagnostik gangguan Asperger menurut DSM-IV
adalah sebagai berikut:

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Asperger


A. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh
sekurangnya dua dari berikut:
1) Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel
seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik
untuk mengatur interaksi sosial.
2) Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sesuai menurut tingkan perkembangan.
3) Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan
orang lain.
4) Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
B. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan
stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:
1) Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan
terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
2) Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau
ritual yang spesifik dan non fungsional.
3) Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya,
menjentikkan atau memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan
kompleks seluruh tubuh).
4) Preokupasi persisten dengan bagian-bagian benda.

C. Gangguan menyebabkan ganggguan yang bermakna secara klinis dalam


fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis
dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun,
frasa komunkatif digunakan pada usia 3 tahun).
E. Tidak terdapat keterlambatan yang bermakna secara klinis dalam
perkembangan kognitif atau dalam perkembangan keterampilan
menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia
(selain dalam interaksi sosial), dan keinginan tahuan tentang lingkungan
pada masa anak-anak.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 12


F. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perkembangan pervasif
spesifik atau skizofrenia.

Catatan: berbeda dengan autis infantil asperger baru dapat terdeteksi saat
umur 6 11 tahun.

SKALA ASPERGER (By M.S. Garnett and A.J. Attwood)


Kuesioner berikut ini di dibuat untuk mengidentifikasi perilaku dan
kemampuan dari Asperger Sindrom pada anak-anak usia sekolah dasar yang
merupakan saat dimana pola perilaku dan kemampuan mereka dapat dengan
jelas dapat diamati. Masing-masing pertanyaan berikut memiliki peringkat
skor dimulai dari angka nol (0) atau sama dengan tingkat rata-rata dari anak
normal: 0 =jarang (jrg), 6 = sering.

Kuesioner:
KEMAMPUAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
1. Apakah anak tersebut kurang memiliki pemahaman mengenai
bagaimana cara bermain dengan anak lain? Contohnya, tidak
menyadari akan adanya aturan permainan yang tak tertulis?
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Jikalau sedang bebas bermain dengan anak lain, saat makan siang di
sekolah, apakah anak tersebut menolak melakukan kontak sosial
dengan anak lain? Misalnya, ia lebih suka memilih tempat yang sunyi
atau pergi ke ruang perpustakaan?
|0|1|2|3|4|5|6|

3. Apakah anak tersebut tampaknya tidak menyadari akan kebiasaan


sosial atau tata cara bertingkah laku lalu melakukan tindakan dan
memberikan komentar-komentar yang tidak pada tempatnya?
Contohnya, dia melontarkan suatu komentar pribadi kepada
seseorang, sedangkan dia sendiri tampaknya tidak sadar bahwa
ucapannya itu akan membuat orang lain marah?
|0|1|2|3|4|5|6|
4. Apakah anak tersebut biasanya mengharapkan orang lain mengerti
perasaan-perasaan, pengalaman dan pendapat-pendapat mereka?
Misalnya dia, tidak menyadari bahwa kita tidak dapat mengetahui
hal tersebut karena pada saat itu kita tidak berada disamping dia?.
|0|1|2|3|4|5|6|

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 13


5. Apakah anak tersebut perlu selalu diyakinkan kembali, terutama
ketika ada perubahan atau jika terjadi sesuatu kesalahan?
|0|1|2|3|4|5|6|
6. Apakah anak tersebut tidak dapat mengekpresikan pengalaman-
pengalaman emosionalnya? Contohnya, anak tersebut memberikan
reaksi tertekan atau mengasihi yang tidak sesuai dengan suatu
situasi/keadaan ?
|0|1|2|3|4|5|6|
7. Apakah anak tersebut kurang memiliki kemampuan dalam
mengexpresikan emosinya?
|0|1|2|3|4|5|6|
8. Apakah anak tersebut tidak berminat untuk ikut serta dalam
pertandingan olah raga, permainan dan aktivitas lainnya?. Angka nol
(0) berarti anak tersebut menyukai pertandingan olah raga.
|0|1|2|3|4|5|6|
9. Apakah anak tersebut berbeda terhadap trend anak sekarang atau
tekanan teman? Angka nol (0) berarti bahwa anak tersebut tergila
gila trend. Contohnya, anak tidak menuruti trend mutakhir dalam
memilih mainan atau baju-baju?
|0|1|2|3|4|5|6|

