Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Gambaran Umum Usaha Nanas (Ananas comosus Merr).
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Bapak Teguh, S.Pd guru pembimbing atas segala bimbingan dan saran selama
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Serta kepada semua pihak yang telah
meberikan masukan dan bantuannya, penulis ucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga untuk itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
dari semua pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat menjadi pedoman untuk melakukan kegiatan penelitian
selanjutnya.

Perawang, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DATAR ISI......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................1
Tujuan Penulisan.........................................................................................................5
Manfaat Penulisan.......................................................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6


Sejarah Nanas..............................................................................................................6
Klasifikasi dan Morfologi Nanas................................................................................9
Jenis-Jenis Nanas........................................................................................................9
2.5 Syarat Tumbuh Tanaman Nanas........................................................14

III. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................16


Konsep Eknomi.........................................................................................................16
Konsep dan Defenisi Usahatani................................................................................17
Konsep Biaya Usahatani...........................................................................................19
Analisis Pendapatan Usahatani.................................................................................19
Analisis Efisiensi......................................................................................................19

IV. PENUTUP...............................................................................................21
4. 1 Kesimpulan.......................................................................................21
4.2 Saran..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang sedang melakasanakan pembangunan di


segala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat
diandalakan, karena sektor pertanian sampai saat ini masih memenang peranan
yang penting dalam menunjang pendapatan perekonomian nasional, terutama
sebagai sumber bahan pangan bagi penduduk Indonesia dan merupakan sumber
mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian juga
mempunyai peranan yang penting dalam mengentaskan kemiskinan,
pembangunan pertanian berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani dan upaya menanggulangi
kemiskinan khususnya didaerah pedesaan. Sektor pertanian menjadi salah satu
penyumbang PDB yang tertinggi kedua setelah industri pengolahan. Sektor
pertanian terdiri dari 3 bagian yaitu: tanaman perkebunan, tanaman pangan,
tanaman hortikultura (Balai Penelitian Tanaman Pangan, 2010).
Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki prospek
pengembangan yang baik di Indonesia pada saat ini, karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi serta potensi pasar yang terbuka lebar. Pengembangan
produksi hortikutura sebagai sumber gizi ditingkatkan untuk pertumbuhan
manusia di Indonesia yang sehat dan berkembang dalam melaksanakan tugas
pembangunan yang semakin besar. Seiring dengan berkembangnya permintaan
pasar baik di Indonesia maupun untuk ekspor, nanas dapat dimanfaatkan dalam
industri pengolahan sehingga para petani kecil dan keluarganya memiliki peluang
untuk meningkatkan penghasilan mereka melalui usahatani nanas yang dapat
menguntungkan petani (Soedarya, 2009).
Indonesia memiliki kondisi agroklimat yang cocok untuk pengembangan
berbagai jenis buah-buahan. Keanekaragaman buah dan keunggulan agro-klimat
Indonesia tersebut merupakan potensi dalam menghadapi perdagangan
internasional, mengingat saat ini buah sudah menjadi komoditas perdagangan

1
internasional. Beberapa jenis buah unggulan Indonesia yang dapat bersaing di
pasar internasional adalah jeruk, mangga, pepaya, nanas, manggis, duku,
semangka, durian, dan pisang. Nanas merupakan salah satu komoditi holtikultura
yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari jumlah
permintaan nanas yang cukup tinggi. Nanas merupakan tanaman buah berupa
semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Bagian utama dari
susunan tubuh tanaman nanas meliputi akar, batang, daun, bunga, buah dan tunas-
tunas. Tanaman ini merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun
(perennial) dan memiliki akar serabut yang tumbuh di sela-sela ketiak daun
(Prihatman, 2000).
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri
dari 13 kabupaten dan 1 kota. Kabupaten /kota yang menjadi ibukota provinsi
Kalimantan Tengah yaitu Perawang, dan merupakan salah satu daerah penghasil
tanaman holtikultura di Kalimantan Tengah yang dapat dimanfaatkan masyarakat
sebagai usaha. Kalimantan Tengah memiliki luas wilayah 15.380.425 hektar yang
mempunyai peranan dalam pengembangan tanaman holtikultura. Di Kalimantan
Tengah, nanas merupakan salah satu komoditas buah yang berpotensi untuk
dikembangkan. Berikut tabel luas panen, produksi dan produktivitas komoditas
nanas di Kalimantan Tengah menurut kabupaten/kota tahun

1.2 Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan diatas maka karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran umum tanaman nanas.
2. Mengetahui sistem pemasaran nanas di Kota Perawang.

1.3 Manfaat Penulisan

Dari hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi penulis, sebagai syarat dan bahan pustaka yang digunakan untuk
melanjutkan dalam mempersiapkan usulan penelitian dan menambah
pengetahuan.

2
2. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi bagi peneliti lebih lanjut mengenai
gambaran umum usahatani nanas (Ananas comosus), yang diharapkan dapat
memberikan informasi dan masukan untuk dianalisis lebih lanjut
3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan
pembangunan pertanian.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Nanas

Menurut sejarah, Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang


memiliki nama ilmiah Ananas comosus L. Dalam bahasa Inggis disebut pineapple
dan masyarakat Spanyol menyebutnya pina, sedangkan di Asia dikenal dengan
nama lokal nanas. Nanas ditemukan pada tahun 1519 di Brasilia (Amerika
Selatan). Pada abad ke16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan
Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15. Sentra penanaman
nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan, Kenya,
Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas ditanam di
negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah
Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Di
Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan dan meluas
dikebunkan di lahan kering di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini
dipelihara di daerah tropik dan sub tropik. Daerah penghasil nanas yang terkenal
di Indonesia yaitu Subang, Bogor, Riau, Palembang, dan Blitar. Nanas
mempunyai nama lain seperti henas, kenas, honas (Batak), manas (Bali), Danas
(Sunda), dan Pandang (Makassar) (Lawal, 2013).

Klasifikasi dan Morfologi Nanas

Dalam klasifikasi atau sistematika tumbuhan (taksonomi), nanas termasuk


dalam famili bromiliaceae. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman nanas
diklasifikasikan secara lengkap sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub- Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub- Kelas : Commelinidae
Ordo : Farinosae
Famili : Bromiliaceae
4
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr.

Tanaman nanas merupakan tanaman yang berbentuk semak dan hidupnya


bersifat tahunan (perennial). Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun,
bunga, buah dan tunas-tunas. Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan
akar samping, dengan sistem perakaran yang terbatas Akar-akar melekat pada
pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Kedalaman
perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di
tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30 cm .
Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal
dengan diameter 2,0 -3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku) pendek dengan panjang
ruas antara 1 – 10 mm. Batang sebagai tempat melekat akar, daun bunga, tunas
dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena
disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan
perpanjangan batang .
Daun nanas berbentuk pedang dan tidak mempunyai tulang daun utama.
Pada daunnya ada yang tumbuh dari duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi
ada pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nanas tersusun rapi menuju
ke satu arah menghadap ujung daun. Daun nanas tumbuh memanjang sekitar 130-
150 cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus
mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerah-
merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-putihan
atau keperak- perakan. Pada mulanya daun nanas akan tumbuh melambat setelah
beberapa lama dan menjadi cepat seiring dengan pertambahan umur tanaman.
Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 60-70 helai yang tata
letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas
arah kanan dan kiri .
Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga
bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing berkedudukan
di ketiak daun pelindung. Jumlah bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar
5- 10 kuntum. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian
atas
5
memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari menanam sampai terbentuk bunga sekitar
6-16 bulan.
Pada umumnya pada sebuah tanaman atau sebuah tangkai buah hanya
tumbuh satu buah saja. Akan tetapi, karena pengaruh lingkungan dapat pula
membentuk lebih dari satu buah pada satu tangkai yang disebut multiple fruit
( buah ganda). Pada ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi
ada pula tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown
(mahkota ganda). Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen adalah mahkota buah
terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya
bulat, bagian pada dasar buah berwarna kuning, dan timbul aroma nanas yang
harum dan khas (Suprianto, 2016).

Jenis-Jenis Nanas

Menurut Santoso (2010), berdasarkan bentuk daun dan buahnya, tanaman


buah nanas (Ananas comosus) memiliki berbagai varietas sesuai dengan
pengembangan nanas yang ditanam di setiap Negara. Beberapa golongan nanas
yang bisa ditanam dan dikembangkan di dunia yaitu:
1. Nanas Cayenne
Nanas Cayenne mempunyai ciri yaitu daunnya halus, tidak berduri, buahnya
cukup besar, bentuk silindris, dan berwarna hijau kekuningan denga rasa sedikit
asam. Khusus untuk nanas Cayenne yang ditanam di daerah Subang. Varietas
Cayenne dikenal di beberapa daerah di Indonesia dengan nama berbeda, seperti
Cayennelis (Palembang dan Salatiga), Suka Menanti (Bukit Tinggi), Serawak
(Tanjung Pinang dan Pacitan), Bogor (Pontianak, Probolinggo, dan Purbalingga),
dan Paung (Palangkaraya). Namun hanya di Subang pertumbuhan Cayenne amat
baik sehingga sebutan nanas Subang seolah identik dengan nanas Cayenne.
2. Nanas Queen
Nanas Queen memiliki ciri-ciri seperti berikut yaitu daunnya pendek, berduri
tajam, buah berbentuk lonjong, dan berwarna kuning kemerahan dengan rasa yang
manis. Nanas Queen banyak ditanam di kawasan Bogor dan Palembang. Varietas
Queen yang paling dikenal ialah nanas dari Bogor (gati, kapas, dan kiara), nanas

6
Palembang, serta batu dari Kediri. Daerah lain yang dijumpai varietas ini adalah :
Pontianak (nanas cina), Palangkaraya (nanas betawi), Purwokerto (nanas batu),
Kediri (nanas bali/jawa), Jember (monserat dan bali), Bondowoso (kidang dan
uling), Sumenep (durian), dan Salatiga (nanas bogor).
3. Nanas Spanyol atau Spanish
Nanas Spanyol atau Spanish mempunyai ciri yaitu daunya panjang kecil,
berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata yang datar. Dari varietas ini
yang banyak dikenal ialah nanas merah dan hijau (Bondowoso), rakyat merah dan
rakyat hijau (Purwokerto). Nanas ini pun ditemui di Bukit Tinggi (yang disebut
gadut), Bali (madu dan kebo), Pontianak (towon, biasa, barak, tembaga, dan
emas), Palangkaraya (bubur), Sukamere (kampung), Bangkalan (maduh, ragunan,
kerbau), Kediri (jawa) Bondowoso (kuning), Sumenep (lomot), Kendal (sukun
dan kaliwungu).
4. Nanas Abacaxi
Nanas Abacaxi mempunyai ciri yaitu daun panjang berduri kasar, buah
berbentuk silindris seperti piramida, bertangkai panjang, daging buah bewarna
kuning pucat atau putih putih kekuningan, rasnya manis dan berair banyak.

Santoso (2010) menjelaskan bahwa di Indonesia, varietas nanas yang banyak


ditanam adalah Cayenne yang biasa merupakan nanas yang umum dan Queen
dengan contoh seperti nanas madu.

Syarat Tumbuh dan Kesuburan Tanah Tanaman Nanas

Syarat Tumbuh

Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang penting karena


berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan berperan hampir pada semua proses
pertumbuhan. Setiap jenis tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum
dan maksimum yang berbeda-beda dalam kondisi suhu nisbi rendah dan dapat
bertahan dalam suhu beku selama periode musim dingin. Daerah penyebaran
nanas ialah 300 LU dan 300 LS dari khatulistiwa. Tanaman nanas memerlukan
beberapa persyaratan iklim yang

7
harus dipenuhi agar dapat tumbuh baik. Faktor iklim ini mencakup curah hujan,
ketinggian, kelembapan, suhu dan cahaya matahari.
Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta
memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi
tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu. 0C.
Tanaman nanas dapat tumbuh dan beradaptasi baik di daerah tropis/panas
dengan daerah dataran rendah dengan ketinggian 100-200 m di atas permukaan
laut. Di daerah dataran tinggi, tanaman ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian
1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 100-800 m dpl.
Kelembapan tanah yang berlebihan pada awal pembungaan dapat
menghambat pertumbuhan buah dan menghasilkan daun yang berlebihan.
Sedangkan kelembapan yang berlebihan pada saat pembungaan akan menurunkan
mutu. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 29-32 0C. Tanaman
akan berhenti tumbuh bila temperatur terletak antara 10°C–16°C. Bila temperatur
di atas 32°C, maka tanaman akan mengalami luka-luka karena transpirasi dan
respirasi yang berlebihan (Hadiati & Indriyani, 2008),
Sinar matahari merupakan faktor iklim yang menentukan pertumbuhan dan
kualitas buah nanas. Apabila persentase sinar matahari sangat rendah, maka
pertumbuhan akan terhambat, buah kecil, kadar asam tinggi, dan kadar gula buah
rendah. Sebaliknya, apabila terlalu banyak sinar matahari akan menyebabkan luka
bakar pada buah yang hampir masak. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik
dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya,
dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam (Redaksi Agromedia, 2009).

2.4.2. Kesuburan Tanah

Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian
cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah
yang mengandung pasir, subur, drainase baik, gembur dan banyak mengandung
bahan organik serta kandungan kapur rendah.

8
Kesuburan tanah dapat meningkatkan produktivitas, oleh karenanya tanah
yang digunakan untuk menanam nanas sebaiknya memenuhi kriteria tanah
subur. Tanah yang subur terdiri atas hawa (udara) 25%, air 25 %, mineral 45%,
dan bahan organic 5 %. Atas dasar tersebut, maka kesuburan tanah dinilai atas
dasar tinggi rendahnya kadar mineral (unsur hara essensia makro dan mikro) dan
mudah sukarnya mineral diserap tanaman.
Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang
banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi
kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah)
mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium,
dan Molibdinum dengan cepat.

9
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep dan Definisi Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang


mengusahakan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan dan
alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-
baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari cara- cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien
mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin
(Suratiyah 2009). Selain itu Soekartawi (2006) mengatakan bahwa ilmu
usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu.
Usahatani merupakan suatu jenis kegiatan pertanian rakyat yang
diusahakan oleh petani dengan mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja,
modal, dan pengelolaan yang ditujukan pada peningkatan produksi. Peningkatan
produksi pertanian akan berpengaruh pada pendapatan petani. Pendapatan yang
diperoleh petani berbeda-beda tergantung dari komoditas yang dibudidayakannya.
Tingkat pendapatan petani dapat diukur dengan melakukan analisis pendapatan
usahatani dan analisis efisiensi. Terdapat beberapa penelitian yang sudah
melakukan analisis pendapatan usahatani terhadap komoditas nanas yaitu yang
dilakukan oleh Siregar (2010), dan Dalimunthe (2008) dengan alat analisis yang
sama yaitu analisis pendapatan dan analisis R/C rasio, untuk mengetahui apakah
usahatani tersebut menguntungkan atau tidak.
Menurut Hernanto (1989) terdapat empat unsur pokok di dalam usahatani,
unsur tersebut juga dikenal dengan istilah faktor-faktor produksi, yaitu:
1. Tanah
Tanah merupakan tempat dimana hasil produksi pertanian diperoleh. Tanah
merupakan faktor produksi yang khusus, oleh sebab itu tanah kemudian dianggap

10
sebagai salah satu faktor produksi pertanian. Sifat khusus tanah, antara lain:

11
a. Relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya,
b. Distribusi penguasaan di masyarakat tidak merata.
Tanah yang biasa digunakan untuk usahatani adalah tanah pekarangan,
tegalan, ataupun sawah. Tanah yang dapat dikelola tersebut dapat diperoleh
dengan cara membeli, menyewa, menyakap, pemberian Negara, warisan, wakaf,
atau dengan membuka lahan sendiri.
Berdasarkan luas kepemilikan lahan, petani dapat digolongkan menjadi
empat golongan, yaitu :
a. Golongan petani luas (> 2 hektar),
b. Golongan petani sedang (0,5-2 hektar),
c. Golongan petani sempit (< 0,5 hektar),
d. Golongan buruh tani (tidak memiliki lahan).
2. Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja manusia, tenaga kerja
hewan, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja hewan digunakan pada saat proses
pengolahan lahan. Untuk tenaga kerja manusia dibedakan lagi menjadi tenaga
kerja pria, tenaga kerja wanita, dan tenaga kerja anak-anak. Tenaga kerja ini dapat
berasal dari dalam maupun luar keluarga. Tenaga kerja dihitung dalam satuan Hari
Orang Kerja (HOK), yakni 8 jam kerja per hari. Satuan HOK sama dengan satuan
hari kerja pria. Terdapat perbedaan perhitungan satuan kerja bagi tenaga kerja
pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja anak. Yang dalam
Hernanto (1989), menyatakan bahwa perbedaan dalam perhitungan tenaga kerja
tersebut adalah:
1 pria = 1 hari kerja pria
1 wanita = 0,7 hari kerja
pria 1 ternak = 2 hari kerja
pria
1 anak = 0,5 hari kerja pria
3. Modal
Modal merupakan unsur usahatani yang penting. Pada usahatani yang
dimaksud dengan modal adalah tanah, bangunan-bangunan, alat-alat pertanian,
tanaman, ternak, bahan-bahan pertanian, piutang di bank, ataupun uang tunai.

12
Modal berupa uang tunai dapat disebut juga sebagai modal operasional, yaitu
modal yang dapat ditukarkan dengan barang modal lain seperti sarana produksi
dan tenaga kerja, bahkan untuk membiayai pengolahan. Modal dapat diperoleh
dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (bank/tetangga/keluarga), hadiah warisan,
dari usaha lain, dan kontrak sewa.
4. Pengelolaan (Manajemen)
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan,
mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai
sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang
diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari
setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya. Untuk dapat menjadi pengelola
yang berhasil, maka pemahaman mengenai prinsip teknis dan prinsip ekonomi
menjadi syarat bagi seorang pengelola. Pengenalan dan pemahaman prinsip teknis
meliputi: perilaku cabang usaha yang diputuskan, perkembangan teknologi,
tingkat teknologi yang dikuasai, daya dukung faktor yang dikuasai, serta cara
budidaya dan alternatif cara lain berdasarkan pengalaman orang lain. Sedangkan
pengenalan dan pemahaman prinsip ekonomis antara lain: penentuan
perkembangan harga, kombinasi cabang usaha, pemasaran hasil, pembiayaan
usahatani, penggolongan modal dan pendapatan, serta ukuran-ukuran keberhasilan
yang lazim.

Konsep Ekonomi
Fungsi Produksi

Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan


faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini
disebut dengan hubungan antara input dengan output (Suratiyah 2009). Nicholson
(2001) dalam Chaerningrum (2010) menyatakan bahwa dalam suatu kegiatan
usahatani keberadaan fungsi produksi memperlihatkan jumlah output yang
maksimal yang bisa diperoleh dengan menggunakan berbagai alternatif kombinasi
kapital dan tenaga kerja.
Soekartawi (2006) mendefinisikan fungsi produksi sebagai suatu fungsi
yang menggambarkan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan
13
variabel

14
yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan
variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis fungsi
produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan: Y = f (X1, X2, , Xn)

Y = output (hasil fisik)


X1, ..., Xn = input (faktor-faktor produksi).
Setiap input mempunyai kontribusi yang berbeda terhadap output
dibandingkan input lainnya dan setiap penggunaan input mempunyai konsekuensi
biaya. Untuk studi mengenai hubungan input-output dengan pendugaan fungsi
produksi, diperlukan spesifikasi mengenai faktor-faktor produksi yang digunakan
(Hotimah 2000).

Skala Produksi

Menurut Theory of Scale, semakin besar skala usaha pertanian maka akan
semakin efisien usahatani tersebut. Pengukuran skala usahatani salah satunya
adalah penguasaan lahan pertanian sebagai salah satu faktor produksi. Sehingga
dalam teori ini, semakin sempit lahan usaha maka akan semakin kurang efisien
usahatani tersebut (Daniel 2002).
Soekartawi dalam Harahap (2007), luas kepemilikan atau penguasaan
lahan yang ditanami sangat berhubungan dengan efisiensi usahatani dan juga
usaha pertanian, penggunaan input seperti pupuk, obat-obatan, bibit akan semakin
efisien bila luas lahan yang dikuasai dan ditanami semakin besar, disamping itu
penggunaan tenaga kerja juga lebih efisien karena sudah ada takaran dan
perhitungan menurut teknologi yang dipakai, namun sering juga ketidakefisienan
dalam penggunaan teknologi karena kurangnya manajemen yang terarah.
Penentuan skala usaha menjadi penting karena bertujuan agar perusahaan
dapat mengetahui sejauh mana usaha tersebut harus berproduksi berdasarkan
keadaan skala usaha yang dimilikinya. Skala usaha menunjukkan hubungan antara
biaya produksi rata-rata dengan perubahan dalam ukuran usaha. Suatu usaha
dikatakan mencapai skala ekonomis (economies of scale) apabila pertambahan

15
produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih rendah dan
dikatakan tidak mencapai skala ekonomis (diseconomies of scale) apabila
pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih tinggi.

Konsep Biaya Usahatani

Menurut Suratiyah (2009) terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan


untuk menghitung biaya dan pendapatan didalam usahatani yaitu pendekatan
nominal, pendekatan nilai yang akan datang, dan pendekatan nilai sekarang.
1. Pendekatan nominal
Pendekatan nominal tidak memperhitungkan nilai uang menurut waktu
tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga dapat langsung dihitung
jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses produksi.
2. Pendekatan nilai yang akan datang
Pendekatan ini memperhitungkan semua pengeluaran dalam proses
produksi dibawa ke nanti pada saat panen atau saat akhir proses produksi.
3. Pendekatan nilai sekarang
Pendekatan yang memperhitungkan semua pengeluaran dan penerimaan
dalam proses produksi dibawa ke saat awal atau sekarang saat dimulainya proses
produksi.
Menurut Hernanto (1989), Klasifikasi biaya penting dalam membandingkan
pendapatan untuk mengetahui kebenaran jumlah biaya yang tertera pada
pernyataan pendapatan (income statement). Ada empat kategori mengenai biaya,
yaitu:
1. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi. Besar kecilnya biaya tetap tidak tergantung kepada besar kecilnya
produksi. Yang termasuk biaya tetap adalah pajak tanah, pajak air, penyusutan
alat, dan bangunan pertanian.
2. Biaya variabel adalah biaya-biaya berubah. Besar kecilnya tergantung kepada
biaya skala produksi, misalnya biaya untuk pupuk, bibit, herbisida, biaya
panen, biaya pengolahan tanah, dan biaya tenaga kerja.
3. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar tunai.
Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa air dan pajak tanah, sedangkan untuk
16
biaya variabel antara lain biaya untuk pemakaian bibit, pupuk, obat-obatan, dan
tenaga luar keluarga.
4. Biaya tidak tunai meliputi biaya tetap dan biaya untuk tenaga kerja keluarga.
Sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain biaya panen dan
pengolahan tanah dari keluarga dan jumlah pupuk kandang yang dipakai.

Soekartawi (2006) menyatakan bahwa biaya usahatani biasanya


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).
Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besarnya biaya tetap tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak
tetap didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang diperoleh.
Menurut Soekartawi dkk. (1986) pengeluaran usahatani mencakup
pengeluaran tunai dan tidak tunai. Pengeluaran tunai atau biaya tunai usahatani
(farm payment) adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan
jasa bagi usahatani, tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.
Sedangkan pengeluaran total atau biaya total usahatani (total farm expenses)
adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam
produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Nilai barang dan jasa
untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit
harus dimasukkan sebagai biaya. Apabila di dalam usahatani menggunakan alat-
alat pertanian, maka harus dihitung penyusutannya dan dianggap sebagai
pengeluaran atau biaya. Penyusutan merupakan penurunan nilai inventaris yang
disebabkan oleh pemakaian selama tahun pembukuan.

Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani


dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Usahatani dikatakan menguntungkan
apabila pendapatan usahatani tersebut bernilai positif dan merugikan apabila
pendapatan usahatani bernilai negatif. Penerimaan usahatani adalah perkalian

17
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan total usahatani
(Total Farm Revenue) merupakan nilai produk total dalam jangka waktu satu
musim tanam baik yang dijual maupun dikonsumsi sendiri. Biaya usahatani adalah
semua nilai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk
dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani adalah selisih antara
penerimaan total dan pengeluaran total. Tujuan dilakukannya analisis pendapatan
usahatani adalah untuk membantu perbaikan pengolahan usahatani. Total biaya
yang dikeluarkan petani dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai
(diperhitungkan). Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan
atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai
diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan semua komponen biaya
yang dikeluarkan secara tunai oleh petani seperti pupuk, herbisida, biaya tenaga
kerja luar keluarga, dan pajak lahan. Sedangkan pendapatan usahatani berdasarkan
biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan seluruh biaya
yang dikeluarkan petani, termasuk biaya yang diperhitungkan seperti biaya bibit,
tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan, dan sewa lahan.
Perhitungan penerimaan, total biaya, dan pendapatan usahatani dapat
dituliskan secara matematis sebagai berikut:
TR = P × Q
TC = TVC + TFC
π = TR─ TC
π = PQ ─ (TVC + TFC)
Keterangan :
TR = penerimaan total petani nanas (Rp)
P = harga nanas (Rp)
Q = total produksi (Kg)
TC = biaya total usahatani nanas (Rp)
TFC = total fixed cost / total biaya tetap (Rp)
TVC = total variable cost / total biaya variabel (Rp)
π = pendapatan petani nanas (Rp)

18
Penyusutan alat-alat pertanian termasuk ke dalam biaya yang
diperhitungkan atau biaya tidak tunai. Penyusutan dapat dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus, yaitu biaya penyusutan yang dikeluarkan setiap
tahunnya relatif sama. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat
yang digunakan pada kegiatan usahatani nanas seperti cangkul, sabit, sprayer,
sarung tangan, ceret, dan ember. Rumus penyusutan yang digunakan adalah :
c−s
𝐷𝑝 = 𝑛
Keterangan :

Dp = penyusutan per tahun


c = nilai beli
s = nilai sisa
n = umur pemakaian barang
Pemakaian barang dapat diketahui dari hasil wawancara langsung dengan
petani dan juga dari penelitian terdahulu.

Analisis Efisiensi

Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis
efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang
dikeluarkan yaitu revenue cost rasio (R/C rasio). R/C rasio digunakan untuk
mengukur efisiensi usahatani dan keberhasilan dari suatu usahatani. Menurut
Soekartawi (2002), analisis R/C rasio merupakan selisih perbandingan (nisbah)
antara penerimaan dan biaya. R/C rasio yang dihitung dalam analisis ini terdiri
dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas biaya tunai dihitung
dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu
periode tertentu. R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara
penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis
R/C rasio menurut Soekartawi (2006) adalah:
R/C atas biaya tunai = TR / Biaya Tunai
R/C atas biaya total = TR / TC
Keterangan :

19
TR = total penerimaan usahatani nanas
(Rp) TC = total biaya usahatani nanas (Rp)
Nilai R/C rasio menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan
akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C rasionya. Suatu usahatani
dikatakan efisien dan menguntungkan apabila nilai R/C rasionya lebih dari satu
(R/C rasio > 1), semakin tinggi nilai R/C rasio berarti penerimaan yang diperoleh
semakin besar. Dan apabila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu (R/C rasio < 1)
maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan sehingga tidak efisien
jika dilakukan sedangkan apabila nilai R/C rasio sama dengan satu (R/C rasio = 1)
artinya usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi.

20
BAB IV

KESIMPULAN

4. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan
berdasarkan tujuan penulisan yaitu:
1. Kegiatan dilakasanakan kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan
antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga memperkuat posisi tawar
peternak, berkurangnya risiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada akhirnya
meningkatkan pendapatan peternak.
2. Dengan adanya kemitraan yang dijalankan antara Perusahaan Rajawali PS dan
peternak mitra memberikan dampak yang positif bagi kedua pihak. Manfaat
yang diterima peternak mitra adalah pelayanan dan bimbingan secara teknis
yang bertujuan untuk membantu peternak dalam mengefisiensikan sarana
produksi ternak yang digunakan untuk kelangsungan usaha beternak ayam
broiler. Berbeda halnya dengan peternak non mitra yang dirasa masih kurang
dalam mengefisiensikan penggunaan sarana produksi ternak. Kemitraan juga
berperan terhadap perbedaaan tingkat penerimaan yang diterima oleh peternak
mitra yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap pendapatan peternak
mitra.

4.2 Saran
Dari beberapa kesimpulaln diatas dapat di saran kan kepada:
1. Pembaca untuk menjadi ilmu pengetahuan dan menerapkan konsep kemitraan
di bidang usahatani nanas.
2. Kalangan akademisi, menjadi referensi masukan untuk melanjutkan penelitian
selanjutnya.
3. Pemerintah Kota Palagka Raya dalam hal ini diharapkan sebagai kebijakan
peningkatan produksi ternak ayam broiler dan sebagai solusi kebijakan
memenuhi kebutuhan daging ayam di pasar Kota Perawang
4. Masyarakat agar bisa lebih memahami keuntungan pelaksanaan kemitraan
yaitu meminumkan resiko kerugian maupun kendala pembiayaan

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Peternak plasma dan mandiri


https://id.wikipedia.org/wiki/Ayam_broiler. Diakases pada tanggal 24
april 2018.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Perawang. 2017. Kota Perawang dalam Angka
2017.
Keppres No. 22 tahun 1990. Pembinaan Usaha Peternak Ayam Ras. Jakarta.
Mei Yurin. 2010. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas (Laporan Study Grant).
Universitas Perawang. Perawang.

Murdiyanto E dan Kundarto M. 2002. Membangun Kemitraan Agribisnis Inovasi


Program Corporate Social Responsibility (CSR). Yayasan Bina Kartika
Lestari. Semarang.
Rizky Febridinia. 2010. Peranan Kemitraan Dalam Pendapatan
Peternak Ayam Broiler (Kasus : Kemitraan Ternak Cibinong Dengan Cv
Tunas Mekar Farm, Kecamatan Ciluar, Bogor, Jawa Barat). Institut
Pertanian Bogor (Ipb). Bogor.
Romdhoni, Edi. 2003. Analisis Pendapatan dan tingkat Kepuasan peternak
terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Ras di Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rustiani F, Sjaifudian H, Gunawan R. 1997. Mengenal Usaha Pertanian Kontrak:
(Contract Farming). Yayasan AKATIGA. Bandung.
Sumardjo, Sulaksana J, Darmono WA. 2004. Teori dan Praktik Kemitraaan
Agribisnis. Penebar Swadaya. Depok.
Rima Nastiti. 2013. Menjadi Milyader Budidaya Ayam Broiler. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai