EPIDEMIOLOGI
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Nuraevina M (C12114304)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
i
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Makalah kelompok kami dapat terselesaikan. Pokok bahasan makalah ini
disesuaikan dengan materi dan kompetensi yang diajarkan pada Pendidikan Tinggi
Keperawatan. Makalah ini berisi tentang materi respirasi telah diberikan kepada
kelompok kami yaitu mencakup materi Ukuran Status Kesehatan dalam
Epidemiologi : Morbiditas-Insidensi , Angka Prevalensi.
Wassalam
Penyusun
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang
dianggap sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit
semuanya dikategorikan di dalam istilah tunggal morbiditas. Morbiditas
(kesakitan) merupakan derajat sakit, cidera atau gangguan pada suatu populasi.
Morbiditas juga meupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera,
atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas biasanya dinyatakan dalam
angka prevalensi atau insidensi yang umum atau spesifik. Morbiditas juga
mengacu pada agka kesakitan; jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan
populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau
kelompok yang berisiko.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan angka insidensi beserta rumus dari Insidensi?
2. Apa saja istilah yang berkaitan dengan morbiditas?
3. Bagaimana definisi dan angka insidensi beserta rumus dari Prevalensi?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui istilah yang berkaitan dengan morbiditas
2. Untuk mengetahui definisi dan angka insidensi beserta rumus dari
Prevalensi
3. Untuk mengetahui definisi dan angka insidensi beserta rumus dari
Insidensi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada tiga angka kesakitan kunci yang digunakan dalam epidemiologi : (1)
insidensi, (2) prevalensi, 3) angka serangan. Subkategori atau angka spesifik yang
dapat membantu memperjelas atau memberikan informasi lebih lanjut mengenai
tiga angka kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan situasi wabah tertentu.
A. Insidensi
Insidensi digunakan sebagai alat ukur rate dari kasus baru penyakit,
gangguan, atau cidera yang terjadi dalam sutu populasi.Insidensi adalah jmlah
kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam suatu periode waktu
dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode waktu tertentu.
Istilah insidensi terkadang digunakan secara bergantian dengan istilah angka
insidensi. Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, (Timmreck,
2004) sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang :
Angka Insidensi :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝑥1.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
3
mewakili rata-rata populasi yang berisiko. Contoh, jika studi insdensi
diperkirakan berjalan selama satu tahun berdasarkan penanggalan umum,
populasi bersisiko akan ditentukan saat keberadaanya pada tanggal 1 Juli.
4
b. Penyebut orang-waktu/orang-tahun
Pada studi prospektif, yaitu pada investigasi yang melacak kasus
seiring perjalanan waktu ke depan, orang-tahun (person year)
digunakan sebagai penyebut dalam perhitungan angka insidensi.
Orang-tahun digunakan ketika banyak factor dating secara bersamaan
seperti usia, jenis kelamin, ras, dalam periode waktu yang bervariasi
dan jika variasi waktu itu disebabkan oleh individu yang keluar dan
masuk penelitian pada waktu yang berbeda dan pada usia yang berbeda,
semua itu membuat perhitungan menjadi sulit. Karakteristik perorangan
dan waktu digunakan sebagai informasi penyebut dalam angka
insidensi berjangka pendek. Jika ukuran sampel besar, risiko rendah dan
periode waktunya panjang, orang-tahun dapat berfungsi dengan sangat
baik. Masalah yang muncul adalah apabila pajanan terhadap risiko tidak
jelas sementara waktu penelitian tidak tetap dan kegiatan-individu
beragam selama periode waktu tersebut. Masalah lain adalah bahwa
seiring perjalanan waktu, usia juga bertambah sehingga kemungkinan
besar dapat menimbulkan perubahan pada data. Ada 3 hal yang harus
ada untuk mendapatkan validitas orang-tahun, yaitu :
1) Propabilitas penyakit atau risiko harus konstan selama periode
penelitian;
2) Diasumsikan bahwa mereka yang keluar/mengundurkan diri dari
penelitian memiliki tingkat patologi yang sama dengan mereka yang
tetap bertahan dan mengikuti penelitian sampai terakhir;
3) Untuk beberapa subjek, kondisi patologis mungkin sangat parah dan
memburuk dengan cepat sehingga orang-orang tertentu di observasi
kurang dari periode penelitian yang seharusnya.
5
digunakan untuk mengukur kondisi kronis atau berjangka panjang (mis,
kanker atau diabetes melitus). Ada dua pendekatan yang digunakan untuk
angka insidensi.
6
sumber nonpatogen. Selain itu, informasi yang mamadai berdasrkan
peristiwa itu, jika berasal dari sumber nonpatogen. selain itu, informasi
yang memadai berdasarkan ilmu biomedis yang kuat haus tersedia untuk
mengevauai status kesehatan orang di dalam kelompok populasi yang
berisiko.dari informasi ini, ahli epidemiologi harus dapat membagi individu
tersebut ke dalam kelompok yang terinfeksi berpenyakit atau kelompok
yang tidak terinfeksi (tidak berpenyakit).
7
kanker, atau kejadian cidera serebrovaskular pada stroke akan dijadikan
waktu awitan yang digunakan dalak peelitian dan penetapan insidensi
stroke. Pada penyakit yang berkembang secara perlahandan duam-diam
seperti penyakit kejiwaan, waktu awitan mungkin harus ditentukan sndiri
oleh ahli epidemiologi akan menstandarisasi dan mengkalrfikasi
permalasahan yang ditemukan dalam pebelitian spesifik yang di kemudian
hari mungkin menimbulkan peftanyaan. Contoh, dalam penyalahgunaan zat,
mis, penyalahgunaan kokain, keaidan penggunaanya dapat dijadikan
tanggal atau waktu awitan. . satu populasi harus diikuti perkembangannya
daam populasi dan mengukur ngka kemunculan kasus baru untuk
memudahkan pembuatan pernyataan tentang probabilitas risiko anggota
populasi.
8
c. Waktu-jika angka inisidensi secara konsiten leboh tinggi selama kurun
waktu tertentu dalam satu tahun(seperti saat musim dingin), risiko
terkena penyakit pada saat itu meningkat; misalnya, angka influenza
paling tinggi terjadi saat musi dingin.
d. Tempat-jika angka inisidensi secara konsisten lebih tinggi di antara
mereka yang tinggal di suat tempat tertentu, risiko seseorang untuk
terkena penyakit meningkt jika ia tinggal di tempat itu; misalnya risiko
terkena kasus valley fever sangat tinggi jika tinggal di daerah gurun
pasir barat Daya.
e. Orang-jika angka inisidensi secara konsisten lebih tinggi di antara
mereka yang memiliki faktor-faktor gaya hidup tertentu, risiko terkena
penyakit akan meningkat di kalangan kelompok itu; misalnya, kasus
kanker paru meningkat di kalangan perokok
f. Insidensi yang tinggi meyiratkan bahwa jumlah kasus yang baru juga
banyak sehingga risiko meningkat.
g. Jika angka insidensi penyakit terbukti memang tinggi , keberadaan
suatu epidemi atau kemungkinan terjadinya suatu epidemi dapat dapat
diketahui dan diperkirakan.
Salah satu topik pokok yang berkaitan dengan risiko adalah risk
ratio. Risk ratio adalah rasio dari dua risiko terpisah. Risk ratio jug
disebut sebagai rasio insidensi kumulatif (cumulative insidensi ratio) dan
berkaitan dengan rate ratio . Risk ratio berasal dari perbandingan
probabilitas pengembangan suatu penyakit. Risk ratio juga digunakan
jika periode waktu penyakit memilki durasi yang sudah pasti. Pada
penyakit yang memiliki masa inkubasi yang pasti juga memilki satu
durasi yang pasti.
9
inkubasi lama atau bervariasi, penetapan risk ratio membutuhkan periode
observasi yang cukup lama. Selama periode waktu yang yang pendek risk
ratio atau rasio dari setiap kelompok populasi akan mendekati 2,0 tetapi
jika periode waktu memanjang, semua anggota kelompok akan terpajan.
Rate ratio akan tetap konstan pada 2,0 selam periode observasi yang lebih
lama, tetapi risk ratio akan mendekati ,0 karena risiko perorangan
meningkat.
Atau
b. Realtive Risk
10
Relative risk =
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑗𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑗𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘
c. Attributable Risk
𝑝(𝑟−1)
Attributable risk = 𝑝(𝑟−1)+1 𝑥 100
Relative risk termasuk rasio sejati dan disajikan sebagai rasio. Jika
reative risk dihitung dengan menggunakan angka serangan (attack rate),
hasil akhirnya adalah rasio angka serangan (attack rate ratio). Pendekatan
yang terbaik adalah dengan mengguanakan rasio dari yang “terpajan dan
sakit” dibagi dengan yang “tidak terpajan dan sakit”. Relative risk dapat
digunakan dalam angka serangan untuk mengukur risiko pajanan terhadap
keracunan makanan atau pajanan terhadap zat kimia atau risiko di industri.