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
1. Apakah anak tersebut kurang menerima secara harafiah suatu
penjelasan dari suatu kritik? Misalnya ia menjadi bingung
mengartikan idiom seperti 'pull your socks up - berusahalah', atau
'looks can kill - pandangan yang mematikan' atau 'hop on the scales -
melompat lebih tinggi' ?
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut memiliki nada suara yang tidak biasa?
Misalnya, anak tersebut memiliki tekanan suara yang terdengar
asing di telinga atau suaranya membosankan, atau tidak ada tekanan
pada kata-kata kunci/utama?
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Pada saat berbicara apakah anak tersebut cenderung jarang
memandang lawan bicaranya sebagaimana kita harapkan?
|0|1|2|3|4|5|6|
4. Apakah anak tersebut berbicara terlalu teliti atau memperlihatkan
pengetahuannya, misalnya cara berbicaranya terlalu formal atau
mirip kamus berjalan?
|0|1|2|3|4|5|6|
5. Apakah anak tersebut punya masalah dalam memperbaiki suatu
percakapan? Contohnya jika kebingungan mereka (perempuan atau
laki-laki) tidak meminta penjelasan namun hanya beralih pada suatu

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 14


topik yang mereka kenal atau perlu waktu lama untuk mencari
jawabannya.
|0|1|2|3|4|5|6|

KEMAMPUAN PENGENALAN/KOGNITIF
1. Apakah anak tersebut membaca buku khusus untuk mencari
informasi, dan tidak tertarik pada bacaan fiksi? Misalnya anak
tersebut gemar membaca buku ensiklopedi atau buku ilmu
pengetahuan, namun tidak senang dengan buku cerita tentang
petualangan.
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut memiliki daya ingat yang kuat mengenai
sesuatu kejadian atau fakta? Misalnya mampu mengingat nomor plat
mobil milik tetangga yang dilihatnya beberapa tahun lalu, atau
dengan mudah dapat mengingat kembali suatu kejadian beberapa
tahun yang lalu.
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Apakah anak tersebut kurang memiliki imajinasi sosial, misalnya
tidak mengikut sertakan anak-anak lain dalam permainan
imajinasinya atau dia menjadi bingung ketika ikut serta dalam
permainan berpura-pura dengan anak lain.
|0|1|2|3|4|5|6|

MINAT KHUSUS
1. Apakah anak tersebut merasa kagum pada suatu topik khusus dan
kemudian gemar mengumpulkan informasi atau statistik mengenai
topik tersebut? Misalnya anak tersebut berubah menjadi ensiklopedi
berjalan, punya pengetahuan mengenai kendaraan, peta-peta
ataupun table liga sepak bola.
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut menjadi marah atau kecewa berlebihan
karena adanya suatu perubahan dari keadaan biasanya, atau terjadi
perubahan di luar harapannya? Misalnya: dia kesal jika pergi ke
sekolah melewati rute perjalanan yang lain dari biasanya.
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Apakah anak tersebut mengerjakan (mengembangkan) suatu
rutinitas atau ritual yang harus diselesaikan? Umpamanya
menempatkan mainannya dengan sejajar sebelum pergi tidur.
|0|1|2|3|4|5|6|

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 15


KELINCAHAN DALAM BERGERAK
1. Apakah anak tersebut memiliki koordinasi motorik yang lemah?
Misalnya kurang cepat menangkap bola.
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut berlari dengan cara yang aneh?
|0|1|2|3|4|5|6|

KARAKTER / SIFAT LAIN


Untuk bagian ini, beri tanda silang jika anak menunjukkan tanda-tanda yang
dapat memperlihatkan sifat mereka seperti dibawah ini:
a. Rasa takut yang tidak biasa karena:
o Bunyi yang wajar, misalnya ala-alat elektronik. [_]
o Sentuhan lembut dikulit atau kepala, [_]
o Menggunakan aksesori atau benda tertentu dalam berpakaian, [_]
o Suara berisik yang tiba-tiba,[_]
o Melihat sesuatu obyek/barang, [_]
o Kebisingan, berada di suatu tempat yang bising misalnya
supermarket [_]
b. Cenderung menepuk-nepuk atau bergoncang-goncang bila sedang dilanda
kegembiraan atau suatu kekesalan[_]
c. Kurang sensitif terhadap rasa sakit yang tidak terlalu parah. [_]
d. Lamban dalam menjawab pertanyaan [_]
e. Memperlihatkan mimik wajah yang aneh/lucu [_]

PEDOMAN DIAGNOSIS: 3
GANGGUAN RETT

Gangguan RETT dikenalkan oleh Andreas Rett (1965) untuk


menjelaskan perkembangan 22 anak perempuan yang mengalami
perkembangan normal selama sekurangnya enam bulan, diikuti oleh
pemburukan perkembangan yang menakutkan. Prevalensi kejadian antara
67 per 100.000 anak perempuan. Adapun kriteria diagnostik sindrom RETT
menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 16


Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Rett
A. Semua berikut:
1) Perkembangan pranatal dan perinatal yang tampaknya normal.
2) Perkembangan psikomotor yang tampaknya normal selama lima
bulan pertama setelah lahir.
3) Lingkaran kepala yang normal saat lahir.
B. Onset semua berikut ini setelah periode perkembangan normal:
1) Perlambatan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan.
2) Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya telah
dicapai antara usia 5 dan 30 bulan dengan diikuti perkembangan
gerakan tangan stereotipik (misalnya, memuntirkan tangan atau
mencuci tangan).
3) Hilangnya keterlibatan sosial dalam awal perjalanan (walaupun
seringkali interaksi sosial tumbuh kemudian).
4) Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yang
terkoordinasi secara buruk.
5) Gangguan parah pada perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif
dengan retardasi psikomotor yang parah.

Catatan:
Yang membedakan gangguan Rett dengan Autis:
A. Pada gangguan autis penyimpangan perkembangan secara umum terjadi
sejak awal.
B. Pada gangguan Rett, gerakan tangan yang spesifik dan karakteristik
selalu ditemukan, sementara pada autis tidak.
C. Koordinasi yang buruk, ataxia dan apraxia banyak ditemukan pada
gangguan Rett.
D. Gangguan verbal biasanya hilang sama sekali.
E. Pada gangguan Rett kejang ditemukan sejak awal, sementara pada
gangguan autis biasanya sering terjadi pada masa remaja.
F. Adanya disorganisasi pernafasan.

PEDOMAN DIAGNOSIS: 4
GANGGUAN DISINTEGRATIF MASA ANAK-ANAK
Dikenal juga sebagai sindroma Heller dan psikosis disintegratif,
dijelaskan pertama kali pada tahun 1908. Prevalensi kejadian kira-kira 1
dari 100.000 anak laki-laki. Adapun kriteria diagnostik gangguan
disintegratif masa anak-anak seperti dijelaskan dalam DSM-IV adalah sebagai
berikut:

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 17


Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Disintegratif Masa Anak-Anak
A. Pertumbuhan yang tampaknya normal selama sekurangnya dua tahun
pertama setelah lahir seperti yang ditunjukkan oleh adanya komunikasi
verbal dan non verbal yang sesuai dengan usia, hubungan sosial,
permainan dan perilaku adaptif.
B. Kehilangan bermakna secara klinis keterampilan yang telah dicapai
sebelumnya (sebelum usia 10 tahun) dalam sekurangnya bidang berikut:
1) Bahasa ekspresif atau reseptif
2) Keterampilan sosial atau perilaku adaptif.
3) Pengendalian usus atau kandung kemih.
4) Bermain.
5) Keterampilan motorik.
C. Kelainan fungsi dalam sekurangnya dua bidang berikut:
1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial (misalnya, gangguan
dalam perilaku non verbal, gagal untuk mengembangkan hubungan
teman sebaya, tidak ada timbal balik sosial atau emosiaonal).
2) Gangguan kualitatif dalam komunikasi (misalnya, keterlambatan
atau tidak adanya bahasa ucapan, ketidak mampuan untuk memulai
atau mempertahankan suatu percakapan, pemakaian bahasa yang
stereotipik dan berulang, tidak adanya berbagai permainan
khayalan).
3) Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan
stereotipik, termasuk stereotipik dan manerisme motorik.
D. Gangguan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan perkembangan
pervasif spesifik lain atau oleh skizofrenia.

PEDOMAN DIAGNOSIS: 5
ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders)
Gangguan ini ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk
memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang
perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain yang seusia,
Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif.
Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif,
perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
POLA PERHATIAN

A. Over Exklusif: anak hanya fokus pada suatu yang menarik perhatiannya
tanpa mempedulikan hal lain secara ekstrim (Autism).

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 18


B. Perhatian mudah teralihkan & hanya mampu bertahan beberapa saat
saja oleh suatu rangsangan lain yang mungkin tidak adekuat (ADHD).
C. Hiperaktifitas: suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkat
tertentu ya menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya
pada dua tempat dan suasana yg berbeda.

PREVALENSI KEJADIAN

A. Sekitar 3 10 %, di Amerika sekitar 3 7 % sedang di Jerman, Canada &


Selandia Baru sekitar 5 10 %.
B. Di Indonesia angka kejadiannya masih belum pasti.
C. Prevalensi kejadian pada anak usia sekolah 3 5 % (DSM IV).
D. Secara epidemologis perbandingan antara anak laki-laki & perempuan
adalah 4:1

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan ADHD


A. KRITERIA A MASING-MASING (1) ATAU (2)
(1) Inatensi: enam (atau lebih) gejala inatensi berikut ini telah menetap
selama sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan
tidak konsisten dengan tingkat perkembangan:
(a) Sering gagal memberikan perhatian terhadap perincian atau
melakukan kesalahan yang tidak berhati-hati dalam tugas sekolah,
pekerjaan atau aktivitas lain.
(b) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan atensi terhadap
tugas atau aktivitas permainan.
(c) Seringa tidak tampak mendengarkan jika berbicara langsung.
(d) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan, atau kewajiban ditempat kerja (bukan karena
perilaku oposisional atau tidak mengerti instruksi).
(e) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas.
(f) Sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat dalam
tugas yang memerlukan usaha mental yang lama (seperti tugas
sekolah atau pekerjaan rumah).
(g) Sering menghindari hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas
(misalnya, tugas sekolah, pensil, buku atau peralatan).
(h) Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli luar.
(i) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.
(2) Hiperaktivitas-Impulsivitas: enam (atau lebih) gejala Hiperaktivitas-

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 19


Impulsivitas berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan
sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan:
Hiperaktivitas
(a) Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau menggeliat-geliat di
tempat duduk.
(b) Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang
mengharuskan tetap duduk.
(c) Sering berlari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang
tidak tepat (pada dewasa atau remaja mungkin terbatas pada
perasaan subjektif kegelisahan ).
(d) Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas
waktu luang secara tenang.
(e) Sering siap siap pergi atau bertindak seakan-akan didorong oleh
sepeda motor.
(f) Sering berbicara berlebihan.
Impulsivitas
(g) Sering menjawab tanpa pikir terhadap pertanyaan sebelum
pertanyaan selesai.
(h) Sering sulit menunggu gilirannya.
(i) Sering memutus atau mengganggu orang lain (memotong, masuk
kepercakapan atau permainan).
B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsiv atau inatentif yang menyebabkan
gangguan telah ada sebelum usia 7 tahun.
C. Beberapa gangguan akibat gejala muncul pada dua atau lebih situasi
(misal, di sekolah dan di rumah).
D. Harus terdapat bukti jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis
dalam fungsi sosial, akademik atau fungsi pekerjaan.
E. Gejala tidak terjadi semata-mata selama gangguan perkembangan
pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain, dan tidak diterangkan
lebih baik oleh gangguan mental lain (misal gangguan mood, gangguan
kecemasan, gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian).

FAKTOR PENYEBAB
A. Faktor genetik.
B. Adanya disfungsi sirkuit neuron diotak yang dipengaruhi dopamin
sebagai neurotransmitter pencetus gerakan & sebagai kontrol aktivitas
diri.
C. Kerusakan jaringan otak (brain demage).
D. Kerusakan susunan syaraf pusat.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 20


GANGGUAN YANG MENYERTAI
A. Gangguan belajar.
B. Depresi.
C. Kecemasan.
D. Kepribadian anti sosial.
E. Perilaku obsesif kompulsif.

PEDOMAN DIAGNOSIS: 6
RETARDASI MENTAL (RM)

KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK RM


A. IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ (Individual).
B. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif
sekarang (yaitu: efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-
standar yang dituntut menurut usianya dan kelompok kulturalnya) pada
sekurangnya dua bidang keterampilan berikut: komuikasi, merawat diri
sendiri, dirumah, keterampilan interpersonal, menggunakan sarana
masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keteramplilan akademik
fungsional, pekerjaan, kesehatan, liburan dan keamanan.
C. Onset sebelum usia 18 tahun.

KLASIFIKASI RM
A. RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
B. RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55.
C. RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40.
D. RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25.
Catatan: keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya
RM tetapi IQ pasien tidak dapat diuji oleh tes IQ baku.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 21


FAKTOR PENYEBAB
A. Faktor sosial ekonomi, genetik & lingkungan sosial.
B. Keruskan fisik otak.
C. Usia ibu hamil, radiasi, infeksi virus.
D. Phenylketunuria (PKU) atau gangguan metabolisme bawaan.
E. Kelainan Kromosom
1. Down Sindrom. Diagnosis: Hambatan bahasa, daya ingat,
keterampilan bina diri, memecahkan masalah (pada usia 30 tahun),
rata-rata IQ kurang dari 50 (penurunan terus terjadi mulai usia 1 s/d
30 tahun). Catatan: penderita down sindrom kebanyakan hidup tidak
lebih dari 40 tahun.
2. Sindrom X Rapuh. Fenotip: Kepala besar & Panjang, perawakan
pendek. Diagnosis: gangguan hiperaktivitas, gangguan belajar &
gangguan pervasif. Catatan: Fungsi Intelektual mulai menurun pada
periode pubertal.

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ORANG DENGAN RM

Derajad Usia Prasekolah Usia sekolah 6-20 Dewasa (21 & lebih)
RM Maturasi & Perkembangan Latihan & Pendidikan Keadekuatan Sosial &
Kejuruan
Retardasi jelas; kapasitas berfungsi Ada beberapa perkembangan Beberapa perkembangan
yang minimal dalam bidang motorik; dapat berespon minimal motorik dan bicara; dapat
Sangat
sensorimotorik; memerlukan atau terbatas terhadap latihan mencapai perawatan diri yang
berat
perawatan; memerlukan bantuan & menolong diri sendiri. sangat terbatas; memerlukan
pengawasan terus menerus. perawatan.
Perkembangan motorik yang miskin; Dapat berbicara atau belajar Dapat bereperan sebagian
berbicara sedikit biasanya tidak berkomunikasi; dapat dilatih dalam pemeliharaan diri sendiri
mampu belajar dari latihan menolong dalam kebiasaan sehat dasar; dibawah pengawasan lengkap;
diri sendiri; sedikit atau tidak memperoleh manfaat dari latihan dapat mengembangkan
Berat
mempunyai keterampilan kebiasaan sistematik; tidak keterampilan melindungi diri
komunuikasi. mampu memperoleh manfaat sendiri sampai tingkat minimal
dari latihan kejuruan. yang berguna dalam lingkungan
yang terkendali.
Dapat berbicara atau belajar untuk Dapat memperoleh manfaat dari Dapat bekerja sendiri dalam
berkomunikasi; kesadaran sosial yang latihan dalam keterampilan sosial pekerjaan yang tidak terlatih
buruk; perkembangan motorik yang dan pekerjaan; tidak mungkin dan setengah terlatih dibawah
cukup; mendapat manfaat dari berkembang lebih dari kelas dua kondisi terawasi; memerlukan
Sedang
latihan menolong diri sendiri; dapat dalam subjek akademik; dapat pengawasan dan bimbingan
ditangani dengan pengawasan belajar pergi sendirian ditempat jika berada dalam stress sosial
sedang. yang dikenal. atau ekonomi ringan.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 22


Dapat mengembangkan Dapat belajar keterampilan Biasanya dapat mencapai
keterampilan sosial dan komunikasi; akademik sampai kira-kira kelas keterampilan sosial dan
retardasi minimal dan bidang enam pada akhir usia remaja; kejuruan yang adekuat untuk
sensorimotorik; sering tidak dapat dapat dibimbing untuk membiayai diri sendiri minimal
Ringan
dibedakan dari normal sampai lebih menyesuaikan diri dengan sosial. tetapi mungkin memerlukan
tua. bantuan dan bimbingan jika
dibawah stress sosial atau
ekonomi yang tidak biasa.

Catatan: Yang membedakan anak RM dengan gejala perilaku dan Autis


adalah: 1. Anak RM biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-anak
lain dengan cara yang sesuai dengan umur mentalnya, 2. mereka
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, 3. mereka
memiliki gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.

PEDOMAN DIAGNOSIS: 7
CELEBRAL PALSY (WILLIAM LITTLE 1960)

Celebral Palsy atau CP adalah penyakit yg mengenai pusat


pengendalian pergerakan tubuh karena terjadi perkembangan yg salah atau
adanya kerusakan pada area motorik otak sehingga mengganggu
kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan dan postur. Ditemukan oleh
william little (1860) untuk menjelaskan kesulitan anak dalam memegang
objek, merangkak dan berjalan pada beberapa tahun pertama. Kondisi
tersebut dulu disebut little deseases yg sekarang dikenal dengan spastic
diplegia. Merupakan salah satu penyakit yang mengenai pengendalian
pergerakan dan masuk dalam terminologi cerebral palsy (CP). Prevalensi
kejadiannya adalah 1.2 2.5 per 1000 anak usia dini , sedang khusus untuk
CP Kongenital derajad sedang berat mencapai 1,2 per 1000 anak usia 3
tahun.

GEJALA-GEJALA GANGGUAN CP
A. Kesulitan Motorik Halus Ex. Menulis, Menggunting, keseimbangan dan
berjalan, atau.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 23


B. Gerakan involunter Ex. Sulit mengontrol gerakan menulis atau selalu
mengeluarkan air liur.
C. CP berat menyebabkan tidak dapat berjalan.
D. Penderita CP juga sering menderita penyakit lain, missal: Kejang dan
Retardasi mental.

KLASIFIKASI CP
A. CP SPASTIK (70-80 %): Otot mengalami kekakuan & secara permanen
akan menjadi kontraktur (monoplegi, diplegia, triplegia, Quadriplegia,
Hemiplegia).
B. CP ATETOIT: Gerakan menulis tidak terkontrol, menyeringai, selalu
mengeluarkan air liur.
C. CP ATAKSIT (5-10 % CP): Menunjukkan koordinasi yang buruk, missal:
Berjalan tidak seimbang, kesulitan melakukan gerakan cepat.
D. CP CAMPURAN

GANGGUAN YANG MENYERTAI


A. Gangguan Mental (1/3 dengan gangguan ringan, 1/3 dengan gangguan
berat&sedang, 1/3 normal).
B. Kejang.
C. Gangguan pertumbuhan.
D. Gangguan penglihatan & pendengaran.
E. Gangguan pada sensai & persepsi

PEDOMAN DIAGNOSIS: 8
SPEECH DELAY
Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini
semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan
menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 10%
pada anak sekolah.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 24


KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN SPEECH DELAY
Untuk mengetahui apakah anak mengalami ganggua keterlambatan
bicara atau tidak, perlu dilakukan observasi yang menyangkut beberapa
pertanyaan berikut, apakah anak sudah dapat melakukan hal-hal berikut:
A. Mengucapkan perulangan suku kata antara umur 12 15 bulan.
B. Mengerti kata-kata sederhana (seperti tidak) setelah umur 18 bulan.
C. Berbicara dengan kalimat pendek setelah mencapai umur sekitar 3
tahun.
D. Bercerita dengan cerita sederhana saat berumur 4 5 tahun.
E. Atau dengan melakukan perbandingan dengan tahapan perkembangan
bahasa pada anak normal.

PENYEBAB GANGGUAN SPEECH DELAY


A. Retardasi mental.
B. Gangguan pendengaran.
C. Gangguan bicara karena kelainan orang bicara. Kelainan ini meliputi
lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah),
kelainan bibir sumbing (palatoschizis atau cleft palate).
D. Gangguan berbahasa sentral. Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak
sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah
dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering
menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada
pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
E. Deprivasi (tidak mendapat rangsangan yang baik dari lingkungan).
F. Bilingual (penggunaan dua bahasa dalam keluarga).
G. Keterlambatan fungsional. Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif
sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi
ekspresif: Cirikhasnya adalah anak tidak menunjukkan kelainan
neurologis lain.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 25


H. Mutisme selektif. Biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang
tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila
ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang
tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak
dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau
gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan
gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau
sedikit rendah.
I. Celebral Palsy.
J. Autisme.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 26


METODE APPLIED BEHAVIORAL ANALISYS (ABA)

SEJARAH
Dikembangkan oleh Ivar Lovaas berdasar pada:
1. Teori Operant Conditioning (Burrhus Frederic Skinner 1904 1990).
2. Skinner mengembangkan Operant Conditioning berdasar pada teori
Clasical Conditioning (Pavlop).
3. Berawal dari Behaviour Modification yang kemudian dikembangkan
menjadi Pedagogical Approach.
4. Loovas menggunakan pendekatan ini sejak tahun 1964 untuk menangani
anak Autis.

DASAR-DASAR TEORI LOVAAS


1. Berdasar pada Behaviour Modification atau Discrete Trial Training.
2. Menggunakan urutan ABC (Antecedent, Behaviour, Consequence berupa
Reinforcer).
3. Prompt (Fisik, Model, Verbal, Gestural, Posisional).
4. Menekankan pada Kepatuhan, Kontak Mata dan Konsentrasi.

PROSEDUR PENGAJARAN ABA

A. Shaping
Suatu proses dimana secara bertahap kita memodifikasi perilaku anak
sesuai dengan yang kita kehendaki. Shaping biasanya dilakukan dengan
menyesuaikan persyaratan sebelum reinforcement diberikan. Contohnya, jika
anak belajar mengucapkan suatu kata, pada awalnya anak akan diminta
untuk memegang bendanya sebelum mendapatkan benda tersebut.
Kemudian, kita minta anak menirukan suara awal, suku kata dan akhirnya
keseluruhan kata.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 27


B. Chaining
Pada dasarnya chaining berarti bahwa skill dipecah-pecah menjadi
unit terkecil atau termudah dan diajarkan sedikit demi sedikit. Chaining ada
dua macam: forward atau backward, yang dipakai untuk mengajarkan suatu
skill baru.
C. Prompting
Bantuan yang diberikan oleh instruktur supaya anak dapat
memberikan respon yang benar. Salah satu perbedaan pokok antara
kebanyakan ABA tradisional dan model Verbal Behaviour Analisis (VB)
adalah penggunaan errorless learning pada model VB sedangkan pada
model ABA tradisional menggunakan prosedur tidak, tidak, prompt.
D. Fading
Ini adalah bagian yang paling kritikal dari mengajari anak, jangan
sampai anak menjadi tergantung pada prompt. Bentuk prompt apapun harus
berangsur-angsur dikurangi sesuai dengan kemampuan anak.
E. Differential Reinforcement
Reinforcement adalah bagian yang paling penting dari pengajaran.
Reinforcement adalah memberikan respon terhadap perilaku anak dan
respon tersebut dapat meningkatkan perilaku tersebut. Differential artinya
bahwa reinforcement tingkatnya berbeda-beda tergantung dari respon anak.
Tugas yang lebih sulit diberi reinforcer yang lebih ketimbang tugas yang
mudah. Reinforcer ini harus diganti-ganti secara sistematik supaya anak mau
memberikan respon yang sesuai dalam berbagai kondisi.

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIKETAHUI SEBELUM MELAKUKAN


TERAPI DENGAN METODE ABA

A. Perilaku Autistik (exces atau deficit).


1. Exces : Tantrum, Stimulasi diri (hand-flapping, rocking, lining,
spinning), Self-abuse, Agresi.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 28


2. Deficit : Bicara (sedikit suara, meracau, membeo), Sosial (menganggap
orang sebagai suatu benda), Sensasi (disangka tuli), Bermain (putar
roda mobil-mobilan, Emosi tak sesuai (menjerit atau tertawa dengan
sedikit provokasi, hanya bengong saat dikelitiki).

B. Metode pengajaran.
1. Sistem one on-one.
2. Instruksi spesifik yang singkat, jelas, dan konsisten.
3. Awalnya perlu prompt + reinforcer.
4. Berulang-ulang sampai respon tanpa prompt.
5. Respon sederhana dikombinasikan dan divariasikan.
6. Membangun respons yang kompleks.
7. Kemudian dilakukan generalisasi secara bertahap.
a. Dimulai dari one on-one.
b. Kelompok kecil.
c. Kelompok besar.

C. Persiapa
1. Persiapan orang tua.
2. Persiapan Sarana (kamar khusus, 3 kursi, meja belajar, meja atau rak
2 buah untuk alat-alat/bahan/perlengkapan, lemari penyimpan
alat/bahan, lembar rencana pelajaran, lembar penilaian, alat-alat tulis
3. Persiapan Terapis.

D. Kurikulum
1. Mulai dengan sejumlah kecil.
a. Pilih 15 20 kegiatan dalam 3 6 bulan.
b. Mulai 3 5 kegiatan, tingkatkan bertahap.
1) Membiasakan anak.
2) Membiasakan terapis.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 29


2. Mula-mula meningkatkan reseptif atau kognitif.
3. Mengajarkan konsep-konsep.
4. Umumnya kegiatan bejalar selesai sekitar 23 jam (termasuk
istirahat).
5. Per satu tugas atau aktivitas selesai 25 menit.
6. Pada akhir dari setiap jam umumnya istirahat 1520 menit.
7. Untuk makan kecil, bermain bebas, aktivitas lain (awalnya bebas,
kemudian sedapatnya terarah walau kurang terstruktur).
8. Istirahat bukan keharusan.

E. INSTRUKSI
1. Singkat jelas konsisten
2. Hanya sekali
3. Hemat kata hemat gerakan
4. Bahasa indonesia yang baik dan benar
5. Suara netral (tegas, keras, bukan membentak).
6. Siklus pemberian instruksi

Instruksi #1: Tidak bisa Tidak


Instruksi #2: Tidak bisa Tidak
Instruksi #3+prompt imbalan

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 30


PUSTAKA ACUAN

Safira Triantoro. 2005. Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna


Bagi Orang Tua, Jakarta:Garaha Ilmu.

Attwood Tony. 2005. Sindrom Asperger. Jakarta:Serambi.

William Chris & Barry Wright. 2004. How to Live With Autism and Asperger
Syndrome. Jakarta:Dian Rakyat.

Hadis Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik.


Bandung:Alfabeta.

Maulana Mirza. 2007. Anak Autis. Yogyakarta:Kata Hati.

Yayasan Autisma Indonesia. 1998. Pelatihan Tata Laksana Perilaku Pada


Penyandang Autisme Masa Kanak. Jakarta.

Simposium Sehari. 1997. Gangguan Perkembangan Pada Anak.


Jakarta:Yayasan Autisma Indonesia.

Kaplan Harold & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri jilid-2. Jakarta: Binarupa
Aksara.

Budiman Melly. 1998. Makalah Simposium. Pentingnya Diagnosis Dini dan


Penatalaksanaan Terpadu pada Autisme. Surabaya.

Gulo Dali. 1982. Kamus Psikologi. Bandung:Tonis.

Yusuf Elvi Andriani. 2007. Materi Perkuliahan Fakultas Psikologi. Autisme


Masa Kanak. Sumatera.

Tracy Vail dan Denise Freeman. 2006. Makalah. Verbal Behaviour Training
Manual. The Mariposa School for Autistic Children, North Carolina.

Ginanjar Adriana S. 2007. Disertasi. Memahami Spektrum Autistik Secara


Holistik. Jakarta:Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Olson, James. 2003, Farmakologi, terjemahan oleh: Linda Chandranata,


Jakarta:Education.

QUANTUM SPECIAL NEED TRAINING CENTER: PEDOMAN DIAGNOSIS 31

Anda mungkin juga menyukai