Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

TEORI KONTRAK DAN TINDAKAN KOLEKTIF

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kelembagaan ( Kelas B)


yang diampu oleh :
Dr. Zainuri, M.si

Di Susun Oleh : Kelompok 10 KELAS B

Elisa Ratnasari (170810101090)


Ahmad Fauzan (170810101162)
Dea Rizki Novita .P (170810101197)

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur penulis


haturkan kepada Allah SWT tuhan yang maha kuasa, karena berkat limpahan
Rahmad-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
Kontrak dan Tindakan Kolektif”. Tak lupa semoga doa sholawat selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari jalan kemungkaran menuju jalan kebaikan berupa iman dan islam.

Selain ucapan syukur, kami juga mengucapkan terimaksih kepada :

1. Dr. Zainuri, M.si yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Ekonomi
Kelembagaan.
2. Kedua orang tua kami yang sangat penulis sayangi, yang telah membimbing
putra-putrinya.
3. Teman-teman kami yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah
ini, tanpa kritik dan saran dari teman-teman pasti makalah ini tidak akan selesai
dengan cepat.

Sebagai penutup kata pengantar ini, kami yakin apa yang telah tersusun dan
tersaji dalam makalah ini masih banyak sekali keselahan dan kekurangan. Maka,
segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Akhir kata atas segala perhatian dan kerjasamnya kami ucapkan terima kasih.

Jember, 28 Maret 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................1


Daftar Isi ...................................................................................................................2
Bab 1 : PENDAHULUAN .......................................................................................3
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.3 Tujuan ............................................................................................................5
1.4 Manfaat .........................................................................................................5
Bab 2 : PEMBAHASAN ..........................................................................................6
2.1 Teori Kontrak dan Informasi Asimetris ........................................................6
2.2 Mekanisme Penegakan dan Instrumen Ekstralegal .......................................12
2.3 Teori Tindakan Kolektif dan Free-Riders .....................................................16
2.4 Pilihan Rasional dan Tindakan Komunikatif ................................................21
2.5 Perjuangan buruh kontrak ............................................................................29
Bab 3 : PENUTUP....................................................................................................33
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................33
3.2 Saran ..............................................................................................................33
Daftar Pustaka ..........................................................................................................34

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelembagaan baru (new instituonalist) adalah sekumpulan pemikiran


yang mencoba untuk menerangkan politik, sejaah, ekonomi, dan kelembagaan
social seperti pemerintah, hokum, pasar, perusahaan (firm) konvensi social,
keluarga dan lain-lain dala lingkup neoclassical economic theory. Teori ini
merupakan hasil perenungan dari Chicago School yang terus berupaya agar teori
ekonomi klasik dapat menjelaskan wilayah masyarakat (area of human society)
dengan semua karakteristik yang selama ini diabaikan dalam membangun
perekonomian masyarakat atau negaraa.

Mereka yang bekerja dalam bidan ini adalah Ronald Coase, Harold
Demsetz dan Oliver Williamsion, dalam pandangan ini mereka meneybut sebagau
“New Institutionalis” atau New Institutional Economics (NIE) untuk
membedaknya dengan Amerika Institutional School seperti yang djelaskan oleh
NIE atas berkembang pesatnya dan mulai diperhitungkannya sebagai teori
ekonomi alternative stelah Ronald Coase yang menemukan konsep biaya transaksi
(transaction cost) baru kemudiaan muncul teori kontrak dan tindakan kolektif.

Masalah yang cukup serius dalam kegiatan ekonomi (transaksi) adalah


ketika dalam kesetaraan antarpelaku ekonomi. Ketidaksetaraan tersebut dapat
terwujud dalam posisi tawar menawar (bargaining position) ataupun informasi
asimetris (information asymmetric). Implikasinya dalam kegiatan ekonomi ini
yang dilakukan akhirnya ada salah satu pihak atau beberapa pihak yang
memperoleh keuntungan siatas beban (kerugian) oleh pihak lain.

Kegiata seperti itu tentu saja bukanlah aktivitas yang ideal karena terdapat
salah satu pihak atau beberapa pihak yang dirugikan dan menjadi korban. Oleh
karenanya, harus dicari mekanisme dan desain aturan main (kelembagaan) yang
bertujuan untuk membangun kesetaraan antarpelaku ekonomi, baik dilihat dari sisi

3
daya tawar menawar maupun kelengkapan informasi. Dalam titik inilah
keberadaan teori kontrak (termasuk information asymmetric) dan tindakan
kolektif (collective action) sangat besar perannya dalam membantu mendesain
aturan main tersebut. Sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang teori
kontrak sehingga dapat memperoleh pemahanm yang mendalam sebagai dasar
formulasi regulasi atau kebijakan.

Dalam pendekatan ekonomi biaya transaksi, terdapat 2 analisi kontrak atau


transaksi tunggal antara 2 pihak yang melakukan hubungan ekonomi. Kontrak
secara umum adalah menggambrakan kesepakatan satu pelaku untuk melakukan
tindakan yang memiliki nilai ekonomi kepada pihak lain, tentunya dengan
konsekuensi adanya tindakan balasan (reciprocal action) atau pembayaran.
Tidnakan untuk membuat kontrak ini secara umum dilakukan berdasarkan tingkat
pengamatan yang berbeda, pada waktu yang tidak sama dan juga berdasarkan
derajat titik balik yang berlainan. Bahkan hubungan kontrak itupun mempunyai
perbedaan terhadap kesinambungannya.

Dalam hal ini , pelaku pelaku dalam kontrak memiliki derajat insentif
kesukarelaan alami yang berebda untuk menyetujui isi atas kontrak yang dibuat.
Dalam ekonomi biaya transaksi, badan penegakan kotrak dari luar yang disebut
lembaga hukum yang mengatur konttrak, diasumsikan eksis, meskipun
kadangakala kinerjanya mengalami hambatan hambatan akibat kesulitan
memverifikasi baik yang buruk ataupun yang bagus, para pelaku terikat dalam
sebuat kontrak. Jadi, biaya transaksi mengasuksikan bahwa biaya kontrak dapat
ditegakan atau dipaksakan dalam lembaga hokum yang eksis dan ketersediaan
informasi yang cukup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Teori Kontrak dan Informasi Asimetris?
2. Bagaimana Mekanisme Penegakan dan Instrumen Ekstralegal?
3. Apa yang dimaksud Teori Tindakan Kolektif dan Free-Riders?
4. Apa yang dimaksud Pilihan Rasional dan Tindakan Komunikatif?

4
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian konsumi Teori Kontrak dan Informasi


Asimetris
2. Untuk mengetahui Mekanisme Penegakan dan Instrumen Ekstralegal
3. Untuk mengetahui Teori Tindakan Kolektif dan Free-Riders
4. Untuk mengetahui Pilihan Rasional dan Tindakan Komunikatif

1.4 Manfaat

1. Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan


dan pengalaman terhadap ilmu pengetahuan mengenai pola konsumsi dan
teori konsumsi.

2. Bagi masyarakat umum makalah ini diharapkan dapat memberi


sumbangan informasi yang akurat mengenai teori konsumsi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Teori Kontrak dan Informasi Asimetris


Basis dari unit analisis dalam pendekatan ekonomi biaya transaksi
(transaction Cost Economics) adalah kontrak atau transaksi anatara dua pihak
dalam melakukan kegiatan ekonomi. Pada umumnya, kontrak merupakan
kesepakatan antara satu pihak dengan pihak lain untuk melakukan tindakan yang
meimiliki nilai ekonomi, dengan catatan ketika kesepakatan itu dilanggar maka
akan terdapat konsekuensi tindakan balasan (reciprocal action) atau hukuman
secara finasial yaitu pembayaran.

Pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak mempunyai derajat insentif alami


yang berbeda dalam menyetujui isi kontrak yang dibuat dalam kegiatan ekonomi
terebut, karena tingkat pengamatan yang berbeda, titik waktu yang berbeda, serta
timbal balik yang berbeda pula. Diluar itu, kontrak juga mengandung perbedaan
terhadap kesinambungannya. Dalam ekonomi biaya transaksi terdapat lembaga
hukum (legal constitution) yang eksis untuk menegakkan kontrak yang telah
dibuat oleh pihak-pihak yang terkait, meskipun dalam pelaksanaanya sering kali
kurang maksimal karena kendala dalam memverifikasi pihak-pihak yang terikat
dalam kontrak. Jadi, ekonomi biaya transaksi berasumsi bahwa kontrak dapat
diteggakan dengan adanya lembaga hukum dan informasi yang cukup terkait
kontrak.

Menurut Richter, dalam ekonomi kelembagaan baru ( New Institutional


Economics), konsep kontrak merupakan konsep yang berhubungan dengan hak
kepemilikan (property right) yang lebih luas cakupannya dibandingkan dengan
konsep hukum tentang kontrak dengan asumsi dasarnya bahwa semua jenis dari
pertukaran hak kepemilikan dimodelkan sebagai transaksi yang mengatur kontrak

6
tersebut. Dalam teori neoklasik, kontrak diasumsikan dalam kondisi lengkap
(complete contract).

Neoklasik berpandangan bahwa kontrak dapat dibuat dan kemudian


ditegakkan dengan tanpa biaya karena dalam kondisi lengkap. Namun ini sangat
bertolak belakangan dengan realitasnya, dimana untuk membuat dan menegakan
kontrak membutuhkan biaya yang disebut biaya transaksi. Secara umum, dalam
membuat kontrak sangatlah mustahil untuk memprediksi serta menghitung
seluruh ketidakpatian yang akan terjadi. Oleh karena itu, dalam membuat suatu
kontrak dapat dilakukan dengan memodelkan permasalahan tentang informasi
yang terbatas untuk mengahasilkan sebuah kontrak yang menyeluruh
(comprehensive contract). Sehingga ketika terdapat suatu penyimpangan terhadap
kontrak yang dibuat, dapat diselesaikan melalui lembaga hukum yakni
pengadilan.

Asumsi neoklasik terhadap kontrak, kontrak selalu pada kondisi lengkap.


Namun pada realisasinya, terdapat dua faktor yang menyebabkan kontrak tidak
lengkap, yaitu:

1. Ketidakpastian (uncertainty)

Dalam melakukan kegiatan transaksi, tidak bisa dipungkuri adanya


ketidakpastian yang mungkin terjadi yang bisa merugikan pihak yang
terlibat. Adanya ketidakpastian membuat pihak-pihak yang terkait untuk
mencari dan mengidentifikasi informasi dalam meminimalisir
kemungkunan ketidakpastian tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan biaya
dalam mencari ataupun memidentifikasi informasi tentang ketidakpastian
itu.

2. Kinerja kontrak khusus (particular contractual performance)

Biaya yang sangat besar ditubuhkan untuk mengukur kinerja. Contohnya,


menetapkan jumlah energi yang dibutuhkan peekrja utuk melakukan
pekerjaan yang rumit. Pihak ketiga atau lembaga hukum mengalami

7
kesulitan dalam memberikakn bukti sebagai dasar keputusan ketika
terdapat pelanggaran atau penyimpangan terhadap kontrak. Biaya kontrak
juga membutuhkan adanya biaya sewa semu (quasi rent) yang digunakan
perusahaan untuk invesatsi.

Ketidakpastian yang menyebabkan kontrak tidak lengkap dapat ditelusuri


dari realitas adanya informasi asimetris (asymmetric information) dalam
melakukan transaksi ekonomi. Secara definisi, informasi asimetris (asymmetric
information) merupakan situasi dimana adanya ketidaksamarataan informasi
(unequal information) yang dimiliki oleh para pelaku ekonomi dalam melakukan
transaksi. Misalnya, para pembeli dan penjual dipasar memiliki informasi yang
terbatas ataupun berbeda tentang kualitas, harga, atau bahan dari suatu barang
ataupun jasa yang akan diperjualbelikan. Kontrak yang menyeluruh sangan
dibuhkan dalam kondisi tersebut, yang bertujuan untuk mengurangi adanya
informasi asimetris.

Terdapat banyak macam informasi asimetris sehingga setiap transaksi


memiliki informasi asimetris yang berbeda pula. Oleh karena itu, dibutuhkan
macam-macam kontrak yang berbeda sesusai dengan adanya informasi asimetris
di berbagai transaksi. Kontrak menjadi instrumen kompensasi yang dapat
mengatasi dampak dari informasi asimetris yang dapat meugikan pihak yang
terkait. Jadi, semakin besar kemungkinan terdapat informasi asimetris maka akan
semakin besar pula usaha dan biaya untuk membuat kontrak yang lengkap
(complete contract).

George A. Akerlof’s merupakan penggagas teori informasi asimetris lewat


karya buku yang berjudul “The Market of ‘Lemons’ : Quantity Uncertaintyand
the Market Mechanism” pada 1970. George berpendapat bahwa informasi
asimetris yang ada diantara pelaku transaksi ekonomi dapat dikurangi melalui
kelembagaan perantara (intermediary market institutions) atau kelembagaan
penghalang (counteracting institutions). Garansi merupakan salah satu contoh dari
kelembagaan tersebut. Garansi memberi kesempatan bagi para pembeli untuk

8
mengetahui informasi tentang suatu barang yang diperjualbelikan misalnya
kualitas, dengan adanya garansi tersebut maka akan tercipta keselarasan informasi
yang dimiliki oleh penjual dan pembeli. Terdapat banyak contoh lain dari
kelembagaan diatas, misalnya merek, kongsi , dan warala sebagai jaminan bagi
para pembeli mengenai suatu produk atau barang yang diperjualbelikan. Agar
menciptakan kepastian dari aspek legal, instrumen-instrumen tersebut seharusnya
dimasukkan ke dalam kontrak.

Michael Spence memformulasikan informasi asimetris dalam pasar kerja


lewat bukunya yang berjuduln “Job Marketing Signaling” pada tahun 1973.
Spence berpendapat bahwa keputusan investasi dalam ketidakpastian terjadi
ketika seorang majikan memutuskan untuk mempekerjakan seseorang. Pemilik
atau manager perusahaan tidak dapat mengetahui kemampuan pekerja dalam
melaksanakan tugas pekerjaannnya, karena seseorang butuh untuk mempelajari
atau berinteraksi dengan pekerjaan barunya. Sehingga ketika perusahaan
memutuskan untuk menggajinya, perusahaan memlakukan investasi dalam
ketikpastian. Ini sama halnya dengan perusahaan yang memberikan pelatihan
kepada pekerja baru yang tidak selalu menghasilkan output sesuai ekspektasi
perusahaan. Kemungkinan pengambilan keputusan berhasil biasanya dapat dilihat
dari pengalaman pekerja dalam pasar tenaga kerja. Karena pengalaman seseorang
dapat memggambarkan kemampuan dalam pasar tenaga kerja. Ini yang
menyebabkan perusahaan lebih memprioritaskan pelamar kerja yang
berpengalaman untuk diterima bekerja. Disilah perluadanya biaya penandaan
dalam penentuan upah. Menurut spence hubungan biaya penandaan dengan
kemampuan produktifitas seseorang berkolerasi negatif.

Dalam konsep kontrak, kontrak terbagi dalam 3 bagian, yaitu teori kontrak
agen, teori kesepakatan otomatis, dan teori kontrak relasional.

