Anda di halaman 1dari 22

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan

Perkapita, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Jumlah


Penduduk Miskin Di Provinsi Sumatera Utara

Sabrina Sitanggang1, Gideon Natanael Sihombing2, Hotdin Simanjuntak3

Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi


Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara, Indonesia
Email :, sabrinasitanggang24@gmail.com, gideonnatanael12@gmail.com,
hotdinsimanjuntak6@gmail.com

ABSTRAK

Kemiskinan dipandang sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok


orang, laki-laki atau perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasar mereka memenuhi
syarat untuk kehidupan yang bermartabat.Sudut pandang kemiskinan adalah
pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin memiliki hak
dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin
Sumatera Utara 20032014. Variabel yang digunakan meliputi Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan Per Kapita, Inflasi dan Pengangguran. Metode yang
digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS), yang menggunakan
beberapa metode regresi linear untuk mengelola data menggunakan SPSS
22.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R²) dari 0,698,
yang berarti bahwa variabel independen, yaitu pertumbuhan ekonomi,
pendapatan per kapita, inflasi, dan pengangguran mempengaruhi jumlah
penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara.

Kata kunci: Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita,


Inflasi dan Pengangguran

ABSTRACT

Poverty is seen as a condition in which a person or group of people, male or


female, are not fulfilled their basic rights and fulfill the requirements for a
dignified life. The poverty point of view is a rights-based approach that
recognizes that the poor have the same basic rights as members other
communities. This study aims to determine the factors affecting the number of
poor people in North Sumatra 2003-2014. The variables used include Economic
Growth, Per Capita Income, Inflation and Unemployment. The method used is the

1
Ordinary Least Square (OLS) method, which uses several linear regression
methods to manage data using SPSS 22. The results of this study indicate that the
coefficient of determination (R²) is 0.698, which means that the independent
variables, namely economic growth, income per capita, inflation, and
unemployment affect the number of poor people in North Sumatra Province.

Keywords: Poverty, Economic Growth, Income Per Capita,


Inflation and Unemployment

PENDAHULUAN hidup mereka.Secara umum


kemiskinan didefinisikan sebagai
Salah satu tujuan pembangunan kondisi dimana seseorang atau
nasional adalah meningkatkan sekelompok orang tidak mampu
kinerja perekonomian agar mampu memenuhi hak‐hak dasarnya untuk
menciptakan lapangan kerja dan mempertahankan dan
menata kehidupan yang layak bagi mengembangkan kehidupan yang
seluruh rakyat yang pada gilirannya bermartabat.Definisi yang sangat
akan mewujudkan kesejahteraan luas ini menunjukkan bahwa
penduduk Indonesia. Salah satu kemiskinan merupakan masalah
sasaran pembangunan nasional multi dimensional, sehingga tidak
adalah menurunkan tingkat mudah untuk mengukur kemiskinan
kemiskinan. Kemiskinan merupakan dan perlu kesepakatan pendekatan
salah satu penyakit dalam ekonomi, pengukuran yang dipakai.(BPS &
sehingga harus disembuhkan atau World Bank). Kemiskinan
paling tidak dikurangi.Permasalahan merupakan masalah sosial yang
kemiskinan memang merupakan senantiasa hadir di tengah-tengah
permasalahan yang kompleks dan masyarakat, khususnya di negara-
bersifat multidimensional.Oleh negara berkembang.
karena itu, upaya pengentasan Dalam konteks masyarakat
kemiskinan harus dilakukan secara Indonesia, masalah kemiskinan juga
komprehensif, mencakup berbagai merupakan masalah sosial yang
aspek kehidupan masyarakat, dan senantiasa relevan untuk dikaji
dilaksanakan secara terpadu (M. secara terus menerus. Bukan saja
Nasir, dkk 2008). Data kemiskinan karena masalah kemiskinan telah ada
yang baik dapat digunakan untuk sejak lama, melainkan pula karena
mengevaluasi kebijakan pemerintah hingga kini belum bisa diselesaikan
terhadap kemiskinan, dan bahkan kini gejalanya semakin
membandingkan kemiskinan antar meningkat sejalan dengan krisis
waktu dan daerah, serta menentukan multidimensional yang masih
target penduduk miskin dengan dihadapi oleh bangsa Indonesia.
tujuan untuk memperbaiki kualitas (Alfian; 2000). Kemiskinan tidak

2
hanya menjadi permasalahan bagi masyarakat miskin kepada sumber
negara berkembang, bahkan negara- daya pembangunan dan menciptakan
negara maju pun mengalami peluang bagi masyarakat paling
kemiskinan walaupun tidak sebesar bawah untuk berpartisipasi dalam
Negara berkembang. Persoalannya proses pembangunan, sehingga
sama namun dimensinya berbeda. mereka mampu mengatasi kondisi
Persoalan kemiskinan di negara maju keterbelakangannya. Selain itu upaya
merupakan bagian terkecil dalam penanggulangan kemiskinan harus
komponen masyarakat mereka tetapi senantiasa didasarkan pada
bagi negara berkembang persoalan penentuan garis kemiskinan yang
menjadi lebih kompleks karena tepat dan pada pemahaman yang
jumlah penduduk miskin hampir jelas mengenai sebab-sebab
mencapai setengah dari jumlah timbulnya persoalan itu.
penduduk.Bahkan ada negara-negara
sangat miskin mempunyai jumlah
penduduk miskin melebihi dua
pertiga dari penduduknya.
Kemiskinan merupakan IDENTIFIKASI MASALAH
masalah dalam pembangunan yang Identifikasi Masalah ini adalah:
bersifat multidimensi.Kemiskinan
1.      Mengetahui pengertian kemiskinan
ditandai oleh keterbelakangan dan
dan teori kemiskinan
pengangguran yang selanjutnya
meningkat menjadi pemicu 2.      Mengetahui cara mengukur
ketimpangan pendapatan dan kemiskinan
kesenjangan antar golongan 3.      Mengetahui penyebab kemiskinan
penduduk. Untuk menanggulangi 4.      Mengetahui keadaan kemiskinan di
masalah kemiskinan harus dipilih Sumatera Utara
strategi yang dapat memperkuat 5.      Mengetahui apa saja yang harus
peran dan posisi perekonomian
diprioritaskan dalam pengentasan
rakyat dalam perekonomian nasional,
kemiskinan Sumatera Utara
sehingga terjadi perubahan struktural
yang meliputi pengalokasian sumber
daya, penguatan kelembagaan,  RUMUSAN MASALAH
pemberdayaan sumber daya Dalam makalah ini penulis akan
manusia.Program yang dipilih harus membahas tentang:
berpihak dan memberdayakan 1.      Apa pengertian kemiskinan dan apa
masyarakat melalui pembangunan sajakah teori dalam kemiskinan itu?
ekonomi dan peningkatan
2.      Bagaimana cara mengukur
perekonomian rakyat. Program ini
kemiskinan?
harus diwujudkan dalam langkah-
langkah strategis yang diarahkan 3.      Apa saja penyebab kemiskinan?
secara langsung pada perluasan akses

3
4.      Bagaimana keadaan kemiskinan di beberapa aspek, seperti tingkat
keparahan dan
Sumater Utara?
penyebab.Berdasarkan tingkat
5.      Apa saja yang harus diprioritaskan
keparahan kemiskinan dapat
dalam pengentasan kemiskinan di dibedakan atas kemiskinan absolut
Sumaters Utara? dan kemiskinan relatif.Seseorang
dikatakan miskin secara absolut
apabila tingkat pendapatannya lebih
rendah daripada garis kemiskinan
Kajian Teori absolut. Dengan kata lain jumlah
Berdasarkan Undang- pendapatannya tidak cukup untuk
Undang No. 24 Tahun 2004, memenuhi kebutuhan hidup
kemiskinan adalah kondisi sosial minimum yang dicerminkan oleh
ekonomi seseorang atau sekelompok garis kemiskinan absolut tersebut.
orang yang tidak terpenuhinya hak- (Agussalim; 2000)
hak dasarnya untuk Menurut Badan Pusat Statistik,
mempertahankan dan kemiskinan adalah ketidakmampuan
mengembangkan kehidupan yang memenuhi standar minimum
bermartabat. Kebutuhan dasar yang kebutuhan dasar yang meliputi
menjadi hak seseorang atau kebutuhan makan maupun non
sekelompok orang meliputi makan. Membandingkan tingkat
kebutuhan pangan, kesehatan, konsumsi penduduk dengan garis
pendidikan, pekerjaan, perumahan, kemiskinan atau jumlah rupiah
air bersih, pertanahan, sumber daya untuk konsumsi orang perbulan.
alam, lingkungan hidup, rasa aman Sedangkan bagi dinas sosial
dari perlakuan atau ancaman tindak mendefinisikan
kekerasan, dan hak untuk
berpartisipasi dalam
orang miskin adalah mereka
penyelenggaraan kehidupan sosial
yang sama sekali tidak mempunyai
dan politik. Laporan Bidang
sumber mata pencaharian dan tidak
Kesejahteraan Rakyat yang
mampu memenuhi kebutuhan dasar
dikeluarkan oleh Kementrian
mereka yang layak bagi
Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun
kemanusiaan dan mereka yang
2004 menerangkan pula bahwa
sudah mempunyai mata pencaharian
kondisi yang disebut miskin ini juga
tetapi tidak dapat memenuhi
berlaku pada mereka yang bekerja
kebutuhan dasar yang layak bagi
akan tetapi pendapatannya tidak
kemanusiaan. Teori Kemiskinan
mencukupi untuk memenuhi
Teori pembangunan yakin masalah
kebutuhan pokok/dasar. Dalam
kemiskinan akan teratasi dengan
bukunya “mereduksi kemiskinan”
sendirinya melalui mekanisme
menjelaskan bahwa kemiskinan
pertumbuhan ekonomi. Bahkan
dapat diklasifikasikan berdasarkan
Kuznets berpendapat bahwa

4
ketimpangan pendapatan merupakan rendah, karena luas pasar untuk
syarat keharusan bagi pertumbuhan berbagai jenis barang adanya
ekonomi yang tinggi.Jadi pada awal terbatas, hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi tingkat karena pendapatan masyarakat
kesenjangan ekonomi makin tinggi sangat rendah.Pendapatan
sampai pada tingkatan tertentu baru masyarakat sangat rendah karena
menurun.Teori Harrod-Domar juga tingkat produktivitas yang rendah,
menyatakan demikian, dimana sebagai wujud dari tingkatan
untuk pertumbuhan yang tinggi pembentukan modal yang terbatas di
diperlukan akumulasi modal masa lalu.Pembentukan modal yang
(capital) melalui tabungan terbatas disebabkan kekurangan
(saving).Komponen masyarakat perangsang untuk menanamkan
yang mampu menabung adalah modal dan seterusnya.
kelompok orang kaya, bukan dari Indikator kemiskinan bisa ditinjau
kelompok orang miskin.Sehingga dari lima sudut, yaitu persentase
pertumbuhan ekonomi hanya dapat penduduk miskin, pendidikan
dimotori oleh kelompok masyarakat (khususnya angka buta huruf),
yang mampu memupuk modal. kesehatan (angka kematian bayi dan
(Todaro; 2002) anak balita kurang gizi),
ketenagakerjaan dan ekonomi
(konsumsi per kapita). Untuk
Menurut Nurkse dalam
menentukan seseorang dapat
kutipan (Lincolin Arshad; 1999) ada
dikatakan miskin atau tidak maka
dua lingkaran perangkap
diperlukan tolok ukur yang
kemiskinan, yaitu dari segi
jelas.Berbagai pendekatan atau
penawaran (supply) dimana tingkat
konsep digunakan sebagai bahan
pendapatan masyarakat yang rendah
perhitungan dan penentuan batas-
yang diakibatkan oleh tingkat
batas kemiskinan. (Prihatini; 2006)
produktivitas yang rendah
menyebabkan kemampuan
masyarakat untuk menabung Jenis Kemiskinan
rendah.Kemampuan untuk Kemiskinan menurut Nurkse
menabung rendah, menyebabkan (dalam Lincolin Arshad; 1999):
tingkat pembentukan modal yang Kemiskinan Absolut: Seseorang
rendah, tingkat pembentukan modal termasuk golongan miskin absolut
(investasi) yang rendah apabila hasil pendapatannya berada
menyebabkan kekurangan modal, di bawah garis kemiskinan dan tidak
dan dengan demikian tingkat cukup untuk menentukan kebutuhan
produktivitasnya juga rendah dan dasar hidupnya; kemiskinan relatif:
seterusnya.Dari segi permintaan Seseorang termasuk golongan
(demand), di negara-negara yang miskin relatif apabila telah dapat
miskin perangsang untuk memenuhi kebutuhan dasar
menanamkan modal adalah sangat hidupnya, tetapi masih jauh lebih

5
rendah dibandingkan dengan masyarakat tidak mendapat
keadaan masyarakat sekitarnya. menguasai sumber daya, sarana, dan
Kemiskinan dibagi dalam empat fasilitas ekonomi yang ada secara
bentuk, yaitu: Kemiskinan absolut, merata. (Suryawati; 2005)
kondiai dimana seseorang memiliki Ukuran Kemiskinan
pendapatan di bawah garis Bank Dunia membantu Badan
kemiskinan atau tidak cukup untuk Koordinasi Keluarga Berencana
memenuhi kebutuhan pangan, Nasional (BKKBN) mengukur
sandang, papan, kesehatan, kemiskinan berdasarkan pada
perumahan, dan pendidikan yang pendapatan seseorang. Seseorang
dibutuhkan untuk bisa hidup dan yang memiliki pendapatan kurang
bekerja; kemiskinan relatif, kondisi dari US$ 1 per hari masuk dalam
miskin karena pengaruh kebijakan kategori miskinUntuk mengukur
pembangunan yang belum kemiskinan, Indonesia melalui BPS
menjangkau seluruh masyarakat, menggunakan pendekatan
sehingga menyebabkan kebutuhan dasar (basic needs) yang
ketimpangan pada pendapatan; dapat diukur dengan angka atau
kemiskinan kultural, mengacu pada hitungan Indeks Perkepala (Head
persoalan sikap seseorang atau Count Index), yakni jumlah dan
masyarakat yang disebabkan oleh persentase penduduk miskin yang
faktor budaya, seperti tidak mau berada di bawah garis kemiskinan.
berusaha memperbaiki tingkat Garis kemiskinan ditetapkan pada
kehidupan, malas, pemboros, tidak tingkat yang selalu konstan secara
kreatif meskipun ada bantuan dari riil sehinga kita dapat mengurangi
pihak luar; kemiskinan struktural, angka kemiskinan dengan
situasi miskin yang disebabkan oleh menelusuri kemajuan yang
rendahnya akses terhadap sumber diperoleh dalam mengentaskan
daya yang terjadi dalam suatu kemiskinan di sepanjang waktu.
sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung
Mengukur kemiskinan
pembebasan kemiskinan, tetapi
berdasarkan dua kriteria, yaitu:
seringkali menyebabkan suburnya
Kriteria Keluarga Pra Sejahtera (Pra
kemiskinan. (Suryawati; 2005)
KS) yaitu keluarga yang tidak
Kemiskinan juga dapat dibedakan
mempunyai kemampuan untuk
menjadi dua jenis yaitu: Kemiskinan
menjalankan perintah agama dengan
alamiah, berkaitan dengan
baik, minimum makan dua kali
kelangkaan sumber daya alam dan
sehari, membeli lebih dari satu stel
prasarana umum, serta keadaan
pakaian perorang per tahun, lantai
tanah yang tandus serta kemiskinan
rumah bersemen lebih dari 80%, dan
buatan, lebih banyak diakibatkan
berobat ke Puskesmas bila sakit.
oleh sistem modernisasi atau
Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1)
pembangunan yang membuat
yaitu keluarga yang tidak

6
berkemampuan untuk melaksanakan
perintah agama dengan baik,
minimal satu kali per minggu makan
Pertumbuhan Ekonomi
daging/telor/ikan, membeli pakaian Pertumbuhan ekonomi adalah
satu stel per tahun, rata-rata luas kenaikan kapasitas dalam jangka
lantai rumah 8 meter per segi per panjang dari negara yang
anggota keluarga, tidak ada anggota bersangkutan untuk menyediakan
keluarga umur 10 sampai 60 tahun berbagai barang ekonomi kepada
yang buta huruf, semua anak penduduknya yang ditentukan oleh
berumur antara 5 sampai 15 tahun adanya kemajuan atau penyesuaian
bersekolah, satu dari anggota teknologi, institusional
keluarga mempunyai penghasilan (kelembagaan), dan ideologis
rutin atau tetap, dan tidak ada yang terhadap berbagai tuntutan keadaan
sakit selama tiga bulan. (Suryawati, yang ada Simon Kuznetz dalam
2005). Pendekatan dalam (Todaro; 2002).
pengukuran kemiskinan dengan Menurut Boediono,
strategi kebutuhan dasar (basic pertumbuhan ekonomi adalah proses
needs) yang dipromosikan dan kenaikan output per kapita dalam
dipopulerkan oleh International jangka panjang. Pertumbuhan
Labor Organization (ILO) pada ekonomi berkaitan dengan kenaikan
tahun 1976 dengan judul output per kapita dimana ada dua
”Kesempatan Kerja, Pertumbuhan sisi yang perlu diperhatikan, yaitu
Ekonomi, dan Kebutuhan Dasar: sisi output totalnya (GDP) dan sisi
Suatu Masalah bagi Satu Dunia”. jumlah penduduknya. Output per
Strategi kebutuhan dasar memang kapita adalah output total dibagi
memberi tekanan pada pendekatan dengan jumlah penduduk. Menurut
langsung dan bukan cara tidak Kuznet dalam kutipan (Todaro;
langsung seperti melalui efek 2003) pertumbuhan ekonomi adalah
menetes ke bawah (trickel-down kenaikan kapasitas dalam jangka
effect) dari pertumbuhan ekonomi panjang dari negara bersangkutan
yang tinggi. Kesulitan umum dalam untuk menyediakan berbagai barang
penentuan indikator kebutuhan ekonomi kepada
dasar adalah standar atau kriteria penduduknya.Kenaikan kapasitas
yang subjektif karena dipengaruhi ditentukan oleh kemajuan atau
oleh adat, budaya, daerah, dan penyesuaian teknologi, institusional,
kelompok sosial.Disamping itu dan ideologis terhadap tuntutan
kesulitan penentuan secara keadaan yang ada. Kuznets sangat
kuantitatif dari masing-masing menekankan pada perubahan dan
komponen itu sendiri, misalnya inovasi teknologi sebagai cara
selera konsumen terhadap suatu meningkatkan pertumbuhan
jenis makanan atau komoditi produktivitas terkait dengan
lainnya. redistribusi tenaga kerja dari sektor

7
yang kurang produktif (yaitu Menurut Ricardo dan Malthus,
pertanian) ke sektor yang lebih perkembangan penduduk yang
produktif (yaitu industri berjalan dengan cepat akan
manufaktur). memperbedar jumlah penduduk
hingga dua kali lipat dalam waktu
satu generasi, yang nantinya hal
Teori Pertumbuhan Ekonomi
tersebut akan menurunkan kembali
Teori pertumbuhan ekonomi pada
tingkat pembangunan ke taraf yang
awalnya diprakarsai oleh Ricardo
lebih rendah. Pada tingkat ini
dan Malthus yang mencoba
pekerja akan menerima upah yang
menganalisis perekonomian di
hanya cukup untuk hidup
Inggris, meskipun banyak
(subsistance level). Apabila yang
memperoleh kritikan namun pada
dibicarakan mengenai teori
pertengahan abad ke 20 teori
pertumbuhan dari klasik, maka yang
pertumbuhan berkembang dalam
dimaksud adalah teori pertumbuhan
tiga gelombang. Gelombang
dari Ricardo yang sangat
pertama digagasi oleh (Harrod; 1993
dipengaruhi teori perkembangan
dan 1948) dan (Domar; 946 dan
penduduk dari Malthus dan teori
1947), kemudian gelombang kedua
hasil lebih yang semakin berkurang.
diprakarsai oleh Solow dengan teori
(Todaro; 2003)
Neoclasical model of economic
growth (1956) dan Swan pada
pertengahan tahun 1950. Teori pertumbuhan Harrod-Domar
Selanjutnya gelombang ketiga di ini dikembangkan setelah Keynes,
kemukakan oleh yang mempunyai asumsi yaitu :
(Romer dan Lucas; 1988). perekonomian dalam keadaan
Kedua ahli ekonomi klasik pengerjaan penuh (full employment)
ini berbeda sekali padangannya dan barang-barang modal dalam
dengan Adam Smith yang masyarakat digunakan secara penuh;
optimis.Ricardo dan Malthus justru perekonomian 2 sektor yaitu sektor
pesimis. Dalam jangka panjang rumah tangga dan sektor
menurutnya perekonomian justru perusahaan; besarnya tabungan
akan mengalami apa yang masyarakat adalah proporsional
dinamakan stationary state, yaitu dengan besarnya pendapatan
suatu keadaan dimana nasional, fungsi tabungan dimulai
perkembangan ekonomi tidak terjadi dari titik nol & kecenderungan untuk
sama sekali. Adapun berbedaan menabung (marginal propensity to
pandangan antara Adam Smith dan save) besarnya tetap, ratio antara
kedua ahli tersebut disebabkan modal output (capital output ratio )
adanya pandangan yang berbeda dan rasio pertambahan modal-output
mengenai peranan penduduk dalam (incremental capitaloutput ratio).
pembangunan ekonomi. (Todaro; Dalam teori ini disebutkan, bahwa
2003) jika ingin tumbuh, perekonomian

8
harus menabung dan permasalahan dalam pertumbuhan
menginvestasikan suatu proporsi ekonomi tidak bisa dijelaskan secara
tertentu dari output totalnya. baik oleh teori Neoklasik, seperti
Semakin banyak tabungan dan penjelasan mengenai decreasing
kemudian di investasikan, maka return to capital, persaingan
semakin cepat perekonomian itu sempurna dan eksogenitas tehnologi
akan tumbuh. (Todaro; 2003). dalam model pertumbuhan ekonomi.
Teori pertumbuhan Neo Teori Pertumbuhan endogen
Klasik, dikembangkan oleh (Solow; merupakan suatu teori pertumbuhan
1956) berdasarkan teori-teori klasik yang menjelaskan bahwa
sebelumnya yang telah pertumbuhan dalam jangka panjang
disempurnakannya.Laju tingkat ditentukan dari dalam model dari
pertumbuhan yang dapat dicapai pada oleh beberapa variabel
suatu negara tergantung kepada pertumbuhan yang dianggap
tingkat perkembangan teknologi, eksogen (Romer, 1994:3; Barro dan
peranan modal dalam menciptakan Martin,1999:38). Teori
pendapatan negara (produksi pertumbuhan endogen muncul
marjinal modal) dikalikan dengan sebagai kritik terhadap teori
tingkat perkembangan stok modal, pertumbuhan Neoklasik mengenai
serta peranan tenaga kerja dalam diminishing marginal productivity
menciptakan pendapatan negara of capital dan konvergenitas
(produktivitas marjinal tenaga kerja) pendapatan di berbagai
dikalikan dengan tingkat negara.Romer (1986)
pertambahan tenaga kerja. mengembangkan model
Pertumbuhan output selalu pertumbuhan endogen sebagai
bersumber dari satu atau lebih dari akibat dari adanya knowledge
tiga faktor yakni kenaikan kualitas externality. Suatu perusahaan dapat
dan kuantitas tenaga kerja, lebih produktif dai perusahaan lain
penambahan modal (tabungan dan karena perusahaan tersebut
investasi) dan penyempurnaan mempunyai rata-rata stock
teknologi. (Todaro, 2003) knowledge yang lebih tinggi dari
Teori pertumbuhan endogen yang pada perusahaan lainnya. (Todaro,
dipelopori oleh Romer (1986) dan 2003).
Lucas (1988) merupakan awal
kebangkitan dari pemahaman baru
mengenai faktor-faktor yang
Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
menentukan pertumbuhan ekonomi
Pengukuran akan kemajuan sebuah
dalam jangka panjang. Hal ini
perekonomian memerlukan alat
seiring dengan perkembangan dunia
ukur yang tepat, beberapa alat
yang ditandai oleh perkembangan
pengukur pertumbuhan ekonomi
tehnologi modern yang digunakan
antara lain yaitu : Produk Domestik
dalam proses produksi. Sehingga
Bruto (PDB) di tingkat secara

9
regional disebut Produk Domestik output di masa-masa mendatang.
Regional Bruto (PDRB), merupakan Akumulasi modal merupakan semua
jumlah barang dan jasa akhir yang investasi yang berwujud berupa:
dihasilkan oleh suatu perekonomian tanah (lahan), peralatan fiskal, dan
dalam satu tahun dan dinyatakan sumber daya manusia (human
dalam harga pasar. Produk resources), serta investasi
Domestik Bruto Per infrastruktur, yakni berupa jalan,
kapita/Pendapatan Per kapita listrik, air bersih, fasilitas sanitasi,
Produk Domestik Bruto dapat fasilitas komunikasi, demi
digunakan sebagai pengukur menunjang aktivitas ekonomi
pertumbuhan ekonomi yang lebih produktif. 2) Pertumbuhan
baik karena lebih tepat penduduk memiliki hubungan
mencerminkan kesejahteraan dengan kenaikan jumlah angkatan
penduduk suatu negara daripada kerja secara tradisional telah
nilai PDB atau PDRB saja. Produk dianggap sebagai faktor yang positif
domestik bruto per kapita baik di dalam merangsang pertumbuhan
tingkat nasional maupun di daerah ekonomi. Artinya, semakin banyak
adalah jumlah PDB nasional atau angkatan kerja semakin produktif
PRDB suatu daerah dibagi dengan tenaga kerja, sedangkan semakin
jumlah penduduk di Negara maupun banyak penduduk akan
di daerah yang bersangkutan, atau meningkatkan potensi pasar
dapat disebut juga sebagai PDB atau domestik. 3) Kemajuan teknologi
PDRB rata-rata. disebabkan oleh adanya perubahan
(Nugraheni; 2001) teknologi lama diubah menjadi
teknologi baru. Ada 3 klasifikasi
Faktor Yang Mempengaruhi kemajuan teknologi, yakni
Pertumbuhan Ekonomi Kemajuan teknologi yang bersifat
Menurut pandangan ekonomi klasik netral, terjadi jika tingkat output
mengemukakan bahwa pada yang dicapai lebih tinggi pada
dasarnya ada empat faktor yang kuantitas dan kombinasi-kombinasi
mempengaruhi pertumbuhan input yang sama; Kemajuan
ekonomi, yaitu jumlah penduduk; teknologi yang bersifat hemat
jumlah stok barang dan modal; luas tenaga kerja (labor saving) atau
tanah dan kekayaan alam serta hemat modal (capital saving), yaitu
tingkat teknologi yang digunakan. tingkat output yang lebih tinggi bisa
(Kuncoro; 2004) Ada tiga faktor dicapai dengan jumlah tenaga kerja
utama dalam pertumbuhan ekonomi, atau input modal yang sama; serta
yaitu: 1) Akumulasi modal akan Kemajuan teknologi yang
terjadi jika ada sebagian dari meningkatkan modal, terjadi jika
pendapatan sekarang di tabung yang penggunaan teknologi tersebut
kemudian diinvestasikan kembali memungkinkan kita memanfaatkan
dengan tujuan untuk memperbesar

10
barang modal yang ada secara lebih besar,maka tingkat kemakmuran
produktif. (Todaro; 2003) dianggap semakin tinggi; besarnya
output nasional merupakan
gambaran awal tentang masalah-
Konsep Pendapatan
masalah struktural yang (mendasar)
Tolak ukur yang paling banyak
yang dihadapi suatu perekonomian.
dipakai untuk mengukur
keberhasilan sebuah perekonomian
Produk Domestik Ragional Bruto
antara lain pendapatan
(PDRB)
nasional,produk nasional,tingkat
Pendapatan regional adalah tingkat
kesempatan kerja,tingkat harga,dan
(besarnya) pendapatan masyarakat
posisi neraca pembayaran luar
pada wilayah analisis.Menganalisis
negeri. Salah satu terjadinya alokasi
suatu region atau membicarakan
yang efisien secara makro adalah
pembangunan regional tidak
nilai output nasional yang dihasilkan
mungkin terlepas dari membahas
sebuah perekonomian pada suatu
tingkat pendapatan wilayah maupun
periode tertentu. Sebab,besarnya
pendapatn rata-rata masyarakat pada
output nasional dapat
wilayah tersebut.Pembangunan
menununjukkan hal penting dalam
wilayah haruslah bersangkut paut
sebuah perekonomian.
dengan peningkatan pendapatan
Pertama,besarnya output nasional
masyarakat di wilayah tersebut,
merupakan gambaran awal seberapa
yaitu yang dimaksud adalah
efisien sumber-sumber daya yang
pendapatan rata-rata (income per
ada dalam perekonomian (tenaga
capita) masyarakat. (Tarigan;2005)
kerja,barang modal,uang,dan
Produk Domestik ragional
kemampuan kewirausahaan)
Bruto (PDRB) adalah jumlah
digunakan untuk memproduksi
seluruh nilai produk barang dan jasa
barang dan jasa. Maka semakin
yang dihasilkan oleh unit-unit
besar pendapatan nasional suatu
produksi yang beroperasi pada suatu
negara, semakin baik efisiensi
daerah dalam jangka waktu tertentu.
alokasi sumber daya ekonominya;
Atau apabila ditinajau dari segi
besarnya output nasional merupakan
pendapatan merupakan jumlah dari
gambaran awal tentang
pendapatan yang diterima oleh
produktivitas dan tingkat
faktor- faktor produksi yang dimiliki
kemakmuran suatu negara. Dimana
oleh penduduk di wilayah tersebut
alat ukur yang dipakai untuk
yang ikut serta dalam proses
mengukur kemakmuran adalah
produksi dalam jangka waktu
output nasional perkapita. Nilai
tertentu. Hasil perhitungan PDRB
output perkapita diperoleh dengan
disajikan atas PDRB atas dasar
cara membagi besarnya output
harga berlaku menggambarkan nilai
nasional dengan jumlah penduduk
tambah barang dan jasa yang
pada tahun yang bersangkutan. Jika
dihitung dengan menggunakan
angka output pendapatan semakin

11
harga pada setiap tahun dan konsumsi rumahtangga dan
memasukkan nilai inflasi, Lembaga swasta nirlaba,
sedangkan PDRB atas dasar harga pengeluaran konsumsi pemerintah,
konstan menunjukan nilai tambah pembentukan modal tetap domestik
barang dan jasa yang dihitung bruto dan ekspor neto (ekspor neto
menggunakan harga pada satu tahun merupakan ekspor dikurangi impor),
tertentu sebagai tahun dasar di dalam suatu wilayah/region
penghitungannya dan tidak dalam periode tertentu, biasanya
memasukkan nilai inflasi. satu tahun. (Hadibroto, dkk; 1975)
(Hadibroto, dkk; 1975)
Ada beberapa cara lain yang
lazim digunakan dalam perhitungan
pendapatan suatu daerah yakni: 1)
Pendekatan Produksi (Production Pendapatan Perkapita
Approach) adalah jumlah Nilai Pendapatan regional per kapita atau
Tambah Bruto (NTB) atau nilai PDRB per kapita adalah besarnya
barang dan jasa akhir yang pendapatan rata–rata penduduk di
dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu negara.Pendapatan perkapita
suatu wilayah/region dalam suatu didapatkan dari hasil pembagian
periode tertentu, biasanya satu pendapatan nasional suatu negara
tahun. NTB adalah Nilai Produksi dengan jumlah penduduk negara
Bruto (NPB/Output) dari barang tersebut.Pendapatan perkapita juga
dan jasa tersebut dikurangi seluruh merefleksikan pendapatan
biaya antara yang digunakan dalam perkapita.PDRB perkapita sering
proses produksi; 2) Pendekatan digunakan sebagai tolak ukur
Pendapatan (Income Approach) kemakmuran dan tingkat
adalah jumlah seluruh balas jasa pembangunan sebuah negara
yang diterima oleh faktor-faktor semakin besar pendapatan
produksi yang ikut serta dalam perkapitanya, semakin makmur
proses produksi di suatu negara tersebut. (Wikipedia; 2011)
wilayah/region dalam jangka waktu Sebagai indikator ekonomi yang
tertentu, biasanya satu tahun. mengukur tingkat kemakmuran
Berdasarkan pengertian tersebut penduduk suatu negara, pendapatan
maka NTB adalah jumlah dari upah per kapita di hitung secara berkala
dan gaji, sewa tanah, bunga modal (Periodik) biasanya satu tahun.
dan keuntungan; semuanya sebelum Manfaat dari perhitungan
dipotong pajak penghasilan dan pendapatan perkapita antara lain
pajak langsung lainnya; 3) adalah sebagai berikut : 1) Untuk
Pendekatan Pengeluaran melihat tingkat perbandingan
(Expenditure Approach) adalah kesejahteraan masyarakat suatu
jumlah seluruh pengeluaran yang negara dari tahun ke tahun; 2)
dilakukan untuk pengeluaran Sebagai data pebandingan

12
kesejahteraan suatu negara dengan Inflasi
negara lain. Dari pendapatan per Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah
kapita masing–masing negara dapat suatu proses meningkatnya harga-
di lihat tingkst kesejahteraan tiap harga secara umum yang berkaitan
Negara; 3) Sebagai perbandingan dengan mekanisme pasar yang dapat
tingkat standar hidup suatu negara disebabkan oleh berbagai faktor,
dengan negara lainnya.Dengan antara lain, konsumsi masyarakat
mengambil dasar pendapatan yang meningkat, berlebihnya
perkapita dari tahun ke tahun, dapat likuiditas di pasar yang memicu
di simpulkan apakah pendapatan per konsumsi atau bahkan spekulasi,
kapita suatu negara rendah (bawah), sampai termasuk juga akibat adanya
sedang atau tinggi dan 4) Sebagai ketidaklancaran distribusi barang.
data untuk mengabil kebijakan di Inflasi dapat digolongkan menjadi
bidang ekonomi.Pendapatan per empat golongan, yaitu inflasi ringan,
kapita dapat di gunakan sebagai sedang, berat, dan hiperinflasi.
bahan pertimbangan untuk Inflasi ringan terjadi apabila
mengambil langkah di bidang kenaikan harga berada di bawah
ekonomi. (Wikipedia; 2011) angka 10% setahun; inflasi sedang
Menurut (Todaro; 2003) PDRB per antara 10%-30% setahun; berat
kapita merupakan ukuran kemajuan antara 30%-100% setahun; dan
pembangunan. Pembangunan hiperinflasi atau inflasi tak
bertujuan untuk meningkatkan terkendali terjadi apabila kenaikan
pendapatan masyarakatnya sehingga harga berada di atas 100% setahun.
pertumbuhan pendapatan menjadi (Wikipedia; 2011)
tolok ukur kemajuan pembangunan Inflasi merupakan kenaikan harga
Menurut Sumitro dalam (Ginting; secara terus menerus dan kenaikan
2008) menyatakan bahwa harga yang terjadi pada seluruh
pembangunan ekonomi sebagai kelompok barang dan jasa.Bahkan
usaha untuk memperbesar mungkin dapat terjadi kenaikan
pendapatan perkapita sebagai tolak tersebut tidak bersamaan.Yang
ukur dalam menentukan penting kenaikan harga umum
pembangunan ekonomi yang dapat barang secara terus menerus selama
menaikkan produktifitas perkapita suatu periode tertentu.(Pohan;
dengan jalan menambah peralatan 2008).
modal dan menambah (Venieris dan Seblod; 1978)
keterampilan.Dengan demikian mendefeniskan inflasi sebagai suatu
pembangunan ekonomi berarti kecenderungan meningkatnya
peningkatan kesejahteraan tingkat harga umum secara terus
masyarakat dengan peningkatan menerus sepanjang waktu (a
pendapatan perkapita. sustained tedency for the general
level of prices to rise over time).
Sedangkan Pengertian inflasi

13
menurut (Boediono; 1982) inflasi Merayap (Creeping inflation), yatiu
adalah Kecenderungan harga- harga inflasi yang ditandai dengan laju
naik secara umum dan terus inflasi yang rendah kurang dari 10%
menerus, kenaikan harga dari satu per tahun. kenaikan harga berjalan
atau dua barang saja tidak disebut secara lambat dengan persenmtase
inflasi kecuali kenaikan tersebut kecil serta dalam jangka waktu yang
meluas kepada (atau mengakibatkan relatif lama; Inflasi Menegah
kenaikan) sebagian besar dari harga- (Galloping Inflation), (Randal
harga barang lain. dengan kenaikan harga yang cukup
besar, biasanya sampai double digit
Jenis-Jenis Inflasi atau triple digit dan kadang kala
Secara umum ada tiga jenis berjalan dalam waktu yang relatif
indeks harga yaitu : Indeks Harga pendek serta mempunyai sifat
Konsumen (INK) adalah suatu akselerasi
indeks harga yang mengukur biaya
sekelompok barang dan jasa di pasar Teori Inflasi
termasuk harga- harga makanan Inflasi adalah keadaan di
pakaian, perumahan, transportasi, mana terjadi kelebihan permintaan
perawatan, kesehatan, dan komoditi (Excess Demand) terhadap barang-
lain yang dibeli untuk menunjang barang dalam perekonomian secara
kehidupan sehari- hari; Indeks keseluruhan.Inflasi sebagai suatu
Harga Produsen (IHP) adalah suatu kenaikan harga yang terus menerus
indeks dari harga bahan-bahan baku, dari barang dan jasa secara umum
produk antara peralatan modal„ dan (bukan satu macam barang saja dan
mesin yang dibeli oleh sektor bisnis sesaat).Inflasi dapat mempengaruhi
atau perusahaan; serta GNP Deflator distribusi pendapatan, alokasi faktor
adalah suatu indeks yang merupakan produksi serta produk nasional.Efek
perbandingan atau rasio antara GNP terhadap distribusi pendapatan
nominal dan GNP riil dikalikan disebut dengan equity effect,
dengan 100. GNP rill adalah nilai sedangkan efek terhadap alokasi
barang dan jasa yang dihasilkan faktor produksi dan pendapatan
dalam perekonomian, yang nasional masing-masing disebut
diperoleh ketika output dinilai dengan efficiency dan output
dengan menggunakan harga tahun effects. (Nopirin; 2000)
dasar, Sedangkan GNP nominal Disamping itu menurut (Greene dan
adalah GNP yang dihitung Pillanueva; 2001), tingkat inflasi
berdasarkan harga berlaku. yang tinggi sering dinyatakan
Laju inflasi dapat berbeda antara sebagai ukuran ketidakstabilan roda
satu negara dengan negara lain atau ekonomi makro dan suatu
dalam negara satu untuk waktu yang ketidakmampuan pemerintah dalam
berbeda. Atas dasar jenisnya, inflasi mengendalikan kebijakan ekonomi
dibagi dalam tiga kategori: Inflasi makro. Di Indonesia kenaikan

14
tingkat inflasi yang cukup besar permintaan terhadap faktor-faktor
biasanya akan diikuti dengan produksi tersebut; Cost Push
kenaikan tingkat suku bunga Inflation terjadi akibat adanya
perbankan. Inflasi dapat kelangkaan produksi dan/atau juga
menyebabkan terjadinya kenaikan termasuk adanya kelangkaan
produksi.Alasanya dalam keadaan distribusi, walau permintaan secara
inflasi biasanya kenaikan harga umum tidak ada perubahan yang
barang mendahului kenaikan upah, meningkat secara signifikan.Adanya
sehingga keuntungan perusahaan ketidak-lancaran aliran distribusi ini
naik.Namun apabila laju inflasi itu atau berkurangnya produksi yang
cukup tinggi (Hiper Inflasi) dapat tersedia dari rata-rata permintaan
mempunyai akibat sebaliknya, yaitu normal dapat memicu kenaikan
penurunan output. Dalam keadaan harga sesuai dengan berlakunya
inflasi yang tinggi nilai uang riil hukum permintaan-penawaran, atau
turun dengan drastis, masyarakat juga karena terbentuknya posisi nilai
cenderung tidak mempunyai uang keekonomian yang baru terhadap
kas, transaksi mengarah ke barter, produk tersebut akibat pola atau
yang biasanya diikuti dengan skala distribusi yang baru.
turunya produksi barang. Inflasi bisa (Samuelson dan Nordhaus; 2004)
dibarengi dengan kenaikan output,
tetapi bias juga dibarengi dengan
Sedangkan faktor- faktor yang
penurunan output. Tetapi dalam
menyebabkan timbulnya inflasi
keadaan yang pernah terjadi
tidak hanya dipengaruhi oleh
biasanya nilai inflasi lebih besar
Demand Pull Inflation dan Cost
akan menaikkan output, dan itu akan
Push Inflation tetapi juga
membuat pengusaha atau
dipengaruhi oleh : 1) Inflasi yang
perusahaan untuk berinvestasi atau
berasal dari dalam negeri (Domestic
menanamkan modal mereka.
Inflation) yaitu inflasi yang
Penyebab Inflasi Ada
disebabkan adanya peristiwa
beberapa faktor yang menyebabkan
ekonomi dalam negeri, misalnya
timbulnya inflasi: Demand Pull
terjadi defisit anggaran belanja
Inflation. Timbul terjadi akibat
negara yang secara terus-menerus,
adanya permintaan total yang
kemudian pemerintah
berlebihan dimana biasanya dipicu
memerintahkan Bank Indonesia
oleh membanjirnya likuiditas di
untuk mencetak uang baru dalam
pasar sehingga terjadi permintaan
jumlah besar; 2) Inflasi yang tertular
yang tinggi dan memicu perubahan
dari luar negeri (Imported Inflation)
pada tingkat harga. Bertambahnya
yaitu penularan melalui harga
volume alat tukar atau likuiditas
barang impor. Inflasi ini umumnya
yang terkait dengan permintaan
terjadi di negara berkembang yang
terhadap barang dan jasa
mana sebagaian besar bahan baku
mengakibatkan bertambahnya
dan peralatan dalam unit

15
produksinya berasal dari luar negeri.
(Samuelson dan Nordhaus; 2004)
Masalah inflasi adalah masalah
METODE PENELITIAN
yang terus-menerus mendapat
perhatian pemerintah.Adapun yang
menjadi tujuan jangka panjang 1. Populasi dan Sampel
pemerintah adalah menjaga agar Menurut Arikunto (2010) bahwa
tingkat inflasi yang berlaku pada populasi adalah seluruh objek yang
tingkat yang sangat rendah.Inflasi akan diteliti. Populasi dalam
diukur dengan menghitung penelitian ini adalah Pertumbuhan
perubahan tingkat persentase Ekonomi, Pendapatan Perkapita,
perubahan sebuah indeks harga. Inflasi, Pengangguran dan Jumlah
(Sadono,Sukimo; 2006). Penduduk Miskin di Sumatera
Utara.Sampel adalah sebahagian
atau wakil dari populasi yang
menjadi objek penelitian. Sampel
Pengangguran dalam penelitian adalah data
Pengangguran atau tuna karya
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
adalah istilah untuk orang yang
Perkapita, Inflasi, Pengangguran
tidak bekerja sama sekali, sedang
dan Jumlah Penduduk Miskin di
mencari kerja, bekerja kurang dari
Sumatera Utara dari periode tahun
dua hari selama seminggu, atau
2003 sampai 2014.
seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau 2. Operasionalisasi Variabel
para pencari kerja tidak sebanding Variabel penelitian adalah suatu
dengan jumlah lapangan kerja yang atribut atau sifat atau nilai dari
ada yang orang atau objek yang mempunyai
variasi antara satu dengan yang
lainnya dalam kelompok itu
(Sugiyono,2011). Variabel-variabel
yang dipakai dalam penelitian ini
Hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis adalah jawaban sementara 1. Pertumbuhan ekonomi
atas masalah yang telah dirumuskan. adalah terjadinya perubahan atau
Dari penjelasan teori dan perumusan pertambahan pendapatan
masalah diatas, maka Hipotesis nasional dalam PDB pada harga
dirumuskan sebagai berikut : konstan yang dinyatakan dalam
satuan Persen.
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Perkapita, Inflasi dan Pengangguran 2. Pendapatan regional per
kapita atau PDRB per kapita
mempengaruhi Jumlah Penduduk
adalah jumlah PDRB suatu
Miskin di Sumatera Utara daerah dibagi dengan jumlah

16
penduduk yang bersangkutan. variabel independen terhadap
Satuan variable PDRB per kapita variabel dependen dengan Model
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
satuan Rupiah.
3. Inflasi adalah kenaikan harga
secara umum, atau Inflasi dapat Y    1X1 2X2  3X3 
juga dikatakan sebagai
penurunan daya beli uang.
Dimana :
Y : Jumlah Penduduk Miskin
131 (dalam jiwa)
 : Intercept 123 : Koefisien
4. Pengangguran yaitu, regresi
penduduk yang termasuk X1 : Pertumbuhan Ekonomi
angkatan kerja namun tidak (dalam persen)
melakukan pekerjaan atau X2 : Pendapatan Perkapita
sedang mencari pekerjaan yang (dalam rupiah)
dinyatakan dalam satuan Persen. X3 : Inflasi (dalam persen)
5. Jumlah penduduk miskin X4 : Pengangguran (dalam
adalah banyaknya penduduk persen)
yang tidak mampu memenuhi  : Term of Error
standar hidup minimum mereka
yang dinyatakan dalam satuan HASIL PENELITIAN DAN
Jiwa PEMBAHASAN

Regresi linear Pertumbuhan


3. Teknik Analisis Data Ekonomi, Pendapatan Perkapita,
Teknik analisis data yang digunakan Inflasi dan Pengangguran
dalam penelitian ini adalah terhadap Jumlah Penduduk
menggunakan Model Regresi Linear Miskin Sumatera Utara
Berganda (Multiple Regression Untuk mendapatkan hasil
Analysis Model). Analisis regresi regresi antara variabel independent
linear berganda bertujuan untuk (pertumbuhan ekonomi, pendapatan
menguji hipotesis tentang kekuatan perkapita, inflasi dan pengangguran)
dan variabel dependen
(jumlah penduduk miskin) maka digunakan data sekunder yang berasal dari
BPS yang dicatat mulai dari tahun 2003-2014 dan diolah dengan menggunakan
bantuan program komputer.Berikut ini hasil pengolahan data dengan
menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).

Tabel 1

17
Hasil Regresi Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1573.496 509.806 3.086 .018
X1 -59.397 70.538 -.177 -.842 .428
-.008 .007
X2 -.311 -1.207 .266
3.019 9.462
X3 .072 .319 .759
54.318 23.949
X4
.602 2.268 .058
a. Dependent Variable: Y

Dari hasil regresi diatas, dapat dibentuk model hasil estimasi sebagai berikut
:
Y = 1572,496 - 59,397 X1 - 0,008 X2 + 3,019 X3 + 54,318 X4

Interpretasi Model 2. Pendapatan Perkapita


Berdasarkan model estimasi Pendapatan Perkapita
diatas dapat dijelaskan ternyata berpengaruh negatif
pengaruh variabel independent terhadap jumlah penduduk
yaitu nilai pertumbuhan miskin di Sumatera Utara.Hal
ekonomi (X1), pendapatan ini ditunjukkan dengan nilai
perkapita (X2), inflasi (X3) koefisien regresi X2, yaitu
dan pengangguran (X4) sebesar 0,008. Artinya, setiap
terhadap jumlah penduduk kenaikan 1 % pendapatan
miskin Sumatera Utara sebagai perkapita maka jumlah
berikut : penduduk miskin akan turun
sebesar 0,008 % (ceteris
paribus).
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
ternyata berpengaruh negatif 3. Inflasi
terhadap jumlah penduduk Inflasi ternyata
miskin di Sumatera Utara.Hal berpengaruh positif terhadap
ini ditunjukkan oleh koefisien Jumlah Penduduk Miskin di
regresi X1, yaitu sebesar Sumatera Utara.Hal ini
59,397. Artinya, setiap ditunjukkan dengan nilai
kenaikan 1 % pertumbuhan koefisien regresi X3 yaitu
ekonomi, maka jumlah sebesar 3,019. Artinya, setiap
penduduk miskin akan turun kenaikan 1 % inflasi maka
sebesar 59,397 % (ceteris jumlah penduduk miskin akan
paribus). naik 3,019 % (ceteris paribus).

18
4. Pengangguran 0,05) dan t-hitung < t-tabel (-1,207
Pengangguran ternyata < 2,365). Berarti dapat disimpulkan
berpengaruh positif terhadap Jumlah bahwa variabel pendapatan
Penduduk Miskin di Sumatera perkapita tidak berpengaruh nyata
Utara.Hal ini ditunjukkan dengan (signifikan) terhadap variabel
nilai koefisien regresi X4 yaitu jumlah penduduk miskin di
sebesar 54,318. Artinya, setiap Sumatera Utara dengan pengujian
kenaikan 1 % jumlah pengangguran pada tingkat kepercayaan 95 % (α =
maka jumlah penduduk miskin akan 5 %).
naik sebesar 54,318 % (ceteris
paribus).

3. Inflasi
Untuk variabel inflasi
Pengujian Koefisien Regresi diperoleh nilai t-hitung sebesar
Secara Individual (Uji t Statistik) 0,319 dengan nilai probabilitas
1. Pertumbuhan Ekonomi (signifikansi) sebesar 0,759. Dengan
Untuk variabel pertumbuhan
demikian Ho diterima, karena nilai
ekonomi diperoleh nilai t-hitung
probabilitas lebih besar dari nilai α
sebesar -0,842 dengan nilai
0,05 (0,759 > 0,05) dan t-hitung < t-
probabilitas (signifikansi) sebesar
tabel (0,319 < 2,365). Berarti dapat
0,428. Dengan demikian Ho
disimpulkan bahwa variabel inflasi
diterima, karena nilai probabilitas
tidak berpengaruh nyata (signifikan)
lebih besar dari nilai α 0,05 (0,428 >
terhadap variabel jumlah penduduk
0,05) dan t-hitung > t-tabel (-0,842
miskin di Sumatera Utara dengan
> -2,365). Berarti dapat disimpulkan
pengujian pada tingkat kepercayaan
bahwa variabel pertumbuhan
95 % (α = 5 %).
ekonomi tidak berpengaruh nyata
(signifikan) terhadap variabel
jumlah penduduk miskin di
Sumatera Utara dengan pengujian 4. Pengangguran
pada tingkat kepercayaan 95 % (α = Untuk variabel pengangguran
5 %). diperoleh nilai t-hitung sebesar
2,268 dengan nilai probabilitas
(signifikansi) sebesar 0,058. Dengan
demikian Ho diterima, karena nilai
2. Pendapatan Perkapita probabilitas lebih besar dari nilai α
Untuk variabel pendapatan
0,05 (0,058 > 0,05) dan t-hitung < t-
perkapita diperoleh nilai t-hitung
tabel (2,268 < 2,365). Berarti dapat
sebesar 1,207 dengan nilai
disimpulkan bahwa variabel
probabilitas (signifikansi) sebesar
pengangguran tidak berpengaruh
0,226. Dengan demikian Ho
nyata (signifikan) terhadap variabel
diterima, karena nilai probabilitas
jumlah penduduk miskin di
lebih besar dari nilai α 0,05 (0,226 >

19
Sumatera Utara dengan pengujian H0 :  1 =  2 = 0
pada tingkat kepercayaan 95 % (α = Ha :  1   2  0
5 %). Artinya, berdasarkan data
yang tersedia, akan dilakukan
pengujian terhadap  1 dan  2
secara bersama-sama, apakah
sama dengan nol, yang berarti
Pengujian Koefisien Regresi
Secara Bersamaan (Uji F tidak berpengaruh signifikan
Statistik) terhadap variabel terikat, atau
Untuk membuktikan nilai tidak sama dengan nol, yang
R-square tersebut diatas maka berarti mempunyai pengaruh
dilakukan pengujian dengan signifikan terhadap variabel
menggunakan uji F. terikat.
Hipotesisnya adalah sebagai
berikut :
Tabel 2

Uji Anova ANOVAa


Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 374429.749 4 93607.437 4.050 .052b
Residual 161783.274 7 23111.896
Total 536213.023 11
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2

Berdasarkan hasil output Berarti dapat disimpulkan bahwa


program spss, diperoleh nilai F- variabel X1 (pertumbuhan
hitung sebesar 4,050 dengan nilai ekonomi), variabel X2
probabilitas (signifikansi) adalah (pendapatan perkapita), variabel
sebesar 0,52. Dengan demikian X3 (inflasi), dan variabel
Ho diterima, karena nilai F- pengangguran tidak berpengaruh
hitung < F-tabel (4,050 < 4,120) secara nyata (signifikan) terhadap
dan nilai probabilitas jumlah penduduk miskin
(signifikansi) lebih besar dari Sumatera Utara (Y) pada tingkat
nilai α 0,05 (0,052 > 0,05). kepercayaan 95 % (α = 5 %).

Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 3

20
KOEFISIEN DETERMINASI Model
Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .836a .698 .526 152.02597
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2

Berdasarkan hasil output penjelasan variasi jumlah penduduk


program spss, dapat dilihat nilai R- miskin Sumatera Utara sebesar 69,8
square adalah sebesar 0,698 yang % sedangkan sisanya 30,2 %
berarti bahwa variabel X1 dijelaskan oleh variabel baru yang
(pertumbuhan ekonomi), X2 tidak disertakan dalam estimasi
(pendapatan perkapita), X3 (inflasi), model.
X4 (pengangguran) secara bersama-
sama mampu memberikan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penduduk miskin di Sumatera Utara
mengenai pengaruh pertumbuhan dengan pengujian pada tingkat
ekonomi, pendapatan perkapita, kepercayaan 95 % (α = 5 %).
inflasi dan pengangguran terhadap 3. Nilai koefisien determinasi
(R) sebesar 0,698 yang berarti
jumlah penduduk miskin di
bahwa variabel X1 (pertumbuhan
Sumatera Utara, maka dapat diambil ekonomi), X2 (pendapatan
kesimpulan sebagai berikut perkapita), X3 (inflasi) dan X4
: (pengangguran) secara bersama-
1. Dari hasil uji F, disimpulkan sama mampu memberikan
bahwa pertumbuhan ekonomi, penjelasan variasi jumlah penduduk
pendapatan perkapita, inflasi dan miskin di Sumatera Utara sebesar
pengangguran selama periode 2003 69.8 % sedangkan sisanya 30
sampai dengan 2014 tidak
berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap jumlah penduduk Saran
miskin di Sumatera Utara pada Berdasarkan kesimpulan
tingkat signifikansi 5%. Dengan diatas, maka adapun beberapa saran
demikian hipotesis penelitian
yaitu:
ditolak.
1. Pemerintah harus membuat
2. Berdasarkan uji parsial (uji
sebuah kebijakan dan mengambil
t), variabel pertumbuhan ekonomi,
perananan yang cukup besar untuk
pendapatan perkapita, inflasi dan
dapat mendorong pencapaian
pengangguran tidak berpengaruh
pertumbuhan ekonomi yang lebih
nyata terhadap variabel jumlah

21
maju dengan menaikkan kapasitas Sukirno, Sadono. 2004,
produksi masyarakat agar Makroekonomi Teori Pengantar,
mengurangi jumlah penduduk Edisi
miskin di Provinsi Sumatera Utara. Ketiga.Penerbit Raja Grafindo
2. Pemerintah harus membuka
Persada, Jakarta.
lapangan pekerjaan guna menyerap
Sukirno, Sadono. 2000. Makro
jumlah tenaga kerja yang dapat
membantu masyarakat dalam Ekonomi Modern. Jakarta: PT.
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Raja Grafindo Persada.
3. Dalam upaya mengurangi Samuelson, PA, dan Nordhaus WD.
jumlah kemiskinan di Sumatera (2004). Ilmu Makroekonomi.
Utara, pemerintah dapat melakukan Edisi Tujuh Belas,
upaya dengan cara peningkatan Diterjemahkan oleh Gretta,
sumber daya manusia, sumber daya Theresa Tanoto, Bosco
alam dan meningkatkan teknologi.
Carvallo, dan Anna Elly,
Semakin tinggi kualitas sumber
daya manusia maka akan PT.Media Global Edukasi,
mengurangi jumlah penduduk Jakarta.
miskin dan pemerintah dapat
melakukan upaya seperti
peningkatan fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan dan
mengupayakan stabilitas harga,
dimana ketiga aspek tersebut
merupakan komponen penting
dalam mengurangi jumlah penduduk
miskin Provinsi Sumatera Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi


Pembangunan. Edisi Keempat.
Yogyakarta: Penerbit BP STIE
YKPN.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter.
Buku II. Edisi Kesatu. Cetakan
Kesepuluh. BPFE UGM.
Yogyakarta.
Pohan, Aulia, 2008. Kerangka
Kebijakan Moneter dan
Implikasinya di
Indonesia.RajaGrafindo Persada,
Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai