Modul Dasar-Dasar Ekonomi Islam
Modul Dasar-Dasar Ekonomi Islam
Gambar 1
Dasar-Dasar Ekonomi Islam
2. PEMBELAJARAN 1: DASAR-DASAR EKONOMI ISLAM
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Memahami Tujuan dan Sumber Ekonomi Islam
b. Memahami Akad/transaksi Ekonomi Islam, Kaidah Berfikir, Ijtihad, Tajdid dan
Fikih Prioritas
c. Memahami Bangunan Ekonomi Islam
d. Memahami Manusia Ekonomi Islam
e. Memahami Desain Dasar-Dasar Ekonomi Islam
4. URAIAN
4.1. Tujuan dan Sumber Ekonomi Islam
Tujuan ekonomi Islam menunjukan yang akan dituju oleh ekonomi Islam. Berdasarkan
asumsi bahwa tujuan ekonomi Islam harus sesuai tujuan agama Islam, maka tujuan ekonomi
Islam diadopsi dari tujuan agama Islam. Terdapat empat tujuan ekonomi Islam. Pertama
adalah ekonomi Islam bertujuan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa (Yenti et al.,
2020). Kedua adalah ekonomi Islam bertujuan meninggalkan kejahiliyahan dan kebodohan
melalui pemikiran rasional dan ilmiah yang proporsional. Hal itu dapat diketahui dari karunia
Allah SWT kepada manusia berupa akal yang dapat digunakan untuk menggali pengetahuan
(Erma Yulita, 2015). Ketiga adalah ekonomi Islam bertujuan menjamin kehidupan manusia
yang disebut dengan istilah Maqashid Syariah (Ma’zumi, 2019). Keempat adalah ekonomi
Islam bertujuan membahagiakan manusa di dunia dan akhirat (Suhadi, 2015).
Tujuan ekonomi Islam dapat dibandingkan dengan tujuan ekonomi Barat. Perbandingan
ini perlu dilakukan sebab ekonomi Barat memiliki keunikan tersendiri yang berasal dari
kebangkitan dan pencerahan yang pernah terjadi pada bangsa Eropa beberapa abad silam.
Terlihat bahwa pada unsur perbandingan yang sama, tujuan ekonomi Islam dapat beriringan
dengan tujuan ekonomi Barat, namun tidak sekadar mengekor tujuan ekonomi Barat. Bahkan
tujuan ekonomi Islam memiliki keunikan tersendiri (Hakim, 2012).
Tabel 1
Perbandingan Tujuan ekonomi Islam dengan Ekonomi Barat
Unsur Perbandingan Tujuan Ekonomi Islam Tujuan Ekonomi Barat
Ekonomi Islam sebagai Ekonomi tidak memperhatikan
Ketuhanan bagian dari menyembah agama dan menyembah kepada
kepada Tuhan Tuhan
Cara berfikir untuk
meninggalkan Rasional dan Ilmiah
Ilmiah
kejahiliyahan dan yang sesuai agama Islam
kebodohan
Bagaimana memperoleh
Sistem ekonomi Islam Kapitalisme
jaminan kehidupan
Kebahagiaan Dunia dan akhirat Cenderung pada kebahagiaan dunia
Tujuan ekonomi Islam dapat diketahui dari berbagai ajaran agama Islam sebagaimana
terdapat pada Al Quran, As Sunah dan berbagai pendapat para pemikir ekonomi Islam. Tabel
2 menunjukan berbagai ajaran agama Islam yang menjadi landasan tujuan ekonomi Islam.
Tabel 2
Ajaran Agama Islam Tentang Tujuan Ekonomi Islam
TUJUAN Ajaran agama Islam
EKONOMI ISLAM Contoh 1 Contoh 2 Contoh 3
Menyembah kepada Al Baqarah: 21 Ad Dzaariyat 56 Hadits tentang doa
Tuhan setelah sholat utk
minta tolong supaya
menjadi penyembah
yang baik kepada
Tuhan
Meninggalkan Al Maidah 50
Kejahiliyahan/
kebodohan
Menjamin Kehidupan Ajaran tentang Maqoshid syar’iyah
Meraih Kebahagiaan Al Qashshash 77 Hadits umat Islam Hadits umat Islam
Dunia dan Akhirat Bahagia di akhirat berbahagia dan
karena bersyukur
perbuatannya di kepadaNYA
dunia
Sumber ekonomi Islam adalah asal dari argumentasi yang dikemukakan oleh ekonomi
Islam. Sumber ekonomi Islam penting sebab Ekonomi Islam mengemukakan pendapat
dengan berdasarkan bukti ketuhanan. Pendapat benar jika berasal dari sumbernya yang
berupa bukti ketuhanan. Sebaliknya, pendapat salah, jika berasal dari sumbernya yang bukan
berupa bukti ketuhanan.
Sumber ekonomi Islam terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah Al Quran dan As Sunnah. Sumber sekunder adalah Ijma’ sahabat dan qiyas yang
sesuai dengan sumber primer, Al Quran dan As Sunnah (Sulistiani, 2018). Sumber ekonomi
Islam memiliki pengertian dan kegunaan sendiri-sendiri sehingga setiap sumber tidak
bertentangan dengan sumber lainnya. Bahkan suatu sumber mendukung sumber lainnya.
(Lihat Tabel 3).
Tabel 3
Sumber Ekonomi Islam
Alasan sebagai sumber
Sumber Pengertian
ekonomi Islam
Al Quran ialah hafalan umat Islam
terhadap seluruh wahyu Allah
Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Wahyu Allah
Muhammad SAW dari Al Fatihah
hingga An Naas
Primer
As Sunnah adalah segala sesuatu
yang merupakan risalah, baik
As-Sunnah berupa perkataan, perbuatan Menjelaskan Al Quran
maupun diamnya Nabi
Muhammad SAW
Ijma sahabat adalah kesepakatan
Ijma’ Menjelaskan Al Quran
sahabat sejak Nabi Muhammad
sahabat dan As Sunnah
SAW wafat
Qiyas adalah upaya
Sekunder menghubungkan (menyamakan)
suatu hal/peristiwa dengan suatu Menjelaskan Al Quran
Qiyas
hukum yang telah ada dalam Al dan As Sunnah
Quran, As Sunnah atau Ijma’
sahabat
Asal hukum benda adalah mubah, selama tidak ada dalil yang mengharamkan
Aspek Produk Sesuatu yang menghantarkan kepada keharaman, hukumnya juga haram
Pemisahan antara harta benda yang halal dari yang haram. Jika tidak dapat dipisahkan, maka harta benda itu haram
Gambar 1
Kaidah Berfikir dalam Aspek Ekonomi
Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh untuk memutuskan suatu hal
dengan berpedoman pada Al Quran, As Sunnah, ijma’ sahabat atau qiyas, menggunakan akal
sehat dan pertimbangan matang. Ijtihad wajib dilakukan sebab setiap saat manusia harus
mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga permasalahan
terselesaikan (Has, 2013). Ijtihad dan keputusan diambil merupakan perintah mengerjakan
karena terkait Istihsan, Maslahah Mursalah, dan Al ‘Adat Muhkaamat. Ijtihad dan keputusan
diambil merupakan perintah meninggalkan karena terkait Sududz dzariah dan Istishab.
Tajdid adalah mengembalikan kemurnian Al Quran dan As Sunnah sesuai dengan
pemahaman terbaik dalam semua aspek kehidupan modern (Alkhotob, 2020). Tajdid
dilakukan dengan asumsi bahwa manusia menjauhi kebenaran. Semakin lama, manusia
semakin menjauh dari kebenaran. Kebenaran bercampur dengan kesalahan. Bahkan mungkin
yang benar dianggap salah. Yang salah dianggap benar. Tajdid memurnikan yang benar tetap
benar tidak bercampur dengan yang salah.
Fikih Prioritas adalah Fikih memilih di antara dua atau lebih ajaran agama Islam. Fikih
prioritas membantu seseorang membuat keputusan karena ada berbagai macam pilihan yang
dapat diambil sebagaimana telah terjadi pada masa Nabi SAW (A. Latif, 2019). Sebagai
contoh fikih prioritas membantu memutuskan apakah pemerintah akan meningkatkan fasilitas
kesehatan atau pendidikan ketika kebutuhan dasar masyarakat terhadap fasilitas kesehatan
atau pendidikan sudah terpenuhi. Contoh lain, fikih prioritas membantu seseorang pemberi
pinjaman yang akan menagih pinjaman untuk memberi kelonggaran ketika peminjam dalam
keadaan kesulitan ekonomi atau mensedekahkannya.
Terdapat tiga komponen penting dalam fikih prioritas. Pertama, perlu ada semacam
kriteria sehingga di antara berbagai alternatif dapat dipilih yang terbaik. Kriteria tersebut di
antaranya: (1) Paling banyak memberikan pahala, (2) Hukum mengerjakan perbuatan (wajib-
sunnah-mubah), (3) Hukum meninggalkan perbuatan (makruh-haram), (4) Paling
bermanfaat/menguntungkan, (5) Paling berdaya saing dan (6) Paling sedikit merugikan.
Kedua, ajaran agama Islam/fikih terkait dengan berbagai alternatif perbuatan. Ketiga, ajaran
agama Islam/fikih prioritas yang sesuai dengan kriteria. Tiga komponen ini menyebabkan
fikih prioritas merupakan cara berekonomi Islam yang praktis.
Bangunan
Ekonomi Islam
Tiang
. Tembok dan
penyangga
Fondasi atap yang
/Prinsip-prinsip
melindungi
Ekonomi Islam
Kebebasan
Ukhuwah Maslahah ‘Adalah Khilafah Keadilan sosial
berusaha halal
Penggunaan
Pemilikan ma’ad
ma’ad
Gambar 2
Bangunan Ekonomi Islam
Dasar-Dasar
Ekonomi Islam
Tujuan dan
Implementasi Wujud
Sumber
Bangunan
Tujuan Sumber Akad/transaksi Kaidah Berfikir
Ekonomi Islam
Primer: Al
Menyembah Ijtihad dan
Qur’an dan Fikih Prioritas Manusia Islam
Tuhan YME Tajdid
AsSunnah
Maqashid
Sekunder
syar’iyyah
Kebahagiaan
dunia dan
akhirat
Gambar 3
Desain Dasar-dasar Ekonomi Islam
RANGKUMAN
Terdapat tiga hal yang menunjukan Dasar-dasar Ekonomi Islam. Mereka adalah (1)
Tujuan dan Sumber ekonomi Islam, (2) Akad/transaksi, Kaidah berfikir, Ijtihad, Tajdid, dan
Fikih Prioritas, (3) Bangunan Ekonomi Islam dan Manusia Islam. Dasar-dasar ekonomi Islam
tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk Desain Dasar-Dasar Ekonomi Islam.
5. DAFTAR PUSTAKA
A. Latif, H. M. (2019). STUDI FIQH PRIORITAS DALAM SUNNAH NABI. Jurnal Ilmiah
Al-Mu’ashirah, 16(1). https://doi.org/10.22373/jim.v16i1.5738
Alkhotob, I. T. A. (2020). DA’WAH TAJDID DAN MODERNISME; SEBUAH KAJIAN
PERBANDINGAN. Jurnal Da’wah: Risalah Merintis, Da’wah Melanjutkan, 2(01).
https://doi.org/10.38214/jurnaldawahstidnatsir.v2i01.43
Erma Yulita. (2015). Akal Dan Pengetahuan Dalam Al-Qur’an. MITRA PGMI: Jurnal
Kependidikan MI, 1(1), 78–96. https://doi.org/10.46963/mpgmi.v1i1.34
Firmansyah, H. (2018). TEORI RASIONALITAS MENURUT EKONOMI ISLAM.
EKSISBANK: Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan, 2(1).
https://doi.org/10.37726/ee.v2i1.5
Hakim, L. (2012). Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Erlangga.
Harahap, I. (2015). penguatan pondasi bangunan ekonomi islam. Jurnal Ilmu Managemen
Dan Bisnis Islam, 1(2).
Has, A. W. (2013). IJTIHAD SEBAGAI ALAT PEMECAHAN MASALAH UMAT ISLAM.
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 8(1).
https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.1.89-112
Hilal, S. (2011). Urgensi Qawâ ’Id Al-Fiqhiyyah Dalam Pengembangan Ekonomi Islam.
Al-’Adalah, 5.
Jamaludin, J., & Syafrizal, R. (2020). Konsep Dasar Ekonomi Menurut Syariat Islam.
MUAMALATUNA, 12(1). https://doi.org/10.37035/mua.v12i1.2859
Ma’zumi, M. (2019). Maqashid Al-Syariah Dalam Perilaku Ekonomi. Syi`ar Iqtishadi :
Journal of Islamic Economics, Finance and Banking, 3(1), 80.
https://doi.org/10.35448/jiec.v3i1.5516
Suhadi, M. D. (2015). IMPLEMENTASI PRINSIP ISLAM DALAM AKTIVITAS
EKONOMI: ALTERNATIF MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN HIDUP. JURNAL
PENELITIAN, 9(1). https://doi.org/10.21043/jupe.v9i1.851
Sulistiani, S. L. (2018). PERBANDINGAN SUMBER HUKUM ISLAM. Tahkim (Jurnal
Peradaban Dan Hukum Islam), 1(1). https://doi.org/10.29313/tahkim.v1i1.3174
Yenti, E., Hasramita, H., & Alwana, H. A. (2020). Memaknai Perolehan Rezki dalam Hukum
Ekonomi Syariah. Al Hurriyah : Jurnal Hukum Islam, 5(2).
https://doi.org/10.30983/alhurriyah.v5i2.3613
Zuhdi, M. H. (2017). Prinsip-prinsip Akad Dalam Transaksi Ekonomi Islam. IqtIshaduNa
Jurnal Ekonomi Syariah, viii(2).