Anda di halaman 1dari 17

Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Desa Cerme Kecamatan Grogol

Kabupaten Kediri

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Perkantoran

Dosen Pengampu:

Puspoko Punco Ratno M. T.

Disusun oleh:

Ana Fatikhun Ni’mah 20205053

Chintia Tetaria Berbifransiska 20205057

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Puji syukur panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatdan
karunia-Nya. Tidak lupa sholawat serta salam tak lupa penulis sampaikaan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya kebenaran
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan Tugas UTS Manajemen Perkantoran dan Kearsipan
dengan teman Perkantoran tepat pada waktunya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu
dalam penyelesaian penyusunan Tugas UTS ini. Khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Perkantoran dan Kearsipan yaitu Bapak Puspoko Ponco Ratno M. T. yang telah
membimbing dan membagi pengalamanya kepada penulis.

Kami sepenuhnya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai
kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun segi bahasa. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untu penyempurnaan tugas UTS ini.
Kami berharap agar tugas ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi kami selaku penulis pada khususnya.

Kediri,17 oktober 2022

Penyusun
Bab I
Pendahuluan
A. Pendahuluan

Pergeseran paradigma yang terjadi membuat masyarakat desa semakin sadar akan cara kerja
pemerintah (public sector), mulai dari pemerintah pusat sampai ke desa Cerme. Berakhirnya
pemerintahan orde baru dalam membenahi masyarakat untuk meningkatkan potensi kekuatan
politik guna meningkatkan perekonomian agar tidak terkonsentrasi di jantung pemerintahan,
dalam hal ini semakin diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua undang-undang tersebut mewujudkan
semangat demokrasi dengan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada setiap daerah untuk
mengembangkan potensinya.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, tugas dan kewajiban desa dalam penyelenggaraan


pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya sumber pendapatan dari desa (Faridah dan
Suryono. 2015). Berdasarkan pemanfaatan ADD, dalam peningkatan masyarakat desa diperlukan
good governance oleh pemerintah desa Cerme agar pelaksanaannya dapat selaras dengan tujuan
dan sarana ADD dalam meningkatkan tata kelola alokasi desa. dana. khususnya Kepala Desa,
menggunakan Teknik Pengelolaan Keuangan Desa PTPKD, dan Bendahara Desa Cerme harus
memahami dan mengenal pengelolaan alokasi dana desa di pemukiman Kabupaten Kediri.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Proses Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang melipti
Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban?
2. faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengelolaan Alokasi Dana Desa
(ADD) di Desa Cerme Kecamaatn Grogol Kabupaten Kediri?
C. Tujuan
1. mengetahui tentang Proses Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang melipti
Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
2. mengetahui tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Cerme Kecamaatn Grogol Kabupaten Kediri
Bab II

Kajian Teori

A. Kajian Teori

Desa diberikan hak-hak khusus, antara lain pengelolaan keuangan desa, pengelolaan
pemerintahan desa, dan pembangunan desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
kualitas hidup dan kesejahteraan, baik dalam arti pembangunan lebih bersifat kegiatan. Sistem
pengelolaan dana desa yang dikelola oleh pemerintah desa mencakup mekanisme penghimpunan
dan pertanggungjawaban berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Subroto, 2009).
Peraturan tersebut menjelaskan bahwa pembiayaan pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah
daerah, termasuk pemerintah desa, mengikuti prinsip money by function, artinya pembiayaan
mengikuti fungsi pemerintahan, menjadi tugas dan tanggung jawab setiap tingkat pemerintahan
(Subroto, 2009).

Pelaksanaan UU No.33 Tahun 2004 mengakibatkan pencairan dana dari APBD yang kita
sebut Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap keberhasilan
program yang telah direncanakan. perangkat desa sesuai dengan rencana pembangunan jangka
menengah desa (RPJMDes). Dengan adanya penyaluran alokasi dana desa, pemerintah desa
harus berusaha mengelola dana yang ada secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan yang
berlaku agar tercipta tata kelola pemerintahan yang baik di bidang pemerintahan.

Besaran yang diterima pemerintah desa harus sebanding dengan keterampilan aparat
desa, khususnya kepala desa. Keterampilan ini merupakan kombinasi dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Namun hal ini tidak lepas dari tingkat pendidikan kepala desa yang
sebagian besar belum memiliki pemahaman yang jelas tentang penggunaan dana, sehingga
memerlukan dukungan khusus dari para ahli agar penggunaan dana menjadi efektif, legal dan
terhindar dari kesalahan.

Penelitian ini berfokus pada analisis pengelolaan alokasi dana desa baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun penjelasan. Tempat tersebut akan melihat permasalahan yang
muncul di desa tersebut dan mengetahui penyebabnya serta memberikan saran atas permasalahan
yang muncul. Setelah semua prosedur dilakukan, peneliti dapat mengambil kesimpulan apakah
prinsip-prinsip good governance dan pengelolaan keuangan yang meliputi transparansi,
akuntabilitas dan partisipasi telah dilakukan dengan baik di Desa Cerme atau belum.

Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Max Weber, yang menyatakan bahwa individu
melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan interpretasi
mereka terhadap objek atau situasi stimulus. Dengan demikian, tindakan dapat dipahami sebagai
kemampuan individu untuk bertindak, dalam arti mengidentifikasi alternatif atau metode atau
alat di antara beberapa alternatif yang tersedia untuk mencapai tujuan, sasaran yang ingin
dicapai. Kondisi dan norma serta situasi penting lainnya membatasi kebebasan aktor, sedangkan
pengambilan keputusan subjektif dibatasi oleh sistem budaya berupa norma dan nilai sosial,
pergaulan (Ritzer, 1992:57).

Ada beberapa teori yang menunjukkan motivasi dalam Sutrisno (2013:

121) yaitu:

1. Teori kepuasan Teori ini didasarkan pada pendekatannya berdasarkan faktor-


faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan mereka bertindak dan
berperilaku dengan cara-cara tertentu.
2. Teori Proses Motivasi Teori proses berfokus pada bagaimana motivasi terjadi
(Sutrisno, 2013:140), dan ada tiga teori yang dikenal tentang dinamika proses,
yaitu:Teori Harapan, Teori Ekuitas, dan Teori Penguatan.

Teori ini mengasumsikan bahwa ada hubungan yang erat antara kepuasan dan
keberhasilan organisasi. Keberhasilan organisasi mencerminkan memaksimalkan kegunaan
manajer dan tim manajemen. Memaksimalkan utilitas kelompok ini pada akhirnya akan
memaksimalkan manfaat individu dalam kelompok organisasi. Implikasi teori manajemen dalam
penelitian ini dapat menjelaskan peran pemerintah daerah sebagai lembaga yang dapat dipercaya
untuk bertindak sesuai dengan kepentingan umum dengan menjalankan tugasnya dengan baik
dan fungsinya, dalam memenuhi tanggung jawab keuangan yang dipercayakan kepadanya,
tujuan, pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara optimal.
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan”.
Teori organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam suatu organisasi, yang
mencakup pembahasan tentang bagaimana suatu organisasi beroperasi dan mewujudkan visi dan
misi organisasi. Teori organisasi adalah teori untuk mempelajari kerjasama dalam individu.
Dalam pembahasan teori organisasi, membahas tentang teori-teori organisasi yang ada dan yang
diterapkan serta sejarah dan perkembangannya hingga saat ini. Ini termasuk teori organisasi
klasik, teori organisasi neoklasik, dan teori organisasi modern. Dalam UU Pemerintahan Daerah
Nomor 32 Tahun 2004, ia memberikan pengertian pemerintahan daerah sendiri dalam Pasal 1
ayat 5:“Daerah yang berdaulat adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah yang mengatur
dirinya sendiri dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan undang-undang.”

Dengan adanya kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam
UU No. 32 Tahun 2004, pemerintah harus mempercepat pembangunan daerah dan meningkatkan
pelayanan publik dengan lebih mudah dan cepat. Pemerintahan desa berdasarkan Undang-
Undang Desa No. 6 Tahun 2014 Bagian 1 menyatakan bahwa desa adalah desa, kesatuan
masyarakat hukum, daerah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional. diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik
Indonesia.

Tahap pertama adalah tahap perencanaan. Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi di desa menyelenggarakan musyawarah desa untuk membahas program-program yang
akan dilaksanakan pada tahun berjalan, yang di dalamnya melibatkan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), Badan Permusyawaratan Desa (LPM), tokoh masyarakat, dan Mesin Desa. Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) digunakan sebagai dasar penyusunan PDB tahunan.

Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan, setelah dana ADD disalurkan ke desa untuk
dibelanjakan sesuai dengan kegiatan yang diuraikan dalam PBD. Untuk kegiatan-kegiatan yang
bersifat alami, besaran yang digunakan biasanya dicantumkan pada papan proyek pembangunan
untuk menghormati prinsip keterbukaan yang menjadi standar akuntabilitas desa.

Langkah ketiga adalah pertanggungjawaban, dalam hal ini desa sebagai pengguna dana
ADD wajib membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) atas dana yang digunakan dan
semesteran kali sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan yang telah dibuat oleh administrasi.
LPJ ini kemudian digunakan sebagai syarat pencairan tahap berikutnya di tahun berjalan.

Alokasi dana desa merupakan bentuk hubungan keuangan antar tingkat pemerintahan,
khususnya hubungan keuangan antara pemerintah kabupaten dan desa. Untuk dapat membentuk
hubungan keuangan yang tepat, penting untuk memahami kewenangan perangkat desa.
Konstruksi pemerintahan desa merupakan implementasi dari program desentralisasi dan otonomi
(Pratolo, 2007).
Bab II
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Desa Cerme secara geografis terletak di dataran rendah. Desa Cerme terletak sekitar 1,9
km sebelah timur dari pusat kecamatan yaitu Kabupaten Grogol, dan memiliki potensi strategis
yang cukup besar untuk dikembangkan. Cerme adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Grogol, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Indonesia. Desa Cerme terdiri dari 6 desa: Gringing,
Ngolakan, Sugihan, Glatik,Santren Kidul dan Lor Santren. Keberadaan pasar Gringing di
kawasan Cerme menjadikan desa ini sebagai pusat pertemuan warga kelurahan Grogol dan
wilayah Nganjuk yang berbatasan dengan wilayah Kediri.

Desa Cerme memiliki 8.431 penduduk pada tahun 2022, termasuk 3.710 laki-laki dan
4.721 perempuan. Potensi yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia,
harus terus digali dan dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat luas. Pendidikan
merupakan salah satu faktor terpenting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan juga merupakan bagian penting dari pembangunan, yang nantinya akan
memperlancar pelaksanaan pembangunan di pedesaan melalui peran serta masyarakat yang aktif
dan partisipatif.

2. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Cerme

Tahapan proses pengelolaan keuangan desa harus dipahami dan diikuti sesuai dengan aturan
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan kabupaten agar prinsip-prinsip pemerintahan
yang baik kemudian dapat dilaksanakan. Pengelolaan keuangan desa dapat dilakukan dengan
benar jika bertumpu pada sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten. Oleh karena itu,
pemerintah desa harus memiliki struktur organisasi pengelolaan keuangan desa dan konvensi
tersebut menjadi acuan dalam semua kegiatan pengelolaan keuangan desa.
a) Tahap Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses menentukan sesuatu yang ingin dicapai di masa yang akan
datang dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapainya. Hal ini penting
karena perencanaan merupakan indikator keberhasilan suatu kegiatan. Dalam perencanaan
keuangan desa diperlukan rencana strategis. Satu hal yang dapat direncanakan dalam hal ini
adalah bagaimana mengalokasikan dana desa dengan sebaik-baiknya.

Tahap perencanaan diawali dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa


(Musrenbangdes) dan kemudian membahas rencana penggunaan dana yang tertuang dalam
APBDes secara transparan dan partisipatif. Asas partisipasi ini tertuang dalam Permendagri No.
113 Tahun 2014:“Penyelenggaraan pemerintahan desa, termasuk kelembagaan desa dan unsur
masyarakat desa, bersifat partisipatif.” Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan sumber
pendapatan desa yang penggunaannya terintegrasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes). Oleh karena itu, program perencanaan dan kegiatannya disusun oleh Forum
Diskusi Perencanaan Pembangunan Desa. Musrembang Desa merupakan forum
permusyawaratan untuk membahas usulan kegiatan pembangunan desa berdasarkan prinsip-
prinsip perencanaan pembangunan, partisipasi masyarakat desa dan transparansi pemerintah
kepada masyarakat.

Mengenai prinsip partisipasi dalam rencana ADD, hal ini dapat dicapai melalui
musrenbangdes yang melibatkan BPD, LPMD, perangkat desa, lembaga, tokoh masyarakat dan
perwakilan masyarakat. Penerapan prinsip partisipasi ini dibuktikan dengan hasil wawancara.
“Untuk kejelasan rencana pengelolaan alokasi dana di desa, desa selalu mengundang kepala
desa, perangkat desa, tokoh masyarakat RT RW, anggota BPD dan LPMD untuk konsultasi
bersama agar informasi tidak kabur. (wawancara dengan kepala desa Cerme tanggal 12 Oktober
2022) “Jika tahun ini ada rencana yang tidak dapat direalisasikan, tahun depan kita masukkan
lagi.” (Hasil Wawancara dengan kepala desa Cerma, pada tanggal 12 oktober 2022).

Untuk usulan yang masuk di tengah jalan, pemerintah desa akan tetap
mempertimbangkan semua usulan yang diajukan masyarakat. Bagaimana usulan masyarakat ini
dapat diwujudkan dapat dilakukan dengan menggunakan dana lain yang mengalir ke desa,
seperti: Bantuan Dari Dana Aspirasi atau Pendapatan Asli Desa (PAD).Hal ini dibuktikan dari
konfirmasi ulang dengan Kepala Desa : “Usulan semua kita tampung, jika dana ADD tidak bisa
mengcovernya kita bisa alihkan ke dana PAD yang kita miliki. Selagi dananya mencukupi kita
usahakan untuk merelisasikan apa yang diinginkan masyarakat.” (Hasil Wawancara dengan SA,
pada tanggal 12 oktober 2022)

Program kerja di bidang pelaksanaan pembangunan Cerme telah disepakati dengan


masyarakat, tokoh masyarakat, unsur LPMD dan BPD Forum Murembang Desa, dan usulan
pembangunan yang diajukan oleh masyarakat desa Cerme telah disusun oleh RAB yang telah
telah ditugaskan kepada tim pelaksana kegiatan ( TPK) yang dilaksanakan oleh Alokasi Dana
Desa (ADD). Perencanaan Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Cerme menghasilkan
program kerja pada tahun 2022 yaitu:

Penyelenggaraan Pemerintah Rp. 1.133.408,00


Pembangunan Rp. 354.473.000,00
Pembinaan Kemasyarakatan Rp. 32.600.000,00
Pemberdayaan Kemasyarakatan Rp. 200.494.600,00
Bencana Tak Terduga Rp. 494.400.000,00
Jumlah Rp. 2.215.375.926,00

Asas transparansi adalah asas yang membuka hak pemerintah desa untuk memperoleh
informasi yang akurat, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa
serta menghormati ketentuan peraturan perundang-undangan. Penerapan prinsip transparansi
dalam perencanaan program ADD bertujuan untuk menghindari dan menampung perselisihan
antara masyarakat dengan pemerintah desa. Diharapkan masyarakat dapat memantau dan
memastikan pelaksanaan dana tersebut sesuai dan sesuai dengan usulan.Pelaksanaan prinsip
transparansi dibuktikan dengan hasil wawancara : “Setelah melalui tahap musyawarah, hasilnya
kita informasikan kepada masyarakat lewat banner yang sudah dicetak yang di pasang di depan
balai desa. Kalaupun ada yang datang langsung kekantor, ya kita layani.” (Hasil wawancara
dengan kepala desa pada tanggal 12 oktober 2022)
b) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembangunan yang bersumber dari ADD akan dilaksanakan sepenuhnya


oleh Tim Pelaksana Desa. Untuk itu perlu ditunjukkan bahwa pemerintah desa terbuka kepada
masyarakat mengenai jenis kegiatan, termasuk pendanaan. Salah satu indikasi konkrit
keterbukaan informasi: “Setiap kali ada kegiatan fisik kita selalu kok membuat papan nama
kegiatan atau banner yang dicetak, didalamnya ada jumlah total dana dengan jumlah pajak yang
dibayarkan. Supaya masyarakat juga tau, walaupun uangnya banyak untuk pembangunan tapi
ada juga pajak yang harus kita bayarkan.” (Hasil wawancara dengan dengan kepala desa tanggal
12 oktober 2022)

Selain itu, prinsip akuntabilitas pelaksanaan ADD juga sangat penting karena juga
termasuk dalam asas pengelolaan keuangan desa. Hasil wawancara dengan informan yang
mengatakan: “Kami sudah susun laporan pertanggunjawaban (LPJ) dengan faktur, surat pesanan,
dan kwitansi sesuai dengan apa yang tercantum di RAB kegiatan” (Hasil wawancara dengan
kepala desa tanggal 12 oktober 2022)

Meskipun pelaksanaan pengelolaan ADD dalam pelaksanaannya dapat dikatakan


transparan dan akuntabel sesuai aturan. Masih ada kendala di lapangan, belum lagi pembangunan
fisik. Kondisi alam dan kesadaran masyarakat menjadi salah satu kendala yang perlu diantisipasi
sejak dini. Hal ini sesuai dengan wawancara : “Semua kegiatan sudah kami kerjakan, cuma ada
kendala dalam pembangunan seperti banjir, jadi lokasi fisik kita terendam. Saat pembangunan
gorong-gorong pastinya akan melibatkan masyarakat dan terkadang juga akan memakan tanah
warga yang pastinya membutuhkan rapat atau musyawarah bersama warga nah itu tidak
langsung bisa diterima warga artinya kita butuh pendekatan terlebih dahulu,pendekatan tersebut
bisa melalui saat ada acara pengajian atau acara-acara di desa itujuga tidak bisa langsung
mungkin ada 4 atau 5 kali baru bisa diterima warga”. (Hasil wawancara dengan kepala desa
tanggal 12 oktober 2022

c) Tahap Pertanggungjawaban

Prinsip akuntabilitas adalah pelaksanaan pertanggungjawaban, dan kegiatan yang


dilakukan oleh para pihak harus dapat dipertanggungjawabkan atas pelaksanaan wewenang yang
diberikan dalam bidang tanggung jawab (Suherman, 2007). Prinsip akuntabilitas sangat erat
kaitannya dengan akuntabilitas efektivitas kegiatan dalam mencapai tujuan atau sasaran dari
suatu kebijakan atau program tertentu (Amin, 2008). Hasil wawancara dengan salah satu kepala
desa : “Menggunakan dana ADD sesuai dengan APBDes dan dana pembangunan sesuai dengan
RAB yang sudah dibuat. Kalau jenis pelaporan berupa SPJ kepihak Kecamatan dan Kabupaten
yang dilengkapi dengan semua bukti-bukti penggunaan dana yang akurat dan transparan.” (Hasil
wawancara dengan kepala desa tanggal 12 oktober 2022)

Untuk kendala yang dihadapi desa untuk tahap pertanggungjawaban tidak ada sama
sekali karena SDM di perangkat desa ini sudah sesuai dengan bidangnya. Hal ini didapat dari
hasil wawancara : “Alhamdulillah di desa cerme ini untuk perangkat desa semua sudah sesuai
dengan bidangnya maisng masing contoh untuk di bidang IT stafnya juga lulusan IT ataupun
sudah mempunyai skill dan keahlian di IT.” (Hasil wawancara kepala desa tanggal 12 oktober
2022)

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Cerme
a. faktor penghambat

Faktor-faktor penghambat yang dihadapi pemerintah Desa Cerme dalam Pengelolaan ADD
yaitu sebagai berikut:

1. Ketentuan juknis pengalokasian dana desa mengalami perubahan setiap tahunnya.


Hasil survei menunjukkan bahwa salah satu kendala dalam pengelolaan ADD yang
berubah dari tahun ke tahun menjadi kendala bagi aparat desa dalam melaksanakan
pengelolaan ADS. Karena adanya perubahan peraturan teknis ADD, aparat desa perlu
mempelajari lebih lanjut tentang persiapan ADD, sehingga dapat menyebabkan
keterlambatan pelaporan ADD di desa Cerme
b. faktor pendukung
Faktor-faktor pendukung yang dihadapi pemerintahan di Desa Cerme antara lain sebagai
berikut :
1. Partisipasi Masyarakat
Berdasarkan penelitian, keterlibatan masyarakat terlihat dari keinginan masyarakat untuk
membantu pelaksanaan program desa dan menjadi faktor pendukung dalam pengelolaan
Alokasi Dana Desa di Desa Cerme Sangat antusias membantu dan bekerjasama. Dalam
pelaksanaan program pemerintah desa. Oleh karena itu, faktor pendukung untuk
mewujudkan penggunaan ADD adalah respon masyarakat.
2. Sarana dan Prasarana
Dari hasil penelitian sarana dan prasarana menjadi faktor pendukung dalam pengelolaan
ADD, yang mengupayakan pemerintah Desa Cerme demi terlaksananya program yang
akan dijalankan dengan menyediakan kendaraan bagi aparat Desa dalam menjalankan
tugasnya.
3. Sumber Daya Manusia
Dari hasil wawancara dengan peneliti saat itu dapat dikatakan bahwa faktor pendukung
berjalannya ADD yaitu sumber daya manusia sangat baik seiring dengan kemajuan
pembangunan Desa Cerme di Kecamatan Grogol, dan perlu adanya pengelolaan yang
rasional. Cepat dan lambatnya proses pengelolaan ADD ini terutama disebabkan oleh
sumber daya manusia sebagai penggeraknya.
Faktor yang mendukung ADD dalam pembangunan Desa Cerme Kecamatan
Grogol adalah Partisipasi masyarakat,sarana prasarana dan sumber daya manusia.
Partisipasi masyarakat dapat mendukung kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
implementasi program pembangunan.
Disimpulkan bahwa menurut hasil dan teori penulis dengan partisipasi pendapat
para ahli, faktor pendukungnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
sumber daya manusia, faktor keberhasilan pembangunan, semangat dan rasa ingin tahu
masyarakat. Partisipasi dalam pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan serta
berdampak signifikan terhadap kemajuan dan perkembangan pembangunan desa Cerme.
Bab IV

Kesimpulan

Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa Cerme dengan jumlah Dusun 6 dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Cerme secara konseptual
menerapkan prinsip partisipatif dan transparan. Hal itu dicapai melalui musyawarah
desa dan sosialisasi penggunaan dana yang dilakukan oleh desa Cerme kabupaten
Grogol..
2. Pada tahap pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Cerme, prinsip
transparansi dan akuntabilitas diterapkan. Namun kenyataannya kantor desa yang
menjadi pengguna dana tersebut masih menghadapi banyak kendala baik di dalam
maupun di luar negeri.
3. Tahap Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD) baik secara administrasi,fisik
maupun SDM sudah sangat baik.

Faktor yang mempengaruhi ADD adalah pendukung dan penghambat. Hal ini
mendukung keterlibatan masyarakat dalam mendonasikan tanah kepada pemerintah desa.
Pemblokir adalah pedoman teknis ADD, tetapi mereka berubah setiap tahun dalam komunikasi.
Daftar pustaka

Agus Subroto., 2009, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus Pengelolaan Alokasi
Dana Desa di Desa-Desa dalam wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun
2008) Tesis-s2 Universitas Dipenogoro, Semarang.

Faridah dan Bambang Suryono. 2015. Tranparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Ritzer, George., 1992, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Rajawali Press, Jakarta.

Sutrisno Edy., 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia , Cetakan Kelima Prenada Media,
Yogyakarta

Surya Pratolo,. 2007. Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia: Aspek
Audit Manajemen dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel Eksogen Serta Tinjauann ya Pada
Jenis Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X.Unhas Makassar 26- 28 Juli.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah


Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah.


Lampiran

a. Daftar pertanyaan
1. Bagaimana pemerintah desa dalam mewujudkan prinsip keterbukaan untuk mengelola
dana yang bersumber dari Alokasi Dana Desa?
2. Apakah ada program kegiatan Musrenbangdes atau Forum Musyawarah dalam
pembahasan dan pengelolaan alokasi dana desa tersebut?
3. Bagaimana pemerintah desa mengakomodir segala masukan atau usulan dari peserta yang
hadir dalam musyawarah desa dalam proses perencanan pengelolaan Alokasi Dana Desa
(ADD)?
4. Di dalam pemerintahan desa siapa yang terlibat langsung dalam pelaksanaan atau
pengawasan kegiatan, seperti contoh pembangunan jalan, jembatan atau yang lainnya?
5. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengelolaan Alokasi Dana
Desa?
6. Apa kendala yang ditemui dalam pelaksanaan merealisasikan perencanaan Alokasi Dana
Desa?
7. Bagaimana mekanisme perencanaan Pengelolaan Alokasi Dana Desa?
8. Apakah telah ada pembangunan yang telah direalisasikan dan sesuai dengan apa yang
direncanakan sebelumnya?
9. Apakah kendala yang ditemui dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan
dalam pelaksanaan dan realisasi yang dilakukan?
10. Bagaimana peran pemerintah desa dalam mendukung keterbukaan dan penyampaian
informasi yang jelas kepada masyarakat dalam proses perencanaan program yang didanai
dari Alokasi Dana Desa (ADD)?
11. Bagaimana pemerintah dalam melaksanakan prinsip transparansi terkait dengan laporan
keuangan yang dibuat?
12. Bagaimana pemerintah desa dalam melaksanakan prinsip akuntabilitas dalam
pelaksanaan realisasi Alokasi Dana Desa?
13. Apakah ada kendala atau kesulitan dari Pemerintah Desa dalam membuat
pertanggungjawaban administrasi?
14. Apakah dalam proses pencatatan telah melalui jalur struktural yang telah ditentukan
seperti laporan realisasi dan sebagainya?
15. Bagaimana urutan skema pertanggungjawaban pelaporannya?

b. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai