Oleh:
Benny Dzulkifli Shaleh, S. Ked
NIM. 201541520123
Pembimbing:
dr. Iwan Darma Putra, Sp.OG, Subsp. FER (K)
KPD didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan. KPD dapat
terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture
of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm
premature rupture of membranes (PPROM).
• Sakriawati M, Rahmawati. Risiko usia dan paritas ibu hamil terhadap kejadian ketuban pecah dini. Nursing Arts. 2020; 2: 90-97.
• Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. 2016.
2
Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Komp Mahkota Jl. Guntung Harapan, Banjarbaru
3
Anamnesis
RPS :
Pasien mengaku hamil 6 bulan dengan keluhan keluar air-air sejak 3 hari SMKB, keluhan kencang-kencang, serta keluar
lendir darah disangkal, gerak janin dirsakan aktif, riwayat keputihan sejak ± 7 hari SMKB, tidak gatal maupun berbau,
nyeri saat BAK dan demam disangkal, riwayat trauma dan pijat perut disangkal. Pasien datang membawa pengantar dari
poliklinik kandungan dengan diagnosis G1P0A0 H 24 mgg dengan KPD preterm + JTHIU + Janin Ventikulomegali +
TBJ 583 gram. Rencana konservatif dan maturasi paru.
RPD : DM (-), HT (-), Asma (-)
RPK : DM (-), HT (-), Asma (-)
R/ANC : BPM 7x normal
SpOG 1x Hidrosefalus dirujuk ke VK
HPHT : 11/07/2021
TP :18/04/2022 25 mgg +5hari
Riwayat Persalinan : Hamil ini
Riwayat Pernikahan : 1x selama 1,5 tahun
Riwayat KB : (-)
4
Pemeriksaan Fisik
Objektif Kamar Bersalin (Tgl 30 desember2021 Pkl 07.00 WITA)
Status Umum
GCS 456 CM A(-) I (-) C (-) D (-)
TD : 120/70 mmHg HR : 84x/mnt RR: 20x/mnt T : 36,6oC
Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Tampak membesar, striae (+), bekas luka operasi (-)
Ekstremitas : edema (-/-)
BB: 85 kg TB : 154 cm BMI : 35.8 (Obese kl II) Inspekulo
Status Obstetri
TFU : 3 jari atas pusat
TBJ : 583 gr
His : (-)
DJJ : 156x/mnt
Inspekulo : pooling (+), lakmus tes(+), portio terbuka (+)
VT : tdl 5
Pemeriksaan Penunjang USG (Poliklinik)
Janin : Tunggal, Hidup, IU, Letak memanjang, Presentasi Kepala
Plasenta : Implantasi di fundus grade I
Amnion : AFI 3.00 cm kesan tidak cukup
Biometri : BPD : 64.4 mm ~ 26 mgg +2
HC : 235.3 mm ~ 25 mgg +2
AC : 165.9 mm ~ 24 mgg +4
FL : 38.9 mm ~ 24 mgg +1
EFW : 583 gram
Jantung : FHR (+) 166x/menit, 4 CV (+)
Anomali : ventrikulomegali 2.45 cm
Lain–Lain : Aktifitas Janin Baik
Kesimpulan :
Janin, Tunggal, Hidup, Intra Uterine, Presentasi Kepala, sesuai usia gestasi 24-25 mgg, plasenta
implantasi di fundus grade I dengan cairan amnion tidak cukup, janin dengan ventrikulomegali 2.45 cm6
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Tgl 30-12-2021 Pkl 14.06 WITA)
8
Baseline : 150 dpm
Variabilitas : 5-25dpm
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Gerak Janin : (+)
His : (-)
Kesimpulan : Kategori I
9
Diagnosis:
G1P0A0 H 25 mgg + JTHIU + KPD Preterm + Janin Ventikulomegali + obesitas kl II
+ flour albus + TBJ 583 gram + dalam maturasi paru
Tatalaksana:
IVFD RL 2000 cc/ setiap pagi maintenance RL 20 tpm
Inj Dexametasone 2x6 gram selama 2 hari (2x24 jam)
Inj Ceftriaxone 2x1 gram IV
FU hasil swab vagina
Monitoring keadaan umum/keluhan/ttv/djj/his
10
Kondisi Ruang Nifas (Tgl 03-01-2022 Pkl 11.00 WITA)
S: kencang-kencang (-), keluar lendir darah (-), keluar air-air (-)
O: Status Umum
GCS 456 CM A(-) I (-) C (-) D (-)
TD : 110/80 mmHg HR : 80x/mnt RR: 20x/mnt T : 36,6oC
Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Tampak membesar, striae (+)
Ekstremitas : edema (-/-)
BB: 85 kg TB : 154 cm BMI : 35.8 (Obese kl II)
Status Obstetri
TFU : 3 jari atas pusat
TBJ : 3410 gr
His : (-)
DJJ : 140x/mnt
11
Diagnosis:
G1P0A0 H 25 mgg + JTHIU + KPD Preterm + Janin Ventikulomegali + obesitas kl II
+ flour albus + TBJ 583 gram + dalam maturasi paru
Tatalaksana:
IVFD RL 2000 cc/ setiap pagi maintenance RL 20 tpm
Inj Dexametasone 2x6 gram selama 2 hari (2x24 jam)
Inj Ceftriaxone 2x1 gram IV
Bed rest total
Monitoring keadaan umum/keluhan/ttv/djj/his
12
PEMBAHASAN
13
KASUS TEORI
• Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. 2016.
14
KASUS TEORI
Salah satu patofisiologi dari ketuban pecah dini adalah infeksi. Pathogen saluran genitalia yang dikaitkan
dengan ketuban pecah dini adalah Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Trichomonas vaginalis,
dan group B beta hemolytic streptococcus. Pathogen tersebut paling sering ditemukan di cairan ketuban,
pathogen tersebut melepaskan mediator inflamsi yang mnyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan
adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput ketuban. Selain itu akibat peningkatan
tekanan secara mendadak membuat peningkatan tekanan intraamniotik dan reflek mengedan sering terjadi
pada kontraksi uterus aterm atau preterm dapat menyebabkan pecahnya selaput ketuban.
Pada pasien terbukti mengalami infeksi karena pada pemeriksaan swab vagina didapatkan diplococcus Gram negatif,
ekstrasel, basil gram negatif, clue cell (+), budding, yeast dan hifa. Pemeriksaan swab vagina ini menandakan pasien
mengalami bacterial vaginosis serta gonorrhea.
•
Myers Prawirohardjo
VS. Sarwono.
Premature rupture Ilmuatkebidanan
of membranes or near term. Edisi 4 Cetakan
In: Berghella 3. Jakarta:
V. Obstetric PT
evidence Bina
based PustakaSeries
guidelines. Sarwono Prawirohardjo;2010.
in maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007. 16
KASUS TEORI
17
Ketuban Pecah Dini Preterm
Diagnosis Kasus
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban
pecah dini:
◉ Pooling : Kumpulan cairan amnion pada fornix
posterior.
◉ Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi
biru.
Inspekulo : pooling (+), lakmus tes (+)
◉ Ferning : Gambaran seperti daun pakis pada
cairan fornix posterior yang didiamkan pada USG Amnion : AFI 3.00 cm kesan tidak cukup
object glass
Myers VS. Premature rupture of membranes at or near term. In: Berghella V. Obstetric evidence based guidelines. Series in maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007. 18
KASUS TEORI
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi
Diagnosis KPD preterm
pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika diagnosis tidak
didapatkan dari keluhan
dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina (pH cairan
keluar air-air tanpa
amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5 - 6) dan cari
disertai rasa kencang-
arborization of fluid dari forniks posterior vagina. Pemeriksaan ini dilakukan
kencang pada usia
dengan kertas nitrazin, diperlakukan dengan asam dinitrofenilokso naftalena
kehamilan 25 minggu,
disulfonat.
pada pemeriksaan fisik
juga dididapatkan adanya Fern test (+) ditandai dengan pembentukan "pola daun palem" dalam
pooling (+) dan nitrazine lendir serviks kering ketika dioleskan di atas kaca objek karena kandungan
test (+). NaCl dan proteinnya.
• Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. 2016.
19
Tatalaksana KPD
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas
perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran
preterm pada kehamilan dibawah 37 minggu. Terdapat dua manajemen dalam
penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif
adalah penanganan dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif
melibatkan klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan. Sedangkan manajemen
aktif artinya adalah proses persalinan janin
• Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. 2016.
20
KASUS TEORI
21
KASUS TEORI
Berdasarkan anamnesis pasien Pada KPD memanjang atau KPD> 24 jam antibiotic disarankan,
sudah mengalami keluhan keluar karena pada beberapa penelitian pemberian antibiotic menurunkan
air-air sejak 3 hari SMKB makan kejadian korioamnionitis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
KPD pada pasien tergolong administrasi antibiotik mengurangi morbiditas maternal dan neonatal
memanjang karena > 24 jam dengan menunda kelahiran yang akan memberi cukup waktu untuk
sehingga pasien diindikasikan profilaksis dengan kortikosteroid prenatal. Pemberian co-amoxiclav
mendapat antibiotik. Adapun pada prenatal dapat menyebabkan neonatal necrotizing enterocolitis
antibiotic yang pasien dapatkan sehingga antibiotik ini tidak disarankan. Pemberian eritromisin atau
selama menjalani perawatan adalah penisilin adalah pilihan terbaik.
ceftriaxone 2x1 gram.
• Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. 2016.
22
KASUS TEORI
23
Manajemen KPD
24
KASUS TEORI
Pada hasil USG didapatkan hasil berupa Janin Ventrikulomegali ditandai dengan pelebaran ventrikel
Tunggal Hidup Intra Uterine (JTHIU), Presentasi serebral janin dan merupakan temuan yang relatif umum
Kepala, sesuai usia gestasi 24-25 mgg, plasenta pada USG prenatal. Ventrikulomegali janin yang terdeteksi
implantasi di fundus grade I dengan cairan sebelum lahir dan biasanya dikategorikan berdasarkan
amnion tidak cukup, janin dengan derajat keparahan yaitu derajat ringan (10-15 mm) atau
ventrikulomegali 2,45 cm (24,5 mm). berat (>15 mm). Klasifikasi lain dibagi menjadi derajat
Berdasarkan klasifikasi derajat keparahan pasien ringan (10-12 mm), sedang (13-15 mm), atau berat
tergolong derajat berat. (>15 mm).
• Fox NS, Monteagudo A, Kuller JA, et al. Mild fetal ventriculomegaly: diagnosis, evaluation, and management. Society for Maternal-Fetal Medicine. 2018; -:1-8.
25
Janin Ventrikulomegali