Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU USAHATANI

ANALISIS USAHATANI KOMODITI PALA


KELUHARAN GURA BUNGA KECAMATAN
KOTA TIDORE KEPULAUAN

OLEH :

NAMA: NURLINA ISMAIL


NPM : 04371811014

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN


ILMU USAHATANI

ANALISIS USAHATANI PALA Di Kelurahan Gura Bunga Kecamatan


Kota Tidore Kepulawan Provinsi Maluku Utara

Tanggal 7 s/d 9 Desember 2019

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Dosen pengampu
DR Natal Basuki S Pt,. M.Si

NIP: 196912252005011001
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan laporan Praktikum ILMU
USAHA TANI tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya
sampai akhir zaman.
Semoga Laporan Praktikum ILMU USAHA TANI yang telah kami
susun ini turut memperkaya khazanah ilmu usaha tani serta bisa menambah
pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna. saya juga menyadari bahwa Laporan Praktikum ILMU USAHA
TANI ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan Laporan Praktikum ILMU USAHA TANI dengan tema serupa yang
lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil data dari praktikum saya alhamdullilah saya dapat
menyusun laporan praktikum ILMU USAHA TANI dengan judul “ ANALISIS
USAHA TANI KOMODITI PALA “ yang bertempat di desa gura bunga kota
tidore kepulauan.
Bukan rahasia umum lagi kalau komoditi lokal seperti pala sangat
terkenal pada masa emasnya yaitu sekitar tahun 1512 ketika armda portugis
pertama kali melabuhkan kapal mereka di dermaga gugusan kepulauan maluku
semenjak saat komoditi lokal seperti pala ini sangat di cari oleh penjelajah pada
masa itu karena selain di konsumsi sebagai tambahan pada rempah – rempah
makanan komoditi ini juga bias digunakan sebagai bahan membuat minyak dan
membuat sirup dan lain sebagainya

Demikian laporan hasil praktikum ini semoga dapat bermanfaat. Terima kasih

Ternate 14 desamber 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR TABEL …………………………………………………………ii
DASTAR GAMBAR ……………………………………………………..iii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………iv
DAFTAR ISI...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Tujuan....................................................................................................
1.3 Manfaat..................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Usahatani..............................................................................
2.2 Tinjauan umum tentang komoditas........................................................
2.2 Analisis Biaya dan Pendapatan..............................................................
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Metode Pemilihan Lokasi......................................................................
3.2 Metode Penentuan Sampel Responden..................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................
3.4 Metode Analisis Data.............................................................................
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM
4.1 Letak dan Keadaan Wilayah..................................................................
4.2 Luas Lahan dan Penggunaan..................................................................
4.3 Keadaan Kependudukan........................................................................
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Petani ...............................................................................
5.2 Biaya-Biaya Usahatani ..........................................................................
5.3 Efisiensi Ekonomi
A. R/C Ratio…………………………………………………………
B. BEP ………………………………………………………………
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan............................................................................................
6.2 Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pala merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak kegunaan.
Tanaman pala ini banyak sekali tumbuh di Indonesia karena sebagian
wilayah di Indonesia merupakan daerah berlahan kering dengan curah hujan
yang tinggi dan tidak banyak berubah sepanjang tahun. Tanaman ini berasal
dari pulau Banda, Maluku dan sekarang sudah menyebar ke daerah-daerah
lain Indonesia, bahkan sampai di Grenada, Amerika Tengah dan lain-lain.
Tanaman ini tumbuh baik di daerah pegunungan dengan ketinggian kurang
dari 700 meter dari permukaan laut, yang tingginya lebih dari 18 meter dan
berdiameter 30-45 cm. Luas lahan tanaman pala di Indonesia mencapai 1,47
juta hektar pada tahun 1990 yang sebagian besar merupakan perkebunan
rakyat (Sunanto,1993).
Pala sebagai tanaman tahunan dipat dipeanen setelah 7 tahun ditanam,
setelah berbuah pala dapat dipanen hingga 60-70 tahun. Pala dikenal sebagai
tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap
bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan
minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri
makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak
digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik. Buah pala
berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging pala merupakan
salah satu tanaman yang memiliki banyak kegunaan. Tanaman pala ini
banyak sekali tumbuh di Indonesia karena sebagian wilayah di Indonesia
merupakan daerah berlahan kering dengan curah hujan yang tinggi dan tidak
banyak berubah sepanjang tahun. Tanaman ini berasal dari pulau Banda,
Maluku dan sekarang sudah menyebar ke daerah-daerah lain Indonesia,
bahkan sampai di Grenada, Amerika Tengah dan lain-lain. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah pegunungan dengan ketinggian kurang dari 700 meter
dari permukaan laut, yang tingginya lebih dari 18 meter dan berdiameter 30-
45 cm. Luas lahan tanaman pala di Indonesia mencapai 1,47 juta hektar pada
tahun 1990 yang sebagian besar merupakan perkebunan rakyat
(Sunanto,1993).
Pala sebagai tanaman tahunan dipat dipeanen setelah 7 tahun ditanam,
setelah berbuah pala dapat dipanen hingga 60-70 tahun. Pala dikenal sebagai
tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap
bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan
minyak pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri
makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak
digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik. Buah pala
berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih. Bijinya
berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli
berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila dikeringkan menjadi
kecokelatan gelap dengan aroma khas. Buah pala terdiri 2 atas daging buah
(77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%) (Rismunandar,
1990). Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian
terpenting dari buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai produk antara
lain minyak atsiri dan oleoresin. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji
pala adalah mentega pala yaitu trimiristin yang dapat digunakan untuk
minyak makan dan industri kosmetik (Somaatmaja1984). Daging buah pala
dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi manisan, asinan, dodol,
selai,anggur dan sari buah (sirup) pala.
Berusaha tanaman pala memiliki prospek yang cukup cerah terutama jika
berusaha dalam pengolahan biji pala. Jika biji pala masih dalam keadaaan
“mentah” (belum diolah) harganya masih murah. Biji pala yang belum
diolah disini adalah biji yang masih dalam kondisi yang kering. Apabila biji
pala telah diolah, harganya dapat meningkat menjadi berlipat ganda. Hal ini
yang belum disadari oleh pengusaha di Indonesia baik pengusaha besar atau
pengusaha kecil (Sunanto,1993).
Berusaha biji pala ini sering dihadapkan pada persoalan kualitas dan
efisiensi waktu. Kenyataan menunjukkan, masih banyak ditemukan daging
pala yang hancur dan proses pemecahannya membutuhkan waktu yang lama.
Penyebab utamanya adalah sebagian besar produk biji pala dihasilkan
dengan menggunakan alat yang digunakan seadanya dan kurang higienis.
Sehingga hasil tidak efisien. Untuk mendapatkan biji pala yang utuh tidaklah
semudah yang dibayangkan. Biji pala terbungkus oleh lapisan kulit yang
keras. Oleh karena itu, diperlukan teknologi untuk dapat membantu mencari
pemecahan masalah tersebut 3 dengan menciptakan suatu alat dengan
mekanisme tetap sehingga dapat menghasilkan kualitas biji pala yang baik
serta dapat memenuhi kapasitas tertentu. Dari uraian di atas maka penulis
tertarik membuat alat sebagai pemecah biji palautih. Bijinya berkulit tipis
agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli berwarna merah
padam. Isi bijinya putih, bila dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan
aroma khas. Buah pala terdiri 2 atas daging buah (77,8%), fuli (4%),
tempurung (5,1%) dan biji (13,1%) (Rismunandar, 1990). Secara komersial
biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian terpenting dari buah pala dan
dapat dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri dan
oleoresin. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji pala adalah mentega
pala yaitu trimiristin yang dapat digunakan untuk minyak makan dan industri
kosmetik (Somaatmaja1984). Daging buah pala dapat dimanfaatkan untuk
diolah menjadi manisan, asinan, dodol, selai,anggur dan sari buah (sirup)
pala.
Berusaha tanaman pala memiliki prospek yang cukup cerah terutama
jika berusaha dalam pengolahan biji pala. Jika biji pala masih dalam
keadaaan “mentah” (belum diolah) harganya masih murah. Biji pala yang
belum diolah disini adalah biji yang masih dalam kondisi yang kering.
Apabila biji pala telah diolah, harganya dapat meningkat menjadi berlipat
ganda. Hal ini yang belum disadari oleh pengusaha di Indonesia baik
pengusaha besar atau pengusaha kecil (Sunanto,1993). Berusaha biji pala ini
sering dihadapkan pada persoalan kualitas dan efisiensi waktu. Kenyataan
menunjukkan, masih banyak ditemukan daging pala yang hancur dan proses
pemecahannya membutuhkan waktu yang lama. Penyebab utamanya adalah
sebagian besar produk biji pala dihasilkan dengan menggunakan alat yang
digunakan seadanya dan kurang higienis. Sehingga hasil tidak efisien.
Untuk mendapatkan biji pala yang utuh tidaklah semudah yang
dibayangkan. Biji pala terbungkus oleh lapisan kulit yang keras. Oleh karena
itu, diperlukan teknologi untuk dapat membantu mencari pemecahan
masalah tersebut 3 dengan menciptakan suatu alat dengan mekanisme tetap
sehingga dapat menghasilkan kualitas biji pala yang baik serta dapat
memenuhi kapasitas tertentu. Dari uraian di atas maka penulis tertarik
membuat alat sebagai pemecah biji pala.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usaha tani pala
yang ada di Kelurahan gura bunga Kota Tidore Kepulauan Provinsi
Maluku Utara
2. Menganalisa efisiensi dari suatu usaha tani yang ada di Kelurahan gura
bunga Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan untuk
meningkatkan produktivitas usaha tani pala yang ada di Kelurahan gura
bunga Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa yang ingin meneliti usaha
tani Komoditi pala yang ada di Kelurahan gura bunga Kota Tidore
Kepulauan Provinsi Maluku Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Usahatani
Pengertian usaha tani adalah segala bentuk pengorganisasian dan
pengelolaan asset serta tata cara yang di lakukan dalam bidang pertanian
dengan tujuan untuk menambah kesejatraan dan memperbaiki taraf kehidupan
petani.
Usaha tani tidak hanya memiliki lingkup yang sempit dan berhubungan
dengan pemikiran bercocok tanam saja, melaikan seluruh asperk yang ada di
dalam pertanian itu sendiri juga menjadi bagian dari usaha tani.
- Usahatani Menurut Para Ahli:
1.Defenisi usaha tani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
mengalokasikan sumber daya yang di miliki petani agar berjalan secara efektif
dan efisien dan memanfaatkan sumberdaya tersebut agar memperoleh
keuntungan yang setinggi-tinginya (Soekartawi : 2011)
2. Usaha tani adalah pertanian rakyat yang terhimpun dari berbagai
sumber daya alam (Dr . Mosher)
3. Arti usaha tani adalah kegiatan untuk meninjau dan menyelediki
berbagai seluk beluk masalah pertanian dan menemukan solusinya (Adiwilaga :
2011)
4. Pengertian usaha tani adalah pengelolaan sumber daya alam, tenaga
kerja. Pemodalan dalam skill lainnya untuk menghasilkan suatu produk
pertanian secara efektif dan efisien (Kadarsan : 2011)
5. Mengartikan usaha tani sebagai himpunan dari sumber alam yang ada
di tempat itu yang di perlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
perbaikan – perbaikan yang di lakukan atas tanah itu, sinar matahari, bagunan –
bangunan yang di dirikan di atas tanah itu sebagainya. (Mosher 1968)
2.2 Tinjauan umum tentang komodita pala
1.Tanaman pala adalah salah satu tanaman Indonesia terutama di daerah
Banda dan sekitarnya, serta di Irian Jaya. Tidak ada data prasejarah yang
dapat memastikan mulai kapan adanya tanaman pala di daerah tersebut.
Yang jelas ialah, bahwa hasil tanaman pala berbentuk biji dan fuli
merupakan unsure mata rantai penghubung antara Timur dan Barat sejak
ratusan tahun yang telah lampau, hingga sekarang. Indonesia merupakan
pemasok uama biji pala/fuli sebagai rempah-rempahan ke dunia barat yang
sudah berjalan ratusan tahun, namun demikian tanaman pala bukan
monopoli dari Indonesia, daerah-daerah tropis di seluruh dunia pun terdapat
tanaman pala. Salah satu yang maju dengan pesatnya adalah Granada di
Amerika Tengah (Rismunandar, 1990).
2..Pala merupakan spesies yang sangat terkenal dari tumbuhan famili
Myristicaceae. Walaupun kebanyakan dari kita hanya mengenal tumbuhan
asli Pulau Banda ini sebagai rempah, bumbu masak, atau di Bogor dibuat
asinan, pala juga dapat meningkatkan aktivitas mental atau yang lebih
dikenal dengan bahan psikoaktif. Penyebabnya adalah aktivitas senyawa
safrol terutama miristisin dan elimisin, yang terkandung pada minyak
atsirinya (Agusta, 2009)
3. Buah pala mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, karena selain
digunakan sebagai rempah-rempah yaitu bijinya, daging buahnya dapat pula
dimanfaatkan untuk dijadikan manisan, pudding, maupun sirup. Manisan
buah pala merupakan salah satu jenis makanan ringan yang sudah sangat
dikenal dan digemari masyarakat luas (Anonim, 1981).

2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan


Minimal 5 pendapat pakar atau ahli, beserta buku referensinya.
a. Biaya usahatani
1. Menurut Soekartawi (1995)
Biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang di pergunakan dalam
usahatani. Biaya usaha tani di bedakan menjadi dua yaitu biaya tetap adalah
biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang
akan di hasilkan, sedangkan biaya tetap adalah biaya tidak tetap adalah biaya
yang besar kecilnya di pengaruhi oleh volume produksi.
2. Menurut Gustiyana (2004)
Pendapatan usahatani dapat di bagi menjadi dua pengertian, yaitu (1)
pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang di peroleh petani dalam
usahatani selama satu tahun yang dapat di perhitungkan dari hasil perjualan
atau pertukaran hasil produksi yang di nilai dalam rupiah berdasarkan harga
per satuan berat pada saat pengumutan yang di nilai dalam rupiah
berdasarkan harga persatuan berat pada saat pengumutan hasil (2)
pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang di peroleh petani dalam
satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya
produksi meliputi biaya riil saranan produksi
3. Menurut Adiwilaga (1982)
Menyatakan bahwa pembiayaan usahatani bisa berasal dari modal sendiri
atau modal pinjaman karena pada umumnya petani kekurangan modal untuk
meningkatkan usahanya. Petani sebagai pengusaha pertanian mempunyai
sumber daya yang terbatas terutama dalam pengusaan lahan pertanian yang
merupakan modal dalam berusaha tani

 Referensi : Adiwilaga, A (1982). Ilmu Usahatani. Bandung: Alumni


4. Menurut ( Tjakrawiralaksana, 1983)
Pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai pengunaan saranan produksi
dan lain – lain yang di perlukan atau dibebankan kepada proses produksi
yang bersangkutan
 Referensi : Tjakrawiraksana, A. (1983). Usahatani . Bogor :
Depertemen ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
b. Analisis rasio pendapatan (R/C Ratio)
1. Menurut Irawati (2005 :22)
Rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang
manajemen keuangan yang di manfaatkan sebagai alat ukur
kondisi keuangan satu perusahan pada satu periode tertentu,
ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode
tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variable yang di
ambil laporan keuangan perusahan, baik daftar neraca maupun
laba rugi.
2. Menurut Kasamir (2012 : 104)
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-
angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi
satu angka dengan angka lainnya perbandingan dapat dilakukan
antara satu komponen dalam satu laporan keuangan atau
antarkomponen yang ada di antara laoran keuangan.
3. Menurut Samryn (2011)
Analisis Rasio keuangan adalah suatu cara yang membuat
perbandingan data keuangan perusahan menjadi lebih arti. Rasio
keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan
penting mengenai kesehatan keuangan dari perusahan.
4. Menurut Munawir (2004:37)
Analisis Rasio adalah neraca atau laporan laba rugi secara
individu atau kombinasi dari kedua laporan tersenut.
c. Analisis Break Event Point (BEP) ( Titik pulang pokok)
1. Menurut Yamit (1998:62)
Break Event Point atau BEP dapat di artikan sebagai satu
keadaan di mana total pendapatan besarnya sama dengan total
biaya (TR=TC)
2. Menurut Mulyadi (1997:72)
BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana suatu usaha
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan kata lain
suatu usaha dikatakan impas jika jumla pendapatan (revenue)
sama dengan jumla biaya, atau apabila laba kontsribusi hanya
dapat di gunakan untuk menutup biaya tetap saja.
3. Menurut Garrison ( 2006:335 )
Break Even Point adalah tingkat penjualan di mana laba sama
dengan nol,atau total penjualan sama dengan total beban atau titik
di mana total margin konstribusi sama dengan total beban tetap.
4. Menurut Harap (2004)
Break Even Point adalah suatu kondisi perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita kerugian artinya semua
biaya biaya yang telah di keluarkan untuk operasi produksi bisa
ditutupi oleh pendapatan dari penjualan produk
5. Menurut Hansen dan Mowen ( 1994 : 16 )
Break Even Point is where total revenues equal total costs, the
point is zero profits “ tau dalam Bahasa Indonesia dapat di
terjemahkan menjadi Break Event Point adalah di mana total
pendapatan biaya total yang sama, intinya adalah nol keutungan.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Metode Penentuan Lokasi


Pemilihan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu
berdasarkan pertimbangan sesuai tujuan praktek. Praktek dilakukan di
Kelurahan Gura Bunga, Kota Tidore Kepulawan Provinsi Maluku Utara
yang telah menjadi salah satu tempat praktek dari universitas lain lagi.
Pemilihan lokasi di kelurahan gura bunga ini di kerenakan adanya
komaditas-komaditas yang akan di teliti dan di wawancara secara langsung
dengan para petani.
3.2 Metode Penentuan Sampel Responden
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang didasarkan pada
pertimbangan dan kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian dan
dilanjutkan dengan menggunakan metode bola salju (snow ball) sampling.
Pengertian Snowball Sampling atau Definisi Snowball Sampling
adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola  yang menggelinding yang lama-lama
menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua
orang sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain
yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh
dua orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada praktikum Ilmu
Usahatani ini adalah metode wawancara dengan menggunakan alat bantu
kuesioner yang disesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi yang
diperlukan. Data yang digunakan adalah dengan menggunakan data primer
yakni data yang diperlukan adalah data primer tentang karakteristik petani,
biaya serta penerimaan usaha tani yang diperoleh secara langsung dari
petani. Data diperoleh secara langsung dari masyarakat setempat, perangkat
desa maupun dari data lain yang diperoleh dari wawancara. Data sekunder
yakni data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait, berupa
data atau arsip kantor kepala desa atau kelurahan dalam bentuk monografi
desa.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan didalam laporan praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Metode deskriptif analisis, maksudnya adalah bahwa metode ini berusaha
memberi arti terhadap data dengan menggambarkannya sesuai keadaan
aktual, data tersebut disusun, dianalisis, dijelaskan kemudian diambil
kesimpulannya.
2. Tabulasi data dimaksudkan sebagai pengelompokkan data-data berdasarkan
kriteria tertentu, sehingga data yang dikumpulkan menjadi tidak rancu
3. Pendapatan diperoleh dari penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan. Dengan rumus Pd = TR – TC
Dimana Pd = Pendapatan
TR = Total revenue (total penerimaan )
TC = Total cost (total biaya)
4. Analisis R/C adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui efisiensi
usahatani yang diperoleh dari perbandingan antara penerimaan usahatani
dengan biaya usahatani.
Dengan kriteria R/C ratio adalah :
R/C-Ratio >1 = Untung
R/C-Ratio = 1 = Impas (tidak rugi dan tidak untung )
R/C-Ratio < 1 = Rugi
5. Analisis Break Event Point (BEP)
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM
1.1 Letak dan Keadaan Wilayah
Tata letak bagunan di kelurahan Gura Bunga pada umumnya berbanjar
memanjang mengikuti panjang gunung utama berada di tenga – tengah
dengan kondisi jalan yang beraspal. Lorong – lorong biasanya di hubungkan
dengan jalan setapak yang berseman tumbuk. Pada jalan- jalan utama
biasanya dihiasi dengan berbagai tanaman bunga – bungaan. Rumah –
rumah penduduk umumnya sudah permanen atapnya dari sink dan
dindingnya dari semen dan batako dan sekelilingi rumah di beri pagar ,
Kecuali rumah adat yang masi terbuat dari daun rumbia dan bamboo
mengunakan sink.
1.2 Luas dan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pertanian di Desa Gurabunga menganut pola
berladang. Pembukaan lahan dilakukan secara bersama-sama dan
masyarakat desa. Pembukaan lahan maksudnya di sini adalah pembukaan
hutan yang ada di sekitar desa untuk berladang. Pembukaan hutan ini
dilakukan masih secara tradisional yaitu dengan memotong pohon yang
besar, membabat dan membakar semak-semak, kemudian
membersihkannya. Pekerjaan ini menjadi perhelatan masyarakat yang tidak
lupa menyertakan ritual yang dipimpin oleh tetua adat agar pekerjaan lancar
dan tidak ada gangguan

1.3 Gambaran Umum Kependudukan


Kelurahan Gurabunga merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kota
Tidore Kepulauan yang terletak di Pulau Tidore. Kota Tidore Kepulauan
merupakan salah satu dari dua buah kota yang ada diwilayah Provinsi
Maluku Utara yaitu Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan.
Kota ini membawahi 5 Kecamatan, 20 kelurahan dan 21 buah desa.
Secara astronomi wilayah ini terletak pada 0-20o Lintang Utara dan 127 0
-127,450 Bujur Timur dengan batas-batas sebagai wilayah sebagai berikut:
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan Kabupaten
Halmahera Utara dan Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah,
sebelah barat berbatasan dengan perairan Maluku Utara, sebelah Utara
dengan Kecamatan Pulau Ternate dan Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten
Halmahera Barat dan sebelah Selatan dengan Gane Barat Kabupaten
Halmahera Selatan. Luas wilayah ini adalah kurang lebih 14.220,02 yang
terdiri dari luas daratan 9.816 km dan luas lautan 4.402 km.

1.3.1 Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Umur


Penduduk yang mendiami Kelurahan Gurabunga adalah penduduk asli,
sedangkan pendatang yang masuk ke kelurahan ini adalah karena
hubungan perkawinan. Jumlah penduduk di Kelurahan Gurabunga
adalah 617 jiwa dengan jumlah KK 146 orang, laki-laki 309 jiwa dan
perempuan 308 jiwa. Untuk jelasnya dapat dilihat padaI tabel di bawa
ini

NO UMUR/TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. 0-5 30 26 56

2. 5 - 10 20 19 39

3. 10 -15 17 22 39
4. 15 - 20 22 20 42

5. 20 - 25 18 19 37

6. 25 -30 22 18 40

7. 30 - 35 22 21 43

8. 35 - 40 19 20 39

9. 40 - 45 18 22 40

10. 45 - 50 23 20 43

11. 50 - 55 17 17 34

12. 55 - 60 18 20 38

13. 60 - 65 18 22 40
14. 65 - 70 18 20 38

15. 70+ 26 23 49

16. Total 308 309 617

1.3.2 Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa usia 7 – 18 tahun yang tidak
bersekolah jumlahnya 33 orang dan jika dibandingkan dengan yang bersekolah
selisihnya cukup besar yaitu 106 orang, namun demikian semua anak harus
menikmati pendidikan, tidak peduli siapa pun. Di sini dapat dilihat bahwa
tingkat kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak-anak masih kurang,
padahal Pemerintah sudah mencanangkan pendidikan Wajib 9 Tahun dan semua
anak wajib bersekolah. Sedangkan jumlah penduduk yang tamat pendidikan
SMP, SMU, D2 dan Strata 1 (S1) adalah sebagai berikut: tamat SMP 169
orang, tamat SMU 162 orang, tamat D2 8 orang dan tamat S1 21 orang.
Rinciannya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :
1.3.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Melihat lingkungan alam dan keadaan geografis Kelurahan
Gurabunga, yang terletak di kaki gunung dengan kondisi iklim yang
sejuk sangat untuk tanaman pertanian terutama sayuran. Rata-rata mata
pencaharian utama penduduk adalah bertani . Di samping itu terdapat
pula usaha lain seperti pengrajin, peternak. Jasa dan pengusaha kecil,
dan karyawan swasta. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 di
bawah ini :
Sebagai petani, maka jenis tanaman yang ditanam adalah umbi-
umbian, sayur-sayuran, kacang-kacangan, pisang, cempedak, dan buah-
buahan seperti advokat, durian serta tanaman perkebunan seperti
cengkeh, pala, dan pohon tanaman tahunan kayu manis yang merupakan
hasil tahunan dari Kelurahan ini. Hasil tanaman seperti umbi-umbian,
kacang-kacangan, pisang, dan lain-lain biasanya untuk kebutuhan
sendiri. Sedangkan hasil tanaman buah-buahan terbanyak di daerah ini
adalah buah advokat dan durian. Luas lahan pohon advokat adalah 7 ha
dengan hasil panen pertahun 4 ton, durian 1 ha dengan hasil panen 05 ton
pertahun.
1.3.4 Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas masyarakat Gurabunga
dapat dilihat sebagai berikut :
 Untuk menunjang kegiatan peribadatan maka dibangun satu buah
mesjid yang diberi nama Nurul Ihsan yang biasanya dipakai untuk
kegiatan beribadah setiap Jumaat dan pada hari-hari besar
keagamaan lainnya dan satu buah Musola yang bernama Nurul
Hasanah yang dibangun berlantai 2 yang merupakan tempat aktivitas
kaum perempuan yang tergabung dalam Majelis Taqlim.
 Sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan ini adalah satu buah
SD Negeri Gurabunga, dan satu buah Taman Kanak-Kanak. Untuk
melanjutkan ke jenjang SMP dan SMU di Kota Tidore Kepulauan
 Untuk penerangan desa berasal dari penerangan listrik PLN.

Sedangkan sarana pendukung lainnya yaitu sarana olahraga


berupa lapangan bola voli dan lapangan bola kaki. Kelurahan ini
mempunyai satu Tim Bola Voli “Gurua” dan Satu Tim Keseblasan
Bola Kaki “Gurua” yang biasa bertanding antar
kelurahan/kecamatan di Kota Tidore Kepulauan. Sarana informasi
yang dapat dijangkau di Kelurahan ini yaitu dengan menggunakan
telepon seluler Flexi.

1.3.5 Keadaan Umum Usahatani Komoditi Pala


Keadaan umum usahatani komoditi pala di Gura Bunga ini dalam
menanam pohon pala pada lahan mereka mengunakan pola tanam
Tumpangsari. Dikarenakan pala adalah pola tanam tumpangsari, agar
sebelum memanen buah pala setidaknya mereka dapat memanen
tanaman musiman atau tananaman bulanan seperti tomat.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani


Karakteristik petani yang ada di Gura Bunga adalah petani yang sangat
beragam budaya yang di mana mereka menjadikan komoditi tomat menjadi
salah satu usaha mereka karna hasil produksi tomat sangat unggul dan bisa
menghasilkan uang yang bisa menghidupkan mereka, komoditas pala hanya
di jadikan tanaman yang musiman sehinga tidak di jadikan satu komoditas
yang unggul, di Gura Bunga juga bisa di tanami berbagai macam tanaman
seperti salak, apel dan stroberi hasil produksinya bagus tapi tidak ada harga
dan kurang di komsumsi sehinga warga Gura Bunga mengambil keputusan
untu membudidaya dan memproduksi tomat menjadi usaha tomat yang ada
di kelurahan Gura Bunga itu sangat berfanfaat bagi petani yang ada di Gura
Bunga. Sehingga mereka tidak focus pada komoditas pala karena menurut
mereka harga tomat lebih besar dari harga pala, sedangkan lahan yang
mereka tanami itu berupa tumpeng sari.

5.2 Biaya-Biaya Usahatani


BIAYA INFESTASI

NO NAMA BARANG JUMLAH HARGA/PERUNIT BIAYA

1 LAHAN Milik sendiri Milik sendiri Milik sendiri

2 BIBIT (POLIBAK) 167 tanaman Rp 25.000 4.175.000

TOTAL 4.175.000
A. Biaya Variabel

NO DESKRIPSI BIAYA TOTAL BIAYA


VARIABEL

1 PUPUK DOLOMIT  Rp. 300.000

2 BIBIT  Rp. 6.375.000

3 EMBER  Rp. 200.000

4 PUPUK ORGANIK  Rp. 1.150.000

5 PUPUK UREA  Rp. 450.000

6 PUPUK KCL  Rp. 1.250.000

TOTAL BIAYA RP. 9.725.000

B. Biaya Tetap Usahatan

NO DESKRIPSI BIAYA TETAP TOTAL BIAYA

1 GARUK TANAH  Rp. 800.000

2 CANGKUL  Rp. 1.000.000

3 PARANG  Rp. 1.250.000

4 MESIN HAND SPRAYER  Rp. 3.750.000

5 SALOI  Rp. 500.000

6 KERANJANG  Rp. 2.730.000

7 BIAYA TENAGA KERJA  Rp. 3.450.000

JUMLA BIAYA Rp. 13.480.000

C. Produksi dan Penerimaan Usahatani


Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang di
peroleh dengan harga jual (Rahim dan Hastuti 2007) secara matematis
di rumuskan sebagai berikut :
TR = Y. Py……………………………………….(1)
Keterangan :
TR = total penerimaan
Y = produksi yang di peroleh dari suatu usahatani
Py = harga produk
Di kelurahan Gura Bunga, Kota Tidore Kepulauan Provinsi
Maluku Utara khususnya komoditi pala memproduksi pala dengan luas
lahan 1,4 Ha pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada
umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pala
akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi
tertinggi. Dalam luas lahan 1,4 Ha pohon pala yang panen sebanyak
169,4 atau 167 pohon. Dan 5 pohon pala menghasilkan/memproduksi 5
karung = 100kg ( fuli 1 karung = 25 kg dan biji pala 4 karung = 75 kg )
jadi 169 pohon pala menghasilkan 4.225 kg (untuk fuli pala ), harga 1
kg = Rp 150.000
TR = Y . Py
TR = 1. 500 kg x Rp 1.500
= 225.000.000
Jadi 169 pohon pala menghasilkan 12.675 kg (untuk biji pala) harga 1
kg = Rp 65.000
TR = Y. Py
TR = 12.675 kg x Rp 65.000
= 823.875.000
Total penerimaan dari produksi pala pada luas lahan 1,4 Ha adalah

TR = Rp 225.000 + Rp 823.875.000

= 824.100.000
D. Pendapatan (Keuntungan)

Pendapatan di peroleh dari penerimaan usaha tani di kuranggi dengan


biaya yang di keluarkan Dengan rumus Pd = TR – TC
Diminta :
Pd = Pendapatan
TR = Total revenue (total penerimaan)
TC = Total cost ( total biaya)
Dik :
TR : Rp . 823.875.000
TC : Rp 23.205.000
Pd = TR – TC
Pd = Rp. 823.875.000 – Rp. 23.205.000
= 800.670.000

5.3 Efisiensi Ekonomi Usahatani


A. R/C Ratio
R/C adalah singkatan dari Retrun Cos Ratio, atau di kenal sebagai
perbandingan ( nisbah ) antara penerimaan biaya. ( Soekartawi 2016 )
Secara matematik, hal ini di tuliskan sebagai berikut :
a = R/C
R = Py .Y
C = FC + VC
A = { (Py .Y) / ( FC = VC) }

Keterangan :
R = Penerimaan
C = Biaya
Ry = Harga Output
Y = Output
FC = Biaya tetap ( fixesd cost )
VC = Biaya Variabel ( variable cost )
Dik :
Y = 1.500 kg + 4.785 kg = 6.285 kg
Py = Rp. 150.000 + Rp. 65.000 = Rp. 215.000
FC =Rp.13. 480.000
VC = 9.725.000
( Py .Y )
a=
FC +VC
Rp .215.000 x Rp .6 .285 Rp .1 .351.275 .000
a=
Rp . 13.480+ Rp .9.725 .00
= Rp . 23.205.000
=RP.58,2320

B. BEP

FC
BEP =
P . VC

Ket :

FC : Biaya tetap
VC : Biaya Variabel

P : Harga

Dik :

FC : Rp. 13.480.000
P : Rp. 215.000 (Gabungkan harga biji pala dan fuli pala )
VC : Rp. 9.725.000

13.480.000 13.480.000
BEP =
215.000−2.288
= 212.712
= 2.867

BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Bukan rahasia umum lagi kalau komoditi lokal seperti pala sangat
terkenal pada masa emasnya yaitu sekitar tahun 1512 ketika armda portugis
pertama kali melabuhkan kapal mereka di dermaga gugusan kepulauan maluku
semenjak saat komoditi lokal seperti pala ini sangat di cari oleh penjelajah pada
masa itu karena selain di konsumsi sebagai tambahan pada rempah – rempah
makanan komoditi ini juga bias digunakan sebagai bahan membuat minyak dan
membuat sirup dan lain sebagainya

6.2 Saran

Buah pala mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, karena selain
digunakan sebagai rempah-rempah yaitu bijinya, daging buahnya dapat pula
dimanfaatkan untuk dijadikan manisan, pudding, maupun sirup. Manisan buah
pala merupakan salah satu jenis makanan ringan yang sudah sangat dikenal dan
digemari masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Contoh penulisan:
http://eprints.umm.ac.id/35879/2/jiptummpp-gdl-aisyahabdk-48749-2-babi.pdf
http://www.trigonalmedia.com/2016/05/biaya-penerimaan-dan-pendapatan.html
http://www.wikrumus.com/rumus-menghitung-bep/
Adiwilaga. 1982. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa. Bandung.
Dumairy. 1999. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. Universitas Sebelas
Maret Press. Surakarta.
Lampiran
1. Foto wawancara dengan responden

2. Kuesioner asli yang di Acc Dosen pendamping.


3. Perhitungan-perhitungan

KOMODITI TANAMAN PALA

 Luas lahan : 1,4 Ha ( 14.000 m )


 Jarak tanaman : 9m x 9m

 Hitungan bibit dalam 1 ha


 Luas lahan : 1 ha (10.000)
 Panjang : 100 m
 Lebar : 100 m
 Jarak tanam : 9 mx 9 m

 Jumlah tanaman pada ukuran panjang 100 m


 100 m/9 m : 11 tanaman
 Jumlah tanaman pada ukuran lebar 100 m
 100 m/9 m : 11 tanaman
 Jumlah tanaman dalam 1ha
 11 x 11 = 121 tanaman / Ha

 Jumlah tanaman dalam 1,4 Ha


 121 x1,4 = 169, 4 Tanaman / 1,4 Ha

BIAYA INFESTASI

NO NAMA BARANG JUMLAH HARGA/PERUNIT BIAYA

1 LAHAN Milik sendiri Milik sendiri Milik sendiri

2 BIBIT (POLIBAK) 167 tanaman Rp 25.000 4.175.000


TOTAL 4.175.000

Biaya Variabel

NO DESKRIPSI BIAYA TOTAL BIAYA


VARIABEL

1 PUPUK DOLOMIT  Rp. 300.000

2 BIBIT  Rp. 6.375.000

3 EMBER  Rp. 200.000

4 PUPUK ORGANIK  Rp. 1.150.000

5 PUPUK UREA  Rp. 450.000

6 PUPUK KCL  Rp. 1.250.000

TOTAL BIAYA RP. 9.725.000

Biaya Tetap Usahatan

NO DESKRIPSI BIAYA TETAP TOTAL BIAYA

1 GARUK TANAH  Rp. 800.000

2 CANGKUL  Rp. 1.000.000

3 PARANG  Rp. 1.250.000

4 MESIN HAND SPRAYER  Rp. 3.750.000

5 SALOI  Rp. 500.000

6 KERANJANG  Rp. 2.730.000

7 BIAYA TENAGA KERJA  Rp. 3.450.000

JUMLA BIAYA Rp. 13.480.000

Anda mungkin juga menyukai