Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PRODUKSI

PERTANIAN

OLEH :

NAMA: NURLINA ISMAIL


NPM : 04371811014

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE 2020
BABA I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nata de coco adalah makanan yang banyak mengandung serat selulosa kadar
tinggi yang bermanfaat bagi kelancaran pencernaan kita. Makanan ini berbentuk padat,
kokoh, kuat, putih, transparan, dan kenyal dengan rasa mirip kolang-kaling. Produk ini
banyak digunakan sebagai pencampur es krim, coktail buah, sirup, dan makanan ringan
lainnya. Kandungan kalorinya yang rendah, sangat tepat dikonsumsi sebagai makanan
diet. Penambahan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi nata de coco. Nata
de coco merupakan jenis makanan hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Acetobacter xylinum dalam pertumbuhan dan aktivitasnya membentuk nata
memerlukan suatu media yang tepat memiliki kandungan komponen-komponen yang
dibutuhkan sehingga produksi nata yang dihasilkan dapat secara optimal. Komponen
media nata yang dibutuhkan sebagai syarat media nata antara lain memiliki sumber
karbon dapat berupa gula, sumber nitrogen dapat berupa penambahan urea atau ZA,
mineral dan vitamin yang mendukung pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum. Pada
fermentasi nata kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh karena bakteri acetobacter
xylinum memiliki kondisi optimum lingkungannya untuk tumbuh baik itu suhu, pH,
cahaya, oksigen dan lain-lainnya.

B. TUJUAN PRATIKUM

Tujuan pratikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara pembuatan nata de coco


2. Analisis biaya yang di dapatkan dari pembuatan nata de coco
C. Manfaat pratikum

Pada praktikum kali ini bahan utama yang digunakan adalah air kelapa. Air
kelapa merupakan salah satu limbah yang bermanfaat dari bagian buah kelapa. Tapi
sangat disayangkan kebanyakan dari masyarakat kurang mengenal apa manfaat dari
air kelapa ini. Padahal air kelapa sangat banyak manfaatnya slah satunya adalah diolah
menjadi nata de coco. Harga bahan baku ini relatif sangat murah dan kadang-
kadangpun tidak ada harganya atau diberikn secara Cuma-Cuma. Selain itu di
indonesia sangat kaya akan kelapa sehingga apabila limbah air kelapa ini tidak
dimanfaatkan akan sangat rugi karena hasil yang di dapat dari produksi air kelapa yang
diolah menjadi nata de coco ini lumayan memuaskan kalau dilihat dari segi
ekonominya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada substrat yang
mengandung gula. Bakteri tersebut menyukai kondisi asam dan memerlukan nitrogen untuk
stimulasi aktifitasnya. Glukosa substrat sebagian akan digunakan bakteri untuk aktifitas
metabolisme dan sebagian lagi diuraikan menjadi suatu polisakarida yang dikenal dengan
“extracelluler selulose” berbentuk gel. Polisakarida inilah yang dinamakan nata (Suarsini 2010).

Nata de coco merupakan jenis makanan yang diperoleh melalui fermentasi


Acetobacter xylinum. Makanan ini berbentuk padat, putih, transparan dan kenyal seperti
kolang-kaling. Produk ini biasanya dijual dalam bentuk nata di dalam syrup atau dalam
jelly. Selain itu nata de coo juga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk audio
(Jumadi, 2015).

Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa yang saat ini mulai populer
dan digemari, sehingga permintaan pasar akan produk ini semakin meningkat. Hal ini merupakan
suatu peluang usaha yang sangat baik untuk dikembangkan khususnya pengolahan limbah air
kelapa sebagai media atau bahan baku pembuatan nata de coco (Wowor, Mufida, dan Rahman,
2007).

Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jely, berwarna putih
hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi air kelapa,
dan mulanya dibuat di Filipina. Nata de coco, dalam bahasa Spanyol berarti “krim
kelapa". Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata de coco dalam
bahasa Spanyol karena Philipina pernah menjadi koloni Spanyol. Nata de coco adalah
hasil olahan air kelapa. Kandungan gula dalam air kelapa mengalami fermentasi berkat
bantuan bakteri Acetobacter Xylinum. Ai r kelapa sendiri mengandung mineral dan
vitamin yang bermanfaat bagi tubuh. Nata de Coco mempunyai banyak nilai gizi
(Kristianingrum, 2004).

Sebetulnya, nata de coco dapat diusahakan bukan hanya dari air kelapa, tetapi
juga dari berbagai jenis bahan yang mengandung gula, protein, dan mineral. Seperti
misalnya sari buah–buahan, sari kedelai, dan bahkan air gula. Oleh sebab itu, nama
nata dapat bermacam–macam sesuai dengan bahan yang digunakan. Namun, diantara
beberapa jenis bahan yang dapat digunakan, air kelapa merupakan bahan yang paling
ekonomis, mengingat air kelapa hanyalah bersifat sebagai limbah dari buah kelapa.
(Wowor, Mufida, dan Rahman, 2007).
Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah yang
mengandung glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat dan benang-benang
selulosa. Lama-kelamaan akan terbentuk suatu massa yang kokoh dan mencapai
ketebalan beberapa sentimeter. Selulosa yang dikeluarkan ke dalam media itu berupa
benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk jalinan
yang terus menebal menjadi lapisan nata. Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat
membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan
Karbon (C) dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian,
bakteri tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula
menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air
kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya
nampak padat berwarna putih hingga transparan (Purnomo, 2012).

BAB III
METODE PRATIKUM

A. Waktu dan tempat

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Desember 2019


Waktu : Pukul 13.00-15.40
Tempat : Laboratorium
B. Alat dan bahan

a). Alat

1). Panci
2). Kompor
3). Pengaduk
4). Loyang / baskom
5). Timbangan
6). Gelas ukur
7). Koran
8). Tali / solatip

b). Bahan

1). Air kelapa


2). Asam cuka
3). Gula
4). ZA/NPK
5). Tauge
6).Bakteri starter Acclobacter xylium
C. Prosedur kerja

1. Masak air kelapa 1 liter dalam panic sampai benar-benar mendidih. Setelah itu
tambahkan 100 gram gula pasir, 2 gram tauge (1 gram ZA/NPK) dan 10 ml
cuka. Aduk sampai larut dan matikan api, saring ampas tauge lalu tuang di
atas Loyang datar supaya cepat dingin.
2. Usahakan mengatur agar tinggi air rebusan dalam Loyang sekitar 1,5-2 cm
agrar ketebalan nata de coco bagus dan optimal. Setelah dingin, campurkan
±20 ml stater dalam Loyang lalu aduk sampai rata.
3. Tutup rata Loyang dengan koran bersih yang sudah di jemur di terik matahari.
Lakban tepihnya supaya benar-benar rapat. Simapan Loyang dalam suhu
ruangan selama 7-10 hari. Jangan di buka sebelum waktunya supaya
fermentasi nata de coco bisa berhasil.
4. Setelah masa fermentasi selesai, buka tutup koran tadi. Bilas 3 kali dengan air
bersih supaya bau asamnya hilang. Setelah itu rendam lagi nata de coco dalam
air bersih selama 2 hari supaya baud an rasa asamnya hilang. Ingat ganti air
rendaman setiap hari supaya hasilnya maksimal
5. Terakhir, angkat nata de coco yang sudah di rendam dalam potongan dadu
kecil lalu rebus dengan air bersih sampai mendidih. Agar lebih nikmat, buat
rebusan gula dan air sampai mendidih. Matikan api dan angkat, setelah itu
masukan potong nata de coco diamkan selama setenga hari agar manisnya
meresap. Nata de coco telah siap
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan
B. Pembahasan

1. Pembuatan Starter Nata de Coco

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka pembuatan starter Nata de Coco
pada kelompok kami tidak berhasil dilakukan. Dimana starter yang dibuat tidak
menunjukkan adanya penggumpalan pada bagian permukaan cairan. Ada banyak
factor yang dapat dmempengaruhi hal tersebut. Pertama bisa saja disebabkan karena
kurang sterilnya wadah yang digunakan sehingga menyebabkan terjaadinya
kontaminasi pada starter yang dibuat. Kedua keadaan wadah yang terlalu tertutup
sehingga mungkinkan proses metabolisme yang dillakukan oleh bakteri terganggu
dalam artian kurang suplay oksigen. Dan ketiga bisa saja starter yang digunakan
kurang baik atau sudah lama. 

Agar bakteri Acetobacter xilynum dapat bekerja dengan baik, yaitu mengubah
glukosa menjadi selulose atau dalam pembentukan lapisan nata maka yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan nata de coco yaitu kondisi peralatan serta ruangan yang
cukup steril. Apabila kondisi ruangan kurang steril sehingga memungkinkan sirkulasi
udara berjalan seperti biasa maka peluang untuk terjadinya kontaminasi pada nata
yang diproduksi cukup besar, begitu pula jika peralatan yang digunakan kurang steril
maka juga dapat menimbulkan kontaminasi (kerusakan pada lapisan nata yang
diproduksi) (Anonim1,2012).

2. Pembuatan Nata de Coco

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka pembuatan Nata de Coco pada
kelompok kami tidak berhasil dilakukan. Sama dengan pembuatan starter, cairan yang
dibuat tidak menunjukkan adanya penggumpalan pada bagian permukaan cairan. Hal
ini disebabkan karena bahan yang digunakan dengan starter sama. Penyebabnya
diperkirakan karena kurang sterilnya wadah yang digunakan sehingga menyebabkan
terjaadinya kontaminasi pada starter yang dibuat. Atau bahan bahan yang digunakan
komposisinya tidak bagus dan keadaan wadah yang terlalu tertutup sehingga mungkin
mempengaruhi pertumbuhan bakterinya. 
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Nata de coco adalah suatu krim yang berasal dari air kelapa yang mengandung glukosa
dan serat, serta nitrogen yang difermentasi oleh bakteri Acetobacter xilynum.
Penambahan gula pada proses pembuatan nata adalah sebagai sumber karbon dan glukosa
untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum, sedangkan proses penambahan ZA pada proses
pembuatan nata adalah sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhan Acetobacter
xylinum.
2. Proses pembuatan starter nata de coco menggunakan starter yang telah ada sebelumnya
dengan menambahkan air kelapa baru sebagai medium yang diperbaharui.
B. Saran
1. Sebaiknya pada praktikum, praktikan harus benar memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi agar proses fermentasi nata de coco tersebut dapat
memberikan hasil yang optimum. 
2. Sebaiknya pada praktikum pembuatan nata de coco ini, asisten menjelaskan faktor-faktor
yang biasa menjadi penghambat pada proses pembuatan nata de coco pada pengalaman
membimbing mereka sebelumnya, sehingga segala hambatan yang memungkinkan terjadi
dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai