Anda di halaman 1dari 16

BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,

KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

I. Latar Belakang
Sejak disahkannya Statuta Universitas Hasanuddin (PP. 53 Tahun 2015) mengindikasikan bahwa
kewenangan Universitas Hasanuddin (Unhas) dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi menjadi otonom
di bidang akademik maupun non akademik. Dalam sisi non-akademik Unhas diberikan otonomi dalam
melaksankan tata kelola kampus, termasuk dalam hal sistematika keorganisasian. Atas dasar diatas pula
Unhas mengeluarkan peraturan tentang Organisasi Kemahasiswaan (No. 1831/UN4.1/KEP/2018).
Rancangan pembuatan peraturan ini sudah berlangsung sejak 2017 (pada saat itu masih
berbentuk draft) tanpa melibatkan peran lembaga kemahasiswaan yang dimana sebagai objek hukum
dalam peraturan ini. Melihat kekeliruan yang terjadi didalam rancangan pembentukannya membuat
lembaga kemahasiswaan merespon hal tersebut dengan berdemonstrasi dan menemukan kesepahaman
melalui dialog dengan pihak birokrasi untuk menawarkan draft tandingan yang dapat mengakomodir
kebutuhan lembaga kemahasiswaan. Namun faktanya kesepahaman ini diingkari sendiri oleh pihak
Birokrasi. Diawal tahun 2018 peraturan ini akhirnya disahkan tanpa mengakomodir sedikitpun draft
tandingan yang ditawarkan oleh pihak lembaga kemahasiswaan.
Pada akhirnya peraturan ini pun tidak berlandaskan pada pedoman umum organisasi
kemahasiswaan (Kemendikbud No. 155/U/1998) di pasal 2 yang berbunyi prinsip dari, oleh dan untuk
Mahasiswa. Selain itu Peraturan ini juga tidak memenuhi asas pembentukan peraturan perundang-
undangan (Kemenristekdikti, UU. No 12 Tahun 2011) yang membuat peraturan ini masih tergolong
abstrak. Konsekuensinya dalam penerapan peraturan adalah banyaknya ditemukan beberapa fakta
dilapangan yang membuat lembaga kemahasiswaan tidak berkesesuaian dengan peraturan ini.
II. Kumpulan Fakta

1. Lembaga kemahasiswaan yang diberhentikan secara administratif


Sejak disahkannya Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin No.1831/UN4.1./KEP/2018
tentang Organisasi Kemahasiswaan (PR-ORMAWA) beberapa organisasi kemahasiswaan yang sejak dari
awal mempertanyakan eksistensi peraturan ini pada akhirnya diberhentikan sementara kegiatannya
secara sepihak tanpa ada proses dialektika mengenai sikap yang dikeluarkan oleh Lembaga terkait
peraturan tersebut. Dipaksanya beberapa lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas untuk hanya
mengungkapkan “menerima” atau “tidak menerima” PR-Ormawa pada forum yang diadakan oleh
birokrasi fakultas bukanlah merupakan praktek dialektis karena menafikkan premis sistematis serta
argumentasi rasional. Belum lagi beberapa narasi yang dibangun oleh birokrasi fakultas adalah “ini
instruksi dari atas (WR. 3)” yang semakin mengindikasikan bahwa secara struktural proses “tidak dialektis”
secara sengaja diinstruksikan.
Lembaga Mahasiswa tingkat Fakultas yang sampai saat ini tidak dianggap sah secara administratif
adalah Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin (Kema FEB-UH), Keluarga
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin (Kema FISIP-UH), Keluarga Mahasiswa
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (KMFIB-UH), Keluarga Mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin (Kema Faperta - UH) dan Keluarga Mahasiswa Kehutanan Sylva Indonesia pc.
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Universitas Hasanuddin (Kemahut SI-Unhas). Lembaga-lembaga diatas adalah lembaga yang tidak
dianggap sah menjalankan kegiatan kelembagaan karena dihukumi tidak menuruti PR- Ormawa. Tidak
menuruti ini diindikasikan karena tidak menyerahkan SK Kepengurusan untuk disahkan, AD/ART, dan
Surat Keterangan menerima Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasanuddin (BEM-UH). Berdasar
kejadian diatas pada akhirnya berujung pada tidak dilibatkan dalam Penerimaan dan Pengembangan
Karakter Mahasiswa Baru (P2KMB) , tidak dilegalkannya pengaderan lembaga kemahasiswaan, tidak
dicairkannya dana kemahasiswaan, serta pemberhentian sementara seluruh kegiatan yang
mengatasnamakan lembaga kemahasiswaan.

Berikut adalah kronologinya :

A. KEMA FISIP UH
Pelaksanaan Penerimaan dan Pembinaan Karakter Mahasiswa Baru (P2KMB) merupakan sebuah
prosesi penerimaan mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin, walaupun nama kegiatan ini setiap tahun
berubah-ubah. Namun, esensi dari kegiatan ini tetaplah sama. P2KMB yang dilaksanakan pada tanggal 8,
9, 12, dan 13 Agustus 2019 beserta pendampingan mahasiswa baru melalui BALANCE dan pendampingan
oleh BEM dan HMD. Semua rangkaian kegiatan dalam P2KMB tertulis dengan jelas dalam Pedoman
P2KMB.
Pada pelaksanaan tanggal 13 Agustus 2019, lembaga kemahasiswaan mengambil andil dalam
proses pelaksanaannya. Lembaga kemahasiswaan (LEMA) dilingkup FISIP Unhas harusnya juga merupakan
salah satu pelaksananya. Namun, LEMA FISIP Unhas tidak diberikan izin dalam pelaksanaannya karena
sebelum hari pelaksaan Dekan mengeluarkan Surat Keputusan No.7549/UN4.8/KEP/2019 yang berisi:
1. Pada prinsipnya lembaga kemahasiswaan FISIP Unhas menolak pelaksanaan P2KMB karena
menolak keputusan Rektor Universitas Hasanuddin Nomor. 1831/UN4.1./KEP/2018 tentang
Organisasi Mahasiswa (Ormawa).
2. Sehubungan dengan itu pimpinan fakultas memutuskan bahwa semua Lembaga Kemahasiswaan
Fisip Unhas tidak diakui hingga DEMA, BEM, dan HMD baru yang menerima Ormawa.
3. Tidak ada kegiatan P2KMB tingkat Lembaga DEMA, BEM, dan HMD.
4. Segala fasilitas, bantuan dan rekomendasi untuk sementara dihentikan hingga lembaga
kemahasiswaan tersebut menerima peraturan rektor unhas tentang ormawa dan/atau
terbentuknya lembaga DEMA, BEM, dan HMD baru yang menerima Ormawa.
Sebelum surat diatas dikeluarkan Dekan, telah diadakan pertemuan-pertemuan dengan Dekanat
dan panitia pelaksana P2KMB yang dibentuk oleh Dekan. Pertemuan-pertemuan yang diadakan
dimaksudkan untuk membahas kegiatan P2KMB yang akan dilaksanakan pada waktu itu. Pertemuan awal,
10 Juli 2019 pukul 13.00 diadakan pertemuan antara LEMA FISIP Unhas dan WD3 membahas P2KMB
tersebut. Setelah itu diadakan lagi pertemuan serupa tanggal 17 Juli membahas konsep P2KMB serta
pembentukkan kepanitiaan ditingkat lembaga mahasiswa. Panitia pun mulai disusun oleh Presidium BEM.
Rapat-rapat awal berlangsung dengan lancar.
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Pada tanggal 23 Juli 2019 WD3 mengeluarkan surat dengan Nomor 6941/UN4.8.3/KM.03.01/2019
perihal “Permintaan Surat Kepengurusan Organisasi”, di dalam surat itu tertera bahwa setiap LEMA se-
FISIP Unhas wajib menyerahkan Surat Kepengurusan masing-masing dengan alasan untuk menata
organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas dan kemudian ditanda tangani oleh Dekan dan akan dibuat
surat keputusan Dekan sebagai bentuk pengesahan lembaga mahasiswa. Surat yang dikeluarkan
memberikan pertanyaan besar kepada lembaga kemahasiswaan di FISIP Unhas.
24 Juli 2019 di Ruang B Kema FISIP Unhas dalam pertemuan dengan WD3 yang membahas
mengenai persiapan P2KMB dan wacana untuk mewajibkan setiap mahasiswa baru untuk terlibat dalam
proses pengaderan baik tingkat HMD maupun BEM. Beliau (WD3) dalam pertemuan tersebut
menyampaikan agar segera mengumpulkan SK Kepengurusan yang kemudian akan dibuatkan surat
keputusan tentang susunan kepengurusan untuk disahkan oleh dekan. Namun lembaga mahasiswa
meminta waktu untuk membahas perihal tersebut. 26 Juli 2019 di ruang WD3, WD3 kembali meminta SK
segera dikumpulkan terkhusus Presidium BEM sebagai pelaksanan sementara untuk dilegalkan oleh
Dekan.
31 Juli 2019 di aula Prof. Syukur Abdullah FISIP Unhas telah dilaksanakan rapat persiapan P2KMB
dengan pimpinan fakultas, panitia P2KMB tingkat Fakultas, LEMA FISIP Unhas dan Panitia P2KMB tingkat
Lembaga Kemahasiswaan. Setelah rapat, WD3 kembali meminta SK dari Presidium untuk disahkan.
Kembali LEMA meminta waktu serta meminta forum untuk bertemu dengan Dekan terkait Pengesahan
SK. 6 Agustus 2019 di ruang B1 FISIP Unhas kembali diadakan rapat persiapan P2KMB dan kembali
meminta SK dari Presidium untuk disahkan. Alasan yang diberikan agar segera mengesahkan masih sama
bahwa pengesahan dilakukan untuk keperluan administrasi dan penganggaran dana pelaksanaan P2KMB.
Namun, alasan tersebut tidak membuat LEMA FISIP Unhas memberikan SK Kepengurusannya.
Alasan LEMA FISIP Unhas tidak memberikan SK Kepengurannya pada saat itu bahwa pengesahan
SK Kepengerusan oleh Dekan merupakan turunan Peraturan Rektor tentang Organisasi Kemahasiswaan
(PR Ormawa) yang sebelumnya LEMA FISIP Unhas menolak PR Ormawa yang pada proses pembuatan yang
tidak melibatkan mahasiswa dan pasal-pasal yang tertuang dalam PR Ormawa memberikan birokrasi
kampus keleluasaan untuk ikut campur dalam setiap proses di LEMA.
Rapat terakhir dengan Pimpinan Fakultas tanggal 8 Agustus 2019, LEMA FISIP Unhas masih
menolak untuk memberikan SK Kepengurusannya untuk disahkan. Setelah rapat selesai, Dekan kemudian
mengeluarkan Surat keputusan yang sudah disebutkan diatas sebelumnya.

B. KEMA FEB UH
Penolakan Kema FEB-UH terhadap pembentukan regulasi organisasi kemahasiswaan yang disebut
“SK Rektor Organisasi Kemahasiswaan” pada tahun 2016 berlanjut sampai tahun ini (2019) yang saat ini
disebut Peraturan Rektor tentang Organisasi Kemahasiswaan No. 1831/UN4.1./KEP/2018. Prosedur
pembentukan peraturan yang sejak awal menjadi pertimbangan kami menolak peraturan ini berimbas
pada pembekuan lembaga kemahasiswaan Kema FEB-UH dan UKM. Kami dipaksa untuk menerima Pr.
Ormawa dengan menyerahkan Profil lembaga dan SK Kepengurusan sebagai legitimasi menerima
peraturan ini.
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Agenda penerimaan mahasiswa baru di Unhas yang diberi nama Penerimaan dan Pengembangan
Karakter Mahasiswa Baru Unhas (P2KBN) adalah ruang yang coba dimanfaatkan oleh Dekan FEB-UH atas
Instruksi WR 3 untuk memaksa kami menerima PR-Ormawa. Jika kami tidak menyerahkan SK
Kepengurusan sebelum memasuki agenda pengenalan lembaga mahasiswa tingkat fakultas maka kami
tidak akan mendapatkan kesempatan di hari itu dan kegiatan di agenda pengenalan lembaga akan
ditiadakan. Selain itu, kami terancam untuk tidak mendapatkan Uang kemahasiswaan yang sebelumnya
sudah dianggarkan oleh Birokrasi.
Senin, 12 Agustus 2019 adalah rapat formal pertama kami dengan seluruh pejabat fakultas untuk
membahas sikap lembaga Kema FEB-UH dan UKM terkait PR-Ormawa. Rapat ini juga bertepatan dengan
hari sebelum agenda pengenalan lembaga mahasiswa tingkat fakultas. Dengan tegas dirapat itu kami
tetap menyatakan pada sikap menolak memberikan SK. Kepengurusan dan segala yang bersangkutan
dengan PR. Ormawa, termasuk menyetujui terbentuknya Lema tingkat universitas (BEM-U). Dihari itu juga
Dekan mengetuk palu untuk membekukan Lema FEB-UH.
“Dengan mengucapkan bismillahirahmanirahim, untuk sementara lembaga kemahasiswaan fakultas
ekonomi dan bisnis Universitas Hasanuddin saya bekukan dalam waktu yang tidak ditentukan”
Kalimat itu pada akhirnya memberhentikan segala kegiatan formal Kema FEB-UH dan UKM. Segala
bentuk administratif diberhentikan, termasuk kegiatan pengaderan struktural, kegiatan P2KBN, uang
kemahasiswaan dan segala bentuk rekomendasi kegiatan. Sampai kronologi ini ditulis, belum ada Surat
Keputusan secara fisik yang kami terima terkait pernyataan Dekan sebelumnya, namun seluruh kegiatan
Lembaga Mahasiswa sudah tidak dianggap sah.

C. KEMAHUT SI-UNHAS
Pada tanggal 7 Agustus 2019, BE Kemahut SI-Unhas menghadiri undangan rapat dari Wakil Dekan
Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sumberdaya (WD2) perihal sosialisasi mekanisme keuangan
kemahasiswaan yang bertempat di ruang Senat Fakultas Kehutanan. Dalam rapat tersebut membahas
bagaimana mekanisme pencairan dana kemahasiswaan terkhusus dana untuk Penerimaan dan
Pengembangan Karakater Mahasiswa Baru (P2KMB). Pada kesempatan yang sama, WD3 meneruskan
instruksi dari Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (WR3) kepada BE Kemahut SI-Unhas,
mengenai prasyarat bagi setiap Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat fakultas diharuskan terlebih
dahulu menerima atau bergabung ke dalam BEM Universitas agar dapat berpartisipasi dalam P2KMB.
Pada tanggal 9 Agustus 2019 diadakan pertemuan di ruang Dekan Fakultas Kehutanan untuk
membahas instruksi dari WR3. Pertemuan ini dihadiri Dekan Fakultas Kehutanan, WD2, WD3, BE Kemahut
SI-Unhas, Biro Khusus Pandu Alam Lingkungan, dan Biro Khusus Belantara Kreatif selaku pihak terkait. Saat
pertemuan berlangsung, Dekan Fakultas Kehutanan dan WD3 menjelaskan konsekuensi yang akan
didapatkan jika menolak bergabung ke dalam BEM Universitas, yakni tidak dilibatkannya Keluarga
Mahasiswa Kehutanan Sylva Indonesia (pc.) Universitas Hasanudddin dalam kegiatan P2KMB dan
pembekuan (pencabutan izin dan bantuan) organisasi.
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Padahal sebelum pertemuan diadakan, pihak Kemahut SI-Unhas sudah menjelaksan alasan
penolakan untuk bergabung ke dalam BEM Universitas sejak jauh hari, dimana alasan itu sama sekali tidak
melanggar aturan dan merupakan hak prerogatif setiap BEM tingkat Fakultas. Ketimbang berdiskusi untuk
memahami alasan itu, pihak birokrasi Fakultas Kehutanan malah terkesan “latah” dengan mengikuti
instruksi dari WR3 yang terkesan otoriter itu sebagai satu-satunya solusi.
Pada tanggal 12 Agustus 2019, Kemahut SI-Unhas melakukan aksi di gedung rektorat untuk
memperjelas sanksi tidak dilibatkan dalam kegiatan P2KMB dan adanya ancaman pembekuan. Sesaat
setelah dijelaskan mengenai duduk permasalahan secara detail kepada pihak rektorat, WR3 kemudian
melakukan pertemuan dengan Dekan Fakultas Kehutanan membahas tentang permasalahan yang
dihadapi Kemahut SI-Unhas. Hasilnya, Dekan Fakultas Kehutanan berkesimpulan bahwa menolak hasil
musyawarah BEM Universitas berarti menolak PR-Ormawa dan WR3 mempertegas bahwa sikap Dekan
sudah turut mewakili sikapnya.
Pada tanggal 13 Agustus 2019, BE Kemahut SI-Unhas menerima Surat Keputusan Dekan Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin Nomor : 103/UN4.16/KEP/2019 pada tanggal 12 Agustus tentang
Pemberhentian Sementara Kegiatan Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa Kehutanan Sylva Indonesia
Unhas (BE KEMAHUT SI-UNHAS) Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin tahun 2019. Surat
keputusan tersebut berisi pencabutan atas SK Dekan tentang Pengangkatan Pengurus Lembaga
Kemahasiswaan lingkup Fakultas Kehutanan (BEM, BK.PAL, BK.BK), Pencabutan izin dan bantuan
Organisasi serta mengancam akan membentuk BEM baru yang menyetujui PR-Ormawa secara penuh.

D. KEMA FAPERTA UH
Pada tanggal 16 juli 2019 diadakan rapat perdana persiapan penerimaan mahasiswa baru di
fakultas pertanian. pada rapat tersebut BEM KEMA FAPERTA UH diberikan wewenang untuk membentuk
kepanitian dari pihak mahasiswa sebagai panitia pelaksana P2KMB tingkat fakultas tanpa adanya sangkut
paut PR ORMAWA. kemudian pada tanggal 31 juli 2019 diagendakan kembali rapat panitia P2KMB tingkat
fakultas yang pada saat itu sudah ada pedoman P2KMB yang dijadikan sebagai acuan kerja bagi panitia
fakultas untuk menjalankan prosesi P2KMB.dari situ, BEM KEMA FAPERTA UH mengahadapi
ketidakjelasan status legalitas lembaga dikarenakan terdapat redaksi pengertian Organisasi
kemahasiswaan pada BAB 1 bagian D point ke 8 manyatakan bahwa “Organisasi kemahasiswaan adalah
organisasi intra kampus pada tingkat universitas (Unit Kegiatan Mahasiswa dan organisasi mahasiswa
tingkat universitas), tingkat fakultas (Badan Eksekutif Mahasiswa atau sebutan lainnya), dan tingkat
departemen (Himpunan Mahasiswa Departemen) yang disahkan oleh pimpinan Universitas, Fakultas dan
Departemen”. Karena BEM KEMA FAPERTA UH menolak PR ORMAWA maka konsekuensinya adalah tidak
mendapat pengesahan dari pimpinan fakultas.
Pada tanggal 5 agustus 2019 diadakan kembali rapat bersama yang dihadiri oleh pimpinan
fakultas dan perwakilan lembaga kemahasiswan se-fakultas pertanian pada saat itu sudah terbit surat
keputusan dekan Nomor: 3867/UN4.11/HK.04/2019 tentang “Panitia Penerimaan dan Pengembagan
Karakter Mahasiswa Baru (P2KMB) Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Tahun 2019”. Dalam SK
tersebut lembaga yang dilibatkan di P2KMB adalah lembaga yang menerima PR ORMAWA, terdapat 3
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

lembaga yang diberikan wewenang untuk terlibat di kegiatan P2KMB dan BEM KEMA FAPERTA UH tidak
termasuk didalamnya. Dalam rapat tersebut beberapa analisis pun disampaikan oleh pimpinan LEMA
seperti yang disampaikan oleh Presiden BEM KEMA FAPERTA UH disetiap rapat dekanat “Analisis BEM
yang melandasi sikap penolakan secara kelembagaan terhadap PR ORMAWA karena adanya prinsip
aturan yang tidak dijalankan oleh PR ORMAWA secara formil dan adanya muatan materi yang bersifat
multitafsir”. Namun analisis tersebut tidak pernah ditanggapi secara responsif oleh pihak dekanat dan
selalu menggunakan dalih acuan pedoman dan tidak ingin keluar dari koridor aturan yang telah
ditetapkan. Dalam rapat tersebut WD3 menginstruksikan kepada lembaga yang masih menolak untuk
memasukkan surat pernyataan menerima PR ORMAWA, jika ingin terlibat dalam prosesi P2KMB 2019.
Menanggapi hal tersebut pada tanggal yang sama dilaksanakan agenda tudang sipulung yang
diinisiasi oleh DEMA KEMA FAPERTA UH dan dihadiri oleh anggota KEMA FAPERTA UH yang menghasilkan
kesepakatan berupa dengan MoU (Memorandum of Understanding) yang ditandatangani oleh DEMA,
BEM dan HMD selingkup fakultas pertanian baik yang menerima maupun yang menolak PR ORMAWA
yang isinya mempertegas bahwa “Tidak ada keterlibatan lembaga kemahasiswaan di Fakultas Pertanian
dalam prosesi P2KMB 2019”.
Pada tanggal 16 agustus 2019 diadakan kembali rapat pertemuan yang diinisiasi oleh pihak
dekanat yang dihadiri oleh seluruh LEMA selingkup fakultas pertanian dengan agenda pembahasan “Arah
perkembangan LEMA di fakultas pertanian”, pertemuan tersebut diawali dengan statement “analogi
rumah” oleh Dekan fakultas pertanian yang menegaskan tentang metode yang ditawarkan untuk
mengubah suatu aturan, “semua organiasi dalam hal ini BEM, Himpunan semuanya terikat oleh suatu
aturan, siapa yang keluar dari itu tentunya harus diberikan rumah baru, logikanya dia sedang berada
diluar rumah, kalau ada lembaga yang tidak menerima maka masuklah ke dalam sidang, kau harus masuk
kedalam sistem” kata Dekan pada saat itu. Kemudian dilanjutkan dengan respon tiap LEMA selingkup
fakultas pertanian untuk memaparkan analisis terkait sikap terhadap PR ORMAWA, yang kemudian
ditanggapi oleh pihak dekanat tanpa ada kesempatan untuk memberikan tanggapan balik oleh pihak
LEMA. Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan Dekan fakultas pertanian tentang bagaimana
mekanisme pembekuan LEMA dan penarikan fasilitas “Demikianlah kita cermati 3 fakultas yang
dibekukan, saya kira juga tidak akan sampai kesana, kenapa? karena SK kepengurusan kalian tidak
disahkan oleh Dekan dan Pimpinan departemen, dan tidak mungkin kami bekukan kalau tidak kami
sahkan, dan jika kalian masih memilih untuk berada di luar aturan, kami menganggap bahwa organisasi
yang kalian bentuk itu bukan bagian daripada fakultas pertanian. Oleh karena itu segala fasilitas yang
ada di fakultas pertanian TIDAK MUNGKIN KAMI BERIKAN”.
Diakhir pertemuan tersebut Dekan fakultas pertanian menyampaikan pernyataan yang sedikit
berbeda dari sebelumnya dan terkesan paradoks yang mengamini bahwa PR ORMAWA ini sejatinya hadir
hanya untuk melanggengkan status quo UNHAS sebagai kampus yang ber-PTN BH “saya yakin bahwa tim
perumus PR ORMAWA di dalam kampus sebagian besar adalah hasil COPY PASTE, COPY PASTE yang
dianggap bahwa itu sudah sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dan kelihatannya itu sesuai dengan
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

aturan-aturan yang ada di PTN BH ini” kata Dekan fakultas pertanian. Demikianlah serangkaian kronologi
yang kami susun berdasarkan data faktual yang ada.

E. KMFIB UH
Pembahasan pengesahan Lembaga Kemahasiswaan sudah dimulai sejak tanggal 29/05/2019
dengan dikeluarkannya surat edaran dengan Nomor 3087/UN4.9.3/KM.03.00/2019 tentang Pengesahan
Organisasi Kemahasiswaan lingkup Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin oleh Wakil Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan (WDIII). Dalam surat edaran tersebut berisi dua poin utama. Poin
Pertama menghimbau kepada Majelis Perwakilan Mahasiswa (MAPERWA),Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dilingkup Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin untuk mengirim surat permohonan pengesahan pengurus yang ditujukan kepada
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin dengan melampirkan SK pengurus, poin kedua juga
menghimbau kepada Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) untuk mengirim Surat yang sama namun
dengan sepengetahuan Pimpinan Departemen. Dengan adanya surat edaran tersebut lembaga
kemahasiswaan dilingkup KMFIB-UH tidak memberikan tanggapan karena pengesahan yang dimaksud
merupakan bagian dari Peraturan Rektor tentang Organisasi Kemahasiswaan (PR-Ormawa) yang sejak
awal ditolak oleh lembaga dilingkup KMFIB-UH.
Pernyataan sikap yang dikeluarkan oleh lembaga kemahasiswaan se-KMFIB tidak mendapatkan
respon, WD III mengeluarkan surat undangan dengan Nomor 3855/UN4.9.3/KM.01.01/2019 yang
ditujukan kepada ketua-ketua lembaga kemasiswaan di KMFIB-UH untuk menghadiri rapat dengan
agenda pembahasan pengesahan pengurus organisasi dan profil Lembaga Kemahasiswaan di lingkup FIB-
UH pada tanggal 15/07/2019. Menanggapi hal tersebut pengurus BEM KMFIB-UH, HMD KMFIB-UH dan
UKM KMFIB-UH sepakat menghadiri pertemuan tersebut yang diundur pada tanggal 17/07/2019 yang
bertempat di Ruang Senat Gedung Hamzah Daeng’ Mangemba Lt.2.
Dalam pembahasan tersebut WD III membuka pembahasan sekaligus menjelaskan maksud dan
tujuan dari surat pengesahan pengurus tersebut. Menurut pemaparannya pengesahan itu hanya
diperuntukkan untuk kepentingan audit keuangan. Dengan adanya penjelasan yang disampaikan WD III
tersebut, lembaga kemahasiswaan dilingkup KMFIB-UH secara kolektif akan memberikan surat
permohonan pengesahan pengurus yang diperuntukkan hanya untuk kepentingan audit keuangan oleh
pihak Dekanat dengan catatan WDIII menyetujui dan mengeluarkan surat Pakta Integritas dengan isi
bahwa surat pengesahan pengurus lembaga kemahasiswaan tersebut hanya untuk kepentingan audit
keuangan. Namun surat Pakta Integritas dianggap terlalu formal , maka dari itu diganti dengan surat
kesepakatan yang bermaterai 10.000. Namun hal hasil WDIII juga menolak surat kesepakatan dan tidak
diindahkan juga sebagaimana mestinya. Dari hasil tersebut lembaga di KMFIB-UH tidak lagi menanggapi
hal demikian. Setelah itu pihak Dekanat melakukan pertemuan dengan wali mahasiswa baru pada tanggal
01/08/2019 yang bertempat di Aula Mattulada Fakultas Ilmu Budaya. Dalam pertemuan tersebut pihak
dekanat mengeluarkan pernyataan bahwa mahasiswa baru tidak diperkenankan untuk ikut dalam proses
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

penerimaan Lembaga Kemahasiswaan yang di anggap ilegal. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya surat
pernyataan dari pihak dekanat untuk orang tua/wali mahasiswa baru.
Pada tanggal 10/08/2019, Video yang direkam salah satu mahasiswa baru pada pertemuan
P2KMB yang bertempat di Aula Mattulada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Dalam video
tersebut terlihat WD III menjelaskan tentang kondisi lembaga kemahasiswaan. Dalam pernyataannya
menyebutkan bahwa lembaga kemahasiswaan adalah lembaga yang mengikuti aturan kampus. Selain itu,
adanya pernyataan provokatif bahwa lembaga kemahasiswaan yang dianggap ilegal menyalahi dasar
negara. Setelah itu memperlihatkan video prosesi penerimaan mahasiswa baru tahun 2018 dan
menambahkan bahwa mahasiswa baru tidak boleh mengikuti kegiatan lembaga kemahasiswaan yang
tidak penting.
Menanggapi hal itu kami berinsitaif membuat kegiatan Sastra Resah sebagai langkah stimulan
mengekspresikan keresahan dengan seni dan budaya .Kegiatan tanpa menggunakan rekomendasi
kegiatan kemahasiswaan dan anggaran kemahasiswaan.Sastra Resah diadakan sebanyak empat kali yaitu
bentuk puisi, orasi dan musik. Tetapi pihak birokrat menutup mata dan telinga menanggapi keresahan
tersebut.
Pada tanggal 21/08/2019 Pengurus BEM meminta kejelasan mengenai status ilegal, tetapi tidak
menemui titik terang. Hasil berdasarkan laporan Badan integral Lingkup KMFIB Unhas merasa diintervensi
oleh pihak departemen mengenai pengesahan yang berlandaskan PR ORMAWA. Hal Ini dapat dibuktikan
dengan tidak diperolehnya hak hak kelembagaan sebagaimana yang tercantum dalam KEPMEN 155 Tahun
1998 yaitu rekomendasi kegiatan kemahasiswaan dan Anggaran kemahasiswaan.

III. Fakta Bahwa penerapan PR-Ormawa tidak menyeluruh dan multitafsir

Untuk membuktikan bahwa aturan ini masih multitafsir dan cenderung bermuatan politis dalam
penerapannya, kami akan memberikan beberapa studi kasus setiap organisasi kemahasiswaan yang
merasakan kejanggalan peraturan ini.

Berikut adalah studi kasusnya :

A. FIKP

B. Peternakan

Kondisi yang terjadi dalam organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi di tingkat fakultas,
khususnya Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin telah mencederai Keputusan Mentri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155/U/1998 pasal 3 ayat 1 yang menyatakan di setiap
perguruan tinggi terdapat satu organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua
aktivitas kemahasiswaan. Hal tersebut benar adanya dikarenakan ada salah satu organisasi intra
perguruan tinggi di tingkat fakultas yang mengatas namakan Unit Kegiatan Mahasiswa namun tidak
termasuk dalam kelengkapan organisasi KEMA FAPET-UH serta tidak ingin di naungi oleh Senat Mahasiswa
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Fakultas Peternakan. Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin Nomor : 1831/Un4.1/Kep/2018 Tentang


Organisasi Kemahasiswaan pada pasal 1 ayat 20 menegaskan bahwa Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas,
adalah unit kegiatan tingkat fakultas yang khusus mewadahi potensi dan kreativitas mahasiswa dalam
bidang penalaran dan keilmuan, bakat, minat, keterampilan, kesejahteraan dan kepedulian sosial. (Unit
Kegiatan Mahasiswa berada di bawah naungan BEM fakultas, organ eksternal wajib menjadi UKM
sepanjang tidak terikat secara struktural dengan lembaga lain). FOSIL secara tegas telah menolak untuk
menjadi kelengkapan organisasi KEMA FAPET-UH dan di naungi oleh Senat Mahasiswa Fakultas
Peternakan, berkaitan dengan hal itu maka FOSIL dianggap tidak mengindahkan aturan yang tercantum
dalam PR ORMAWA.
Sejak disahkannya Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin No. 1831/UN4.1./KEP/2018 tentang
Organisasi Kemahasiswaan (PR-ORMAWA) yang diterima secara utuh oleh KEMA-FAPET UH, berharap
menjadi jawaban dari segala polemik yang terjadi diinternal lembaga fakultas, namun hal ini tidak selaras
dengan yang diharapkan sebab sampai saat ini pihak birokrasi tidak menindak tegas unit kegiatan
mahasiswa yang secara tegas menolak untuk menjadi kelengkapan organisasi KEMA FAPET UH dan
dinaungi oleh Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Peternakan.

C. MIPA
PR ORMAWA adalah hukum dasar tertulis yang menjadi landasan konstitusional, struktural dan
operasional semua lembaga kemahasiswaan di Universitas Hasanuddin. PR ORMAWA kemudian menjadi
landasan materiil organisasi kemasiswaan di Unhas dalam membentuk konstitusi internal lembaganya,
artinya konstitusi organisasi kemahasiswaan dalam hal ini AD/ART haruslah merupakan penjabaran dari
PR ORMAWA.
Kontitusi organisasi kemahasiswaan yang di rumuskan melalui musyawarah tertinggi merupakan
segala aturan internal organisasi kemahasiswaan yang terbentuk dengan kesepakatan semua anggota
organisasi. Aturan ini kemudian menjadi landasan yang secara menyeluruh sesuai dengan visi misi
organisasi guna membangun eksistensi organisasi maupun kadernya dengan memperhatikan segala
prinsip pembentukan lembaga kemahasiswaan.
PR ORMAWA kemudian yang seharusnya menjadi dasar segala konstitusi lembaga
kemahasiswaan ternyata belum mampu membawahi segala kontitusi organisasi-organisasi
kemahasiswaan di universitas Hasanuddin. Hal ini di iringi dengan masih adanya pasal-pasal yang
bertentengan dalam PR ORMAWA itu sendiri dengan konstitusi lembaga kemahasiswaan. Mengingat
bahwa PR ORMAWA ada setelah kontitusi lembaga kemahasiswaan itu sendiri.
KM FMIPA Unhas pada khususnya menganggap jika pengesahan kepengurusan lembaga
kemahasiswaan dilakukan oleh lembaga legislatif dalam hal ini MAPERWA FMIPA Unhas, tetapi PR
ORMAWA dalam pasal 8 menuntut bahwa pengesahan ini dilakukan oleh Dekan. Hal ini dianggap
meruntuhkan prinsip pembentukan organisasi kemahasiswaan itu sendiri sebagaimana dikatakan dari,
oleh dan untuk mahasiswa.
D. FKM
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

PR Ormawa merupakan peraturan yang dibentuk untuk mengatur lembaga kemahasiswaan. Namun,
mulai sejak dibentuk serta pasca pengesahannya selalu saja membawa polemik bagi lembaga
kemahasiswaan di Universitas Hasanuddin.
Lembaga Kemahasiswaan Se-Unhas mulai mencoba mengadvokasi PR Ormawa pasca disahkan
dengan mengajukan draft tandingan. Namun, draft tandingan yang dibawa pada saat itu tidak ada satu
pun pasal dari draft tawaran yang dimasukkan dalam pembentukan PR Ormawa. Sehingga pada saat
disahkannya PR Ormawa, lembaga kemahasiswaan kembali mempertanyakan keputusan yang dibuat oleh
pihak birokrasi selain karena PR Ormawa tersebut dianggap melanggar UU no. 12 tahun 2011 tentang asas
kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas keterbukaan serta asas kejelasan rumusan.
Asas yang dilanggar tersebut berdasarkan kasus-kasus yang dialami oleh beberapa lembaga
kemahasiswaan. Seperti di lembaga kemahasiswaan di FKM Unhas. Pasca pengesahan PR Ormawa, salah
satu lembaga kemahasiswaan di KM FKM Unhas tidak diakui sehingga penganggaran pun tidak diberikan
pada lembaga tersebut. Lembaga kemahasiswaan yang tidak diakui karena dalam PR Ormawa yang telah
disahkan rupanya tidak mengatur mengenai lembaga mahasiswa yudikatif sedangkan Lembaga
Kemahasiswaan di FKM Unhas menganut trias politika murni.
Setelah menuntut pihak birokrat untuk melakukan pencabutan PR Ormawa dan membuat ulang,
pihak birokrat menolak dan hanya memberikan tawaran pasal penjelas saja sehingga lembaga mahasiswa
yudikatif lembaga kemahasiswaan FKM kemudian diakui. Polemik pembekuan dan tidak diakuinya
beberapa lembaga kemahasiswaan yang terjadi selang disahkannya PR Ormawa dikarenakan lembaga
kemahasiswaan terkait tidak menyerahkan sk kepengurusan yang diatur oleh PR Ormawa kepada pihak
dekanat fakultas untuk disahkan. Dengan terjadinya pembekuan yg dilakukan oleh beberapa fakultas atas
dasar pengesahan maka tidak menutup kemungkinan adanya intervensi dalam pengesahan lembaga
kemahasiswaan yang dapat menganggung independensi lema dikemudian hari.
Polemik yang terjadi dibeberapa fakultas juga ikut meresahkan lembaga kemahasiswaan di FKM.
Sehingga kembali mengkaji, menganalisis dan meriset kembali PR Ormawa. Hasil dari pengkajiaan
tersebut ditemukanlah kejanggalan dan ketimpangan dalam pengimplementasian PR Ormawa. Salah satu
ketimpangaan yang ditemukan ialah ternyata pasal penjelas yang dibuat untuk mewadahi kasus dari
lembaga mahasiswa FKM kemarin kontradiksi dengan pasal induknya. Pasal induknya hanya mengatur
sampai dua lembaga saja. Menyadari ketimpangan pasal yang terjadi maka BEM FKM sepakat membentuk
draft baru sehingga PR Ormawa yang berlaku saat ini akan gugur dengan sendirinya.

E. Kedokteran

Sejak disahkannya Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin No.1831/UN4.1./KEP/2018


tentang Organisasi Kemahasiswaan (PR-ORMAWA), bem FK unhas sebagai salah satu Lema Tingkat
Fakultas yang menerima kehadiran aturan ini kemudian melihat beberapa kejanggalan dalam
implementasinya. Salah satu polemik yang sampai hari ini masih dipertanyakan yaitu belum adanya surat
keputusan yang dikeluarkan terkait pengesahan kepengurusan yang seyogyanya sudah harus di keluarkan
oleh dekan selaku pimpinan Fakultas.
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

F. Keperawatan

Sejak diberlakukannya Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin No. 1831/UN4.1/KEP/2018


tentang Organisasi Kemahasiswaan atau yang biasa dikenal dengan sebutan PR Ormawa, timbul
kejanggalan dalam pelaksanaan lembaga kemahasiswaan di Fakultas Keperawatan yaitu legalitas lembaga
kemahasiswaan yang bergantung pada penyerahan SK kepengurusan dan AD/ART kepada pihak fakultas
sesuai dengan amanah beberapa ayat dalam PR Ormawa. Pihak BEM Kema F.Kep-UH menilai terdapat
ketidakjelasan dalam pelaksanaan hal tersebut dan dinilai mencederai prinsip pelaksanaan lembaga
kemahasiswaan yang tertera dalam Pasal 2 Kepmendikbud No. 155/U/1998 tentang Pedoman Umum
Organisasi Kemahasiswaan, Pasal 49 Ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2015 tentang Statuta
Universitas Hasanuddin, dan Pasal 2 Ayat 1 Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin No.
1831/UN4.1/KEP/2018 tentang Organisasi Kemahasiswaan. Dengan memperhatikan fakta yang
ditemukan di lapangan maka BEM Kema F.Kep-UH meminta agar dilakukan peninjauan kembali terhadap
PR Ormawa baik dari segi formil maupun bentuk pelaksanaan dan dampak yang ditimbulkan terhadap
lembaga kemahasiswaan.

H. Farmasi

I. Kedokteran Gigi

Setelah Universitas Hasanuddin mengubah wujudnya dari status Badan Layanan Umum (BLU)
menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) tahun 2014, secara otomatis
penyelenggaraan pendidikan tinggi menjadi otonom di bidang akademik dan non-akademik. Otonomi di
bagian non-akademik adalah Unhas diberikan kekuasaan dari pemerintah dalam menjalankan tata kelola
secara mandiri, transparan dan akuntabel (pasal 65 ayat 3 Undang-Undang Pendidikan Tinggi/UU-PT
Nomor 12 Tahun 2012). Akuntabilitas dan tanggungjawab dalam penyelenggaraan tata kelola kampus
juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2015 Pasal 53 ayat 1 huruf b.
Maka untuk menjalankan sepenuhnya otonomi tersebut Unhas mengeluarkan peraturan
mengenai organisasi tata kelola dan perangkat-perangkatnya untuk mengikuti amanat UU-PT, dan
memaksimalkan jalannya roda administrasi dan manajerial kampus. Hasilnya, organisasi kemahasiswaan
mesti diatur untuk mengikuti organisasi tata kelola kampus yang PTN-BH sesuai dengan pen-dikte-an UU-
PT. Lahirlah peraturan rektor mengenai organsiasi kemahasiswaan nomor 1831/UN4.1/KEP/2018.
Pada Mei 2017, unhas sudah mengancang-ancang mengeluarkan peraturan ini dalam bentuk
draft, tanpa meninjau dampak ke pihak mahasiswa sehingga mendapat respons dari beberapa lembaga
kemahasiswaan dengan berdemonstrasi di rektorat. Dan melalui satu kali dialog antar mahasiswa dengan
pihak rektorat, kemudian mahasiswa menawarkan draft tandingan tentang organisasi kemahasiswaan.
Selang sembilan bulan kemudian, akhirnya peraturan ini disahkan tanpa melibatkan mahasiswa
yang terkena akibat hukum dari peraturan ini. Menurut wakil rektor bidang kemahasiswaan dan alumni
pada periode itu Abdul Rasjid mengaku tidak pernah menerima draft tandingan tersebut.
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Beberapa pasal dalam PR Ormawa ini bertentangan dengan penyelenggaraan lembaga


kemahasiswaan yang ada di Unhas, mulai dari BEM/SENAT fakultas, HIMPUNAN jurusan/prodi hingga
UKM tingkat Universitas/Fakultas. Bahkan terdapat pertentangan di pasal peraturan rektor ini dengan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang pedoman umum
organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi.
PR ORMAWA yang telah dikeluarkan oleh Universitas Hasanuddin, Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM ) Keluarga Mahasiswa (KM) Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unhas menyikapi hal tersebut justru
berbeda dengan beberapa fakultas yang ada di kampus unhas itu sendiri, dalam lingkup BEM KM FKG
UNHAS segala peraturan yang telah dikeluarkan melalui PR ORMAWA tersebut tidak begitu mengalami
perbedaan mencolok baik sebelum peraturan rektor ini berlaku maupun setelahnya.
Pihak birokrasi yang ada dilingkup FKG UNHAS tidak begitu memberikan gambaran secara jelas
terkait bagaimana pelaksanaan PR ORMAWA ini yang telah diberlakukan. Sebagai gambaran terkait
kondisi BEM KM FKG UNHAS saat ini terhadap berlakunya PR ORMAWA yakni : Penyerahan AD ART
organisasi kepada birokrasi yang tidak diberlakukan, penyerahan Surat Keputusan Pengurus Lembaga
hanya berupa nama-nama pengurus yang diberikan serta kegiatan pelantikan untuk BEM KM FKG UNHAS
tidak dilantik dari pihak birokrasi, melainkan dilantik dari ketua umum MAPERWA, Dan yang terakhir
adalah segala kegiatan kemahasiswaan di lingkup Keluarga Mahasiswa FKG UNHAS tidak memiliki
perbedaan yang secara signifikan baik sebelum maupun sesudah PR ORMAWA ini diberlakukan.
Berdasarkan beberapa fakta yang kami bisa gambarkan terkait dampak PR ORMAWA di FKG
UNHAS memberikan penjelasan bahwa PR ORMAWA yang dikeluarkan oleh rektorat tidak memberikan
dampak yang positif terhadap lingkup kemahasiswaan, khusunya KM FKG UNHAS, sehingga kiranya PR
ORMAWA yang dikeluarkan oleh rektorat di adakan peninjauan kembali demi PR ORMAWA yang
dikeluarkan oleh rektorat diterima ke bebebrapa lembaga kemahasiswaan yang ada di unhas

IV. POSISI KASUS


Tidak terpenuhinya beberapa poin pada aspek formil dalam pembuatan PR-Ormawa, diantaranya:
asas kejelasan rumusan, kedayagunaan & kehasilgunaan mengakibatkan adanya kecacatan dalam materi
muatan peraturan.
Pembekuan atau tidak diakuinya organisasi mahasiswa di Unhas merupakan pengingkaran
terhadap peraturan internal unhas seperti statuta Unhas dan Unhas sebagai pemerintah melanggar asas
asas umum pemerintahan yang baik (AUPB). Dalam statuta Unhas organisasi kemahasiswaan diakui
sebagai organisasi dalam universitas, dalam pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun ayat 1
menyatakan: “Kegiatan kemahasiswaan di Unhas ditujukan untuk memfasilitasi dan mengembangkan
penalaran, bakat, minat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran dalam rangka
pembentukan karakter dan kemampuan, bakat atau keterampilan yang ada di dalam diri setiap orang
sebagai calon pemimpin.”
Organisasi kemahasiswaan dipandang sebagai wadah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan kepemimpinan, tetapi dalam pembentukan maupun organisasi yang sudah terbentuk bertahun-tahun
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

lamanya, Unhas sebagai institusi pendidikan tinggi atau sebagai perpanjangan pemerintah kemudian
melanggar pasal 49 ayat 3, sebagai berikut: “Mahasiswa dapat membentuk organisasi kemahasiswaan
yang bersifat dari, oleh, dan untuk Mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat akademik
Unhas.”
Pihak Universitas kemudian berdalih bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi
kemahasiswaan di Unhas diatur dalam peraturan rektor, dalam peraturan rektor tersebut diatur dalam
pasal 8 ayat 1 huruf a, b, c dalam Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin No.1831/UN4.1./KEP/2018
bahwa kepengurusan organisasi kemahasiswaan yang telah dibentuk mendapat pengesahan dari Rektor,
Dekan, Ketua Departemen.
UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan Ruang lingkup AUPB disebutkan
secara eksplisit dalam Pasal 10 Ayat (1) terdiri dari 8 (delapan) asas. Asas lain di luar 10 asas tersebut dapat
diakui oleh hakim manakala dijadikan dasar pertimbangan dalam memutus perkara (vide Pasal 10 ayat
(2)). Pasal 10 ayat (1) AUPB yang dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi asas: kepastian hukum;
kemanfaatan; ketidakber-pihakan; kecermatan; tidak menyalahgunakan kewenangan; keterbukaan;
kepentingan umum; dan pelayanan yang baik. Ayat (2) Asas-asas umum lainnya di luar AUPB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diterapkan sepanjang dijadikan dasar penilaian hakim yang tertuang dalam
putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Asas keadilan, non-diskriminasi dan akuntabilitas yang dilanggar karena terdapat organisasi
kemahasiswaan yang tidak disahkan/tidak diakui karena alasan Lembaga Kemahasiswaan tingkat fakultas
yang menolak mengakui BEM tingkat universitas, padahal dalam prinsip berjalannya organisasi
kemahasiswaan tingkat fakultas mengikuti asas dalam Kepmendikbud 155 RI tahun 1998 dan Prinsip
dalam pasal 49 ayat 3 PP 53 Tahun 2015 pada prinsipnya dari, oleh dan untuk lembaga kemahasiswaan.
menyoal sikap tidak mengakui Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat universitas adalah sikap politik dan
tidak ada keterkaitan dengan pengesahan ataupun perizinan kegiatan lembaga kemahasiswaan tingkat
fakultas dan departemen.
Surat keputusan dekanat yang tidak mengakui atau membatalkan lembaga kemahasiswaan
tingkat fakultas hingga tingkat departemen adalah tidak terdapat asas kepastian hukum dan
menyalahkangunakan kewenangan. Asas kepastian hukum tersebut adalah tidak adanya kepastian
hukum terkait pengesahan organisasi kemahasiswaan yang menolak mengakui lembaga kemahasiswaan
tingkat universitas seperti BEM Universitas itu jelas bertentangan dengan asas kepastian hukum, artinya
lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas mesti tunduk terhadap peraturan organisasi kemahasiswaan
Unhas yang melegitimasi lembaga kemahasiswaan tingkat universitas. Padahal sekali lagi prinsip
organisasi kemahasiwaan adalah dari, oleh dan untuk mahasiswa yang tidak ada hubungannya dengan
sikap politik dan pengesahan lembaga mahasiswa. Asas tidak menyalahgunakan kewenangan adalah
pejabat kampus yang mengesahkan organisasi kemahasiwaan tidak mencampur-adukkan antara sikap
politik lembaga kemahasiswaan yang menolak pengakuan terhadap BEM universitas dengan sikap pejabat
kampus yang diberikan kewenangan untuk mengesahkan dan memberikan izin terhadap lembaga
kemahasiswaan kampus.
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Selain itu, Pemberian sanksi terhadap Organisasi Kemahasiswaan seharusnya melalui serangkaian
tata cara dan mekanisme yang jelas. Kecacatan prosedural ini diperkuat dengan tidak adanya Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang diatur dalam aturan internal Universitas Hasanuddin bahkan dalam PR-
Ormawa sekalipun. Pada PR Ormawa pasal 13 ayat 3 yang berisikan “Tatacara dan mekanisme pemberian
sanksi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1 dan (2) akan diatur dalam Keputusan Rektor” Sampai
saat ini Keputusan Rektor yang dimaksud dalam PR Ormawa belum terbit sehingga dalam pemberian
sanksi tidak memiliki standar acuan yang jelas terkait mekanisme dan klasifikasi pelanggaran beserta
sanksi yang seharusnya didapatkan Organisasi Kemahasiswaan.
Lebih daripada itu, kampus telah terjebak pada masalah-masalah teknis pendidikan dan abai pada
persoalan hakikat berdirinya kampus. Hal ini tercermin melalui arogansi birokrat kampus dalam
memandang-posisikan organisasi kemahasiswaan dengan mengeluarkan kebijakan yang sama sekali tidak
bijak, sepihak, bahkan tanpa dasar rasionalisasi/bangunan intelektualitas, dan hanya mengedepankan
kepentingan administrasi. Dengan demikian secara jelas dibenarkan, bahwa keputusan tersebut bukanlah
sesuatu yang bersumber dari perspektif keilmuan, sebagaimana kampus sebagai wadah berkecimpungnya
para ilmuwan.
Melihat berbagai fakta dalam posisi kasus dan aturan-aturan yang mengatur tentang lembaga
kemahasiswaan kampus, dan unhas sebagai perpanjangan pemerintah, sudah sangat jelas Unhas
melanggar beberapa aturan yang mengatur tentang dirinya seperti Pasal 49 ayat 3 Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun, pasal 2 Keputusan Menteri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia nomor 155
tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan tahun 1998, Peraturan Rektor Universitas
Hasanuddin No.1831/UN4.1./KEP/2018 Tentang Organisasi Kemahasiswaan dan UU No. 30 Tahun 2014
Tentang Administrasi Pemerintahan Ruang lingkup AUPB.

Maka dari itu, atas nama Solidaritas Mahasiswa Universitas Hasanuddin menuntut Rektor :

1. Mencabut Surat Keputusan/Putusan Sidang Dekan FISIP, FEB, FHUT tentang Pemberhentian
Sementara Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan.
2. Mengaktifkan/Mengakui kembali KEMA FAPERTA UH dan KMFIB UH.
3. Meninjau kembali Peraturan Rektor Universitas Hasanuddin No.1831/UN4.1./KEP/2018
Tentang Organisasi Kemahasiswaan
4. Selama Proses Peninjauan kembali segala bentuk kegiatan kemahasiswaan tetap jalan/tidak
dihambat.
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Makassar, 03 September 2019

Tertanda,

BEM Kema Faperta-UH BE Kemahut SI-UH BEM KMFIB-UH

Muhammad Ikram Abdurrahman Abdullah Emir Raufi


Presiden Ketua Ketua
BEM KEMA FISIP-UH MAPERWA FEB-UH BEM FKM UH

Muhammad Ardan Mannawa Faraby A.Muh Cipta Prawira


Presidium Ketua Presiden
DEMA KEMA FIKP-UH BEM FMIPA UNHAS BEM KEMA FK UNHAS

Fersianto Setiawan Muhammad Rifaat Ahmad Nurfauzi Kadir


Koordinator Ketua Presiden
SEMA KEMA FAPET-UH BEM KM FKG UNHAS BEM KEMA F.kep-UH

Muhammad Ilham Tajuddin Muhammad Ihsan Achmad Aditya Fajar


Ketua Ketua Ketua
BEM FH-UH BEM KEMAFAR-UH

Andi Mattalatta Alghifary Anas Achmad


Presiden Ketua
BE KEMAHUT SI-UNHAS, BEM KEMA FAPERTA UH, BEM KMFIB-UH, BEM FISIP-UH, SENAT FIKP-UH,
KEMA FEB-UH, SEMA KEMA FAPET-UH. BEM FKM UNHAS, BEM FK UNHAS, BEM FKG-UH, BEM FMIPA-
UH, BEM KEMAFAR-UH, BEM FH-UH, BEM KEMA FKEP-UH
Jln. Perintis Kemerdekaan, KM. 10, Tamalanrea, Universitas Hasanuddin, 90245

Anda mungkin juga menyukai