EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
1. Dr. Zainuri, M.si yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Ekonomi
Kelembagaan.
2. Kedua orang tua kami yang sangat penulis sayangi, yang telah membimbing
putra-putrinya.
3. Teman-teman kami yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah
ini, tanpa kritik dan saran dari teman-teman pasti makalah ini tidak akan selesai
dengan cepat.
Sebagai penutup kata pengantar ini, kami yakin apa yang telah tersusun dan
tersaji dalam makalah ini masih banyak sekali keselahan dan kekurangan. Maka,
segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata atas segala perhatian dan kerjasamnya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Mereka yang bekerja dalam bidan ini adalah Ronald Coase, Harold
Demsetz dan Oliver Williamsion, dalam pandangan ini mereka meneybut sebagau
“New Institutionalis” atau New Institutional Economics (NIE) untuk
membedaknya dengan Amerika Institutional School seperti yang djelaskan oleh
NIE atas berkembang pesatnya dan mulai diperhitungkannya sebagai teori
ekonomi alternative stelah Ronald Coase yang menemukan konsep biaya transaksi
(transaction cost) baru kemudiaan muncul teori kontrak dan tindakan kolektif.
Kegiata seperti itu tentu saja bukanlah aktivitas yang ideal karena terdapat
salah satu pihak atau beberapa pihak yang dirugikan dan menjadi korban. Oleh
karenanya, harus dicari mekanisme dan desain aturan main (kelembagaan) yang
bertujuan untuk membangun kesetaraan antarpelaku ekonomi, baik dilihat dari sisi
3
daya tawar menawar maupun kelengkapan informasi. Dalam titik inilah
keberadaan teori kontrak (termasuk information asymmetric) dan tindakan
kolektif (collective action) sangat besar perannya dalam membantu mendesain
aturan main tersebut. Sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang teori
kontrak sehingga dapat memperoleh pemahanm yang mendalam sebagai dasar
formulasi regulasi atau kebijakan.
Dalam hal ini , pelaku pelaku dalam kontrak memiliki derajat insentif
kesukarelaan alami yang berebda untuk menyetujui isi atas kontrak yang dibuat.
Dalam ekonomi biaya transaksi, badan penegakan kotrak dari luar yang disebut
lembaga hukum yang mengatur konttrak, diasumsikan eksis, meskipun
kadangakala kinerjanya mengalami hambatan hambatan akibat kesulitan
memverifikasi baik yang buruk ataupun yang bagus, para pelaku terikat dalam
sebuat kontrak. Jadi, biaya transaksi mengasuksikan bahwa biaya kontrak dapat
ditegakan atau dipaksakan dalam lembaga hokum yang eksis dan ketersediaan
informasi yang cukup.
4
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
tersebut. Dalam teori neoklasik, kontrak diasumsikan dalam kondisi lengkap
(complete contract).
1. Ketidakpastian (uncertainty)
7
kesulitan dalam memberikakn bukti sebagai dasar keputusan ketika
terdapat pelanggaran atau penyimpangan terhadap kontrak. Biaya kontrak
juga membutuhkan adanya biaya sewa semu (quasi rent) yang digunakan
perusahaan untuk invesatsi.
8
mengetahui informasi tentang suatu barang yang diperjualbelikan misalnya
kualitas, dengan adanya garansi tersebut maka akan tercipta keselarasan informasi
yang dimiliki oleh penjual dan pembeli. Terdapat banyak contoh lain dari
kelembagaan diatas, misalnya merek, kongsi , dan warala sebagai jaminan bagi
para pembeli mengenai suatu produk atau barang yang diperjualbelikan. Agar
menciptakan kepastian dari aspek legal, instrumen-instrumen tersebut seharusnya
dimasukkan ke dalam kontrak.
Dalam konsep kontrak, kontrak terbagi dalam 3 bagian, yaitu teori kontrak
agen, teori kesepakatan otomatis, dan teori kontrak relasional.
1. Teori Agency
Dalam teori ini diasumsikan bahwa terdapat dua pelaku yang saling
berhubungan, yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal berperan sebagai
9
seseorang yang mempekerjakan agen untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu, disamping itu prinsipal juga memfasilitasi agen dalam
keberhasilan melakukan pekerjaan yang telah diperintahkan. Ketika
kontrak sudah dibuat oleh pihak yang terkait, diasumsikan bahwa
informasi yang ada merupakan informasi asimetris karena dua alasan,
antara lain
Biaya yang harus dikeluarkan oleh prinsipal sangat besar untuk melakukan
pengawasan secara langsung terhadap agen dan mendapat pengetahuan
yang diketahui oleh agen. Arrow berpendapat, kasus pertama sering
disebut dengan tindakan tersembunya sedangkan kasus yang kedua yaitu
informasi tersembunyi. Dalam teori kontran agensi juga diasumsikan
bahwa kesepakatan dapat diteggakkan melaui lembaga hukum.
10
3. Kontrak Relasional
Kontrak ini itidak dapat menghitung ketidakpastiain yang kmungkin
terjadi, akan tetapi kontrak ini hanya berdasarkan kontrak pada masa lalu,
sekarang, dan ekspektasi terhadap hubungan di masa depan antara pihak-
pihak yang terlibat dalam kontrak. Kontrak ini bersifat informal dan tanpa
ikatan. Sebagian besar transaksi yang menggunakan kontrak relasional ini
kurang melekat dalam sebuah struktur hubungan transaksi yang sangat
longgar. Kontrak ini dipakai ketika pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak memiliki ketergantungan satu sama lain. Maka pihak-pihak
tersebut akan cenderung mematuhi kontrak yang dibuat karena memiliki
ketergantungan kepada pihak lain dalam kontrak. Ketika terdapat
penyimpangan kontrak maka akan diselesaikan melaui keseimbangan
kerja sama dan pemaksaan. Teori kontrak ini hampir sama dengan teori
kontrak kesepakatan otomatis.
11
dipungkiri bahwa akan ada kontrak baru yang berhubungan dengan isu baru
dalam kegiatan ekonomi. Kontrak-kontrak tersebut dipengaruhi oleh beberapa
aspek dalam daya tahannya. Anatara lain: dinamika alaiah untuk selalu
menyesusaikan dengan perubahan zaman, dan jalur ketergantungan yang
menciptakan pola sosial perilaku.
12
lengkap ataupun kontrak tidak sesuai dengan realitas. Untuk itu, terdapat
penegakan ketika kontrak sudah tidak sesusai dengan situasi pada saat
negosiasi.
1. Aturan formal
Aturan formal biasanya dibuat dan dipaksakan oleh organisasi resmi,
misalnya negara dan perusahaan dalam menyelesaikan suatumasalah
tindakan kolektifmelalui pihak ketiga atau lembaga hukum.
2. Aturan informal
Aturan informal merupakan hasil dari adanya jaringan kerja dan dan
dipaksakan melalui hubungan sosial. Penegakan aturan informal
dipengaruhi oleh daya tekan dari negaranya dan norma-norma yang ada
didalam masyarakat. Norma merupakan aturan eksplisit dan implisit untuk
mengatur perilaku yang melekat pada kepentingan dan keinginan masing-
masing kelompok ataupun komunitas. Norma-norma dalam masyarakat
sangat berpengaruh dalam penegakan aturan informal tersebut. Penekanan
dan norma itu bisa saling menggatikannya.
13
kekerasan mencegah penyitaan, dan kekerasan memperkuat pertukaran kontrak
tersebut.
Definsi dari kontrak adalah sebuah ikatan antara pihak satu dengan pihak
lainnya yang berkaitan dalam suatu transaksi yang bernilai ekonomi. Kontrak
dibuat untuk menciptakan situasi saling menguntungkan bagi para pihak yang
terkait, namun sering kali juga menciptakan situasi yang beresiko akibat dari
adanya potensi praktek oportunisme. Oleh karena itu, penegakan kontrak menjadi
hal yang sangat penting agar kontrak dapat mencapai tujuan yang sebenarnya
14
yaitu, menciptakan keuntungan pada semua pihak bukan hanya pada salah satu
pihak saja dalam kontrak.
15
Desainer juga diharapkan bisa membuat kesepakan dari konsekuensi yang akan
diterima oleh pelanggar kontrak karena terdapat opurtinisme.
16
. Mancur Olson berpendapat bahwa poin penting untuk mencapai
keberhasilan tindakan bersama ialah:
Ukuran
Homogenitas
Tujuan Kelompok
17
mempertimbangkan kepentingan yang seperti apa yang pantas dilakukan
perundingan. Sehingga hal tersebut menunjukkan tindakkan kolektif pembayar
pajak memiliki makna yang kecil daripada serikat buruh.
Dari contoh tersebut dapat dijelaskan bahwa serikat buruh termasuk dalam
kelompok yang dinamis, yang dpat menyampaikan kepentingan atau tuntutannya
sehingga dapat merubah regulasi maupun aturan.
18
Serta terdapat 3 karakter yaitu:
Dalam hal-hal diatas pastinya setiap kelompok pasti terddapat free raider
atau penumpang bebas. Free raider yaitu suatu oknum yang tidak menanggung
biaya atau beban dalam menciptakan suatu prodduk, namun oknum tersebut tetap
mendapatkan manfaat dari terciptanya produk tersebut.
Sehingga dengan adanya hal tersebut membuat para ahi ekonomi untuk
membuat solusi dalam masalah tersebut, tetapi dalam fakta setiap aktivis ekonomi
memiliki peluang untuk menciptakan free raider sehingga untuk menyelesaikan
dibutuhkan adanya tindakan kolektif.
Adanya free raider atau penumpang bebas ini menjadi masalah dalam
kelompok kepentingan. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa free raider
atau penumpang bebas ini dapat diselesaikan melalui tindakan kolektif. Tindakan
kolektif juga memungkinkan munculnya free raider hal ini dikarenakan beberapa
oknum yang merasa dirugikan dengan adanya free raider menyatukan kekuatan
pada tindakan kolektif. Serta, saat tindakan kolektif yang direncanakan belum
maksimal maka hal tersebut akan membuat free raider akan bermunculan.
Free raider atau penumpang bebas ialah suatu individu yang tidak
menanggung beban biaya yang telah ditentukan oleh regulasi pemerintah, namun
individu tersebut dapat merasakan manfaat yang ada dari terciptanya barang
publik tersebut.
19
Selain itu Mancur Olson juga memiliki pendapat bahwa tindakan kolektif
akan berjalan lebih cepat jika terdapat beberapa mekanisme, yaitu:
20
Sehingga dapat disimpulkan jika tindakan kolektif tersebut muncul ketika
adanya kepentingan diantara suatu kelompok serta adanya penumpang bebas atau
free raider yang tidak mau berkontribusi untuk menanggung beban biaya namun
tetap dapat merasakan benefit atau manfaat dari terciptanya barang publik.
Serta adanya penumpang bebas atau free raider merupakan akibat dari
adanya tindakan kolektif yang dilaksanakan, namun bisa jadi pula adanya free
raider atau penumpang bebas sebagai akibat munculkan tindakan kolektif.
Namun, yang pasti free raider akan muncul jika tindakan kolektif kurang
terencana dan tidak matang.
21
of organizations), dan bahkan altruism (altruism), dianggap sebagai hilir teori
pilihan rasioanl (rational choice theory). Teori yang terakhir ini diambil dari teori
ekonomoi (economics) dengan asumsi bahwa setiap individu cenderung
mementingkan diri sendiri (self-interest) demi memenuhi hasrat keuntungannya.
Dalam hal ini, tindakan kolektif akan diambil oleh individu apabila upaya yang
telah dilakukan tersebut memberikan laba yang besar daripada ia tidak bergabung
dalam tindakan kolektif tadi, sebaliknya jika dalam tindakan kolektif tersebut
berpotensi muncul free-riders yang sangat besar. Maka ida akan mengundurkan
diri karena pihak penunggang bebas akan megeronggoti keuntungan (bersama)
dari tindakan kolektif tadi. Jadi, seseorang dalam pilihan rasional memberikan
landasan yang sangat kuat bagi asistensi tindakan kolektif, setidaknya dilihta dari
kaca mata ekonomi klasik atau neoklasik.
22
Apabila pendekatan kuat yang disetujui sebagai munculnya tindakan
rasional, maka terdapat tiga solusi internal yang bisa direkomendasikan :
1. Perlunya solusi internal yang kuat (dengan asumsi bahwa tidak ada
perubahan dalam hal keyakinan dan preferensi) terhadapat problem
penunggang bebas. Mengindentifikasi dua kemungkinan individu yang
terlalu percaya terhadap pentingnya partisipasi mereka dalam tindakan
kolektif, seperti yang mereka ekspetsikan bahwa tindakan yang mereka
lakukan pasti akan berdampak positif (menguntungkan), dan sensitifitas
kepuasan serta kepuasan untuk bertemu dengan orang-orang yang menjadi
berdampak posistif terhadap pencapaian tindakan.
23
itu, solusi ini dikategorikan dalam mekanisme pilihan non-rasional karena
mensyaratkan penciptaan otoritas sentral.
Terlepaas dari permasalahan yang sudah dibahas pada bagian awal tadi,
ketika tindakan kolektif diorganisasikan melalui insentif yang selektif, maka
setiap pelaku membuat pilihan level pertama (first level) yang berkontribusi
memproduksi barang publik dan pilihan level kedua (second level) yang
mempengaruhi pelaku-pelaku lainnya. Pilihan level pertama diasumsikan menjadi
2 kotomi yakni : pelaku memilih berkontribusi terhadap produksi barang publik
24
atau mereka memilih menjadi penunggang bebas saja. Sedangkan pada level
kedua yang diasumsikan kedalam 3 kelompok yaitu : actor mengusahakan tidak
mengawasi (no control) dan pihak lain mengupayakan “pengawasan lunak”
(complain control) untuk meningkatkan kontribusi produksi barang-barang publik,
atau mengusahakan “pengawsan oposisional” (oppositional control). Dari
konfigurasi 2 level pilihan itu, setidaknya terdapat 6 startegi yang dapat dipilih
oleh masing-masing actor untuk melakukan tindakan kolektif, yaitu kerjasama
penuh (full cooperation) kerjsama hipokritikal (hypocritical cooperation),
kerjsama private (private cooperation), kegagalan penuh (full defection), oposisi
lunak (opposition) dan oposisi penuh (full opposition).
25
Konfigurasi tindakan kolektif juga dapat diliha dari sisi komunikasi,
dengan merujuk kepada teori tindakan komunikasi (theory of communication)
yang dikemukakan oleh Habermas yang mengidentidikasi dua wilayah dalam
masyarakat yang terpisah (separate) tetapi juga saling ketergantungan
(interdependent), yaitu sytem da dunia nyata (lifeworld), system adalah wilayah
produksi dan reproduksi material yang seluruh tindakannya ditujukan untuk
mengikuti aturan-aturan pilihan rasional dan bertujuan untuk mempengaruhi
keputusan pihak lain yang rasional (rational opponent). Sedangkan tindakan
instrumental terjadi pada saat aksi itu negikuti aturan-aturan teknis dan campur
tangan dalam lingkungan dan peristiwa-peristiwa material.
26
pengurangan resiko penipuan, manajemen yang sedehana dan lentur atau
fleksibel, adanya kepeercayaan , kepemimpinan, serta penegakan dan kemampuan
untuk menghukum. Faktir-faktor inilah yang akan menentukan suatu keberhasilan
atau kegagalan dari keberlanjutan tindakan kolektif.
Tindakan kolektif menjadi salah satu bagian yang penting dari upaya
sekumpulan individu untuk mengatasi problem eknomi, khususnya munculnya
penunggang bebas dan posisi daya tawar yang rendah. Contohnya dalam sector
pertanian kerja sama yang dilakukan petani untuk negosiasi harga dengan
pedagang akan meningkatan posisi tawar petani dalam mengontrol penentuan.
Selain itu kerja sama juga aka mengurangi ongkos waktu dan pemasaran dengan
begitu kelompok petani berpotensi mengatasi kemiskinan melalui peningkatan
pendapatan dan aliran uang ke perekomian, pedesaan, mebuka jaringan dan
kesempatan diluar komunitas, peningkatan kesempatan kerja didesa, dan
mengurangi migrasi kewilayah perkotaan. Upaya tersebut tidaklah berjalan lancer
harus mengahadapi beberapa rintang, karena dalam beberapa kasus terjadi praktek
dimana wakil/representasi dari kelompok tersebut yang bermain curang dengan
pedagang dengan cara menjual harga komuditas dengan harga lebih rendah dan
dia memperoleh komisi/uang suap (pay-off) dari pedagang. Oleh karena itu aspek
kepercayaan dan kepemimpinan sangat penting dalam menjaga suatu tindakan
kolektif.
27
Seperti halnya dengan membayar pajak. Seseorang tidak membayar pajak
selama sekian tahun namun mereka tetap menikmati barang-barang publik yang
telah disediakan seperti jalan, rumah sakit, sekolah, jembatan dan yang lainnya.
Dari penelitian yang dilakukan oleh William Gamson dan Mancur Olson,
menemukan bahwa penumpang bebas di Amerika terdapat kasus dimana pihak-
pihak yang tidak ikut serta dalam melakukan gerakan sosial mendapatkan benefit
atau keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pihak-pihak yang telah
berjuang. Sehingga menurut Mancur Olson melalui pengamatannya penumpanng
bebas biasanya muncul dari pihak borjuis .
Dalam gerakan reformasi, pembonceng gratis atau free raider dalam jaman
reformasi tidak ada kontribusi atau kerja sama dalam gerakan reformasi, pihak-
pihak ini baru saja ikut berkontribusi saat mereka telah mendapatkan keuntungan.
28
penumpang bebas maka yang terjadi ialah tidak adanya transparansi
serta sumber daya tersebut akan dimanfaatkan secra tidak efisien dan
tidak bertanggung jawab. Sehingga jika hal tersebut terus terjadi akan
menyebabkan permasalahan yang akan berdampak tidak baik bagi
masyarakat banyak.
29
Pada bab IX pasal 58 dan 59 ayat 1 berbunyi:
Pasal 58
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja.
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masa percobaan kerja yang disyaratkan
batal demi hukum.
Pasal 59
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertentu, yaitu :
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
(4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu
dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1
(satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
30
(5) Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu
tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh
yang bersangkutan.
(6) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah
melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja
waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya
boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.
(7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)
maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
(8) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.
Inti dari UU diatas yaitu tidak ada kontrak kerja yang berisifat tetap kecuali telah
terdapat pembaharuan atau perpanjangan dalam kontrak kerja.
31
maka hal ini juga melanggar hak para buruh tersebut dan terpaksa tidak bisa
menerima pesangon.
300 buruh yang mengalami PHK tersebut, pada saat masih bekerja tidak
ada yang menjamin keselamatan dan kesehteraan para pekerjanya.pihak dari PT
Framas juga telah mengakui secara gamblang bahwa pihaknya teelah melakukan
pelanggaran hukum kontrak dan tidak ada niatan untuk memperbaiki. Sehingga
PT Framas meminta Dinas Tenaga Kerja Daerah untuk menjadi mediator
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
http://lib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/10-Mit_Witjaksono.pdf
http://lib.unika.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=979&bid=49271
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/92276/1/2018rok.pdf
https://prasetya.ub.ac.id/berita/Ahmad-Erani-Yustika-Ekonomi-Kelembagaan-
7608-id.pdf
http://digilib.unila.ac.id/13059/5/bab%202.pdf
http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/1030/703
http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JPM8679-3f79c46e9cfullabstract.pdf
http://fp.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Teori-dan-Aplikasi-Ekonomi-
Kelembagaan-Bagi-Perencanaan-Pembangunan.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/11708101.pdf
http://publications.ut-capitole.fr/16145/1/contract_theory.pdf
http://journal2.um.ac.id/index.php/jtppips/article/view/228/185
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/1732/07-
Bondan.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://ejurnal.stfkledalero.ac.id/index.php/JLe/article/download/73/57/0
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/92276/1/2018rok.pdf
https://link.springer.com/article/10.1007/s11459-009-0014-3
https://link.springer.com/article/10.1007/BF02686279
https://link.springer.com/content/pdf/10.1186%2Fs40173-016-0075-8.pdf
http://ojs.poltek-kediri.ac.id/index.php/JAEB/article/view/296/217
34
www.journal.unair.ac.id/filerPDF/292-298%20virza.pdf
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/58578
http://www.ejournal.stiepena.ac.id/index.php/fe/article/view/22/22
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jda/article/view/1945/2063
https://www.researchgate.net/profile/Mubasysyir_Hasanbasri2/publication/25822
0267_Maksimasi_Free_Rider_dan_Kegagalan_Implementasi_Kebijakan/links/00
b495275eca84acc0000000/Maksimasi-Free-Rider-dan-Kegagalan-Implementasi-
Kebijakan.pdf
http://www.cs.princeton.edu/courses/archive/spring07/cos444/papers/GrovesLedy
ard.pdf
https://www.bphn.go.id/data/documents/pk-2012-2.pdf
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/ahkam/article/download/671/482
35