Anda di halaman 1dari 41

ARTIKEL

PERPAJAKAN PADA SEKTOR USAHA KOS-KOSAN DI KOTA MATARAM

IRA OKTAVIOLA SARI


A1C015058

S1 AKUNTANSI REGULER PAGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2022
PERPAJAKAN PADA SEKTOR USAHA KOS-KOSAN DI KOTA MATARAM

Ira Oktaviola Sari


iraoktaviolasari25@gmail.com
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Intan Rakhmawati
intanrakhmawati@unram.ac.id
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Bq. Anggun Hilendri Lestari


anggunhilendri@unram.ac.id
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak kos dan rumah kontrakan dalam
mematuhi peratura yang berlaku di Kota Mataram khususnya Kelurahan Gomong dan Kekalik
yang di dasarkan pada teori kepatuhan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan pendekatan naturalistik penomenologis. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Insidential sampling dilakukan karena populasi sampel belum diketahui,
Purposive Convenience Sampling dilakukan berdasarkan sampel yang sudah diketahui dan
ditentukan namun memiliki karakteristik tertentu dan Sampling jenuh, Sampling jenuh
digunakan ketika 2 cara tersebut tidak bisa digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemilik kos dikategorikan tidak patuh terhadap peraturan yang berlaku, dilihat dari masih
banyaknya pemilik kos dan pemilik rumah kontrakan yang belum memiliki NPWP sebagai
identitas pajaknya. Hal ini disebabkan karena tingkat kesadaran yang rendah dari wajib pajak,
pengetahuan dan pemahaman, kejelasan isi dari regulasi yang hanya menjelaskan dasar
pengenaan pajak hanya kamar kos yang memiliki jumlah lebih dari 10 kamar, keadilan tarif
pajak yang disamakan dengan pajak Hotel, kurangnya sosialisasi yang dilakukan secara
menyeluruh oleh pemerintah daerah sehingga membuat kesimpangsiuran informasi yang
didapatkan oleh pemilik kos, kualitas pelayanan yang diberikan masih sangat kurang karena
belum dilakukannya pendataan pada tiap-tiap kos yang di nilai masuk dalam kategori kena
pajak serta sanksi yang ada di nilai kurang dalam memberikan efek jera kepada wajib pajak
yang lalai akan kewajiban perpajakannya. Hal inilah yang kemudian dijadikan celah bagi wajib
pajak tidak patuh terhadap peraturan yang berlaku.
Kata kunci : Teori Kepatuhan, Pajak Kos, Pajak Rumah Kos, Kepatuhan Wajib Pajak.

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the compliance of the taxpayers of boarding houses
and rented houses in complying with the regulations in force in the city of Mataram,
especially the Gomong and Kekalik villages which are based on compliance theory. This
type of research is descriptive qualitative using a naturalistic phenomenological approach.
The sample used in this study is incidental sampling because the sample population is
unknown, purposive convenience sampling is carried out based on samples that are known
and determined but have certain characteristics and saturated sampling, saturated sampling is
used when the two methods cannot be used. The results showed that the boarding house
owners were categorized as not complying with the applicable regulations, seen from the
2
number of boarding house owners and rented house owners who did not have a NPWP as
their tax identity. This is due to the low level of awareness of taxpayers, knowledge and
understanding, clarity of the contents of the regulation which only explains the basis of tax
imposition, only boarding rooms that have more than 10 rooms, fairness of tax rates that are
equated with hotel taxes, lack of socialization carried out thoroughly by the local government
so as to create confusion in the information obtained by the owner of the boarding house, the
quality of service provided is still very lacking because no data collection has been carried
out on each boarding house which is considered to be in the taxable category and the existing
sanctions are considered less in providing a deterrent effect taxpayers who are negligent of
their tax obligations. This is then used as a gap for taxpayers to not comply with applicable
regulations.
Keywords: Compliance Theory, Boarding Tax, Boarding House Tax, Taxpayer
Compliance.

PENDAHULUAN

Pajak indekos atau yang biasa disebut pajak kos adalah pajak yang dibayarkan apabila pemilik
usaha kos-kosan memiliki jumlah kamar lebih dari 10 yang ditentukan oleh Undang-undang.
Pemungutan pajak kos sudah berjalan selama 5 tahun di Kota Mataram, sejak diberlakukannya
Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel kategori kos-kosan dan mulai
diterapkan sejak tahun 2014 yang disampaikan oleh Kassubid Badan Keuangan Daerah.
Penerimaan pajak kos seharusnya cukup berpotensial, tetapi dari hasil pemungutannya ternyata
pajak kos tidak optimum, dinyatakan oleh Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota
Mataram. Hal tersebut disebabkan karena masih ada pemilik kos yang tidak mengetahui perihal
pemungutan tersebut. (https://www.suarantb.com, 26 September 2019).

Terkait dengan pernyataan tersebut peneliti juga melakukan wawancara awal dengan kepala
Lurah Gomong dan Kekalik yang memliki jumlah properti kos terbanyak di Kota Mataram
untuk mengetahui kebenaran yang ada dilapangan bahwa para pemilik kos-kosan banyak yang
belum mengetahui adanya pemungutan pajak kos, hal ini dilihat dari jumlah pemilik kos yang
sudah melaporkan usaha kosnya dinilai belum maksimal. Berdasarkan data jumlah kos-kosan
di wilayah Kelurahan Gomong sudah melaporkan usaha kosnya ke kantor Kelurahan sebanyak
106 kos-kosan dengan jumlah kamar yang lebih dari 10 kamar hanya 31 kos-kosan, sedangkan
yang kurang dari 10 kamar berjumlah 75 kos-kosan. Akan tetapi jumlah yang ada di lapangan
berbeda dengan jumlah data yang peneliti dapatkan, menurut pengamatan peneliti jumlah kos-
kosan yang ada di Kelurahan Gomong lebih dari 200 kos-kosan, sedangkan di Kelurahan
Kekalik tidak ada wajib pajak kos yang melaporkan usahanya ke kantor Kelurahan setempat.
Hal ini menjadi Fakta yang menarik perhatian peneliti terjadinya ketidakmerataan proses
pelaporan usaha kos, mengingat kemungkinan terdapat pemilik kos yang menyewakan kamar
kos lebih dari 10 kamar sudah ada di Kota Mataram.

Berdasarkan pengamatan pra penelitian yang peneliti lakukan, pemungutan pajak sesuai
dengan Perda Nomor 11 tahun 2018 tentang Pajak Hotel kategori Kos-kosan di wilayah Kota
Mataram masih belum merata yang disebabkan oleh kesadaran wajib pajak dalam melaporkan
usaha kosnya. Mengingat ada juga wajib pajak yang sudah mengetahui tentang adanya
pemungutan pajak kos, namun seakan menutup-nutupi kebenaran. Hal ini juga terjadi pada
kelurahan Kekalik yang menjadi subyek penelitian, misalnya dengan mengatakan bahwa
jumlah kamar yang dimiliki tidak lebih dari 10, ada juga yang memiliki jumlah kamar 10
namun mengelak bahwa jumlah kamar yang disewakan hanya 6 kamar.

Hal tersebut menyebabkan BKD Kota Mataram mengalami kesulitan dalam mendata wajib
3
pajak kos. Inilah yang membuat BKD menginginkan peninjauan kembali soal regulasi di dalam
perda, sebab perda yang ada dinilai belum efektif dalam memberikan sumbangan kontribusi
pada pemerintah dan belum dijalankannya sanksi yang tegas pada kurangnya kepatuhan
masyarakat tersebut. Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Sugiarto (2017) dimana
pelaksanaan pajak kos belum berjalan secara maksimal disebabkan aspek pelaksanaan
kebijakan yang belum memadai seperti kurangnya petunjuk teknis dan rendahnya partisipasi
wajib pajak.

Masalah yang kemudian timbul adalah pelaksanaan peraturan ini terkesan belum berjalan
sesuai ketentuan. Belum terbentuk pemahaman antara pihak pembuat peraturan yaitu
pemerintah daerah dan pihak yang menjalankan peraturan (pemilik kosan), juga belum
terbentuknya pemahaman tidak hanya antar pemerintah daerah dengan pemilik kos saja, namun
juga dengan kantor kelurahan. Jadi antara tiga pihak, koordinasi dan pemikirannya belum
sejalan. Selain itu, Kelurahan update datanya tidak baik, tidak pernah memeriksa, padahal
seharusnya tanpa pemeriksaan pun, terlihat banyak sekali rumah kontrakan di daerah Gomong
dan Kekalik. Sosialisasi seputar pemungutan pajak juga sejauh ini masih belum mampu
menunjukkan eksistensi yang ada di dalam Perda. Alasan yang mendasari juga tentang
ketentuan batas minimal jumlah kamar kos yang tergolong wajib pajak dijadikan celah bagi
pengusaha kamar kos untuk tidak melapor.

