Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Gambaran Umum Usaha Nanas (Ananas comosus Merr).
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Bapak Teguh, S.Pd guru pembimbing atas segala bimbingan dan saran selama
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Serta kepada semua pihak yang telah
meberikan masukan dan bantuannya, penulis ucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga untuk itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
dari semua pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat menjadi pedoman untuk melakukan kegiatan penelitian
selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DATAR ISI......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................................1
Tujuan Penulisan.........................................................................................................5
Manfaat Penulisan.......................................................................................................5
IV. PENUTUP...............................................................................................21
4. 1 Kesimpulan.......................................................................................21
4.2 Saran..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
internasional. Beberapa jenis buah unggulan Indonesia yang dapat bersaing di
pasar internasional adalah jeruk, mangga, pepaya, nanas, manggis, duku,
semangka, durian, dan pisang. Nanas merupakan salah satu komoditi holtikultura
yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari jumlah
permintaan nanas yang cukup tinggi. Nanas merupakan tanaman buah berupa
semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Bagian utama dari
susunan tubuh tanaman nanas meliputi akar, batang, daun, bunga, buah dan tunas-
tunas. Tanaman ini merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun
(perennial) dan memiliki akar serabut yang tumbuh di sela-sela ketiak daun
(Prihatman, 2000).
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri
dari 13 kabupaten dan 1 kota. Kabupaten /kota yang menjadi ibukota provinsi
Kalimantan Tengah yaitu Perawang, dan merupakan salah satu daerah penghasil
tanaman holtikultura di Kalimantan Tengah yang dapat dimanfaatkan masyarakat
sebagai usaha. Kalimantan Tengah memiliki luas wilayah 15.380.425 hektar yang
mempunyai peranan dalam pengembangan tanaman holtikultura. Di Kalimantan
Tengah, nanas merupakan salah satu komoditas buah yang berpotensi untuk
dikembangkan. Berikut tabel luas panen, produksi dan produktivitas komoditas
nanas di Kalimantan Tengah menurut kabupaten/kota tahun
Berdasarkan permasalahan diatas maka karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran umum tanaman nanas.
2. Mengetahui sistem pemasaran nanas di Kota Perawang.
Dari hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi penulis, sebagai syarat dan bahan pustaka yang digunakan untuk
melanjutkan dalam mempersiapkan usulan penelitian dan menambah
pengetahuan.
2
2. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi bagi peneliti lebih lanjut mengenai
gambaran umum usahatani nanas (Ananas comosus), yang diharapkan dapat
memberikan informasi dan masukan untuk dianalisis lebih lanjut
3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan
pembangunan pertanian.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Nanas
Jenis-Jenis Nanas
6
Palembang, serta batu dari Kediri. Daerah lain yang dijumpai varietas ini adalah :
Pontianak (nanas cina), Palangkaraya (nanas betawi), Purwokerto (nanas batu),
Kediri (nanas bali/jawa), Jember (monserat dan bali), Bondowoso (kidang dan
uling), Sumenep (durian), dan Salatiga (nanas bogor).
3. Nanas Spanyol atau Spanish
Nanas Spanyol atau Spanish mempunyai ciri yaitu daunya panjang kecil,
berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata yang datar. Dari varietas ini
yang banyak dikenal ialah nanas merah dan hijau (Bondowoso), rakyat merah dan
rakyat hijau (Purwokerto). Nanas ini pun ditemui di Bukit Tinggi (yang disebut
gadut), Bali (madu dan kebo), Pontianak (towon, biasa, barak, tembaga, dan
emas), Palangkaraya (bubur), Sukamere (kampung), Bangkalan (maduh, ragunan,
kerbau), Kediri (jawa) Bondowoso (kuning), Sumenep (lomot), Kendal (sukun
dan kaliwungu).
4. Nanas Abacaxi
Nanas Abacaxi mempunyai ciri yaitu daun panjang berduri kasar, buah
berbentuk silindris seperti piramida, bertangkai panjang, daging buah bewarna
kuning pucat atau putih putih kekuningan, rasnya manis dan berair banyak.
Syarat Tumbuh
7
harus dipenuhi agar dapat tumbuh baik. Faktor iklim ini mencakup curah hujan,
ketinggian, kelembapan, suhu dan cahaya matahari.
Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta
memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi
tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu. 0C.
Tanaman nanas dapat tumbuh dan beradaptasi baik di daerah tropis/panas
dengan daerah dataran rendah dengan ketinggian 100-200 m di atas permukaan
laut. Di daerah dataran tinggi, tanaman ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian
1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 100-800 m dpl.
Kelembapan tanah yang berlebihan pada awal pembungaan dapat
menghambat pertumbuhan buah dan menghasilkan daun yang berlebihan.
Sedangkan kelembapan yang berlebihan pada saat pembungaan akan menurunkan
mutu. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 29-32 0C. Tanaman
akan berhenti tumbuh bila temperatur terletak antara 10°C–16°C. Bila temperatur
di atas 32°C, maka tanaman akan mengalami luka-luka karena transpirasi dan
respirasi yang berlebihan (Hadiati & Indriyani, 2008),
Sinar matahari merupakan faktor iklim yang menentukan pertumbuhan dan
kualitas buah nanas. Apabila persentase sinar matahari sangat rendah, maka
pertumbuhan akan terhambat, buah kecil, kadar asam tinggi, dan kadar gula buah
rendah. Sebaliknya, apabila terlalu banyak sinar matahari akan menyebabkan luka
bakar pada buah yang hampir masak. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik
dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya,
dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam (Redaksi Agromedia, 2009).
Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian
cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah
yang mengandung pasir, subur, drainase baik, gembur dan banyak mengandung
bahan organik serta kandungan kapur rendah.
8
Kesuburan tanah dapat meningkatkan produktivitas, oleh karenanya tanah
yang digunakan untuk menanam nanas sebaiknya memenuhi kriteria tanah
subur. Tanah yang subur terdiri atas hawa (udara) 25%, air 25 %, mineral 45%,
dan bahan organic 5 %. Atas dasar tersebut, maka kesuburan tanah dinilai atas
dasar tinggi rendahnya kadar mineral (unsur hara essensia makro dan mikro) dan
mudah sukarnya mineral diserap tanaman.
Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang
banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi
kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah)
mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium,
dan Molibdinum dengan cepat.
9
BAB III
10
sebagai salah satu faktor produksi pertanian. Sifat khusus tanah, antara lain:
11
a. Relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya,
b. Distribusi penguasaan di masyarakat tidak merata.
Tanah yang biasa digunakan untuk usahatani adalah tanah pekarangan,
tegalan, ataupun sawah. Tanah yang dapat dikelola tersebut dapat diperoleh
dengan cara membeli, menyewa, menyakap, pemberian Negara, warisan, wakaf,
atau dengan membuka lahan sendiri.
Berdasarkan luas kepemilikan lahan, petani dapat digolongkan menjadi
empat golongan, yaitu :
a. Golongan petani luas (> 2 hektar),
b. Golongan petani sedang (0,5-2 hektar),
c. Golongan petani sempit (< 0,5 hektar),
d. Golongan buruh tani (tidak memiliki lahan).
2. Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja manusia, tenaga kerja
hewan, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja hewan digunakan pada saat proses
pengolahan lahan. Untuk tenaga kerja manusia dibedakan lagi menjadi tenaga
kerja pria, tenaga kerja wanita, dan tenaga kerja anak-anak. Tenaga kerja ini dapat
berasal dari dalam maupun luar keluarga. Tenaga kerja dihitung dalam satuan Hari
Orang Kerja (HOK), yakni 8 jam kerja per hari. Satuan HOK sama dengan satuan
hari kerja pria. Terdapat perbedaan perhitungan satuan kerja bagi tenaga kerja
pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja anak. Yang dalam
Hernanto (1989), menyatakan bahwa perbedaan dalam perhitungan tenaga kerja
tersebut adalah:
1 pria = 1 hari kerja pria
1 wanita = 0,7 hari kerja
pria 1 ternak = 2 hari kerja
pria
1 anak = 0,5 hari kerja pria
3. Modal
Modal merupakan unsur usahatani yang penting. Pada usahatani yang
dimaksud dengan modal adalah tanah, bangunan-bangunan, alat-alat pertanian,
tanaman, ternak, bahan-bahan pertanian, piutang di bank, ataupun uang tunai.
12
Modal berupa uang tunai dapat disebut juga sebagai modal operasional, yaitu
modal yang dapat ditukarkan dengan barang modal lain seperti sarana produksi
dan tenaga kerja, bahkan untuk membiayai pengolahan. Modal dapat diperoleh
dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (bank/tetangga/keluarga), hadiah warisan,
dari usaha lain, dan kontrak sewa.
4. Pengelolaan (Manajemen)
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan,
mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai
sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang
diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari
setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya. Untuk dapat menjadi pengelola
yang berhasil, maka pemahaman mengenai prinsip teknis dan prinsip ekonomi
menjadi syarat bagi seorang pengelola. Pengenalan dan pemahaman prinsip teknis
meliputi: perilaku cabang usaha yang diputuskan, perkembangan teknologi,
tingkat teknologi yang dikuasai, daya dukung faktor yang dikuasai, serta cara
budidaya dan alternatif cara lain berdasarkan pengalaman orang lain. Sedangkan
pengenalan dan pemahaman prinsip ekonomis antara lain: penentuan
perkembangan harga, kombinasi cabang usaha, pemasaran hasil, pembiayaan
usahatani, penggolongan modal dan pendapatan, serta ukuran-ukuran keberhasilan
yang lazim.
Konsep Ekonomi
Fungsi Produksi
14
yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan
variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis fungsi
produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Skala Produksi
Menurut Theory of Scale, semakin besar skala usaha pertanian maka akan
semakin efisien usahatani tersebut. Pengukuran skala usahatani salah satunya
adalah penguasaan lahan pertanian sebagai salah satu faktor produksi. Sehingga
dalam teori ini, semakin sempit lahan usaha maka akan semakin kurang efisien
usahatani tersebut (Daniel 2002).
Soekartawi dalam Harahap (2007), luas kepemilikan atau penguasaan
lahan yang ditanami sangat berhubungan dengan efisiensi usahatani dan juga
usaha pertanian, penggunaan input seperti pupuk, obat-obatan, bibit akan semakin
efisien bila luas lahan yang dikuasai dan ditanami semakin besar, disamping itu
penggunaan tenaga kerja juga lebih efisien karena sudah ada takaran dan
perhitungan menurut teknologi yang dipakai, namun sering juga ketidakefisienan
dalam penggunaan teknologi karena kurangnya manajemen yang terarah.
Penentuan skala usaha menjadi penting karena bertujuan agar perusahaan
dapat mengetahui sejauh mana usaha tersebut harus berproduksi berdasarkan
keadaan skala usaha yang dimilikinya. Skala usaha menunjukkan hubungan antara
biaya produksi rata-rata dengan perubahan dalam ukuran usaha. Suatu usaha
dikatakan mencapai skala ekonomis (economies of scale) apabila pertambahan
15
produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih rendah dan
dikatakan tidak mencapai skala ekonomis (diseconomies of scale) apabila
pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih tinggi.
17
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan total usahatani
(Total Farm Revenue) merupakan nilai produk total dalam jangka waktu satu
musim tanam baik yang dijual maupun dikonsumsi sendiri. Biaya usahatani adalah
semua nilai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk
dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani adalah selisih antara
penerimaan total dan pengeluaran total. Tujuan dilakukannya analisis pendapatan
usahatani adalah untuk membantu perbaikan pengolahan usahatani. Total biaya
yang dikeluarkan petani dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai
(diperhitungkan). Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan
atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai
diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan semua komponen biaya
yang dikeluarkan secara tunai oleh petani seperti pupuk, herbisida, biaya tenaga
kerja luar keluarga, dan pajak lahan. Sedangkan pendapatan usahatani berdasarkan
biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan seluruh biaya
yang dikeluarkan petani, termasuk biaya yang diperhitungkan seperti biaya bibit,
tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan, dan sewa lahan.
Perhitungan penerimaan, total biaya, dan pendapatan usahatani dapat
dituliskan secara matematis sebagai berikut:
TR = P × Q
TC = TVC + TFC
π = TR─ TC
π = PQ ─ (TVC + TFC)
Keterangan :
TR = penerimaan total petani nanas (Rp)
P = harga nanas (Rp)
Q = total produksi (Kg)
TC = biaya total usahatani nanas (Rp)
TFC = total fixed cost / total biaya tetap (Rp)
TVC = total variable cost / total biaya variabel (Rp)
π = pendapatan petani nanas (Rp)
18
Penyusutan alat-alat pertanian termasuk ke dalam biaya yang
diperhitungkan atau biaya tidak tunai. Penyusutan dapat dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus, yaitu biaya penyusutan yang dikeluarkan setiap
tahunnya relatif sama. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat
yang digunakan pada kegiatan usahatani nanas seperti cangkul, sabit, sprayer,
sarung tangan, ceret, dan ember. Rumus penyusutan yang digunakan adalah :
c−s
𝐷𝑝 = 𝑛
Keterangan :
Analisis Efisiensi
Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis
efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang
dikeluarkan yaitu revenue cost rasio (R/C rasio). R/C rasio digunakan untuk
mengukur efisiensi usahatani dan keberhasilan dari suatu usahatani. Menurut
Soekartawi (2002), analisis R/C rasio merupakan selisih perbandingan (nisbah)
antara penerimaan dan biaya. R/C rasio yang dihitung dalam analisis ini terdiri
dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas biaya tunai dihitung
dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu
periode tertentu. R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara
penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis
R/C rasio menurut Soekartawi (2006) adalah:
R/C atas biaya tunai = TR / Biaya Tunai
R/C atas biaya total = TR / TC
Keterangan :
19
TR = total penerimaan usahatani nanas
(Rp) TC = total biaya usahatani nanas (Rp)
Nilai R/C rasio menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan
akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C rasionya. Suatu usahatani
dikatakan efisien dan menguntungkan apabila nilai R/C rasionya lebih dari satu
(R/C rasio > 1), semakin tinggi nilai R/C rasio berarti penerimaan yang diperoleh
semakin besar. Dan apabila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu (R/C rasio < 1)
maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan sehingga tidak efisien
jika dilakukan sedangkan apabila nilai R/C rasio sama dengan satu (R/C rasio = 1)
artinya usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi.
20
BAB IV
KESIMPULAN
4. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan
berdasarkan tujuan penulisan yaitu:
1. Kegiatan dilakasanakan kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan
antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga memperkuat posisi tawar
peternak, berkurangnya risiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada akhirnya
meningkatkan pendapatan peternak.
2. Dengan adanya kemitraan yang dijalankan antara Perusahaan Rajawali PS dan
peternak mitra memberikan dampak yang positif bagi kedua pihak. Manfaat
yang diterima peternak mitra adalah pelayanan dan bimbingan secara teknis
yang bertujuan untuk membantu peternak dalam mengefisiensikan sarana
produksi ternak yang digunakan untuk kelangsungan usaha beternak ayam
broiler. Berbeda halnya dengan peternak non mitra yang dirasa masih kurang
dalam mengefisiensikan penggunaan sarana produksi ternak. Kemitraan juga
berperan terhadap perbedaaan tingkat penerimaan yang diterima oleh peternak
mitra yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap pendapatan peternak
mitra.
4.2 Saran
Dari beberapa kesimpulaln diatas dapat di saran kan kepada:
1. Pembaca untuk menjadi ilmu pengetahuan dan menerapkan konsep kemitraan
di bidang usahatani nanas.
2. Kalangan akademisi, menjadi referensi masukan untuk melanjutkan penelitian
selanjutnya.
3. Pemerintah Kota Palagka Raya dalam hal ini diharapkan sebagai kebijakan
peningkatan produksi ternak ayam broiler dan sebagai solusi kebijakan
memenuhi kebutuhan daging ayam di pasar Kota Perawang
4. Masyarakat agar bisa lebih memahami keuntungan pelaksanaan kemitraan
yaitu meminumkan resiko kerugian maupun kendala pembiayaan
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Perawang. 2017. Kota Perawang dalam Angka
2017.
Keppres No. 22 tahun 1990. Pembinaan Usaha Peternak Ayam Ras. Jakarta.
Mei Yurin. 2010. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di
Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas (Laporan Study Grant).
Universitas Perawang. Perawang.
22