11
karena fokus tersebut akan menunjukkan arah intervensi, pendidikan
kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan dan perlindungan kesehatan.
Dalam epidemiologi, faktor risiko juga telah diperhitungkan pada
beberapa aspek yang berbeda termasuk istilahnya yang dipergunakan secara
bergantian dengan agens penyebab. Dewasa ini istilah tersebut sering
dipakai pada penyakit kronis atau penyakit akibat gaya hidup dan perilaku.
Faktor risiko adalah perilaku atau pajanan yang berhubungan dengan
peningkatan risiko terhadap penyakit, cidera, kondisi, atau ketidakmampuan
yang dapat dialami di kemudian hari. Jika suatu risiko tertentu berhubungan
dengan peningkatan frekuensi kejadian penyakit, gangguan, cidera,
ketidakmampuan, atau kematian dini, dan asosiasi itu dapat dijelaskan
berdasarkan hubungan sebab akibat, hal itu dapat dinyatakan sebagai faktor
risiko.
Faktor risiko tidak hanya penting untuk mengidentifikasi, tetapi juga
dibutuhkan di dalam pengukuran status kesehatan. Frekuensi, bobot
masalah, tingkat pajanan dalam populasi, dan tindakan pencegahan,
kesemuanya itu bergantung pada data penelitian yang memperlihatkan efek
faktor risiko itu terhadap kelompok atau populasi. Dengan demikian faktor
apapun yang berhubungan penyakit, ketidakmampuan, cedera, atau
kematian yang diwakili oleh suatu peningkatan pada relative risk adalah
faktor risiko.
Satu hal yang berkaitan dengan faktor risiko adalah risk marker.
Risk marker adalah perilaku aktivitas, atau perbuatan kunci yang sudah
dibuktikan dengan baik danjelas berkaitan dengan peningkatan peluang
mendapatkan penyakit. Risk marker adalah suatu faktor risiko yang dapat
dinyatakan sebaga indikator peningkatan risiko yang harus diamati dan
dimodifikasi di dalam kelompok penelitian atau keseluruhan kelompok
populasi. Faktor risiko mirip dengan indikator status kesehatan, tetapi lebih
spesifik pada satu penyakit atau kondisi dan dapat diubah atau dikurangi.
12
A. Insidensi dan Angka Serangan
13
jumlah orang sakit akibat penyakit
Angka serangan kasar = jumlah orang yang menghadiri acara × 100
Angka serangan dihitung mulai dari perspektif yang lebih besar (angka
serangan kasar) kemudian ke focus yang lebih sempit (angka serangan), dan
akhirnya ke pengkajian yang sangan spesifik (angka serangan menurut jenis
makanan).
Angka Serangan
menurut jenis
makanan
(sangat spesifik)
Gambar Angka serangan dihitung mulai dari angka serangan yang bersifat umum,
angka serangan dan angka serangan menurut jenis makanan.
14
kelompok yang sama terkena penyakit. Jika orang lain dalam kelompok
jatuh sakit dan kejadiannya diakibatkan oleh infeksi primer, mereka
termasuk kasus sekunder. Mereka yang jatuh sakit akibat terinfeksi kasus
primer ditentukan dengan menggunakan angka serangan sekunder. Jumlah
orang yang pernah kontak atau terpajan pada penderita infeksi primer atau
sumber primer infeksi dalam masa inkubasi pathogen digunakan dalam
perhitungan rate ini. Pengkajian ini menggunakan jumlah total kasus yang
terpajan. Jumlah kasus penjumlah orang yang terpajan dikurangi kasus
indeks kemudian dikalikan dengan 100. Dengan kata lain, yang dikalikan
dengan 100 adalah jumlah orang yang terinfeksi per jumlah orang yang
rentan dan terpajan.
15
keselamatan kerja (K3) disebut sebagai angka insidensi, hal ini
menyebabkan keracunan dan jangan sampai dipertukarkan dengan angka
insidensi yang dimaksud di dalam epidemiologi.
C. Prevalensi
Pendamping insidensi adalah prevalensi. Sebagai alat ukur kesakitan,
prevalensi adalah jumlah kasus penyakit, orang yang terinfeksi, atau kondisi,
yang ada pada satu waktu tertentu, dihubungkan dengan besar populasi
darimana kasus itu berasal, misalnya, jumlah kasus campak dalam sebuah
populasi pada awal juli. Prevalensi penyakit kronis seperti atritis cukup tinggi
jika dibandingkan dengan insidensi lainnya. Insidensi memasukkan jumlah
kasus baru sementara prevalensi tidak. Prevalensi setara dengan insidensi yang
dikalikan dengan rata-rata durasi kasus.
16
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi didalam suatu
populasi (lihat tabel). beberapa faktor tersebut antara lain:
17
1. Angka Prevalensi
18
tahunan. Kasus yang dimulai sebelum akhir masa studi, berlangsung
sepanjang tahun dan atau belum sembuh saat penelitian berakhir juga
dimasukkan dalam perhitungan. Pemberi layanan kesehatan, tenaga
professional bidang kesehatan masyarakat, atau ahli epidemiologi ingin
mengetahui apakah kasus epidemi itu memang baru dan menjadi masalah,
atau memang masalah lama. Pada beberapa kasus, data prevalensi periode
mungkin sedikit kegunaanya karena ukuran ini memasukkan baik prevalensi
maupun insidensi. Informasi yang lebih jelas dapat ditarik dari angka
insidensi bukan dari point prevalence rate (angka prevalensi satu titik
waktu) karena informasi angka insidensi lebih spesifik. Insidensi sulit untuk
diukur, sedangkan prevalensi dapat diukur hanya dengan satu studi atau
survey tunggal. Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk menghitung
angka prevalensi, dan informasi yang dihasilkan tetap sama walaupun ada
sedikit pengubahan pada metode atau tekniknya. Berikut rumus angka
prevalensi.
2. Prevalensi Periode
19
mendefinisikan setiap isu yang tidak jelas dan mebuat pernyataan tentang
isu tersebut. Contoh, jika ahli epidemiologi memutuskan untuk
memasukkan semua kasus kekambuhan penyakit dari enam bulan
sebelumnya dalam prevalensi periode, ia harus membuat sebuah pernyataan
dalam bentuk tabel atau narasi pada laporannya.
20
sifat alami penyakit memang tidak menyebabkan kekambuhan atau jika
imunisasi prevalen di dalam populasi atau kasusnya, kasus kambuhan tidak
dihitung sebagai kasus baru (Efendi, 2009).
File kasus
Gonorrhea Pingpong (Penyakit Kambuhan)
Mahasiswa saling menularkan gonerrhea
Prevalensi periode dan point prevalence sering kali sulit ditentukan jika berkaitan
dengan kekambuhan suatu penyakit. Ahli epidemiologi mungkin akan merasa bingung
untuk memutuskan kapan suatu kasus bisa dimasukkan dalam perhitungan kasus baru
atau kasus kambuhan. Umumnya, setiap kasus kambuhan akan dihitung sebagai satu
kasus baru, walaupun kasus itu merupakan suatu kekambuhan.
Salah satu area tempat penyakit dapat kambuh adalah penyakit kelamin (sekarang
disebut sebagai penyakit menular seksual, PMS). Di banyak akademi dan universitas,
aktivitas seksual yang terjadi lebih tinggi dari rata – rata. Salah satu seorang mahasiswa
pria tingkat akhir suatu akademi pernah mengalami satu masalah PMS yang sebenarnya
masalah yang biasa, tetapi kejadiannya berbelit – belit. Pada satu musim dingin, ia
terkena gonorrhea sampai empat kali walaupun ia bersikeras mengatakan bahwa
kekasihnya hanya satu bagaimana asal mulanya salah satu dari mereka bisa mengalami
penyakit ini? Dokter yang menangani berspekulasi bahwa efek asam mariyuana
menyebabkan mereka melakukan hubungan seksual. “saya kira saya selalu berhubungan
dengan pacar saya, tetapi saya tidak pasti – terlalu pusing karena terlalu banyak
menghirup asap,” kata pria itu. Kekasihnya mengatakan bahwa “meski di pesta pun, saya
selalu setia pada Jim – rasa-rasanya”. Karena keduanya tidak mendapatkan perawatan
yang bersamaan, Jim akan muncul di klinik dengan gejala gonorrhea dan mendapatkan
perawatan; beberapa hari kemudian kekasihnya dating di klinik untuk menjalani
pengobatan. Jim kemudian dating kembali, terkadang beberapa waktu kemudian, dengan
penyakit yang sama. Proses ini terus berulang sampai beberapa kali kunjungan klinik
sampai akhirnya dokter menyadari penyebabbya. Ahli epidemiologi menyebut kejadian
21
ini sebagai kasusu “gonorrhea pingpong”. Didalam proses untuk bisa sembuh, setiap
pasangan terinfeksi kembali oleh pasangannya sendiri.
4. Point prevalence
22
singkat, secara teoretis menghentikan waktu semenit, sejam, atau sehari, dan
menghitung kasus penyakit yang ada. Berikut rumus point prevalence rate.
23
Total populasi penelitian 300 mahasiswa kelas 3 dari SMU Central
City. Total populasi kelas 3 adalah 1.100 siswa.
Point prevalence pada 22 september mencakup 7 kasus yang digunakan
sebagai pembilang (kasus yang termaksud – kasus 1, 2, 4, 5, 8, 12, 14,
15)
Prevalensi periode, mencakup semua kasus dari 1 juni sampai 31 mei,
dengan kasus kambuhan yang diperlakukan sebagai kasus baru karena
kasus kambuhan sama seperti kasus baru yang disebabkan oleh sifat
alami gonerrhea. 15 kasus digunakan sebagai pembilang.
Insidensi selama bulan November mencakup semua kasus baru dalam
periode waktu itu untuk semua populasi yang beresiko. Ada 4 kasus
baru di bulan November. Penyakit kambuhan diperlakukan sebagai
kasus baru.
6.ODDS RATIO
24
Odds ratio pajanan adalah rasio peluang orang yang terpajan dalam
kelompok yang sakit dibandingkan dengan peluang orang yang terpajan dalam
kelompok yang tidak sakit, atau A/B dibandingkan dengan C/D.
Pada insidensi dan pada kasus yang langka atau kasus yang asing,
AD/BC digunakan sebagai estimasi risk ratio dan juga sebagai rasio angka
insidensi orang-tahun (person-time incidence rate ratio. Selain itu, forces of
morbidity dapat digunakan untuk menentukan risk ratio pada kelompok yang
terpajan dan yang tidak terpajan.
SAKIT
A B
TIDAK SAKIT C D
25
Odds ratio risiko adalah rasio yang menentukan peluang untuk
mendapatkan suatu penyakit jika terpajan, terhadap peluang untuk
mendapatkan suatu penyakit jika tidak terpajan, dan rasio ini dapat dipakai
dalam penelitian cross-sectional, kohort, dan mungkin juga untuk penelitian
kasus kontrol. Untuk menghitung odds ratio, matriks epidemiologi dapat
digunakan kembali. Akan tetapi, di dalam odd ratio, istilah terpajan
menggantikan istilah sakit.istilah tidak terpajan menggantikan istilah tidak
sakit. Istilah ada menggantikan terpajan. Istilah tidak ada menggantikan tidak
terpajan. Pembagian symbol P1, P2, P3, P4 masing-masing digunakan dalam
matriks untuk menggantikan A, B, C, D. dengan demikian, kita akan
mendapatkan matriks seperti berikut.
P1 P3
+
P1 + P2 P3 + P4
P1 P3
+
P2 P4
TERPAJAN
P1 P2
TIDAK TERPAJAN P3 P4
26
GAMBAR 5. 11 Matriks empat sel, 2 x 2, untuk odds ratio.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada tiga angka kesakitan kunci yang digunakan dalam epidemiologi :
(1) insidensi, (2) prevalensi, 3) angka serangan. Subkategori atau angka
spesifik yang dapat membantu memperjelas atau memberikan informasi lebih
lanjut mengenai tiga angka kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan
situasi wabah tertentu.
Insidensi digunakan sebagai alat ukur rate dari kasus baru penyakit,
gangguan, atau cidera yang terjadi dalam sutu populasi.Insidensi adalah jmlah
kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam suatu periode waktu
dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode waktu tertentu.
Istilah insidensi terkadang digunakan secara bergantian dengan istilah angka
insidensi.
27
Pendamping insidensi adalah prevalensi. Sebagai alat ukur kesakitan,
prevalensi adalah jumlah kasus penyakit, orang yang terinfeksi, atau kondisi,
yang ada pada satu waktu tertentu, dihubungkan dengan besar populasi
darimana kasus itu berasal, misalnya, jumlah kasus campak dalam sebuah
populasi pada awal juli. Prevalensi penyakit kronis seperti atritis cukup tinggi
jika dibandingkan dengan insidensi lainnya. Insidensi memasukkan jumlah
kasus baru sementara prevalensi tidak. Prevalensi setara dengan insidensi yang
dikalikan dengan rata-rata durasi kasus.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F. &. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
28