Anda di halaman 1dari 23

Ujian Kasus

TINEA CRURIS ET
CORPORIS

Oleh:
Auladi Mizani
G1A015036
Penguji:
dr. Amelia Budi Rahardjo, Sp.KK

SMF IK Kulit dan Kelamin


RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
2016

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Sdr. RW
TTL
: Banyumas, 10 oktober 1999
Jenis kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Desa gandatapa RT 06 / RW 06 kecamatan sumbang
No. CM : 00454517

ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
Tanggal : 22 April 2016
Keluhan utama : Gatal pada lipat ketiak, pinggang dan pantat
RPS :

Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin tanggal 30 juni 2016 dengan
keluhan gatal pada lipat ketiak, pinggang dan pantat. Keluhan ini sudah
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan memberat dalam 2 minggu terakhir.
menurut pasien awal nya muncul kemerahan yang terasa gatal pada pinggang,
kemudian di garuk dan kemerehan tersebut menjadi semakin luas dan muncul di
tempat lain. Kemerahan pada kulit juga disertai adanya sisik yang berwarna
putih. Semakin lama keluhan gatal dirasa semakin memberat. Gatal dirasakan
terus-menerus sepanjang hari, terutama bertambah berat bila pasien beraktivitas
, berkeringat dan cuaca panas. Gatal tidak muncul bila pasien memakan
makanan tertentu (telur, daging, seafood) atau bersentuhan dengan sesuatu (ikat
pinggang, sabun mandi, deodoran, celana). Riwayat rasa kebas atau baal
disangkal, riwayat rasa gatal disertai nyeri atau perih disangkal
Pesien sudah berobat ke dokter umum lalu diberi salep oleh dokter umum,
namun asien tidak mengetahui nama salep yang diberikan dokter. Keluhan gatal
belum juga membaik sehingga pasien memutuskan berobat ke RSUD
Prof.Dr.Margono Soekarjo

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa disangkal
Riwayat penyakit kulit sebelumnya diakui
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal
Riwayat penyakit kulit lain pada keluarga diakui
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal
Riwayat penyakit hipertensi disangkal
Riwayat penyakit DM disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis

Keadaan umum
Kesadaran
Berat Badan
Tinggi Badan
Vital Sign :
TD
N
RR
T

: Baik
: Compos Mentis
: 107 kg
: 173

: 130/80 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 36.3 0C

Kepala

: Mesocephal
Mata : Conjunctiva anemis -/- sklera ikterik -/Hidung : Discharge -/-, nch -/Telinga : Discharge -/Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Thoraks : Simetris, ketertinggalan gerak (-), retraksi (-)
Cor : s1>s2, Murmur (-) Gallop (-)
Pulmo : SD Ves +/+ Ronki -/- Wheezing -/Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) normal
Ekstremitas : edema -/- ah +/+

Status Dermatologis
Lokasi

: regio axillaris dekstra et sinistra, abdominal,

gluteal dekstra et sinistra


Efloresensi

: makula hiperpigmentasi berbatas


tegas ,central healing dengan skuama halus di
atasnya , polimorfik

DOKUMENTASI

Diagnosis Kerja

Tinea
Corporis
et cruris

Diagnosis Banding

Candidiasis kutis intertriginosa


Liken Simpleks Kronis
Psoriasis

Pada psoriasis keluhan gatal tidak memberat ketika

berkeringat dan tidak dipengaruhi oleh cuaca. Pada


pemeriksaan status dermatologi psoriasis terdapat
makula eritematosa dengan skuama tebal berlapis
seperti mika tanpa adanya central healing.
Sedangkan pada pasien ini terdapat central healing
dan tidak terdapat skuama tebal berlapis seperti
mika.

Pada candidiasis keluhan gatal biasanya disertai

dengan rasa nyeri. Pada pemeriksaan status


dermatologi terdapat makula eritematosa dengan
lesi satelit tanpa adanya central healing. Sedangkan
pada pasien ini terdapat central healing dan tidak
terdapat lesi satelit. Pada candisiasis untuk
pemeriksaan KOH tidak ditemukan hifa panjang
bersepta
namun
ditemukan
spora,
yeast,
pseudohifa. Sedangkan pada pasien ini ditemukan
hifa panjang bersepta pada tes KOH.

Pada liken simpleks kronis keluhan tidak memberat

saat berkeringat dan tidak dipengaruhi cuaca. Pada


pemeriksaan status dermatologi terdapat makula
hingga plak hiperpigmentasi dengan likenifikasi dan
skuama kasar. Pada pasien ini terdapat central
healing dan terdapat skuama halus diatasnya

TINEA CORPOR ET
CRURIS

LIKEN SIMPLEK
KRONIS

PSORIASIS

CANDIDIASIS
KUTIS
INTERTRIGINO
SA

ETIOLOGI

Jamur dermatofita:
Epidermophyton,
Tricophyton,
Microsporum

Tidak diketahui
(idiopatik) diduga
akibat gigitasn
serangga, pakaian
ketat, dermatitis
seboroik dan
psoriasis

autoimun

Candida sp.

PREDISPOSISI

Higiene buruk, iklim


tropis/ lembab,
obesitas/ hormonal,
penyakit kronis,
terapi jangka panjang

Aspek psikologis :
stress

Genetik,
imunologik,
pencetus: stress,
pengobatan,
metabolik

Higiene buruk,
iklim tropis/
lembab,
obesitas/
hormonal,
penyakit kronis,
terapi jangka
panjang

GEJALA
KLINIS

Gatal yang memberat


bila berkeringat

Gatal disertai kulit


yang yang menebal
dan bersisik kasar

Gatal disertai
kulit menebal,
bersisik,dan
mengelupas.

Gatal yang
memberat bila
berkeringat,
mirip tinea

TINEA CR

Liken
simpleks
kronis

PSORIASIS

CANDIDIASIS
KUTIS
INTERTRIGINO
SA

LOKASI

Selangkanga
n,
perineum,
interglute
al,
suprapubi
s,

Punggung,
leher dan
ekstremitas,
terutama
pergelangan
tangan dan
kaki serta
bokong

Skalp,
ekstremitas
bagian
ekstensor
(cubiti posterior
dan genu),
daerah
lumbosakral

Daerah
intertriginosa:
axillaris,
inframammae,
inguinal

EFLORESE
NSI

Makula
eritematosa
berbatas
tegas dengan
tepi aktif
Kronik:
hiperpigmen
tasi dengan
skuama di
atasnya

Makula
hingga plak
hiperpigmen
tasi dengan
likenifikasi
dan skuama
kasar

Plak eritem
dengan skuama
tebal berlapis
warna perak.
Tanda khas:
Auspitz sign,
candle sign,
Fenomena
Koebner

Makula plakat
eritem dengan
papul di
sekitarnya
sebagai lesi
satelit (hen and
chicken)

PEMERIKS
AAN
PENUNJAN
G

Kerokan+
KOH 10%:
hifa panjang
bersepta.

Pemeriksaan
eosinofil darah
tepi dan IgE

Kerokan+ KOH
10%:
pseudohifa,spor
a dan yeast.

PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan kerokan kulit + KOH 10%
didapatkan hifa panjang, bersepta dan bercabang
Kultur Media Saboroud Agar: kolonisasi jamur
(Epidermophyton floccosum, Tricophyton rubrum dan
Tricophyton mentagrophytes)

PENATALAKSANAAN
Farmakologi
a) Sistemik

Itrakonazol 100 mg / hari selama 14 hari


Cetirizine 1x10 mg bila gatal

b) Topikal

Mikonazol krim 2% 2 kali oles

Non Farmakologi
a)
Pemakaian obat baik topikal maupun oral secara
teratur sesuai anjuran dokter.
b) Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari
berkeringat yang berlebihan
c)
Menggunakan baju dari bahan yang menyerap keringat
(misal: katun), dan menghindari mengenaan baju dari
bahan yang tidak menyerap keringat (misal: karet,
nylon)
d) Tidak bertukar handuk dan pakaian dengan orang lain
e)
Menghindari kelembapan
f)
Memberikan penerangan pada penderita untuk tidak
memanipulasi lesi kulit baik dengan garukan maupun
mengoleskan bahan-bahan iritan/alergen yang akan
menyebabakan infeksi sekunder
g)
Kurangi berat Badan

PROGNOSIS

Ad vitam
: ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad cosmeticam : ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Mikosis. Dalam Sri Luniwih, Menaldi,Hamzah M, dan Aisah,

Kusmarinah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2016. Hal. 89-100
2. Schieke SM, Garg A. Fungal disease: superficial fungal infection. In:
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolf K, eds.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 8 th Ed: Volume 2. New York:
McGraw-Hill; 2015. p.2277-97
3. James WD, Berger TG, Elston DM, eds. Andrews Disease of the Skin,
Clinical Dermatology. 11th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2015.
4. Sobera JO, Elewski BE. 2015. Infections, investations, and bites: fungal
disease. In: Bolognia, Jean L, Jorizzo JL, Rapini RP. eds. Dermatology. 2 nd Ed:
Volume 1. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier. p.1135-62
5. Hay JR, Ashbee HR. 2014. Mycology: superficial mycoses. Burns T,
Breathnach S, Cox N, Griffiths C, eds. In: Rooks Textbook of Dermatology. 8 th
Ed: Volume 2. Australia: Blackwell Publishing. p 36.20-34

6. Budimuldja U. Mycotic diseases in Indonesia, with emphasis on skin fungal

infection. Kor J Med Mycol, 4(1); 2014. Hal. 1-5


7. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Edisi
Ke-2. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2012.
8. Kurniati CRSP. Etiopatogenesis dermatofitosis. Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin, 20(3):2013, Hal 243-50
9. Mulyaningsih S. Tingkat kekambuhan tinea kruris dengan pengobatan krim
ketokonasol 2% sesuai lesi klinis dibandingkan dengan sampai 3 cm di luar
batas lesi klinis (Laporan Penelitian). Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2014
10.Wolff K, Johnson RA. Fungal infection of the skin and hair. In: Fitzpatricks
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6 th Ed. New York: McGraw
Hill; 2015.
11.Siswati AS, Ervianti E. Tinea korporis dan tinea kruris. Dalam. Bramono,
Kusmarinah, dkk. (Editor). Dermatomikosis Superfisialis. Edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. Hal. 58-74
12.Yosella T. Diagnosis and treatment of tinea cruris. J MAJORITY, 4(2):
2015. Hal. 122-28
13.Kelly BP, Superficial fungal infections. Pediatrics in Review, 33(4): 2014.
p.22-37

Thank You
Click to add text

Anda mungkin juga menyukai