Anda di halaman 1dari 5

Dermatitis Kontak Alergi

Merupakan suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul setelah kontak dengan allergen
melalui proses sensitisasi.

Etiologi :

• Alergen = kontaktan
• Bahan-bahan kimia sederhana dengan Berat molekul < 1000 Dalton, bersifat lipofilik,
dan sangat reaktif.
• Biasanya berupa bahan logam berat, kosmetik, bahan perhiasan, karet

Epidemiologi :

• Dapat terjadi pada semua umur


• Frekuensi pria= wanita
• DKA akibat kerja memiliki prevalensi 50-60% di AS
• DKA non-akibat kerja insidensinya tiga kali lebih sering disbanding DKA akibat kerja

Gejala Klinis :

• Gatal
• Bercak eritematosa yang berbatas jelas
• Edema
• Papulovesikel
• Vesikel
• Bula
• Pada keadaan kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, dan likenifikasi dan mungkin
juga fisur, batasnya tidak jelas.
Diagnosis :

• Anamnesa ;
• Tanyakan kontaktan yang dicurigai mendasari kelainan kulit tersebut
• Tanyakan riwayat pekerjaan, hobi, obat topical yang pernah digunakan, obat
sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang menimbulkan alergi.
• Tanyakan riwayat penyakit kulit yang pernah diderita, riwayat atopi
• Pemeriksaan fisik Kulit
• Adanya eritema nummular sampai plakat, papula, vesikel, berkelompok disertai
erosi nummular hingga plakat.
• Pemeriksaan penunjang

• Uji tempel

• Pemeriksaan histopatologi 

• Epidermis : adanya hyperkeratosis, serum sering terjebak dalam stratum


korneum,

• Dermis : limfosit perivaskuler, eosinofil

Tata Laksana :

• Non farmako
• Upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen penyebab
• Kompres dengan larutan garam faal
• Farmako
• Prednison 30 mg/hari  untuk mengatasi inflamasi

Karbunkel

Merupakan infeksi yang dalam yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada sekelompok
folikel rambut yang berdekatan.

Epidemiologi :

• Umumnya terjadi pada usia setelah dewasa  remaja dan dewasa muda
• Jarang terjadi pada anak
• Insidensi perempuan = laki-laki
Etiologi :

• Staphylococcus aureus

Faktor Resiko :

• Diabetes
• Higiene buruk
• Menggunakan pakaian ketat
• Pada keadaan kondisi kulit tertentu  kerusakan barrier protektif kulit
• Penggunaan kortikosteroid  immunosupresi

Gambaran Klinis :

• Tonjolan yang nyeri, berbentuk kubah dan berwarna merah


• Dalam beberapa hari, ukuran diameter tonjolan meningkat mencapai 10 cm.
• Supurasi terjadi setelah 5-7 hari
• Adanya demam dan malaise

Diagnosis :

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik ;
• Lokalisasi : tengkuk, pundah, dan bokong
• Makula eritematosa dan menjadi nodul lenticular hingga nummular, regional,
bentuk teratur dan tampak fistula mengeluarkan secret putih/kental
• Pemeriksaan Laboratorium darah : leukositosis
• Pemeriksaan gram : sekelompok kokus berwarna ungu
• Pemeriksaan kultur bakteri : koloni lebar ( 6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung
dan warna kuning keemasan.
\

Histopatologi :

• Terdapat abses yang dalam yang dibentuk limfosit dan leukosit PMN mula-mula pada
folikel rambut.
• Pada folikel rambut yang terdapat pada jaringan subkutan, abses dapat mengandung
stafilokokus.

Tata Laksana :

a. Non Farmako
a. Perawatan Kulit  dengan air dan sabun
b. Menghindari iritan pada kulit
c. Penggunaan pakaian  gunakan pakaian yang menyerap keringat, longgar dan
ringan
d. Ganti pakaian harus sering jika sudah terdapat purulent dan pakaian tsb harus
dibuang di kantong tertutup.

b. Farmako
a. Pembedahan : insisi dan drainase purulent.
 Indikasi : jika lesi nya besar, nyeri, dan fluktuasi
b. Pemberian obat simptomatik
 Indikasi : jika disertai demam
 Diberikan antibiotic sistemik :
 Dikloxacilin 250-300 mg PO 4x1 selama 5-7 hari
 Amoxisilin + asam klauvanat 25 mg/ kgBB 3x1
c. Penggunaan Salep
 Indikasi : untuk mengeliminasi S. aureus mulai dari hidung sampai kulit.
 Salep mupirocin calcium 2% selama 5 hari

Anda mungkin juga menyukai