1. Teori Agency

Dalam teori ini diasumsikan bahwa terdapat dua pelaku yang saling
berhubungan, yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal berperan sebagai

9
seseorang yang mempekerjakan agen untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu, disamping itu prinsipal juga memfasilitasi agen dalam
keberhasilan melakukan pekerjaan yang telah diperintahkan. Ketika
kontrak sudah dibuat oleh pihak yang terkait, diasumsikan bahwa
informasi yang ada merupakan informasi asimetris karena dua alasan,
antara lain

a. Prinsipal tidak dapat secara langsung mengamati pekerjaan agen

b. Prinsipal tidak mengetahui dan mengamati beberapa hal yang agen


ketahui.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh prinsipal sangat besar untuk melakukan
pengawasan secara langsung terhadap agen dan mendapat pengetahuan
yang diketahui oleh agen. Arrow berpendapat, kasus pertama sering
disebut dengan tindakan tersembunya sedangkan kasus yang kedua yaitu
informasi tersembunyi. Dalam teori kontran agensi juga diasumsikan
bahwa kesepakatan dapat diteggakkan melaui lembaga hukum.

2. Teori Kesepakatan Otomatis

Sesuai dengan nama teorinya, suatu kesepakatan dapat diteggak secara


otomatis. Ini sangat berbeda dengan teori agensi dimana kesepakatan dapat
diteggakan melalui lembaga hukum. Dalam teori kesepakatan otomatis
diasumsikan bahwa sistem hukum tidak sempurna atau tidak bisa
memverifikasi informasi yang relevan. Oleh karena itu, pelaku bisnis
dapat membuat kontrak yang berisi kesepakatan yang dapat ditegakkan
secara otomatis. Biasanya dalam kesepakatannya mencerminkan bahwa
keuntungan dari patuh terhadap kontrak lebih besar dari melanggar
kontrak tersebut. Jadi, dalam proses penegakannya, tidak ada campur
tangan dari pihak ketiga atau lembaga hukum sama sekali.

10
3. Kontrak Relasional
Kontrak ini itidak dapat menghitung ketidakpastiain yang kmungkin
terjadi, akan tetapi kontrak ini hanya berdasarkan kontrak pada masa lalu,
sekarang, dan ekspektasi terhadap hubungan di masa depan antara pihak-
pihak yang terlibat dalam kontrak. Kontrak ini bersifat informal dan tanpa
ikatan. Sebagian besar transaksi yang menggunakan kontrak relasional ini
kurang melekat dalam sebuah struktur hubungan transaksi yang sangat
longgar. Kontrak ini dipakai ketika pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak memiliki ketergantungan satu sama lain. Maka pihak-pihak
tersebut akan cenderung mematuhi kontrak yang dibuat karena memiliki
ketergantungan kepada pihak lain dalam kontrak. Ketika terdapat
penyimpangan kontrak maka akan diselesaikan melaui keseimbangan
kerja sama dan pemaksaan. Teori kontrak ini hampir sama dengan teori
kontrak kesepakatan otomatis.

Kontrak biasanya dibuat sesuai dengan jenis sektor ataupun lingkangan


kelembagaan (institutional environment) yang sama. Misalnya pada industri
unggas, pertanian.

Kontrak dalam Industri Unggas:

a. Kontrak harga tetap (fixed price contracts)


b. Kontrak jual beli (buy and sell contracts)
c. Kontrak lepas (putting-out type)

Kontrak dalam sektor Pertanian:

a. Kontrak sewa tetap (fixed rent contracts)


b. Kontrak bagi hasil (share contracts)
c. Kontrak upah (wage contracts)

Secara umum, kontrak-kontrak tersebut dapat bertahan lama karena


dianggap sesuai dengan perubahan pada penerapannya. Namun tidak dapat

11
dipungkiri bahwa akan ada kontrak baru yang berhubungan dengan isu baru
dalam kegiatan ekonomi. Kontrak-kontrak tersebut dipengaruhi oleh beberapa
aspek dalam daya tahannya. Anatara lain: dinamika alaiah untuk selalu
menyesusaikan dengan perubahan zaman, dan jalur ketergantungan yang
menciptakan pola sosial perilaku.

2.2 Mekanisme Penegakan dan Instrumen Ekstralegal


Kontrak memiliki banyak macam tergantung sesuai transaksi yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait. Misalnya pada sektor pertanian, terdapat
3 kontrak. Terdapat empat faktor yang membedakan kontrak-kontrak tersebut,
antara lain:

1. Jangka Waktu (Duration)


Jangka waktu sangat berhubungan dengan atribut transaksi dan
menggambarkan komitmen dari pihak yang terkait dalam kontrak.

2. Derajat Kelengkapan (degree of completeness)


Derajat kelengkapan pada umumnya mencakup variabel-variabel harga,
kualitas, aturan keterlambatan, dan penalty. Derjata kelengkapan akan
meningkat siring dengan adanya spesifikasi aset dan akan menurun seiring
dengan ketidakpastian yang mungkin terjadi.

3. Kontrak bersinggungan dengan insentif


Terdapat beberapa jenis insentif, antara lain sistem tingkat yang tetap,
upah berdasarkan jam kerja, distribusi bagian kepada pekerja,
pengembalian aset yang dibayarkan kepada pemilik, dan sewa yang dibagi
antara mitra yang bergabung dalam proyek.

4. Prosedur penegakan yang berlaku


Kontrak dibuat agar pelaksanaan transaksi dalam kegiatan ekonomi dapat
saling menguntungkan bagi para pihak yang terkait. Namun pada suatu
kondisi, kontrak juga menyimpan resiko. Misalnya ketika kontrak tidak

12
lengkap ataupun kontrak tidak sesuai dengan realitas. Untuk itu, terdapat
penegakan ketika kontrak sudah tidak sesusai dengan situasi pada saat
negosiasi.

Dalam suatu transaksi perlu adanya suatu kontrak sebagai instrumen


kesepakatan antara pihak-pihak yang terkait. Pengakan dari kontrak harus
ditekankan untuk meminimalisir kerugian dari satu pihak dalam kontrak. Dalam
penegakannya, secara umum kontrak dapat ditegakkan dengan otomatis atau
melalui intervensi pihak ketiiga yakni lembaga hukum. Dalam realitasnya,
individu dan perusahaan cemderung membuat kontrak yang dapat ditegakkan
melalui intervensi pihak ketiga karena diangap lebih mengikat antara pihak-pihak
yang terkait dalam kontrak tersebut dan cenderung menghidari kontrak yang dapat
ditegakkan secara otomatis

Dalam masyarakat, terdapat dua macam penegakan kontrak, antara lain:

1. Aturan formal
Aturan formal biasanya dibuat dan dipaksakan oleh organisasi resmi,
misalnya negara dan perusahaan dalam menyelesaikan suatumasalah
tindakan kolektifmelalui pihak ketiga atau lembaga hukum.

2. Aturan informal
Aturan informal merupakan hasil dari adanya jaringan kerja dan dan
dipaksakan melalui hubungan sosial. Penegakan aturan informal
dipengaruhi oleh daya tekan dari negaranya dan norma-norma yang ada
didalam masyarakat. Norma merupakan aturan eksplisit dan implisit untuk
mengatur perilaku yang melekat pada kepentingan dan keinginan masing-
masing kelompok ataupun komunitas. Norma-norma dalam masyarakat
sangat berpengaruh dalam penegakan aturan informal tersebut. Penekanan
dan norma itu bisa saling menggatikannya.

Menurut barzel, penggunaan kekerasan dalam penegakan kontrak bisa


dibedakan dalam tiga aspek, yaitu kekerasan dilakukan karena lebih murah,

13
kekerasan mencegah penyitaan, dan kekerasan memperkuat pertukaran kontrak
tersebut.

Dalam membuat suatu kontrak, tentunya pihak-pihak yang bersangkutan


membutuhkan suatu interaksi untuk menemukan titik kesepakatan yang akan
terintegrasi dalam kotrak. Pihak yang bersangkutan dalam kontrak cendurung
hanya melakukan interaksi satu kali dalam membuat kontrak yang bisanya
bertujuan hanya untuk menangkap ataupun memindahkan hak kepemilikan
ekonomi. Ketika terjadi suatu permasalahan penyimpangan, maka ini akan sulit
untuk myelesaikan permasalahan tersebut dan mungkin membutuhkan biaya
transaksi yang cukup besar. Dalam kondisi tidak ada campur tangan dari pihak
ketiga seperti lembaga hukum, maka penegakannya akan sulit dilakukan karena
kontrak tidak lengkap. Kontrak tidak lengkap akan menyebabkan pengeluaran
biaya yang besar untuk mengetahui atau mencari informasi asimetris dalam kasus
atau permasalahan penyimpangan kontrak.

Dalam suatu transaksi ekonomi, tentunya seseorang menginginkan


keuntungan atau kerugian, dalam kondisi seperti ini, nilai material untuk
bergabung dalam interaksi menjadi negatif karena terdapat sebuah biaya. Maka
berhubungan dalam jangka panjang dinilai lebih enak untuk dilakukan. Pihak-
pihak yang terkait tentu harus berinvesatsi dalam interaksi. Namun interaksi
jangka panjang sering kali tidak secara komplek dapat mengakomodasi semua
proyek yang dinilai. Dalam kondisi seperti ini, eksistensi pihak ketigas
memberikan keuntungan bagi para pelaku ekonomi sebagai penguat kesepakatan
dalam kontrak agar tidak ada yang dirugikan dikemudian hari.

Definsi dari kontrak adalah sebuah ikatan antara pihak satu dengan pihak
lainnya yang berkaitan dalam suatu transaksi yang bernilai ekonomi. Kontrak
dibuat untuk menciptakan situasi saling menguntungkan bagi para pihak yang
terkait, namun sering kali juga menciptakan situasi yang beresiko akibat dari
adanya potensi praktek oportunisme. Oleh karena itu, penegakan kontrak menjadi
hal yang sangat penting agar kontrak dapat mencapai tujuan yang sebenarnya

14
yaitu, menciptakan keuntungan pada semua pihak bukan hanya pada salah satu
pihak saja dalam kontrak.

Dalam pembuatan kontrak, diusahakan pihak-pihak saling setuju untuk


menentukan bagaimana penegakan yang akan dilakukan ketika terjadi
penyimpangan ataupun pelanggaran. Hal penegakan kontrak menjadi isu yang
paling penting karena penegakan merupakan ukuran dari berhasil atau gagal nya
suatu kontrak yang dibuat. Disamping itu, kontrak juga harus didesain se optimal
mungkin agar pihak-pihak yang terkait memiliki insentif untuk tidak menyimpang
atas kontrak yang sudah disetujui. Kontrak seperti ini seharusnya dapat
memaksakan diri atau bergantung pada mekanisme penegakan otomatis. Sehingga
ketidaklengkapan lembaga bukan menjadi masalah karena dalam penegakannya
tidak diperlukan intervensi pihak ketiga atau lembaga hukum.

Dalam realitasnya, mekanisme penagakan kontrak tidak selalu berjalan


dengan mudah, bahkan seringkali sangat rumit untuk memecahkan persoalan
tersebut. Pada kasus dimana rasionalitas terikat/terbatas menyebabkan lembaga
tidak lengkap sehingga masalahnya bukan hanya sekedar mendesain aturan akan
tetapi juga tentang penegakan aturan tersebut. Dalam kasus kontrak tidak lengkap,
maka sangat sulit untuk menggunakan penegakan legal.

Dalam kasus seperti ini, dibutuhkan instrumen ekstralegal seperti


penyanderaan, agunan, strategi balas dendam, reputasi, dan lain sebagainya.
Dengan jaminan privat maka pelaku kontrak akan cemderung mematuhi asas
kontrak yang telah dibuat. Oleh karena itu, pembuat kelembagaan diharapkan
untuk memperhatikan situasi aturan main yang tidak lengkap agar peyimpangan
dapat diminimalisir serta penegakannya mudah dilakukan.

Desainer kelembagaan harus benar-benar merancang strategi dalam


membuat suatu kontrak. Desainer kelembagaan harus tidak memiliki prilaku
kerjasama dengan salah satu ataupun kedua pihak yang terikat dalam kontrak
karena desainer kelembagaan merupakan partiispan dalam pembuatan kontrak.

15
Desainer juga diharapkan bisa membuat kesepakan dari konsekuensi yang akan
diterima oleh pelanggar kontrak karena terdapat opurtinisme.

Dalam pembuatan kontrak yang menyeluruh, biaya transaksi yang harus


dikeluarkan cukup besar. Akan tetapi biaya transaksi tersebut mempunya peran
dalam permasalahan seperti diatas. Dalam permasalahan ekonomi seperti ini,
otoritas hukum formal mungkin saja tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu,
terdapat kesepakatan penegakan kontrak. Ini biasa disebut sebagai “kontrak dalam
kontrak”.

2.3 Teori Tindakan Kolektif dan Free-Riders

Teori tindakan komulatif awalnya di kemukakan oleh Mancur Olson pada


tahun 1971 yang membahas mengenai masalah interest group serta memberikan
adanya solusi yang terjadi pada penumpang gelap atau Free Raider.

Pada awalnya dalam memberikan solusi untuk permasalahan manajemen


sumber daya bersama ini melalui cara penegakan hak kepemilikan atau dikenal
dengan ‘tragedyof the commons’. Sehingga dengan adanya teori yang dicetuskan
oleh Mancur Olson dapat memberikan solusi dari permasalan yang terjadi.

16
. Mancur Olson berpendapat bahwa poin penting untuk mencapai
keberhasilan tindakan bersama ialah:

 Ukuran
 Homogenitas
 Tujuan Kelompok

Dalam suatu kelompok kepentingan yang ukurannya semakin besar akan


berdampak pada semakin sulitnya dalam melakukan negoisasi antar anggota
kelompok dalam menyelesaikan permasalahan kepentingan kelompoknya.
Sehingga jka anggota kelompok kepentingan ukurannya sempit atau kecil maka
hal ini akan mempermudah untuk melakukan negoisasi antar anggota kelompok
dan dapat bekerja dengan efektif.

Homogenitas juga bagian terpenting dalam melakukan kesepakatan dalam


kelompok, jiak keragam kelompok semakin banyak ataupun semakin besar maka
hal ini akan membuat kesulitan dan kerumitan dalam melakukan kesepakatan
sebab terdapat kepentingnya yang banyak dalam kelompok tersebut. Sehingga
semakin homogen kepentingan kelompok maka semakin mudah dalam mencapai
kesepakatan bersama.

Kelompok harus memiliki tujuan kelompok yang jelas dengan memikirkan


semua kepentingan anggota kelompoknya. Apabila dalam suatu kelompok
memiliki tujuan yang lemah maka hal ini akan berpengaruh pada kekuatan
dukungan anggota kelompok akan menjadi lemah sehingga akan membuat suatu
kelompok akan terpecah.

Secara tidak langsung pada teori tradisional perilaku kelompok memiliki


asumsi yang menjelaskan bahwa antara kelompok swasta dengan asosiasi atau
persatuan memiliki konsep yang jelas berbeda dalam menjalankan operasi relasi
antar perusahaan. Seperti negara dan pembayar pajak, dimana negara diposisi
yang kuat sedangkan pembayar pajak hanya dapat tunduk pada regulasi pajak
tersebut. Contoh lainnya pada kelompok serikat buruh yang harus

17
mempertimbangkan kepentingan yang seperti apa yang pantas dilakukan
perundingan. Sehingga hal tersebut menunjukkan tindakkan kolektif pembayar
pajak memiliki makna yang kecil daripada serikat buruh.

Dari contoh tersebut dapat dijelaskan bahwa serikat buruh termasuk dalam
kelompok yang dinamis, yang dpat menyampaikan kepentingan atau tuntutannya
sehingga dapat merubah regulasi maupun aturan.

Mancur Olson berpendapat dalam tindakan kolektif terdapat pula titik


bahaya/kritis, pada pihak kecil memungkinkan untuk melakukan tindakan yang
semena-mena sehingga hal tersebut akan mengakibatkan adanya tirani minoritas.

Tinari minoritas yaitu suatu kelompok yang kecil namun memiliki


kekuatan lebih sehingga dengan adanya kekuatan yang lebih ini akan
menyebabkan berperilaku semena-mena. Sehingga jauh lebih baik suatu
kelompok hanya memiliki kepentingan yang sama atau homogen.

Mancur Olson berpendapat akan terjamin keberhasilan tindakan kolektif


yang memperoleh keuntungan melebihi biaya produksi seperti kasus yang terjadi
di OPEC. Anggota OPEC salah satunya adalah negara Arab Saudi yang dikenal
dengan produsen minyak terbesar menanggung biaya untuk membatasu output.
Arab Saudi bersedia menjamin subsidi dengan menurunnkan produksi dari jatah
kuota untuk kompensasi adanya kelebihan produksi. Dalam OPEC terdapat
heterogen kepentinngan karena tiap negara memiliki kepentingan yang berbeda-
beda.

Tindakan kolektif yang berguna untuk menjadi solusi dalam


menyelesaikan masalah yaitu:

 Sistem sumber daya bersama yang dapat dimanfaatkan secara efektif


dan efisien.
 Sistem pengontrolan perilaku, seperti aturan atau norma.
 Adanya perubahan sosial.

18
Serta terdapat 3 karakter yaitu:

 Adanya barang yang di produksi secara bersama, namun jika tidak di


produksi bersama maka tidak diperlukan adanya tindakan kolektif.

 Dalam melakukan proses produksi, semua anggota pasti mendapatkan


laba sehingga tidak memungkinkan untuk mengeluarkan anggota.

 Terdapat biaya dalam melakukan proses produksi barang publik.

Dalam hal-hal diatas pastinya setiap kelompok pasti terddapat free raider
atau penumpang bebas. Free raider yaitu suatu oknum yang tidak menanggung
biaya atau beban dalam menciptakan suatu prodduk, namun oknum tersebut tetap
mendapatkan manfaat dari terciptanya produk tersebut.

Sehingga dengan adanya hal tersebut membuat para ahi ekonomi untuk
membuat solusi dalam masalah tersebut, tetapi dalam fakta setiap aktivis ekonomi
memiliki peluang untuk menciptakan free raider sehingga untuk menyelesaikan
dibutuhkan adanya tindakan kolektif.

Adanya free raider atau penumpang bebas ini menjadi masalah dalam
kelompok kepentingan. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa free raider
atau penumpang bebas ini dapat diselesaikan melalui tindakan kolektif. Tindakan
kolektif juga memungkinkan munculnya free raider hal ini dikarenakan beberapa
oknum yang merasa dirugikan dengan adanya free raider menyatukan kekuatan
pada tindakan kolektif. Serta, saat tindakan kolektif yang direncanakan belum
maksimal maka hal tersebut akan membuat free raider akan bermunculan.

Free raider atau penumpang bebas ialah suatu individu yang tidak
menanggung beban biaya yang telah ditentukan oleh regulasi pemerintah, namun
individu tersebut dapat merasakan manfaat yang ada dari terciptanya barang
publik tersebut.

19
Selain itu Mancur Olson juga memiliki pendapat bahwa tindakan kolektif
akan berjalan lebih cepat jika terdapat beberapa mekanisme, yaitu:

 Pada kelompok yang berskala kecil atau kelompok khusus dapat


melaksanakan produksi secara voluntary production atau produksi
secara suka rela. Tetapi Oliver menjelaskan adanya peningkatan dari
suatu kelompok pada lingkungan tertentu akan berdampak dapat
memfsilitasi tindakan kolektif melalui peningkatan lemungkinan
massa kritis dari oknum yang akan bertanggung jawab menanggung
biaya produksi untuk menciptakan barang publik yang dibutuhkan.

 Dalam kelompok sedang atau medium group akan menimbulkan


adanya kerja sama dalam kelompok tersebut dikarenakan adanya
strategic interaction atau interkasi strategis. Sedang menurut Axelrod,
bukan hanya di kelompok sedang atau medium group saja yang dapat
memunculkan kerja sama disuatu kelompok, melainkan adanya
interaksi strategis atau stategic interaction akan membuat semua
kelompok akan timbul adanya kerja sama karena adanya efek
pergaulan dan reputasi.

 Terdapat asumsi bahwa adanya selective incentives atau insentif


selektif yang memberikan apresiasi penghargaan terhadap pihak-pihak
yang menjalin kerja sama, namun bagi pihak penumpang bebas atau
free raider hal ini merupakan suatu hukuman bagi mereka. Sehingga
dengan hal tersebut maka Mancur Olson menekan adanya free raider
atau penumpang bebas ini melalui tindakan insetif selektif. Free raider
atau penumpang bebas ini akan muncul disebabkan karena free raider
tersebut tidak ikut menanggung beban biaya untuk menciptakan
barang-barang publik, sehingg pihak tersebut juga tidak akan
mendapatkan benefit atau manfaat yang akan diterima dari adanyaa
intensif selektif tersebut.

20
Sehingga dapat disimpulkan jika tindakan kolektif tersebut muncul ketika
adanya kepentingan diantara suatu kelompok serta adanya penumpang bebas atau
free raider yang tidak mau berkontribusi untuk menanggung beban biaya namun
tetap dapat merasakan benefit atau manfaat dari terciptanya barang publik.

Cepat atau lambatnya tindakan kolektif tersebut dilakukan masih


bergantung pada seberapa banyak kepentingan yang ada dalam suatu kelompok
serta faktor yang lainnya yang memiliki pengaruh dalam kecepatan proses
tindakan kolektif.

Serta adanya penumpang bebas atau free raider merupakan akibat dari
adanya tindakan kolektif yang dilaksanakan, namun bisa jadi pula adanya free
raider atau penumpang bebas sebagai akibat munculkan tindakan kolektif.
Namun, yang pasti free raider akan muncul jika tindakan kolektif kurang
terencana dan tidak matang.

Tindakan kolektif terdapat beberapa macam kegiatan seperti adanya


perilaku memilih dan dipilih, sikap protes, adanya pertumbuhan organisasi.
Adanya teori rasional menunjuk kepada self interest dimana suatu invidu biasanya
lebih berorientasi pada adanya keuntungan dari diri sendiri. Sehingga suatu
individu tersebut pasti akan melakukan tindakan kolektif yang menguntungkannya
namun jika hal tersebut akan menimbulkan munculnya free raider atau
penumpang bebas maka individu tersebut akan mengunndurkan diri . adanya
tindakan kolektif akan mencapai keberhasilkan jika adanya hubungan antar
kelompok atau komunitas.

2.4 Pilihan Rasional dan Tindakan Komunikatif

Teori tindakan kolektif menjadi semakin luas apabila hanya difokuskan


kedalam kajian yang arahnya kepada motif dibalik tindakan kolektif yang
dilakukan. Tindakan kolektif ini, didalamnya banyak hal yang merujuk kedalam
kegiatan seperti perilaku memilih (voting behavior), perilaku protes (protest
behavior), formasi Negara (state formation), pertumbuhan organisasi (the growth

21
of organizations), dan bahkan altruism (altruism), dianggap sebagai hilir teori
pilihan rasioanl (rational choice theory). Teori yang terakhir ini diambil dari teori
ekonomoi (economics) dengan asumsi bahwa setiap individu cenderung
mementingkan diri sendiri (self-interest) demi memenuhi hasrat keuntungannya.
Dalam hal ini, tindakan kolektif akan diambil oleh individu apabila upaya yang
telah dilakukan tersebut memberikan laba yang besar daripada ia tidak bergabung
dalam tindakan kolektif tadi, sebaliknya jika dalam tindakan kolektif tersebut
berpotensi muncul free-riders yang sangat besar. Maka ida akan mengundurkan
diri karena pihak penunggang bebas akan megeronggoti keuntungan (bersama)
dari tindakan kolektif tadi. Jadi, seseorang dalam pilihan rasional memberikan
landasan yang sangat kuat bagi asistensi tindakan kolektif, setidaknya dilihta dari
kaca mata ekonomi klasik atau neoklasik.

Tetapi, dari berbagai teori rasional sendiri tidaklah tunggal dimana


didalmnya terdapat dua pendekatan dalam teori pilihan rasional yaitu pendekatan
kuat (Strong Approach) dan pendekatan lemah (Weak). Pendekatan kuat dilihat
dari rintangan social dan kelembagaan sebagai produk dari tindakan rasional dan
tindakan rasional itu sendiri menjadi sebab munculnya analisis pilihan rasional.
Sedangkan pendekatan lemah menempatakan hubungan social dan kelembagaan
sebagai suatu rangka yang selalu ada (Given From Work) karena para pelaku
rasional sangat berusaha memaksimalkan keuntungan meminilmalisir biaya.
Dengan memahami penjelasan diatas secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
rintangan sosial dan kelembagaan sama-sama popular dalam pendekatan kuat
maupun lemah. Namun, dalam pendekatan kuat diharapkan hambatan social dan
kelembagaan sebagai pemicu munculnya tindakan rasional. Sebaliknya, dalam
pendekatan lemah hambatan sosial dan kelembagaan merupakan akibat dari
pertarungan rasioanal antar individu yang berupaya yang memaksimalkan laba
dan meminimalkan biaya. Sehingga, jalan keluar atau solusi untuk menyelesaikan
persoalaan tindakan kolektif dari dua versi pilihan rasional yang berbeda,
tergantung pada pendekatan axis yang dipakai

22
Apabila pendekatan kuat yang disetujui sebagai munculnya tindakan
rasional, maka terdapat tiga solusi internal yang bisa direkomendasikan :

1. Perlunya solusi internal yang kuat (dengan asumsi bahwa tidak ada
perubahan dalam hal keyakinan dan preferensi) terhadapat problem
penunggang bebas. Mengindentifikasi dua kemungkinan individu yang
terlalu percaya terhadap pentingnya partisipasi mereka dalam tindakan
kolektif, seperti yang mereka ekspetsikan bahwa tindakan yang mereka
lakukan pasti akan berdampak positif (menguntungkan), dan sensitifitas
kepuasan serta kepuasan untuk bertemu dengan orang-orang yang menjadi
berdampak posistif terhadap pencapaian tindakan.

2. Mengabaikan pentingnya isu-isu politik dalam memotivisasi orang-orang


agar ikut berpatisipasi, contoh jika demonstrasi dilakukan maka tidak perlu
membahas masalah ideologi ataupun agenda politik yang muluk-muluk,
cukup disediakan kopi maupun makanan yang membuat mara demonstran
mau terlibat dalam aksi protes. Hal ini diajadikan sebagai penarik
perhatian untuk melibatkan diri dalam demo.

3. Taylor dan Elster, berpendapat tentang perlu dimunculkannya “kerjasama


kondisional yang saling menguntungkan (mutual conditional cooperation).
Pendapat tersebut dikemukakan berdasarkan teori “prisoner’s dilemma”
yang sudah cukup mapan.

Selain itu, jika mengggunakan pendekatan lemah yang disepakati sebagai


cara menganalisis kompetisi rasional individu, maka setidaknya terdapat 2 solusi
eksternal yang bisa dipakai.

1. Otoritas sentral. Misalnya Negara atau serikat kerja menyediakan insentif


selektif yang memberi penghargaan kepada mereka yang telah
berpasrtisipasi dalam tindakan kolektif dan atau menghukum mereka yang
menolak untuk bergabung dalam tindakan kolektif tersebut. Jika seperti

23
itu, solusi ini dikategorikan dalam mekanisme pilihan non-rasional karena
mensyaratkan penciptaan otoritas sentral.

2. Solusi eksternal yang ditekankan pada desentralisasi komunitas daripada


otoritas sentral. Taylor berpendapat bahwa kerja sama merupakan
kondisional dan secara absolut diturunkan dari perilaku rasional individu
yang cenderung mementingkan dirinya sendiri (rational self-interest).
Dengan begitu, tindakan kolektif akan berhasil ketika hubungan antar-
komunitas dicirikan oleh sifat yang komunitas (community). Ciri-ciri
komunitas tersebut tidak lain yaitu dengan melihat persoalan social dan
kelembagaan sebagai msaalah umu yang memerlukan pencerahan
bersama.

Enam strategi fungsi pilihan kontribusi dan pilihan pengawasan

Pilihan Pilihan pengawasan interpersonal (level kedua)


kontribusi
terhadap barang Pengawasan Tanpa Pengawasan
public (level lunak pengawasan oposisional
pertama) (kerjasama) (kegagalan)
Kontribusi Kerjasama Kerjasama Oposisi lunak
(kerjasama) penuh privat
Tidak kontribusi Kerjasama Kerjasama Oposisi penuh
(kegagalan) hipokritikal penuh

Terlepaas dari permasalahan yang sudah dibahas pada bagian awal tadi,
ketika tindakan kolektif diorganisasikan melalui insentif yang selektif, maka
setiap pelaku membuat pilihan level pertama (first level) yang berkontribusi
memproduksi barang publik dan pilihan level kedua (second level) yang
mempengaruhi pelaku-pelaku lainnya. Pilihan level pertama diasumsikan menjadi
2 kotomi yakni : pelaku memilih berkontribusi terhadap produksi barang publik

24
atau mereka memilih menjadi penunggang bebas saja. Sedangkan pada level
kedua yang diasumsikan kedalam 3 kelompok yaitu : actor mengusahakan tidak
mengawasi (no control) dan pihak lain mengupayakan “pengawasan lunak”
(complain control) untuk meningkatkan kontribusi produksi barang-barang publik,
atau mengusahakan “pengawsan oposisional” (oppositional control). Dari
konfigurasi 2 level pilihan itu, setidaknya terdapat 6 startegi yang dapat dipilih
oleh masing-masing actor untuk melakukan tindakan kolektif, yaitu kerjasama
penuh (full cooperation) kerjsama hipokritikal (hypocritical cooperation),
kerjsama private (private cooperation), kegagalan penuh (full defection), oposisi
lunak (opposition) dan oposisi penuh (full opposition).

Keenam strategi tersebut dapat dijabarkan yaitu : kerjasama penuh


termasuk kontribusinya terhadap produksi barang publik dan diberikan penalty
kepada pihak yang tidak melakukan kontribusi sehingga individu memilih strategi
ini paling sering digunakan karena dapat memaksimalkan individual dan kolektif
terhadap produksi brang-barang publik. Sedangkan kerja sama hippokritikal
terjadi apabila pelaku penunggang bebas gagal berkontribusi dengan barang
publik dan berupaya mendesak pihak lain untuk berkontribusi. Selanjutnya para
pelaku yang memilih kerjasama private berkontribusi terhadap barang publik
tetapi titdak mau berusaha mencegah pihak lain menjadi peunggang bebas.
Sedangkan, pelaku yang memilih kegagalan penuh menolak adanya kontribusi
dan mengijinkan pihak lain bertindak seperti apa yang mereka lakukan. Pelaku
yang memilih oposisi lunak menolak berkontribusi dan akhirnya peleku yang
memilih oposisi penuh menolak berkontribusi dan melawan norma yang
memaksakan pelaksanaan aturan (compliance).

Tindakan social Operasi keberhasilan Orientasi pencapaian


(system ) pemahaman
(lifeworld)
Non-sosial Tindakan instrumental -

Social Tindakan strategis Tindakan komunikatif

25
Konfigurasi tindakan kolektif juga dapat diliha dari sisi komunikasi,
dengan merujuk kepada teori tindakan komunikasi (theory of communication)
yang dikemukakan oleh Habermas yang mengidentidikasi dua wilayah dalam
masyarakat yang terpisah (separate) tetapi juga saling ketergantungan
(interdependent), yaitu sytem da dunia nyata (lifeworld), system adalah wilayah
produksi dan reproduksi material yang seluruh tindakannya ditujukan untuk
mengikuti aturan-aturan pilihan rasional dan bertujuan untuk mempengaruhi
keputusan pihak lain yang rasional (rational opponent). Sedangkan tindakan
instrumental terjadi pada saat aksi itu negikuti aturan-aturan teknis dan campur
tangan dalam lingkungan dan peristiwa-peristiwa material.

Sementara itu “dunia nyata merupakan perwujudan simbolik atas latar


belakang kemauan atau iktikad yang dibagikan secara kolektif dengan tradis-
tradisi budaya, integrasi social dan struktur normatif (nilai-nilai kelembagaan)
yang direproduksi dan ditranspormasikan melalui proses interpretif yang terus
berjalan atas tindakan komunikatif. Tindakan komunikatif lebih ditekankan
kepada interaksi antara kedua belah pihak atau lebih untuk mencari kesepahaman
mengenai situasi bersama. Mengenai konsep komunikatf dan berbedaannya
dengan logika rasionalitas komunikatif selanjutnya merepresntasikan suatu
pergesersan dari filosofi individualistik dan kepentingan sendiri yang mana teori
pilihan rasional berasal dan menuju filosofi konsensus pengetahuan dan muasal
kolektif atau kerja sama dari tindakan manusia. Pemanhaman ini harus secaraa
utuh dimengerti diidentifikasi kompleksitas suatu tindakan kolektif.

Secara garis besar tindakan kolektif diasumsikan bersumber dari dua


pendekatan. Pertama, keuntungan dari bekerja dalam suatu kelompok yang
menggiring ke dalam situasi yang tidak terhindarkan untuk menciptakan
kelompok-kelompo baru. Kedua, perilaku memaksimalkan individu dalam jangak
pendek yang akan menuntun setiap individu untuk melakukan kerja sama atau
tindakan kolektif. Kedua asumsi tersebut (kerja sama yang tidak terhindarkan dan
maksimalisasi individu gagal menjelaskan eksistensi atau kemunduran tindakan
kolektif. Menurut lyon, tindakan kolektif adalah sistem insentif yang bagus

26
pengurangan resiko penipuan, manajemen yang sedehana dan lentur atau
fleksibel, adanya kepeercayaan , kepemimpinan, serta penegakan dan kemampuan
untuk menghukum. Faktir-faktor inilah yang akan menentukan suatu keberhasilan
atau kegagalan dari keberlanjutan tindakan kolektif.

Tindakan kolektif menjadi salah satu bagian yang penting dari upaya
sekumpulan individu untuk mengatasi problem eknomi, khususnya munculnya
penunggang bebas dan posisi daya tawar yang rendah. Contohnya dalam sector
pertanian kerja sama yang dilakukan petani untuk negosiasi harga dengan
pedagang akan meningkatan posisi tawar petani dalam mengontrol penentuan.
Selain itu kerja sama juga aka mengurangi ongkos waktu dan pemasaran dengan
begitu kelompok petani berpotensi mengatasi kemiskinan melalui peningkatan
pendapatan dan aliran uang ke perekomian, pedesaan, mebuka jaringan dan
kesempatan diluar komunitas, peningkatan kesempatan kerja didesa, dan
mengurangi migrasi kewilayah perkotaan. Upaya tersebut tidaklah berjalan lancer
harus mengahadapi beberapa rintang, karena dalam beberapa kasus terjadi praktek
dimana wakil/representasi dari kelompok tersebut yang bermain curang dengan
pedagang dengan cara menjual harga komuditas dengan harga lebih rendah dan
dia memperoleh komisi/uang suap (pay-off) dari pedagang. Oleh karena itu aspek
kepercayaan dan kepemimpinan sangat penting dalam menjaga suatu tindakan
kolektif.

2.5 Pembonceng Gratis Gerakan Reformasi di Indonesia

Penumpang bebas ialah suatu pihak yang bisa mendapatkan keuntungan


atau benefit dari sumber daya ataupun sesuatu barang publik yang telah diciptakan
oleh pemerintah, namun pihak tersebut tidak ikut serta untuk menanggung beban
biaya dari keuntungan yang telah dirasakan. Dengan kata lain pihak penumpang
bebas tidak mau untuk membagi benefit atau keuntungan dengan adil dan merata
namun mereka telah menikmati barang publik tersebut.

27
Seperti halnya dengan membayar pajak. Seseorang tidak membayar pajak
selama sekian tahun namun mereka tetap menikmati barang-barang publik yang
telah disediakan seperti jalan, rumah sakit, sekolah, jembatan dan yang lainnya.

Dari penelitian yang dilakukan oleh William Gamson dan Mancur Olson,
menemukan bahwa penumpang bebas di Amerika terdapat kasus dimana pihak-
pihak yang tidak ikut serta dalam melakukan gerakan sosial mendapatkan benefit
atau keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pihak-pihak yang telah
berjuang. Sehingga menurut Mancur Olson melalui pengamatannya penumpanng
bebas biasanya muncul dari pihak borjuis .

Dalam gerakan reformasi, pembonceng gratis atau free raider dalam jaman
reformasi tidak ada kontribusi atau kerja sama dalam gerakan reformasi, pihak-
pihak ini baru saja ikut berkontribusi saat mereka telah mendapatkan keuntungan.

Implikasi dari free raider atau penumpang bebas yaitu:

 Produksi barang publik yang dinilai belum optimal. Maksud dari


barang publik yaitu barang yang diciptakan oleh pemerintah untuk
memfasilitasi masyarkatnya agar dapat meningkatkan kesejahteraan .
penggunaan dari barang publik juga tidak boleh saling bersaing.
Dalam melakukan produksi barang publik seringkali terdapat
gangguan dari penumpang gratis atau free raider tersebut misalnnya
dalam bentuk adanya kepentingan tiap-tiap partai sehingga hasil dari
produksi dari barang publik memiliki kualitas dibawah standar yang
tidak sesuai dengan anggaaran yang telah diberikan. Selain itu jumlah
yang sedikit dan pendistribusian barang publik yang tidak merata.

 Adanya ketidakadilan dalam sistem alokasi sumber daya ekonomi,


karena keadilan ekonomi merupakan hak orang banyak atau hak
publik yang pastinnya menjadi yang paling utama bagi pemerintah.
Pemerintah hanya boleh menguasai sumber daya-sumber daya yang
memang dibutuhkan oleh orang banyak. Jika terdapat free raider atau

28
penumpang bebas maka yang terjadi ialah tidak adanya transparansi
serta sumber daya tersebut akan dimanfaatkan secra tidak efisien dan
tidak bertanggung jawab. Sehingga jika hal tersebut terus terjadi akan
menyebabkan permasalahan yang akan berdampak tidak baik bagi
masyarakat banyak.

 Hilangnya rasionalitas, karena jika terdapat free raider atau


penumpang bebas maka yang terjadi yaitu akan hilangnya rasionalitas
dari diri individu manusia. Padahal pada kenyataanya rasionalitas
pastinya dibutuhkan oleh setiap manusia sebab jika individu manusia
kehilangan rasionalitasnya maka yang terjadi ialah kehancuran karena
pihak-pihak tertentu terutama yang mempunyai kekuasaan pastinya
akan mengambil keuntungan ekonomi sebanyak-banyaknya namun
mengacuhkan kepentingan kelompok dan juga mengacuhkan dampak-
dampak yang lainnya seperti lingkungan yang akan berpengaruh.
2.6.Perjuangan Buruh Kontrak

Indonesia sebagai negara yang masih tergantung pada imprealisme yaitu


suatu negara besar besar mempunyai kendali terhadap negara yang lebih kecil lagi
agar negara kecil ini dapat berkembang. Sehingga pada saat imprealisme
mengalami krisis hal tersebut akan memunculkan imbas bagi negara Indonesia. Di
negara yang masih bergantung pada imprealisme ini akan memunculkan suatu
peraturan atau perundang-undangan yang bertujuan untuk melayani kepentingan
dari kaum imprealisme yang akan mengeksploitasi sumber daya yang ada di
negara lain, dan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang pastinya
anti terhadap imprealisme.

Dalam menerapkan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 baru


benar-benar dijalankan pada masa pemerintahan Suharto sampai dengan SBY-
Boediono. Pada zaman pemerintahan SBY-Boediono terdapat revisi UU no. 13
tahun 2003. Namun pada kenyataannya apa yang ada dalam UU tersebut tidak
mencerminkan pada kondisi yang sebenarnya.

29
Pada bab IX pasal 58 dan 59 ayat 1 berbunyi:

Pasal 58

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja.

(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masa percobaan kerja yang disyaratkan
batal demi hukum.

Pasal 59

(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertentu, yaitu :

1. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;


2. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
3. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
4. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap.

(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.

(4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu
dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1
(satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

30
(5) Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu
tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh
yang bersangkutan.

(6) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah
melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja
waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya
boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.

(7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)
maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

(8) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.

Inti dari UU diatas yaitu tidak ada kontrak kerja yang berisifat tetap kecuali telah
terdapat pembaharuan atau perpanjangan dalam kontrak kerja.

Buruh kontrak di industri pabrik berjumlah sangat banyak sehingga buruh


kontrak ini mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan oleh buruh tetap
sehingga hal ini juga menunjukkan adanya penyimpangan karena pemilik pabrik
lebih banyak mempekerjakan buruh kontrak sebab dengan adanya buruh kontrak
maka upah yang diberikan sesuai dengan berapa lama mereka bekerja, namun jika
buruh tetap jika ada tambahan jam kerja atau lembur maka tambahan jam kerja itu
wajib dibayarkan.

Dengan begitu pabrik lebih banyak memperkejakan buruh pabrik yang


bersifat kontrak seperti PT. Framas. Sehingga PT Framas melakukan PHK pada
300 buruh kontrak di pabrik tersebut sebab 300 buruh tersebut telah melebihi
kontrak yang ditentukan dan PT Framas tidak melakukan perpanjangan kontrak,

31
maka hal ini juga melanggar hak para buruh tersebut dan terpaksa tidak bisa
menerima pesangon.

300 buruh yang mengalami PHK tersebut, pada saat masih bekerja tidak
ada yang menjamin keselamatan dan kesehteraan para pekerjanya.pihak dari PT
Framas juga telah mengakui secara gamblang bahwa pihaknya teelah melakukan
pelanggaran hukum kontrak dan tidak ada niatan untuk memperbaiki. Sehingga
PT Framas meminta Dinas Tenaga Kerja Daerah untuk menjadi mediator

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pendekatan ekonomi biaya transaksi, terdapat 2 analisi kontrak atau


transaksi tunggal antara 2 pihak yang melakukan hubungan ekonomi. Kontrak
secara umum adalah menggambrakan kesepakatan satu pelaku untuk melakukan
tindakan yang memiliki nilai ekonomi kepada pihak lain, Dalam hal ini , pelaku
pelaku dalam kontrak memiliki derajat insentif kesukarelaan alami yang berebda
untuk menyetujui isi atas kontrak yang dibuat.

Basis dari unit analisis dalam pendekatan ekonomi biaya transaksi


(transaction Cost Economics) adalah kontrak atau transaksi anatara dua pihak
dalam melakukan kegiatan ekonomi. Pada umumnya, kontrak merupakan
kesepakatan antara satu pihak dengan pihak lain untuk melakukan tindakan yang
meimiliki nilai ekonomi, Kontrak memiliki banyak macam tergantung sesuai
transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait. Teori tindakan komulatif
awalnya di kemukakan oleh Mancur Olson pada tahun 1971 yang membahas
mengenai masalah interest group serta memberikan adanya solusi yang terjadi
pada penumpang gelap atau Free Raider

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan pembaca dapat menggunakan


makalah ini sebagai penambah wawasan dan sebagai referensi mengenai Teori
Kontrak dan Tindakan Kolektif. Penulis menyadari bahwa penulis masih jauh dari
kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan mengenai makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
dan dapat dipertanggung jawabkan.

33
DAFTAR PUSTAKA

http://lib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/10-Mit_Witjaksono.pdf

http://lib.unika.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=979&bid=49271

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/92276/1/2018rok.pdf

https://prasetya.ub.ac.id/berita/Ahmad-Erani-Yustika-Ekonomi-Kelembagaan-
7608-id.pdf

http://digilib.unila.ac.id/13059/5/bab%202.pdf

http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/1030/703

http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8679-3f79c46e9cfullabstract.pdf

http://fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Teori-dan-Aplikasi-Ekonomi-
Kelembagaan-Bagi-Perencanaan-Pembangunan.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/11708101.pdf

http://publications.ut-capitole.fr/16145/1/contract_theory.pdf

http://journal2.um.ac.id/index.php/jtppips/article/view/228/185

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/1732/07-
Bondan.pdf?sequence=1&isAllowed=y

http://ejurnal.stfkledalero.ac.id/index.php/JLe/article/download/73/57/0

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/92276/1/2018rok.pdf

https://link.springer.com/article/10.1007/s11459-009-0014-3

https://link.springer.com/article/10.1007/BF02686279

https://link.springer.com/content/pdf/10.1186%2Fs40173-016-0075-8.pdf

http://ojs.poltek-kediri.ac.id/index.php/JAEB/article/view/296/217

34
www.journal.unair.ac.id/filerPDF/292-298%20virza.pdf

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/58578

http://www.ejournal.stiepena.ac.id/index.php/fe/article/view/22/22

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jda/article/view/1945/2063

https://www.researchgate.net/profile/Mubasysyir_Hasanbasri2/publication/25822
0267_Maksimasi_Free_Rider_dan_Kegagalan_Implementasi_Kebijakan/links/00
b495275eca84acc0000000/Maksimasi-Free-Rider-dan-Kegagalan-Implementasi-
Kebijakan.pdf

http://www.cs.princeton.edu/courses/archive/spring07/cos444/papers/GrovesLedy
ard.pdf

https://www.bphn.go.id/data/documents/pk-2012-2.pdf

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/ahkam/article/download/671/482

35

Anda mungkin juga menyukai