Anda di halaman 1dari 34

REFLEKSI

KASUS
BRONKOPNEUMONI
OLEH
Vallerie Rechel Rompas
N 111 16 065

PEMBIMBING KLINIK
dr. Kartin Akune, Sp.A
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumoni adalah inflamasi pada parenkim
paru dengan konsolidasi ruang alveolar.
Pneumoni pada anak berdasarkan letak lesinya
dibedakan menjadi pneumoni lobaris, pneumoni
interstisial, dan bronkopneumoni.
Bronkopneumoni merupakan infeksi pada
bronkiolus terminal dan intraalveolar yang
ditandai dengan adanya eksudat purulen sebagai
bentuk respon inflamasi yang membentuk bercak
infiltrat
WHO menyatakan terdapat 15 negara dengan angka
kematian tertinggi akibat pneumonia dikalangan anak-
anak. Indonesia termasuk dalam urutan ke 8 yaitu
sebanyak 22.000 kematian. Dari hasil RISKESDAS
(2013) menunjukkan bahwa insiden dan prevalensi
kejadian pneumonia di indonesia adalah 1,8% dan 4,5%
dari 82,666 balita. Sulawesi Tengah termasuk insiden
dan prevalensi pneumonia tertinggi (2,3% dan 5,7%).
Sementara itu, kasus pneumonia di Kota Palu pada
tahun 2016 sebesar 2.508 kasus
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. R. N
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Usia : 05 July 2020/ 4 Bln 4 Hri
Alamat : Kolonodale
Agama : Islam
Waktu Masuk : Senin, 09 November 2020
Tempat Pemeriksaan : Ruang Perawatan Catelia
Identitas Orang Tua :
Nama : Ny. S
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kolonodale
Anamnesis
Keluhan utama : Sesak nafas

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien masuk rumah sakit umum Undata dengan keluhan sesak. Sesak napas
di rasakan terus menerus sejak 1 hari sebelum masuk RS. Ibu pasien juga
mengeluh pasien panas yang dialami sejak 3 hari yang lalu, yang dirasakan naik
turun. Saat demam pasien tidak ada kejang. Pasien juga mengalami batuk sejak 1
minggu yang lalu batuk berdahak (+) dengan lendir berwarna putih. Pilek (+), dan
muntah sebanyak 1 kali saat batuk dan berisi cairan berwarna putih. BAB biasa,
dan BAK lancar.

Riwayat Penyakit Sebelumnya :


Pasien tidak mengalami hal serupa sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada di keluarga yang mengalami hal serupa sebelumnya
Anamnesis Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan
Keadaan ekonomi pasien termasuk kategori ekonomi menengah, Pasien tinggal
bersama keluarga. Lingkungan rumah merupakan lingkungan padat penduduk dan
dirumah ada keluarga (ayah) pasien merokok. Sebelum sakit pasien merupakan anak
yang aktif

Anamnesis Antenatal dan Riwayat Persalinan


Pasien merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Dengan riwayat ibu G3P3A0,
pasien lahir cukup bulan, persalinan secara SC dengan BBL 4200 gr. Antenatal care
(ANC) rutin dilakukan selama kehamilan. Riwayat sakit selama kehamilan tidak ada.

Anamnesis Makanan :
Pasien mengkonsumsi Susu formula saat berusia 0 bulan sampai sekarang.

Riwayat Imunisasi :
Vaksin Polio, vaksin BCG
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 5 kg
Panjang Badan : 53 cm
Status Gizi : (WHO) - BB/U : -2 sampai 2 (BB Baik)
- PB/U : <-2 sampai 3 (Normal)
- BB/PB : -2 sampai 2 (Gizi Baik)

Tanda Vital :
Denyut Nadi : 163 ×/menit, kuat angkat, irama reguler
Respirasi : 52 ×/menit, pola pernapasan reguler
Suhu axilla : 38,9 0C

Kulit : Warna sawo matang, sianosis (-), Turgor Segera kembali, Kelembaban cukup.
Kepala : Bentuk Normochepal, Rambut Warna hitam tidak mudah di cabut, tebal, alopecia (-)
Mata:
Konjungtiva :Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks cahaya :RCL (+/+) / RCTL (+/+)
Refleks kornea :(+/+)
Pupil :Bulat, isokor
Exophthalmus :(-/-)
Cekung : (-/-)
Hidung:
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorrhea : tidak ada
Mulut:
Bibir :Kering (-), sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi: Tidak ditemukan karies
Gusi : Tidak ditemukan adanya perdarahan
Lidah:
Tremor :(-)
Kotor/Berselaput: (-)
Warna : Merah muda
Telinga:
Sekret : Tidak ditemukan
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada
Leher:
Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri
tekan (-)
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Trakea : Posisi central
Kaku Kuduk : (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1
Dinding Dada/Paru

Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral kanan = kiri,


tampak retraksi subcostal(+), jejas (-), bentuk normochest,
pola pernapasan kesan normal.
Palpasi :Ekspansi dada simetris, vocal fremitus (+) simetris
kanan = kiri, nyeri tekan (-).
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Bronchovesicular (-/-) Suara napas tambahan:
Ronkhi (+/+) basah halus, Whezzing (-/-)
Jantung
Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
Perkusi :Batas atas: SIC II linea midclavicularis dextra et
parasternalis sinistra
Batas kiri: SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan: SIC V linea parasternalis dextra
Auskultasi :Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan: murmur (-), gallop (-).
Abdomen:

Inspeksi : Tampak datar, kesan normal


Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi :Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, dullness (+)
pada area hepar & lien. Asites (-)
Palpasi :Nyeri tekan abdomen (-), distensi (-), meteorismus (-).
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
AnggotaGerak:
•  
– Ekstremitas superior: Akral hangat (+/+), edema (-/-)
– Ekstremitas inferior:Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Genitalia: Dalam batas normal
Otot-Otot: Eutrofi , kesan normal
Refleks: Fisiologis (), patologis ()
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Hasil Rujukan Satuan

WBC 19,5 4,0 – 10,0 10^3/uL

RBC 4,53 4,0 – 5,0 10^6/uL

HGB 13,5 12 – 16 g/dL

HCT 41,1 40 – 50 %

PLT 298 150 – 450 10^3/ uL


Resume

Pasien anak perempuan usia 4 bulan 4 hari, masuk rumah


sakit umum Undata dengan keluhan sesak. Sesak napas di
rasakan terus menerus sejak 1 hari sebelum masuk RS. Ibu
pasien juga mengeluh pasien panas yang dialami sejak 3
hari yang lalu, yang dirasakan naik turun. Saat demam
pasien tidak ada kejang. Pasien juga mengalami batuk
berdahak (+) dengan lendir berwarna putih sejak 1 minggu
yang lalu. Pilek (+), dan muntah sebanyak 1 kali saat batuk
berisi cairan berwarna putih.
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital, nadi 163 x/menit, respirasi 52 x/menit
dan suhu tubuh 38,9 C. Berat badan
sekarang adalah 5 kg, dengan panjang
badan 53 cm. pemeriksaan sistem respirasi
ditemukan adanya retraksi subcostal (+) dan
rhonki (+) basah halus. Pemeriksaan
laboratorium darah pada tanggal 09
november menunjukkan leukositosis 19,5 x
10^3 / uL.
MANAJEMEN
Diagnosis kerja : Bronkopneumoni

Terapi
 IVFD Ringer Laktat 7 tpm
 Paracetamol drip 250 mg/8jam (IV)
 Ceftriaxone 250 mg/24 jam (IV)
 Berikan oksigen 1-2 L/menit0 mg/12 jam)

Anjuran
Foto thoraks
Follow Up
Date Subjek (S) Objek (O) Assesment Planning (P)
(A)

10 Demam (-) , N : 161 x/menit Bronkopneu IVFD Ringer


Nove sesak (+), R : 50 x/menit moni Laktat 7 tpm
mber batuk (+), S : 37,4°C Ceftriaxone 250
2020 muntah (-) Retraksi dinding dada mg/24 jam (IV)
(+), rhonki basah (+) Berikan oksigen
1-2 L/menit
Hasil lab
WBC : 19,5 X 10^3/uL Pemeriksaan foto
RBC : 4,53 X 10^6/uL thoraks
HGB : 13,5 g/dL
HCT : 41,1 %
PLT : 298 X 10^3/uL
Date Subjek (S) Objek (O) Assesment Planning (P)
(A)
11 Demam N : 160x/menit Bronkopneu IVFD Ringer
Novem (-) , sesak R : 50x/menit moni Laktat 7 tpm
ber (+), batuk S : 36,9°C Ceftriaxone
2020 (+), muntah Retraksi dinding dada 250 mg/24 jam
(-) (+), rhonki basah (+) (IV)
Berikan
Hasil lab oksigen 1-2
WBC : 19,5 X 10^3/uL L/menit
RBC : 4,53 X 10^6/uL
HGB : 13,5 g/dL Pemeriksaan
HCT : 41,1 % foto thoraks
PLT : 298 X 10^3/Ul
Date Subjek (S) Objek (O) Assesme Planning (P)
nt (A)
12 Demam (-) , N : 157 x/menit Bronkopne IVFD Ringer
Novem sesak (-), R : 45x/menit umoni Laktat 7 tpm
ber batuk (+), S : 36,6°C Ceftriaxone
2020 muntah (-) Retraksi dinding dada 250 mg/24 jam
(-), rhonki basah (-) (IV)

Hasil lab Pemeriksaan


WBC : 13,0 X 10^3/uL foto thoraks
RBC : 4,69 X 10^6/uL
HGB : 13,5 g/dL
HCT : 40,0 %
PLT : 307X 10^3/uL
BAB III
DISKUSI KASUS
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia dapat
diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu :
pneumonia lobaris, pneumonia interstisial, dan
pneumonia lobularis (bronkopneumonia).
Bronkopneumonia merupakan peradangan
parenkim paru dengan penyebaran daerah
infeksi berupa infiltrat yang mengelilingi dan
melibatkan bronkus
Gejala-gejala klinis bronkopneumonia : (1) retraksi epigastrik,
interkostal, suprasternal, subcostal (2) adanya pernapasan
yang cepat dan cuping hidung, (3) biasanya didahului infeksi
traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari, (4)
demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare, (5) batuk
biasanya tidak pada permulaan penyakit, mungkin terdapat
batuk, beberapa hari yang mula-mula kering kemudian
menjadi produktif, (6) pada auskultasi ditemukan rhongki
basah halus nyaring, (7) pada pemeriksaan darah tepi
ditemukan adanya leukositosis dengan predominan PMN,
dan (8) pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya
infiltrat interstisial dan alveolar serta gambaran
bronkopneumonia
Pada kasus ini, pasien dicurigai mengalami
bronkopneumonia berdasarkan gejala klinis dan
hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan yaitu
pasien mengeluh demam bersifat naik turun,
batuk berlendir berwarna putih, pilek, muntah 1
kali berisi cairan berwarna putih, dan demam.
Pemeriksaan tanda vital ditemukan peningkatan
suhu, denyut jantung dan laju respirasi.
Pemeriksaan fisik ditemukan adanya retraksi
subcostal pada inspeksi thoraks dan rhongki
kedua lapang paru pada auskultasi thoraks
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir – 20 hari Bakteri Bakteri
E.Coli Bakteri Anaerob
Streptoccous Hemolitikus Grup B Streptoccous Group D
Streptoccous Pneumoniae Haemophillus Influenzae

Virus
Cytomegalovirus
Herpes Simpleks
3 minggu - 3 bulan Bakteri Bakteri
Chlamydia Trachomatis Bordetella Pertussis
Streptoccous Pneumoniae H.Influenza Tipe B
S. Aureus
Virus
Adenovirus
Virus Influenza
Virus Paraiinfluenza
4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri
Chlamydia Pneumonia H. Influenza
Mycoplasma Pneumoniae Moraxella Chataralis
Streptococcus Pneumoniae S. Aureus

Virus Virus
Adenovirus Varicella- Zooster
Virus Influenza
Virus Parainflueza
Rhinovirus

5 Tahun ke atas Bakteri Virus


Chlamydia Pneumoniae Adenovirus
Mycoplasma Pneumoniae Epstein-Barr
Streptococus Pneumoniae Rhinovirus
Parainfluenza Virus
Influenza Virus
Kondisi lingkungan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dan perilaku
penggunaan bahan bakar dapat meningkatkan
risiko terjadinya berbagai penyakit seperti
pneumonia. Rumah yang padat penghuni,
pencemaran udara dalam ruang akibat
penggunaan bahan bakar padat (kayu bakar/
arang), dan perilaku merokok dari orang tua
maupun orang lain merupakan faktor lingkungan
yang dapat meningkatkan kerentanan balita
terhadap pneumonia.
Pada kasus ini, pasien diketahui tinggal
bersama keluarga dengan lingkungan
rumah merupakan lingkungan padat
penduduk dan dirumah ada keluarga (ayah)
pasien merokok. Hal ini menyebabkan
pasien memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap kejadian bronkopneumoni
Patofisiologi

Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya


bakteri atau virus melalui inhalasi, aspirasi,
hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran
langsung sehingga terjadi infeksi dalam alveoli,
membran paru mengalami peradangan dan
menimbulkan kebocoran sehingga cairan dan
bahkan sel darah merah masuk ke alveoli.Dengan
demikian alveoli yang terinfeksi secara progresif
menjadi terisi dengan cairan sel sel dan infeksi
menyebar dari alveolus ke alveolus lainnya
Patogenesis

1. Stadium 1 hepatisasi merah


2. Stadium 2 hepatisasi kelabu
3. Stadium 3 resolusi
Klasifikasi menurut WHO
1. Bronkopneumonia sangat berat
2. Bronkopneumonia berat
3. Bronkopneumonia
4. Bukan bronkopneumonia
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat
digunakan untuk
menegakkan diagnosis bronkopneumonia, antara lain :
1. Foto thorax PA/lateral
2. Laboratorium
3. Mikrobiologi
4. Analisa gas darah
Pada pasien ini, pemeriksaan darah lengkap meliputi
jumlah leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, dan
trombosit telah dilakukan dengan hasil didapatkan
leukositosis.
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah
memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi
pneumonia. Tetapi, sebelum antibiotika definitif diberikan, antibiotik
empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi
pasien.
Tindakan suportif meliputi pemberian oksigen dan resusitasi cairan
intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bila demam atau
nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik.

Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik


berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme
Bronkopneumonia memiliki prognosis
yang baik bila didiagnosis dini dan ditangani
secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan
keadaan malnutrisi energi- protein dan
datang terlambat untuk pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai