Anda di halaman 1dari 12

EKONOMI KELEMBAGAAN (EKI 416) A3

“BIAYA TRANSAKSI PADA UMKM YANG


MEMPRODUKSI YOGHURT (CASE STUDY)”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, M.Si

Disusun oleh: Kelompok 4


Widya Anjelina Hutabarat 2007511063
Samantha Elizabteh Jade D.K 2007511020
Michael Angelo 2007511285

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia dengan limpahan ilmu pengetahuan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah Ekonomi Kelembagaan dengan maksimal dan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman
Saskara, M.Si. selaku dosen kami yang telah membimbing dalam perkuliahan. Makalah ini
yang bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang Biaya Transaksi Pada UMKM yang
Memproduksi Yoghurt (CASE STUDY)”. Tentunya dengan berpedoman pada berbagai
sumber terpercaya, untuk selanjutnya makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai ilmu
pengetahuan sehingga mampu diterapkan nilai-nilai positifnya pada diri sendiri dan
masyarakat luas.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran membangun dari
pembaca untuk dapat membantu dalam penyempurnaan penulisan selanjutnya di masa yang
akan datang. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jimbaran, 29 Maret 2023

Kelompok Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2

BAB I ............................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 5

1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 5

BAB II .............................................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 6

2.1 Gambaran Umum..................................................................................................................... 6

2.2 Metode Penelitian .................................................................................................................... 7

2.3 Hasil dan Pembahasan ............................................................................................................. 8

BAB III ........................................................................................................................................... 11

PENUTUP ...................................................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 11

3.2 Saran ..................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program pengembangan UMKM sebagai salah satu instrument untuk menaikkan daya beli
masyarakat, pada akhirnya akan menjadi katup pengaman dari situasi krisis moneter.
Pengembangan UMKM menjadi sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional,
mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha sehingga konstribusi
UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah (Anggraeni, 2013). Namun, dalam UMKM tersebut terdapat biaya-biaya
yang dapat mengurangi efisiensi dari kegiatan ekonomi pada UMKM tersebut. Yustika (2013)
menyatakan bahwa efisien tidaknya desain kelembagaan suatu organisasi atau usaha dapat
diukur menggunakan suatu alat analisis yaitu biaya transaksi. Semakin tinggi biaya terjadi
dalam kegiatan ekonomi berarti semakin tidak efisien kelembagaan yang telah didesain.
Teori ekonomi kelembagaan merupakan hasil dari adanya teori biaya transaksi yang
muncul akibat kegagalan pasar. Menurut Stone et al. (1996: 97), pasar yang selalu berjalan
tanpa biaya apapun (costless) karena pembeli (costumer) memiliki informasi yang sempurna
dan penjual saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah. Tetapi dalam dunia
nyata, fakta adalah sebaliknya di mana informasi bisa sangat asimetris sehingga memunculkan
biaya transaksi. Informasi sangat dibutuhkan oleh setiap pelaku ekonomi karena para pelaku
ini akan selalu menghadapi informasi yang tidak lengkap (incomplete information), atau
dengan kata lain terjadi ketidakpastian informasi (informational uncertainty) (Dietrich, 1994:
19). Oleh karena itu, biaya mencari informasi merupakan kunci dari biaya transaksi, seperti
mencari informasi untuk menentukan harga pasar. Menurut Shelanski dan Klein (1995), harga
pasar merupakan insentif terkuat untuk mengeksploitasi keuntungan sebanyak-banyaknya, dan
pelaku pasar dengan cepat beradaptasi dengan perubahan informasi akan keadaan melalui
perubahan harga.
Biaya transaksi dan biaya produksi jelaslah berbeda. (Biaya) produksi sendiri didefinisikan
sebagai aktivitas menciptakan manfaat pada masa sekarang dan mendatang (faktor-faktor
produksi) ke dalam output. Adapun rasionalitas terbatas dan perilaku oportunistik yang
menjadi asumsi perilaku dimana analisis biaya transaksi beroperasi. Rasionalitas terbatas (
bounded rationality) merujuk kepada tingkat dan batas kesanggupan individu untuk menerima,
menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa kesalahan. Sedangkan perilaku
oportunistik adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan melalui praktek yang tidak jujur

4
dalam kegiatan transaksi.
Biaya transaksi sebenarnya tidak lain adalah biaya-biaya yang muncul berkenaan dengan
informasi, dan agar pertukaran atau perdagangan bisa terjadi dengan biaya transaksi yang
murah, masing-masing pelaku ekonomi harus mengeluarkan sumber daya. Faktor yang paling
penting yang memengaruhi besaran biaya transaksi adalah sifat hak-hak kepemilikan di dalam
masyarakat. Ahli-ahli kelembagaan mempercayai bahwa adanya perubahan kesepakatan
kelembagaan mengenai hak-hak kepemilikan akan memberikan dampak terhadap pencapaian
ekonomi.Teori ekonomi biaya transaksi berusaha untuk menganalisis organisasi dari perspektif
manusia kontraktual (contractual man) yang didasarkan pada asumsi rasionalitas terbatas dan
potensi oportunisme dalam diriindividu (Baudry & Chassagnon, 2010). Singkatnya, teori biaya
transaksimenggunakan transaksi sebagai basis unit analisis sedangkan teori neo klasik
memakai produk sebagai dasar unit analisis Coase dalam Moss (2013) mengatakan bahwa
biaya transaksi adalah biaya yang tidak dapat terhindarkan. Setiap pertukaran yang terjadi baik
pertukaran barang/jasa ataupun pertukaran informasi akan menghasilkan sebuah biaya
pertukaran yaitu biaya transaksi. Keberadaan biaya transaksi akan membuat pengalokasian
dana untuk biaya yang harus dikeluarkan akan semakin bertambah. Namun hal ini dapat
berkontribusi dalam perbaikan usaha itu sendiri sebab dengan teridentifikasinya biaya transaksi
maka keuntungan usaha bisa dikendalikan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Biaya Transaksi Pada UMKM yang Memproduksi Yoghurt (CASE
STUDY)

1.3 Tujuan
1. Menegtahui Biaya Transaksi Pada UMKM yang Memproduksi Yoghurt (CASE STUDY)

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum
Ekonomi Kelembagaan
Ekonomi kelembagaan adalah paradigma baru dalam ilmu ekonomi yang melihat kelembagaan
dalam menentuan bagaimana sistem ekonomi dan sosial bekerja, Black (2002). Menurut
Thorstein Veblen, kelembagaan adalah norma-norma yang membentuk perilaku masyarakat
dalam bertindak baik dalam perilaku mengkonsumsi maupun berproduksi (Hasyim, 2012).
Salah satu kunci dalam aspek ekonomi kelembagaan adalah property right (hak kepemilikan).
Bagian lain yang juga penting dalam konteks ekonomi kelembagaan adalah biaya transaksi.
Black (2002) menyatakan biaya transaksi adalah sisi lain atau pendektan lain yan digunakan
untuk menjelaskan aspek ekonomi dari kelembagaan. Dalam teori ekonomi kelembagaan, New
Institutional Economics (NIE) mengemukakan bahwa transaksi-transaksi menimbulkan biaya.
Dengan kata lain, biaya transaksi bukanlah nol. Selama individu-individu dianggap memiliki
rasionalitas terbatas maka akan muncul biaya transaksi dan nonzero transaction costs
(Sukarsih, 2012). Biaya transaksi merupakan alat analisis yang sering digunakan untuk
mengukur efisien tidaknya desain kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi yang terjadi
dalam kegiatan ekonomi, berarti kian tidak efisien kelembagaan yang terjadi, demikian
sebaliknya (Yustika, 2013).
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pengertian UMKM menurut UU no. 20 tahun 2008 yang mana usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
usaha mikro. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang merupakan bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
kecil atau besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.
Biaya Transaksi
Transaction Cost (biaya transaksi) merupakan konsep yang menjelaskan mengenai biaya yang
keluar saat melakukan transaksi di luar biaya produksi. Pasar menunjukkan bahwa dalam

6
pertukaran ternyata tidak hanya memperhitungkan berapa biaya yang dihabiskan untuk
memproduksi suatu barang tetapi juga harus menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan
untuk melakukan transaksi/pertukaran. Semakin tinggi biaya transaksi akan mengakibatkan
total biaya akan semakin meningkat (Chintia, 2012). Menurut Baudry dan Chassagnon (2010),
kemunculan teori biaya transaksi paling tidak merupakan turunan dari adanya asumsi mengenai
sifat rasionalitas yang terbatas dalam diri individu dan pelaku ekonomi lainnya. Dengan kata
lain, karena rasionalitas manusia bersifat terbatas maka eksistensi dari biaya transaksi selalu
bersifat positif. Teori ekonomi biaya transaksi berusaha untuk menganalisis organisasi dari
perspektif manusia kontraktual (contractual man) yang didasarkan pada asumsi rasionalitas
terbatas dan potensi oportunisme dalam diri individu. Furubotn dan Richter (2000),
menunjukkan bahwa biaya transaksi adalah ongkos untuk menggunakan pasar (market
transaction costs) dan biaya memakai hak untuk memberikan pesanan (orders) di dalam
perusahaan (manajerial transaction costs) dan biaya terkait pembuatan tata aturan atau
kelembagaan (political transaction cost). Sedangkan kategorisasi yang dilakukan oleh
Strassman (2002), biaya transaksi diklasifikasikan dalam variabel-variabel berikut: biaya
organisasi tenaga kerja, biaya mengolah informasi, biaya koordinasi pemasok, biaya
memotivasi pelayanan pelanggan, biaya mengelola distributor, memuaskan pemegang saham
dan peminjam.

2.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method. Sugiyono (2012)
menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode
penelitian yang mengkombinasikan antara metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini
dilakukan dengan interview terlebih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti oleh
data kuantitatif (Creswell, 2010). Bobot utama dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Subjek penelitian ini yaitu manager industri yoghurt selaku informan kunci dan manager
pemasaran industri yoghurt sebagai informan utama. Lokasi penelitian dilakukan pada dua
industri yoghurt, diantaranya Rumah Yoghurt dan Yo Good di Kota Malang. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Komponen biaya
transaksi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori biaya transaksi yang
dikemukakan oleh Furubotn dan Richter (2000) dan penelitian yang dilakukan oleh Sirajuddin
(2011) dan Tri (2013) yaitu managerial transaction cost yang terdiri dari biaya transportasi
yaitu biaya mengelola distributor, market transaction cost yang terdiri dari biaya iklan dan

7
biaya pencarian informasi dan political transaction cost yaitu biaya izin. Untuk menguji
keabsahan hasil penelitian menggunakan triangulasi. Tahap selanjutnya peneliti menggunakan
metode statistik deskriptif yaitu membandingkan total biaya transaksi dari kedua industri
yoghurt dalam bentuk tabel.

2.3 Hasil dan Pembahasan

Gambaran Objek Penelitian


Objek penelitian penelitian ini yaitu dua industri yoghurt di Kota Malang yaitu Rumah Yoghurt
dan Yo Good. Rumah Yoghurt merupakan CV yang didirikan tahun 2008 yang terletak di Jalan
Raya Junrejo nomor 1 A, Kecamatan Junrejo. Yoghurt yang diproduksi dalam bentuk gelas
berukuran 120 ml. Yoghurt dipasarkan di 150 toko di Kota Malang bahkan menembus pasar
di luar Kota Malang. Lokasi penelitian kedua yaitu Yo Good yang terletak di Jalan Danau
Towuti 1 blok G3-B16 Malang. Rumah produksi Yo Good ini terletak di Songgoriti. Produksi
yoghurt dalam bentuk es lilin yang memiliki banyak rasa. Yo Good sudah menembus pasar
Malang Raya dan juga dipasarkan di berbagai kota di Jawa Timur.

Komponen Biaya Transaksi


Pada Industri Yoghurt Penentuan komponen biaya transaksi sangatlah kompleks, namun
mengacu pada teori Furubotn dan Richter serta penelitian yang dilakukan oleh Srajuddin
(2011) dan Tri (2013), maka komponen biaya transaksi yang terdapat pada industri yoghurt
yaitu sebagai berikut: 1) Biaya transportasi yaitu biaya yang ditanggung untuk mengirim hasil
produksi yoghurt yang telah siap dijual ke toko-toko (distributor) yang menjualkan yoghurt. 2)
Biaya iklan adalah biaya dikeluarkan untuk memasarkan produk dalam bentuk iklan. 3) Biaya
pencarian informasi adalah biaya untuk mencari bahan baku dan informasi mengenai pesanan
distributor. 4) Biaya Izin yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan izin. Untuk
mengetahui komponen biaya transaksi yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

8
Perbandingan Biaya Transaksi
Rumah Yoghurt dan Yo Good Perbandingan biaya transaksi dari kedua industri yoghurt ini
tidak jauh berbeda. Dilihat dari produksinya, Rumah Yoghurt memproduksi yoghurt dengan
bentuk cup gelas 120 ml. Output yang dihasilkan setiap bulan bisa mencapai 5.000 buah setiap
bulannya. Sedangkan, Yo Good memproduksi yoghurt dalam bentuk es lilin (50 ml). Dalam
satu bulan, Yo Good dapat memproduksi sekitar 120.000 buah yoghurt dalam bentuk es lilin.
Berikut perbandingan biaya transaksi antara Rumah Yoghurt dan Yo Good:

Tabel 2 menunjukkan bahwa biaya transaksi pada Yo Good lebih besar daripada biaya
transaksi pada Rumah Yoghurt. Biaya yang paling besar pada Yo Good yaitu market

9
transaction cost pada biaya pencarian informasi. Hal ini dikarenakan Yo Good mencari
informasi mengenai kualitas bahan baku yang baik sehingga mencari produsen susu.
Sedangkan pada Rumah Yoghurt, bahan baku diperoleh dari Koperasi sehingga memudahan
dalam memperoleh bahan baku. Biaya transaksi yang paling sedikit di Yo Good pada tabel 2
yaitu biaya iklan, karena iklan yang dilakukan oleh Yo Good melalui internet sehingga hanya
muncul biaya internet sebesar Rp. 35.000,00 setiap bulannya. Sedangkan pada Rumah Yoghurt
iklan dilakukan menggunakan poster atau flyer sehingga biaya transaksi yang paling besar pada
Rumah Yoghurt yaitu biaya iklan.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan, dapat diambil beberapa kesimpulan dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Biaya transaksi pada industri yoghurt dibagi menjadi 3 bagian yaitu market transaction cost
managerial transaction cost, dan political transaction cost.
2. Biaya transaksi yang paling besar pada Yo Good yaitu biaya pencarian informasi. Hal ini
disebabkan mencari informasi mengenai kualitas bahan baku yang baik.
3. Total Biaya transaksi pada Yo Good lebih besar daripada biaya transaksi pada Rumah Yoghurt.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Untuk menekan biaya iklan yang muncul pada Rumah Yoghurt, iklan bisa dilakukan melalui
media sosial (internet) seperti melalui wordpress, twitter, facebook, dll. Sehingga iklan bisa
bisa dilakukan hanya 2 kali setahun atau iklan bisa penuh dilakukan melalui media sosial saja
sehingga menghemat biaya.
2. Hasil penelitian pada Yo Good menunjukkan biaya transaksi yang paling besar yaitu biaya
pencarian informasi, yaitu biaya mencari bahan baku. Agar menekan biaya yang muncul pada
biaya mencari bahan baku, lebih baik Yo Good memiliki produsen susu yang tetap sehingga
tidak mengeluarkan biaya dan waktu untuk mencari bahan baku. Lebih mudah Yo Good
mencari susu di koperasi sehingga mutu dan kualitasnya terjamin, karena susu yang sudah
masuk ke dalam koperasi, merupakan susu yang memiliki kualitas yang baik.
3. Saran untuk usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menekan biaya transaksi yang muncul
pada suatu usaha dari hasil penelitian ini, yaitu menganalisis setiap kegiatan ekonomi dalam
UMKM dan menggunakan strategi yang tepat dalam suatu kegiatan tersebut sehingga tidak
mengeluarkan biaya transaksi yang besar, terutama dalam hal pengiklanan dan mencari bahan
baku.

11
DAFTAR PUSTAKA

Zafira, A. N. (2015) BIAYA TRANSAKSI PADA UMKM YANG MEMPRODUKSI YOGHURT


(STUDI PADA RUMAH YOGHURT DI JUNREJO DAN YO GOOD DI SAWOJAJAR).

12

Anda mungkin juga menyukai