Penelitian ini juga akan dilakukan pada rumah kos yang dikontrakkan guna mengetahui apakah
pihak penyewa merupakan wajib pajak yang sudah bekerja dan memiliki NPWP, sehingga
pihak penyewa tersebut wajib melaporkan bukti pembayaran dari hasil penyewaan rumah
kontrakan tersebut kepada perusahaan tempatnya bekerja. Kemungkinan juga ada perusahaan
yang menyediakan rumah kontrakkan untuk memfasilitasi pegawainya, sehingga terjadi
transaksi langsung antara perusahaan dengan pemilik kos. Rumah kos yang dikontrakkan
masih terbilang belum ada yang melapor pada Kelurahan setempat sama halnya seperti indekos
yang kemungkinan sistem pembayaran menjadi penyebab wajib pajak kos dan rumah kos yang
dikontrakkan malas dalam membayar pajak karena menggunakan self assessment system yang
memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk mengisi formulir dan menghitung pajak
sendiri, melaporkan serta membayar sendiri langsung ke kantor pelayanan pajak. Menurut
dugaan peneliti, dikarenakan sistem pemungutan pajak kos yang bersifat wajib pajak aktif,
sementara fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi, yang menjadi masalah banyak wajib
pajak yang dapat menghindar dari pelaporan kepemilikan kos. padahal fiskus seharusnya juga
dapat mengecek datanya dari awal.

Permaslahan tersebut akan tetap berlanjut apabila tidak segera ditangani. Oleh karena itu
dibutuhkan kerjasama antara lembaga pemerintah dengan wajib pajak dalam mensukseskan
pemungutan pajak kos dan rumah kos yang dikontrakkan. Suksesnya pemungutan pajak bisa
dilihat dari kesadaran wajib pajak itu sendiri dalam mematuhi peraturan yang ada serta
dukungan sarana dan prasarana dari pemerintah daerah. Kurangnya partisipasi wajib pajak
dikarenakan wajib pajak merasa tidak pernah mengetahui adanya penyuluhan mengenai pajak
sehingga banyak wajib pajak yang belum mengetahui adanya pemungutan tentang pajak kos
dan pajak rumah kos yang dikontrakkan.

Alasan peneliti mengambil lokasi di 2 kelurahan adalah karena lingkungan Kelurahan Gomong
dan Kekalik merupakan Kelurahan yang memiliki properti kos terpadat dan juga rumah kos
yang dikontrakkan. Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan dengan Kepala Kelurahan
Gomong dan Kekalik bahwa terdapat ketidakmerataan laporan ijin usaha kos-kosan dan rumah
kos yang dikontrakkan. Pentingnya penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana wajib pajak
patuh dalam melaporkan dan membayar pajaknya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan tema perpajakan pada sektor usaha kos-kosan di Kota
4
Mataram.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Kepatuhan

Teori kepatuhan (compliance theory) merupakan teori yang menjelaskan suatu kondisi dimana
seseorang taat terhadap pemerintah atau aturan yang diberikan. Menurut Tahar dan Rachman
(2014), kepatuhan mengenai perpajakan merupakan tanggung jawab kepada Tuhan, bagi
pemerintah dan rakyat sebagai wajib pajak untuk memenuhi semua kegiatan kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak merupakan perilaku
yang didasarkan pada kesadaran seorang wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya
dengan tetap berlandaskan pada peraturan perundanh-undangan yang telah ditetapkan.

Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku.
Pengertian kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib
Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”
(Rahman, 2010:32). Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 554/KMK.04/2000
menyatakan bahwa kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peratutaran perundang-undangan dan
peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Dari pernyataan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Sikap wajib
pajak yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai warga negara bukan hanya sekedar takut
akan sanksi dari hukum pajak yang berlaku, serta wajib pajak yang menyampaikan surat
pemberitahuan dengan tepat waktu.

Bentuk Kepatuhan Wajib Pajak

Tentang kepatuhan wajib pajak menurut Rahayu (2010:138), terdapat dua macam jenis
kepatuhan wajib pajak yaitu sebagai berikut:
a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara
formal sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak secara formal dapat dilihat dari aspek kesadaran wajib pajak dalam
mendaftarkan diri, kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang dengan
tepat waktu, serta kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT, serta tidak
menunggak membayar pajak.
b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif (hakekat)
memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai dengan isi undang-undang
perpajakan. Kepatuhan material dapat juga mengikuti kepatuhan formal. Jadi wajib pajak
yang memenuhi kepatuhan material dalam mengisi SPT , adalah wajib pajak yang mengisi
dengan jujur, baik dan benar atas SPT tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang perpajakan dan menyampaikan ke Instansi Pajak sebelum batas waktu.

Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut :


a. Tingkat pendidikan wajib pajak
Tingkat pendidikan yang tinggi akan menyebabkan wajib pajak lebih mudah memahami

5
ketentuan dan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
Pendidikan yang rendah juga akan tercermin dari masih banyaknya wajib pajak khususnya
wajib pajak kos yang tidak melakukan pendaftaran ijin usaha kosnya. Tingkat pendidikan
rendah juga akan berpeluang bagi wajib pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan
karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang berlaku.

b. Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan


Sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai kesadaran
dan patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam undang-undang perpajakan
berupa sanksi administrasi (denda dan bunga) dan sanksi pidana. Adanya sanksi perpajakan
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
c. Kesadaran wajib pajak
Kesadaran wajib pajak adalah keadaan dimana wajib pajak mengetahui dan mengerti
perihal pajak. Kesadaran wajib pajak sangat diperlukan, apabila wajib pajak telah sadar
untuk membayar pajak maka kepatuhan wajib pajak akan terpenuhi, sehingga pembayaran
pajak akan terus mengalami peningkatan dan tidak ada lagi wajib pajak yang mengelak
membayar pajaknya.
d. Pengetahuan dan Pemahaman terhadap ketepatan membayar pajak
Pengetahuan dan pemahamana perpajakan merupakan proses dimana wajib pajak
memahami tentang perpajakan kemudian menerapakan pengetahuan tersebut untuk
membayar pajak (Resmi, 2009). Persepsi wajib pajak dalam menentukan perilakunya
berkaitan erat dengan pengetahuan dan pemahaman wajib pajak itu sendiri terhadap
peraturan perpajakan, maka mereka akan mampu menentukan perilaku lebih baik sesuai
dengan peraturan yang ada. Wajib pajak akan secara sadar dan sukarela memenuhi
kewajiban perpajakannya tanpa ada unsur keterpaksaan sama sekali.
e. Kualitas pelayanan dari petugas pemerintah
Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan,
kelancaran, dan kepastian hokum. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan
memberikan pelayanan memuaskan dan dapat memberikan tanggapan, kemampuan,
kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dapat dimiliki oleh aparat.

Sistem Pemungutan Pajak Kos

Sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia adalah self assessment system, salah
satunya pajak kos dimana sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.
b. wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Inilah yang kemudian menjadi alasan wajib pajak kos malas untuk membayar pajak, karena
sistem pemungutanya bersifat wajib pajak aktif, sementara fiskus tidak ikut campur dan hanya
mengawasi, yang menjadikan masalah banyak wajib pajak yang dapat menghindar dari
pelaporan kepemilikan kos yang dianggap rumit. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
sistem pembayaran secara online agar memudahkan wajib pajak untuk membayar tanpa harus
datang langsung ke kantor pelayanan pajak. Karena sistem ini lebih efisien dan memudahkan
wajib pajak karena bisa di akses melalui android, sistem online ini disebut e-Billing.

e-Billing pajak menurut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah metode pembayaran pajak
secara elektronik menggunakan kode billing. Billing sistem merupakan sistem yang
6
menerbitkan kode billing untuk pembayaran atau penyetoran penerimaan Negara secara
elektronik. Sistem e-Billing akan membimbing pengguna mengisi Surat Setoran Pajak (SSP)
elektronik dengan tepat dan benar sesuai dengan transaksi yang ingin dituntaskan. Sementara,
kode billing adalah deretan kode unik yang diperoleh dari e-Billing dan digunakan sebagai
kode pembayaran. Jadi, secara sederhana, fungsi e-Billing adalah untuk membantu wajib pajak
membuat surat setoran elektronik dan mendapatkan kode billing untuk membayar pajak.

Perbedaan Pajak Kos dan Pajak Rumah Kos yang Dikontrakkan

Pajak kos dan pajak rumah kos yang dikontrakkan memiliki persamaan yaitu besarnya tarif
yang di pungut sebesar 10%. Tetapi bila dilihat dari perbedaannya ditentukan oleh minimal
kamar pada rumah kos tersebut. Pajak kos adalah pajak yang dibayarkan oleh pemilik kos yang
memiliki bangunan dengan jumlah kamar lebih dari 10 kamar sesuai dengan Peraturan Daerah
Kota Mataram Nomor 11 tahun 2018 tentang Pajak Hotel kategori kos-kosan. Sedangkan pajak
atas rumah kos yang dikontrakkan adalah pajak yang dibayarkan atas penghasilan dari
persewaan tanah dan atau bangunan sesuai dengan yang ada dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 yang bersifat final. Dalam peraturan tersebut tidak
ada jumlah minimal kamar yang disebutkan, tetapi dilihat dari persewaan tanah dan/ bangunan
secara utuh, inilah yang menjadi perbedaan dari pajak kos dan PPh Final pasal 4 ayat (2).
Dalam penelitian ini penjelasan mengenai pajak rumah kos yang dikontrakkan diuraikan agar
tidak terjadi kesalahan persepsi antara pajak kos dengan pajak rumah kos yang dikontrakkan.
Selain itu juga agar tidak terjadi double tax income karena peraturan mengenai pajak kos dan
pajak rumah kos sudah jelas perbedaan pemungutannya.

Pajak Kos

Pajak kos adalah pajak yang dibayarkan oleh pemilik kos yaitu orang pribadi atau badan yang
memiliki bangunan dengan jumlah kamar lebih dari 10 kamar yang disewakan kepada pihak
lain sebagai tempat tinggal dan mengenakan pembayaran sebagai imbalan dalam jumlah
tertentu (umumnya dalam jangka waktu satu bulan). Atas penghasilan dari persewaan kamar
kos tersebut, pemilik kos dikenakan pajak yang berlaku berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Mataram Nomor 11 tahun 2018 tentang Pajak Hotel. Pajak kos adalah salah satu dari kategori
pajak hotel, sehingga besaran tarif pajak kos sesuai dengan pajak hotel yaitu sebesar 10%.
Perda tersebut hanya menyatakan rumah kos yang terkena pajak yaitu kos dengan kamar lebih
dari 10, tidak ada penjelasan detail tentang bagaimana bentuk fisik kos yang dimaksud atau
terdapat pelayanan dan fasilitas apa saja pada kos tersebut.

Besaran pokok pajak dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan
pajak. Secara umum perhitungan pajak kos dirumuskan sebagai berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= 10% x Jumlah bruto nilai persewaan

Sumber : Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 11 Tahun 2018

Pada dasarnya pengenaan pemungutan pajak kos termasuk dalam dasar hukum yang terkait
pelaksanaan pemotongan Pajak Hotel antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
2. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2018.
3. Peraturan Walikota Mataram Nomor 4 Tahun 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan
7
Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel.

Pajak Rumah Kos yang Dikontrakkan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan rumah kos tersebut,
pemilik rumah kos dikenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari
persewaan tanah dan/atau bangunan yang bersifat final. Dalam peraturan tersebut tidak ada
jumlah minimal kamar yang disebutkan, tetapi dilihat dari tanah dan/atau bangunan secara
utuh. Subjek pajak persewaan tanah dan/atau bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh penghasilan dari persewaan atas tanah dan/atau bangunan tersebut.
Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) = 10% x jumlah bruto nilai persewaan

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2017

Jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh
penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau
bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya
fasilitas lainnya. Dasar hukum yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas
penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan adalah:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2017 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No 5 Tahun 2002.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP227/PJ./2002 tentang Tata Cara
Pemotongan dan Pembayaran, serta Pelaporan Pajak Penghasilan dari Persewaan Tanah
dan/atau Bangunan.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 tentang Pelaksanaan
Pembayaran dan Pemotongan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah
dan/atau Bangunan.

Rerangka Berpikir

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dapat disusun kerangka konseptual yang dapat
berfungsi sebagai penuntun sekaligus mencerminkan alur berpikir dalam penelitian ini sebagai
berikut :

8
Teori Kepatuhan

Pemungutan Pajak Kos

UU No. 28 Tahun 2009

Perda Kota Mataram Perwal Kota PP No. 34 Tahun


No. 11 Tahun 2018 Mataram No. 4 2017
Tahun 2009

Kepatuhan Formal Kepatuhan Material

- Kesadaran wajib pajak - Tingkat pendidikan wajip pajak


- Kualitas pelayanan - Persepsi wajib pajak terhadap sanksi
dari petugas pemerintah perpajakan
- Pengetahuan dan Pemahaman terhadap
kepatuhan membayar pajak

Faktor Penghambat

-Wajib pajak banyak yang belum terdaftar


-Kurangnya pemahaman wajib pajak
-Kurangnya kesadaran wajib pajak
-Ketidakjelasan isi regulasi perpajakan

Wajib pajak patuh/tidak

9
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan


naturalistik penomenologis. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir,
2014:43). Penelitian kualitatif yakni penelitian yang alamiah dan dilakukan dengan
metode yang alamiah pula. Dipilihnya metode deskriptif pada penelitian ini didasarkan
pada alasan bahwa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yakni bagaimana
perpajakan pada sektor usaha kos-kosan di Kota Mataram yang memerlukan sejumlah
data lapangan yang bersifat aktual dan konseptual.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data Kualitatif
adalah data informasi yang berbentuk kalimat verbal yang bukan berupa symbol,
angka, atau bilangan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
untuk peneliti untuk mendapatkan data mengenai obyek yang akan dapat langsung dari
populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono (2017:137), sumber data dibedakan menjadi
dua yaitu data primer dan data sekunder.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah kos-kosan yang
memiliki jumlah kamar 10 ke atas dan rumah kos yang dikontrakkan yang ada di Kota
Mataram. Guna efisiensi waktu dan biaya, maka tidak semua wajib pajak tersebut
menjadi obyek dalam penelitian ini. Oleh karena itu pengambilan sampel disesuaikan
dengan informasi yang peneliti dapatkan melalui wawancara awal dengan Kepala
Kelurahan Gomong dan Kekalik bahwa terdapat ketidakmerataan pendaftaran ijin
usaha yang disebabkan pemilik kos seakan tertutup bila dimintai keterangan, padahal
lingkungan Kelurahan Gomong dan Kekalik merupakan lokasi terdapat properti kos
terbanyak dan rumah kos yang dikontrakkan, sehingga pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode:
a. Insidential sampling
Insidential sampling dilakukan karena populasi sampel belum diketahui.
b. Purposive Convenience Sampling
Purposive Convenience Sampling dilakukan berdasarkan sampel yang sudah
diketahui dan ditentukan namun memiliki karakteristik tertentu.
c. Sampling jenuh
Sampling jenuh digunakan ketika 2 cara diatas tidak bisa digunakan.

Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

10
a. Angket (kuesioner)
Angket yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian pernyataan dan pertanyaan
tertulis mengenai suatu masalah atau bidang yang diteliti untuk memperoleh
informasi mengenai suatu masalah. Dalam memperoleh data tentang kepatuhan
wajib pajak yang ada di Kota Mataram khususnya lingkungan Kelurahan Gomong
dan Kekalik, angket disebarkan kepada responden (wajib pajak yang memiliki
jumlah kamar 10 ke atas dan rumah kos yang dikontrakkan).
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar
pertanyaan, wawancara dilakukan secara spontan pada responden yang memiliki
jawaban kurang jelas untuk memperjelas point-point pertanyaan dalam angket.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kepatuhan Wajib Pajak Kos

Penelitian ini membahas tentang kepatuhan wajib pajak di Kelurahan Gomong dan
Kekalik. Berikut hasil analisis dari kepatuhan wajib pajak di Kelurahan Gomong.
Kepatuhan wajib pajak adalah keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Sikap wajib pajak yang
memiliki rasa tanggung jawab sebagai warga negara bukan hanya sekedar takut akan
sanksi dari hukum pajak yang berlaku. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan dari
kuesioner yang disebarkan kepada pemilik usaha kos adalah sebagai berikut:

Descriptive Statistics G

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


X1 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X2 30 2.00 2.00 2.0000 .00000
X3 30 1.00 2.00 1.5667 .50401
X4 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X5 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X6 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X7 30 1.00 2.00 1.6000 .49827
X8 30 1.00 2.00 1.6000 .49827
X9 30 1.00 2.00 1.5667 .50401
X10 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X11 30 2.00 2.00 2.0000 .00000
X12 30 2.00 2.00 2.0000 .00000
X13 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
Valid N (listwise) 30

Descriptive Statistics K

11
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 33 1.00 2.00 1.7879 .41515
X2 33 1.00 2.00 1.8788 .33143
X3 33 1.00 2.00 1.8788 .33143
X4 33 1.00 2.00 1.8182 .39167
X5 33 1.00 2.00 1.8182 .39167
X6 33 1.00 2.00 1.8182 .39167
X7 33 1.00 2.00 1.8182 .39167
X8 33 1.00 2.00 1.7879 .41515
X9 33 1.00 2.00 1.8788 .33143
X10 33 1.00 2.00 1.6970 .46669
X11 33 1.00 2.00 1.7879 .41515
X12 33 1.00 2.00 1.7879 .41515
X13 33 1.00 2.00 1.6970 .46669
Valid N (listwise) 33

KEPATUHAN JUMLAH
Wajib Pajak Patuh (bayar pajak) 14
Wajib Pajak Tidak Patuh (tidak bayar pajak) 16

Berdasarkan hasil penelitian yang ada dalam tabel di atas bahwa pemilik kos
menyatakan sudah membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku sebanyak 14 wajib
pajak, setidaknya sudah melaksanakan kewajiban perpajakan seperti mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak yang memiliki jumlah kamar kos sebanyak lebih dari 10 kamar
(mempunyai NPWP sebagai identitas pajak), membayar tepat waktu, serta menghitung
jumlah pajak yang harus dibayarkan secara baik dan benar. Sisanya 16 wajib pajak
belum membayar, di lihat dari banyaknya wajib pajak yang belum mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak (belum memiliki NPWP sebagai identitas pajaknya), menghitung
besarnya pajak yang harus di bayarkan secara baik dan benar serta membayar pajak
tepat waktu. Hal ini disebabkan karena wajib pajak tidak mengetahui perihal
pemungutan pajak kos, karena belum ada pemberitahuan dari pemerintah daerah
secara resmi perihal pemungutan pajak kos seperti belum pernah diadakannya
sosialisasi kepada wajib pajak perihal pemungutan pajak kos, serta tidak dilakukannya
pendataan oleh petugas pajak dengan mendatangi tiap kos yang di nilai masuk dalam
kategori kena pajak.

Hal lainnya juga yang membuat pemilik kos tidak patuh terhadap peraturan yang
berlaku adalah kurangnya kesadaran dari pemilik kos sendiri perihal peraturan yang
berlaku, dimana wajib pajak ada yang sudah mengetahui perihal pemungutan pajak
kos, tetapi merasa enggan dalam membayar pajak, dengan alasan tarif yang ada di nilai
tidak adil dalam dasar pengenaan pajak karena disamakan dengan pajak hotel, jumlah
kamar juga menjadi alasan wajib pajak tidak patuh sehingga di sisni muncul
kecemburuan social mengenai jumlah kamar yang lebih dari 10 kamar saja yang

12
menjadi dasar pengenaan pajak.

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Mematuhi Peraturan yang Berlaku (Kelurahan Kekalik)

KEPATUHAN JUMLAH
Wajib Pajak Patuh (membayar pajak) 13
Wajib Pajak Tidak Patuh (tidak bayar pajak) 20

Berdasarkan hasil penelitian dalam tabel di atas bahwa pemilik usaha kos menyatakan
sudah membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku sebanyak 13 wajib pajak, di
lihat dari sikap wajib pajak yang merasa membayar pajak adalah suatu kewajiban yang
harus dipenuhi, serta wajib pajak tidak mau nantinya akan dikenakan sanksi suatu
ketika saat diadakannya pemeriksaan oleh petugas setempat. Sisanya 20 wajib pajak
lainnya tidak membayar pajak, karena merasa kos-kosan yang dimiliki tidak
memenuhi standar sebagai wajib pajak walaupun sudah berjumlah 10 kamar, tetapi
tidak menyediakan fasilitas layaknya Hotel. Sesuai pengetahuan yang dimiliki oleh
pemilik kos bahwa yang membayar pajak hanya kos yang memiliki jumlah kamar
lebih dari 10 sehingga terdapat perbedaan pendapat yang membuat wajib pajak tidak
patuh terhadap peraturan yang berlaku. Oleh karena itu sosialisasi penting dilakukan
oleh pemerintah daerah guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya dalam
membayar pajak, serta memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi wajib pajak
yang awam akan peraturan yang berlaku, melihat belum meratanya sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah karena ada sebagian wajib pajak yang pernah
mengikuti dan ada juga yang belum pernah mengikuti.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan pentingnya kejelasan dari peraturan yang di


buat oleh pemerintah daerah dalam mensukseskan pemungutan pajak kos sangat
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku.
Tidak hanya kejelasan isi regulasi, petugas pemerintah juga seharusnya ikut andil
dalam pemungutan pajak kos seperti, melakukan pendataan di tiap-tiap kelurahan yang
mayoritas kosnya terlihat banyak, melakukan sosialisasi secara menyeluruh agar wajib
pajak memiliki pengetahuan mengenai pajak kos serta di berlakukannya sanksi yang
tegas agar wajib pajak tidak lalai dalam mematuhi peraturan yang berlaku.

Adapun faktor yang menyebabkan timbulnya pro dan kontra di kalangan pemilik kos
yang peneliti dapatkan terkait pemungutan pajak kos yang menyebabkan banyak dari
pemilik kos tidak patuh sebagai berikut:
1. Kurangnya kesadaran dari wajib pajak
2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman dari wajib pajak
3. Kurangnya sosialisasi secara mendalam yang dilakukan oleh pemerintah daerah
4. Tarif dasar pengenaan pajak kos yang di rasa tidak adil karena disamakan dengan
pajak hotel
5. Objek pajak yang dimana jumlah kamar lebih dari 10 dijadikan acuan dasar

13
pengenaan pajak
6. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah di rasa masih sangat
kurang karena belum dilakukannya pendataan secara menyeluruh terhadap pemilik
kos
7. Kejelasan isi regulasi yang tidak jelas
8. Kurangnya sanksi tegas yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak
sehingga banyak wajib pajak yang abai terhadap peraturan yang berlaku

Kepatuhan Wajib Pajak Rumah kontrakan

Kepatuhan wajib pajak rumah kontrakan bisa dilihat dari kesadaran serta pengetahuan
dari wajib pajak. Hal ini bisa di lihat dari wajib pajak yang sudah memiliki NPWP
sebagai identitasnya, menghitung jumlah pajak yang terhutang serta membayar pajak
secara tepat waktu. Hasil penelitian menunjukkan wajib pajak rumah kontrakan tidak
patuh terhadap peraturan yang berlaku, di lihat dari 10 responden yang bersedia untuk
di wawancarai hanya 2 wajib pajak yang memiliki NPWP sebagai identitas pajaknya,
selebihnya tidak ada yang memiliki NPWP. Alasannya karena wajib pajak tidak
mengetahui perihal adanya pemungutan pajak dari hasil persewaan tanah dan/atau
bangunan yang di atur dalam Pph Pasal 4 ayat (2).

Hal inilah yang kemudian menjadi alasan wajib pajak agar terhindar dari peraturan
yang berlaku, maka dari itu seharusnya pemerintah tegas dalam memberlakukan sanksi
bagi wajib pajak yang abai akan kewajibannya, karena sanksi yang ada di nilai belum
memberikan efek jera terhadap pelaku pajak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kepatuhan wajib pajak
rumah kos dan rumah kontrakan dalam membayar pajak yang telah melibatkan 63
narasumber untuk rumah kos dan 10 narasumber untuk rumah kontrakan yang berasal
dari Kelurahan Gomong dan Kekalik Kota Mataram didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan analisis dengan teori kepatuhan wajib pajak didapatkan hasil bahwa
wajib pajak rumah kos dan rumah kontrakan termasuk ke dalam kriteria wajib
pajak yang tidak patuh menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Wajib pajak yang ada di Kelurahan Gomong dan Kekalik
sebagian besar tidak patuh terhadap peraturan yang berlaku, dilihat dari rendahnya
partisipasi wajib pajak dalam menghitung, mendaftar, serta membayar pajaknya.
Karena sanksi yang ada di nilai kurang dalam memberikan efek jera kepada wajib
pajak serta pengawasan dari Pemerintah Daerah yang dirasa masih sangat kurang
untuk dilakukan.
2. Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak rumah kos dan rumah kontrakan
terhadap peraturan yang berlaku di Kota Mataram di nilai kurang, disebabkan

14
karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh wajib pajak mengenai pajak
rumah kos dan rumah kontrakan dari pemerintah daerah, karena sosialisasi yang
didapatkan masih belum merata, sebagian dari wajib pajak banyak yang belum
pernah mengikuti sosialisasi.
3. Kurangnya kesadaran wajib pajak dikarenakan banyaknya wajib pajak yang sudah
mendaftar tetapi tidak membayar pajak serta tidak berusaha mencari informasi
mengenai pajak yang berlaku.
4. Kejelasan regulasi yang ada yang menyebabkan wajib pajak tidak patuh terhadap
peraturan yang berlaku yaitu peraturan yang ada dinilai tidak jelas menyebabkan
adanya kecemburuan sosial akibat tidak mendalamnya peraturan yang
menyebabkan wajib pajak melakukan penghindaran pajak dengan membangun
usaha rumah kos tidak lebih dari 10 kamar. Kurangnya sosialisasi disebabkan
karena terbatasnya SDM (petugas pemerintah) dalam menangani masalah pajak
kos sehingga potensi pendataan yang dilakukan menjadi tidak maksimal. Tarif
pajak yang dinilai tidak adil karena disamakan dengan pajak hotel, serta sanksi
yang ada di nilai tidak memberikan efek bagi wajib pajak dalam mematuhi
peraturan yang berlaku.

Keterbatasan Penelitian

Setelah melaksanakan penelitian, terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan


peneliti selama melakukan pengambilan data, yaitu:
1. Peneliti tidak mendapatkan data spesifik dari pemerintah daerah karena belum
dilakukan pendataan secara menyeluruh, sehingga peneliti melakukan riset sendiri
melalui observasi untuk mencari pemilik kos dan rumah kontrakan yang tersebar
di Kelurahan Gomong dan Kekalik sesuai dengan kriteria objek pajak.
2. Muncul ketidaknyamanan pemilik usaha kos dengan judul penelitian ini, sehingga
menolak melakukan wawancara. Sebagai alternatifnya, peneliti menggunakan
kuesioner agar tetap menjaga kenyamanan pemilik.
3. Rumah kos yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10 sebagian besar dititipkan
kepada penjaga kos karena pemilik asli berada di luar kota, sehingga penulis
kesulitan dan hasil penelitian bisa tidak orisional.

Saran Penelitian

Penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan


pajak kos dan pajak rumah kontrakan di Kota Mataram dalam upaya untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah saran utama untuk dapat segera
diperbaiki yaitu sumberdaya manusia yang kurang, petunjuk teknis yang tidak
tersedia, dan rendahnya partisipasi wajib pajak. Selain itu juga dalam kaitannya tata
pelaksanaan kebijakan Pajak di Kota Mataram terdapat beberapa saran yang dapat
diberikan, yaitu :
1. Agar tidak terjadi kekeliruan mengenai pemungutan pajak kos ini, sebaiknya
pemerintah daerah, pengurus wilayah desa masing-masing, dan wajib pajak

15
kedepannya dapat membangun kerjasama/ komunikasi dua arah yang lebih baik
serta terbuka dengan segala kritik dan saran sebagai evaluasi untuk memperbaiki
kekurangan yang ada dalam peraturan tersebut, sehingga pelaksanaan pemungutan
dapat lebih adil dan merata serta potensi pajak kos semakin tergali lagi dalam
mendukung peningkatan penerimaan daerah dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat daerah dalam bentuk penyediaan fasilitas atau pelayanan publik.
2. Menyamakan atau justru memisahkan pengelolaan kos dengan hotel. Menyikapi
bahwa Perda yang digunakan dalam kebijakan Pajak Kos adalah Perda tentang
Pajak Hotel, maka diantara keduanya seharusnya memiliki pengelolaan usaha
yang sama. Namum pada kenyatannya pengelolaan kedua usaha yaitu usaha kos
dengan hotel memiliki perbedanan, maka saran yang dapat diberikan adalah
bentuk opsional yang artinya salah satunya dapat dilakukan. Opsi tersebut adalah
mendorong atas pengelolaan kos-kosan selayaknya hotel atau membuat peraturan
tersendiri tentang Pajak Kos. Agar pengertian yang dipersamakan antara hotel
dengan kos dapat disatukan atau justru dipisahkan. Mengingat bahwa antara hotel
dan kos memiliki perbedaan dalam pelaksanaan pengelolaan usahanya, yang
mengakibatkan pelaksanaan kebijakan yang dipersamakan menjadi tidak
maksimal. Keadaan seperti ini dimaknai sebagai suatu kondisi yang jelas
perbedaannya, tetapi harus dianggap bahwa keduanya adalah sama. Tentu hal
demikian akan berakibat pada tidak maksimalnya salah satu darinya.
3. Diharapkan untuk wajib pajak agar lebih meningkatkan partisipasi dalam
meningkatkan kesadaran serta keperdulian dalam mematuhi peraturan perpajakan.
4. Adanya tindak tegas dari pemerintah daerah kepada pemilik kos yang tidak bayar
atau lambat memenuhi kewajiban dengan memberi surat teguran peringatan dan
sanksi denda.
5. Kelurahan/RT/RW, yang ditujukan untuk membantu dalam proses sosialisasi
kebijakan pajak serta pendataan informasi pengusaha/pemilik kos di wilayah yang
dinaunginya. Agar pengusaha/pemilik kos dapat mengetahui informasi seputar
kebijakan Pajak Kos secara lengkap. Serta untuk mengetahui informasi terkait
kepemilikan kos-kosan di wilayahnya.
6. Bagi peneliti selanjutnya, jika dilakukan evaluasi atau perbaikan Peraturan
Daerah Kota Mataram Nomor 11 Tahun 2018 oleh pemerintah daerah, maka dapat
meneliti sejauh mana perbaikan tersebut dapat diterima oleh masyarakat (pemilik
usaha kos) sehingga dapat menjadi perbandingan untuk menilai penerapannya
berhasil atau tidak.

DAFTAR REFERENSI

Abdul Rahman. 2010. Administrasi Perpajakan. Bandung: Nuansa.

Jogiyanto Hartono, 2018. Metode Pengumpulan dan Teknik Analisis Data. Yogyakarta: Andi

Keputusan Direktur Jenderal Pajak. 2002. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP227/PJ./2002 tentang Tata Cara Pemotongan dan Pembayaran, serta Pelaporan

16
Pajak Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

Kementrian Keuangan. 1996. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996


tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemotongan Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan. Jakarta:Kementrian Keuangan

Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nugraheni, Agustina Dewi., & Purwanto, Agus. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak di Kota
Magelang). Journal of Accounting, 1-14.

Pemerintah Daerah. 2018. Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 11 Tahun 2018
tentang Pajak Hotel. Kota Mataram:Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah. 2017. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

Peraturan Walikota Mataram. 2019. Peraturan Walikota Mataram Nomor 4 Tahun 2019
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pajak Hotel.
Resmi, S. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Siti Kurnia, Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu

SUARANTB, 2017. https://www.suarantb.com/kota.mataram/2017/11/248292/


siap.siap,Rumah.Kos.Ber.AC.di Mataram.akan.dikenai.Pajak/, diakses pada tanggal 26
September 20019.

Sugiarto, M., Harsasto, P., & Manar, D. 2017. Evaluasi Kebijakan Pemungutan Pajak Kos
Kota Semarang (Studi Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota
Semarang). Journal of Politic and Government Studies, 6(2), 71-80.

Sugiyono.2017. Metode Penelitian Bisnis: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


ALFABETA.

Tahar, A., & Rachman, A. K. (2014). Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Investasi. Vol. 15, No.
1.

Tindanguli, Clara. 2017. Implementasi Kebijakan Tentang Pajak Rumah Kos di Kota
Bandung. Jurnal Artikel. 1-27.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Wulandari, Niken.. Djudi, Mochamad.. dan Dewantara, Rizky Yudhi. 2015. Analisis
Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 16 Tahun

17
2010 Kategori Pajak Rumah Kos. Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 7(1), 1-7.

Ardhyanto, I, A. (2015). Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Hotel
Kategori Kos (Studi Empiris Wajib Pajak Kota Semarang). Jurnal Riset Akuntansi
Keuangan. 2 (3). 14 – 24. http://eprints.undip.ac.id/64309/1/11._Kepatuhan_Pajak.pdf.
16 Mei 2019.

Dhanesworo, H. (2016). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Hotel Kategori Rumah Kos (Studi Kasus Pada Pemilik Usaha
Kos – Kosan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman). Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia.
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/5488.

Jatmiko. A. N. (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanski Denda,
Pelayanan Fiskus Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (
StudyEmipis Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Semarang). Thesis.
Universitas diponegoro. Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/15261/1/Agus_Nugroho_Jatmiko.pdf

Mutia. S. P. T. (2018). Pengaruh Sanksi Perpajakan Kesadaran Perpajakan,Pelayanan Fiskus,


Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Study Empiris
Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar di KPP Pratama Padang).Skripsi.
Universitas negeri padang. Sumatera Barat.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/902/652

Pekerti. T. C. (2015). Pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap pemahaman wajib pajak yang
mendukung kepatuhan wajib pajak (Studi Pada Wajib Pajak Hotel Atas Rumah Kos
Terdaftar DI Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang). Jurnal
Perpajakan.7(1).110.http://perpajakan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/perpajakan/arti
cle/view/215/21 0

18
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian

Kami menjamin rahasia pribadi anda, semua data hanya semata-mata untuk kepentingan
ilmiah yang dilakukan peneliti untuk menyelesaikan studi Sarjana (S1) Universitas
Mataram

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :………………………………………………………
Jenis Kelamin : L/P
Pendidikan :………………………………………………………
Terakhir

Jumlah Kamar Kos :……………………………………………………...


Jumlah Penyewa :………………………………………………………
Berapa Lama
Mendirikan Usaha :……………………………………………………...
Kos

Alamat Kos :……………………………………………………..

Petunjuk Pengisian
Berikut ini pertanyaan yang mewakili pendapat-pendapat umum mengenai
perpajakan Pada sektor usaha kos-kosan di Kota Mataram. Bapak/Ibu dimohon untuk
BERSEDIA memberikan tanggapan atas pertanyaan berikut ini dengan cara
memberikan tanda () pada alternatif jawaban.

19
ALTERNATIF
NO PERTANYAAN JAWABAN
YA TIDAK
Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan
1. pajak atas rumah kos?
Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi
Bapak/Ibu untuk mengisi formulir tentang rumah kos yang
2.
Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah?
Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib
3.
pajak?
Apakah Bapak/Ibu setuju mengenai tarif pemungutan pajak kos
4.
yang disamakan dengan pajak Hotel sebesar 10%?
Apakah Bapak/Ibu setuju dengan penetapan jumlah kamar kos
5.
lebih dari 10 dijadikan sebagai kriteria objek pajak kos?
Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami
6.
peraturan pajak kos yang ada di Kota Mataram?
Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan
7.
pelaporan pajak?
Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak
8.
yang harus dibayarkan?
Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses
9.
pembayaran dan pelaporan pajak?
Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang
10. berlaku, bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya
membayar pajak?
Apakah dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh
11.
pemerintah daerah, Bapak/Ibu bersedia hadir?
Apakah sudah ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah
12.
daerah terkait dengan pajak kos?
Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan
13. pengaruh terhadap wajib pajak dalam memenuhi peraturan
yang berlaku?

20
Lampiran 2

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN PEMILIK RUMAH


KONTRAKAN DI KELURAHAN GOMONG DAN KEKALIK

Daftar Pertanyaan:

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas


persewaan tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk
mengisi formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai
bentuk pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang
berlaku ?
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus
dibayarkan ?
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan
pelaporan pajak ?
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap
wajib pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?

21
Lampiran 3

HASIL WAWANCARA DENGAN PEMILIK RUMAH KOS DI KELURAHAN


GOMONG DAN KEKALIK

Hasil Wawancara

Narasumber: Pemilik Kos G15 Kelurahan Gomong

Jumlah Kamar Kos: 50 Kamar, sudah 10 tahun menyewakan kamar kos

Daftar pertanyaan beserta jawaban

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas rumah kos ?
Jawab: ya yahu, yang kena pajak kan hanya jumlah kamar lebih dari 10 dengan tarif
10% mbak
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kos yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: ada sih mbak waktu diadakan sosialisasi, tetapi tidak datang ke kos langsung
melainkan kita di suruh kumpul gitu di kantor lurah, nah disana kita di data
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: iya sudah 2 tahun
4. Apakah Bapak/Ibu setuju mengenai tarif pemungutan pajak kos yang disamakan dengan
pajak Hotel sebesar 10% ?
Jawab: setuju mbak, tidak ada masalah kalau dikenakan selama sesuai dengan peraturan
yang ada
5. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan penetapan jumlah kamar kos lebih dari 10 dijadikan
sebagai kriteria objek pajak kos ?
Jawab: Setuju karena kalau kamarnya diatas 10 bisa masuk kategori cukup untuk mampu
bayar pajak
6. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan pajak kos yang
ada di Kota Mataram ?
Jawab: Saya mengetahui dan sedikit pahamlah cara bayar pajak mbak, makanya saya
bayar, saya tahu itu dari temen saya, kebetulan dia punya kos lebih dari 10 juga
sebelumnya sih saya tidak bayar karena saya kan tidak tahu mengenai adanya
pembayaran pajak kos ini mbak
7. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: iya tepat waktu mbak, sesekali juga kadang terlambat bayarnya
8. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
Jawab: kalo menghitungnya saya hitung misalnya bulan ini yang terisi 7 ya saya
hitungnya cuma 7, kalo terisi semua ya saya hitung semua, jadinya tergantung jumlah
kamar yang teisi setiap bulannya sih mbak kalo bayar
9. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: sejauh ini tidak

22
10. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: tentunya pengetahuan sangat penting, kan kalo kita tidak tahu gimana bisa bayar
pajaknya
11. Apakah dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah daerah, Bapak/Ibu
bersedia hadir ?
Jawab: ya kalo ada pasti saya bersedia hadir, dan sudah hadir juga kan waktu itu
12. Apakah sudah ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan pajak
kos ?
Jawab: sudah pernah sekali waktu itu di kantor kelurahan mbak, disana kita dikasi tahu
yang jadi wajib pajak yang punya kos lebih dari 10 trus tarifnya 10%, cuma itu saja tidak
ada pemberitahuan yang lain lagi
13. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: saya si setuju aja mbak, lagian kan sanksi pajak ini walaupun ada mbak tapi kan
tidak di berlakukan oleh pemerintah kepada wajib pajak, melihat banyak dari kita yang
pemilik kos banyak juga yang belum bayar gitu, karena kan dipikirnya walaupun tidak
bayar juga tidak apa-apa. Jadi saya rasa seharusnya dari pemerintah lebih tegas lagi
dalam hal ini sih mbak

Hasil Wawancara

Narasumber: Pemilik Kos G12 Kelurahan Gomong

Jumlah Kamar Kos: 17 Kamar, sudah 5 tahun menyewakan kamar kos

Daftar pertanyaan beserta jawaban

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas rumah kos ?
Jawab: ya tahu mbak, dasar pengenaannya 10% sama yang dikenakan pajak hanya 10
kos lebih, cuma itu aja sih yang saya tahu
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kos yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: sejauh ini belum ada sih yang datang langsung kesini, tapi yang pernah saya
dengar pernah di suruh kumpul di kelurahan yang punya kos, kebetulan waktu itu saya
lagi tidak ada di sini mbak
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: sejauh ini belum sih mbak, karena belum sempat aja mbak soalnya saya suka
keluar kota, lagian juga kan masih banyak yang belum daftar
4. Apakah Bapak/Ibu setuju mengenai tarif pemungutan pajak kos yang disamakan dengan
pajak Hotel sebesar 10% ?
Jawab: tidak setuju mbak, karena tarif yang ditetapkan tidak adil dan tidak merata
karena ikut sesuai peraturan pajak hotel, padahal kan hotel berbeda dengan kos
5. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan penetapan jumlah kamar kos lebih dari 10 dijadikan
sebagai kriteria objek pajak kos ?

23
Jawab: Tidak setuju karena walaupun kamarnya lebih dari 10 tetapi belum tentu terisi
semuanya, seharusnya jumlah kamar tidak dijadikan sebagai kategori objek pajak,
karena banyak aspek-aspek yang bisa di lihat seperti fasilitas yang disediakan, harga
sewa per bulannya dan jumlah kamar yang terisi setiap bulannya mbak
6. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan pajak kos yang
ada di Kota Mataram ?
Jawab: belum paham sepenuhnya sih mbak, karena kan saya belum pernah baca
peraturannya, yang saya tahu kan Cuma dasar pengenaan pajaknya sebesar 10% sama
jumlah kamar yang dikenai pajak lebih dari 10 gitu
7. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak, karena kan saya tidak bayar pajak mbak
8. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan?
Jawab: kalau menghitung sih belum ya mbak, karena kan yang sewa juga tidak menentu
kadang terisi penuh, kadang juga tidak, saya juga kan belum bayar pajak mbak
9. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak tahu mbak soalnya kan belum bayar pajak
10. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: menurut saya sih pengetahuan sangat penting mbak biar kita tahu kan
11. Apakah dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah daerah, Bapak/Ibu
bersedia hadir ?
Jawab: tentu bersedia mbak selagi saya ada di sini, kalo lagi tidak ada di sini kan gimana
bisa hadir
12. Apakah sudah ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan pajak
kos ?
Jawab: katanya sih sudah pernah dilakukan, tetapi mungkin saya lagi tidak ada di sini
mbak
13. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: saya tidak setuju mbak, karenakan yang bakalan kena sanksi hanya kita saja yang
punya kos 10 kamar ke atas, sementara kos yang lainnya tidak dipermasalahkan.

Hasil Wawancara

Narasumber: Pemilik Kos G26 Kelurahan Gomong

Jumlah Kamar Kos: 15 Kamar, sudah 3 tahun menyewakan kamar kos

Daftar pertanyaan beserta jawaban

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas rumah kos ?
Jawab: Saya tidak mengetahui adanya pajak kos ini mbak coba saja mbak tidak datang
kesini baru saya tahu adanya pajak kos ini, karena kan kita juga belum dengar adanya
peraturan dari pemerintah daerah mbak, jangankan pemerintah daerah dari RT/RW aja
tidak ada di kasih tahu, gimana mau bayar caranya mau ngelapor kemana aja tidak tahu
mbak, makanya saya kaget waktu mbak datang kesini, saya kira petugsanya mbak heheee

24
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi formulir
tentang rumah kos yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah ?
Jawab: setahu saya sih belum ada ya mbak, atau mungkin saya yang kurang informasi
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: sejauh ini belum daftar mbak, karena tidak tahu juga mau lapor sama daftarnya
kemana, karena kan belum ada di kasih tahu kalo ada pemungutan pajak kos
4. Apakah Bapak/Ibu setuju mengenai tarif pemungutan pajak kos yang disamakan dengan
pajak Hotel sebesar 10% ?
Jawab: setu aja sih mbak selama tidak memberatkan dan harus adil dan merata juga
5. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan penetapan jumlah kamar kos lebih dari 10 dijadikan
sebagai kriteria objek pajak kos ?
Jawab: tidak setuju sih mbak ya, soalnya kan masak yang dikenakan pajak Cuma 10 ke atas,
kita jadinya saling iri dong mbak, masak saya yg punya 15 kamar doang yang di kenain
pajak padahal kan harga sewa yg saya tawarkan cukup terjangkau, sementara masih banya
yg kurang dari 10 kamar tetapi jumlah sewanya besar mbak
6. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan pajak kos yang ada
di Kota Mataram ?
Jawab: saya tidak berusaha memahami sih mbak heheh, saya tahunya aja dari mbaknya kan
7. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak mbak, kan belum bayar pajak
8. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan?
Jawab: tidak mbak, nggak ngerti juga caranya gimana
9. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak tahu, karena belum bayar
10. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa meningkatkan
kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: setuju mbak, karena kan kita paham sedikit tidaknya pasti kita bayar mbak
11. Apakah dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah daerah, Bapak/Ibu
bersedia hadir ?
Jawab: in shaa allah bersdia mbak kalu ada kesempatan dan waktu
12. Apakah sudah ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan pajak
kos ?
Jawab: sejauh ini belum ada sih mbak
13. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib pajak
dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: kalau masalah sanksi sih setuju aja tapi harus disesuaikan lah mbak sama peraturan
yang dilanggar

Hasil Wawancara

Narasumber: Pemilik Kos K14 Kelurahan Kekalik

Jumlah Kamar Kos: 42 Kamar, sudah 12 tahun menyewakan kamar kos

25
Daftar pertanyaan beserta jawaban

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas rumah kos ?
Jawab: Saya mengetahui adanya pemungutan pajak kos ini mba
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi formulir
tentang rumah kos yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah ?
Jawab: tidak ada sih mbak, cuma kita di data sama kepla lingkungan di sini, katanya buat
data nanti kalo ada pemeriksaan
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: iya, sudah punya NPWP juga, Selaku pemilik kos yang notabene wajib pajak saya
sudah mematuhi peraturan yang ada, karena nantinya saat diperiksa saya tidak mau ada
masalah hanya karena tidak bayar pajak, tidak diperiksapun saya tetap bayar pajak intinya
saya tidak mau ribet ya mbak
4. Apakah Bapak/Ibu setuju mengenai tarif pemungutan pajak kos yang disamakan dengan
pajak Hotel sebesar 10% ?
Jawab: setuju aja sih mbak karena kalau untuk kos-kosan yang menengah ke atas harga
sewanya cukup besar
5. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan penetapan jumlah kamar kos lebih dari 10 dijadikan
sebagai kriteria objek pajak kos ?
Jawab: Setuju karena kan sesuai peraturan 10 kamar ke atas, masak bangun kos mampu
bayar kos kok tidak mampu
6. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan pajak kos yang ada
di Kota Mataram ?
Jawab: kalau memahami sejauh ini ya paham lah mbak, soalnya kan peraturannya Cuma di
bilangin jumlah kamar kos lebih dari 10 kamar sama tarifnya 10%, itu aja sih
7. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: iya menurut saya sih tepat waktu karena kan tetep bayar pajak
8. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan?
Jawab: iya mbak kan tinggal dikalikan 10% doing dari dasar pengenaan pajaknya
9. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: sejauh ini tidak sih, karena kan di dampinig sama petugasnya
10. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa meningkatkan
kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: iya mbak, pengetahuan sangan berpengaruh kepada kita yang tidak tahu pajak,
tetapi balik lagi sih ke diri masing-masing wajib pajaknya
11. Apakah dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah daerah, Bapak/Ibu
bersedia hadir ?
Jawab: iya mbak
12. Apakah sudah ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan pajak
kos ?
Jawab: sudah pernah dilakukan mbak, tetapi tidak banyak yang ikut
13. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib pajak
dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: saya setuju mbak, karena kan pajak ini sifatnya memaksa, jadi sanksinya ya harus

26
lebih tegas lagi, jangan cuma bersifat memaksa, tetapi sanksi yang ada tidak tegas begitu
mbak

Hasil Wawancara

Narasumber: Pemilik Kos K13 Kelurahan Kekalik

Jumlah Kamar Kos: 31 Kamar, sudah 7 tahun menyewakan kamar kos

Daftar pertanyaan beserta jawaban

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas rumah kos ?
Jawab: tahu mbak
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi formulir
tentang rumah kos yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah ?
Jawab: sejauh ini belum ada mbak
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: belum mbak, karena kan nggak ada juga yang dating periksa kesini kayak
petugasnya gitu
4. Apakah Bapak/Ibu setuju mengenai tarif pemungutan pajak kos yang disamakan dengan
pajak Hotel sebesar 10% ?
Jawab: Tarifnya memberatkan dan tidak adil bagi saya mungkin juga bagi penyewa kos
lainnya, kan kita juga bayar air dan listrik, sampah juga, kalo di potong lagi kan yang kita
dapat tidak seberapa mbak, lama balik modalnya, lagian juga tidak semua penyewa kos
mampu dalam membayar pajaki
5. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan penetapan jumlah kamar kos lebih dari 10 dijadikan
sebagai kriteria objek pajak kos ?
Jawab: Tidak setuju karena penentuan pembayaran kos tidak harus dilihat dari jumlah
kamar, melainkan penghasilan dari hasil sewa, lagian juga mbka setiap bulannya kan tidak
semua kamar terisi semua, ya kalo terisi semua kan alhamdulullah, lah kalo keadaan lagi
sepi kayak pandemi gini gimana mau bayar pajak, yang ngekos aja tidak ada mbak
6. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan pajak kos yang ada
di Kota Mataram ?
Jawab: yang saya tahu Cuma besar pajak yang harus dibayarkan sama jumlah kamar lebih
dari 10 itu aja sih mbak, kalo untuk paham sih belum ya, Cuma kalo tahu ya tahu aja gitu
7. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak mbak, kan belum bayar belum punya identitas pajak juga
8. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan?
Jawab: kalau menghitung sih belum ya mbak, karena belum bayar juga
9. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak tahu mbak
10. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa meningkatkan
kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: pengetahuan sangat penting mbak, tetapi untuk meningkatkan kesadaran sih

27
tergantung dari perspektif dari pemilik kosnya
11. Apakah dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah daerah, Bapak/Ibu
bersedia hadir ?
Jawab: kalau ada ya pasti hadir mbak
12. Apakah sudah ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan pajak
kos ?
Jawab: kalau untuk sosialisasi sih belum, cuma sempet di kasih tahu sama kepala
lingkungan di sini kalo ada pemungutan pajak kos, tetapi kan belum ada kita dapat
undangan resminya mbak, jadi saya rasa sejauh ini belum ada sih
13. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib pajak
dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: tidak setuju mbak, sebaiknya peraturannya diperbaiki dulu agar lebih jelas baru deh
dibuatkan sanksi mungkin yang sesuai dengan peraturan yang di langgar

Hasil Wawancara

Narasumber: Pemilik Kos K6 Kelurahan Kekalik

Jumlah Kamar Kos: 19 Kamar, sudah 3 tahun menyewakan kamar kos

Daftar pertanyaan beserta jawaban

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas rumah kos ?
Jawab: Saya tidak tahu adanya pemungutan pajak kos mbak walaupun kamar kos saya lebih
dari 10 soalnya kan tidak ada informasi dari pemerintah setempat.
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi formulir
tentang rumah kos yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah ?
Jawab: tidak ada mbak
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: belum mbak, karena kan tidak tahu
4. Apakah Bapak/Ibu setuju mengenai tarif pemungutan pajak kos yang disamakan dengan
pajak Hotel sebesar 10% ?
Jawab: setuju aja sih mbak
5. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan penetapan jumlah kamar kos lebih dari 10 dijadikan
sebagai kriteria objek pajak kos ?
Jawab: tidak setuju mbak, karena kan bakalan ada yang saling iri nantinya, kayak saya juga
pasti iri mbak, kalo tahu gitu mending bangun kos yang kurang dari 10 kamar biar tidak
kena pajak
6. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan pajak kos yang ada
di Kota Mataram ?
Jawab: belum paha, gimana bisa paham orang nggak ada yang kasi tahu mbak
7. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: ya jelas tidak tepat waktu mbak, kan belum daftar jadi wajib pajak
8. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan?

28
Jawab: enggak sih mbak, belum bayar juga kan
9. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: kalo mengalami kesulitan sih tidak tahu ya mbak, karena kan belum bayar juga
10. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa meningkatkan
kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: nah ini penting sih menurut saya mbak, karena kalo kita udah ada pengetahuan
tentang peraturan pajak seenggaknya bakalan terbuka hati kita buat bayar
11. Apakah dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah daerah, Bapak/Ibu
bersedia hadir ?
Jawab: in shaa allah bersedia hadir mbak
12. Apakah sudah ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan pajak
kos ?
Jawab: setahu saya sih mbak belum ada ya
13. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib pajak
dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: sangat berpengaruh mbak, kalo sanksi tegas pasti tidak ada yang berani lalai

29
Lampiran 4

HASIL KUESIONER WAJIB PAJAK KOS DI KELURAHAN GOMONG DAN


KEKALIK

Descriptive Statistics G

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


X1 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X2 30 2.00 2.00 2.0000 .00000
X3 30 1.00 2.00 1.5667 .50401
X4 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X5 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X6 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X7 30 1.00 2.00 1.6000 .49827
X8 30 1.00 2.00 1.6000 .49827
X9 30 1.00 2.00 1.5667 .50401
X10 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
X11 30 2.00 2.00 2.0000 .00000
X12 30 2.00 2.00 2.0000 .00000
X13 30 1.00 2.00 1.9667 .18257
Valid N (listwise) 30

Descriptive Statistics K

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


X1 33 1.00 2.00 1.7879 .41515
X2 33 1.00 2.00 1.8788 .33143
X3 33 1.00 2.00 1.8788 .33143
X4 33 1.00 2.00 1.8182 .39167
X5 33 1.00 2.00 1.8182 .39167
X6 33 1.00 2.00 1.8182 .39167
X7 33 1.00 2.00 1.8182 .39167
X8 33 1.00 2.00 1.7879 .41515
X9 33 1.00 2.00 1.8788 .33143
X10 33 1.00 2.00 1.6970 .46669
X11 33 1.00 2.00 1.7879 .41515
X12 33 1.00 2.00 1.7879 .41515
X13 33 1.00 2.00 1.6970 .46669
Valid N (listwise) 33

30
Lampiran 5

HASIL WAWANCARA DENGAN PEMILIK RUMAH KONTRAKAN DI


KELURAHAN GOMONG DAN KEKALIK

Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKG1) Kelurahan Gomong
Tidak memiiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu mbak, karena saya tidak pernah mendengar adanya pemungutan
pajak ini, saya baru tahu dari mbaknya, saya juga tidak pernah mendengar
adanya informasi mengenai pajak ini mbak
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: belum pernah ada mbak
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: saya sebagai pemilik rumah kontrakan yang sudah menyewakan lebih dari 5
tahun ini mbak belum mendaftar jadi tidak punya NPWP sebagai identitas
pajak
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang
berlaku?
Jawab: saya tidak paham mbak, karena kan tidak tahu
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak mbak
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: tidak tahu mbak, kan belum bayar
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: iya mbak, karena kan kalo kita tahu ada peraturannya, pasti kita bayar
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: iya mbak, dengan adanya sanksi pasti banyak dari pemilik rumah kontrakan
yang takut kalo tidak bayar pajak.

31
Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKG2) Kelurahan Gomong
Tidak Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu mbak, nggak ada juga saya denger imformasi mengenai pemungutan
pajak ini
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: belum pernah ada yang datang mbak
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: belum mbak, lagian juga saya tidak tahu mbak mau daftarnya kemana
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: gimana mau memahami mbak, tahu aja tidak tentang pajak ini
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: tidak tahu mbak, belum pernah bayar
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: kalo dalam meningkatkan kesadaran sih nggak ya mbak soalnya walaupun tahu
belum tentu mau bayar, kecuali dari pemerintahnya ada usaha lebih seperti di
data langsung ke setiap Kelurahan, baru mungkin bisa meningkatkan
kesadaran, nantinya pemilik rumah kos akan takut kalo sudah petugas yang
datang
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: iya mbak, karena sanksi sangat penting meningkatkan kesadaran dalam
membayar pajak

Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKG3) Kelurahan Gomong
Tidak Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban

32
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak mbak.
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: sepengetahuan saya sih belum ada yang pernah datang kaya ngedata kita jadi
wajib pajak mbak.
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: belum mbak.
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: bukan tidak berusaha memahami sih, lebih tepanya tidak tahu mengenai
adanya peraturan ini.
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak mbak.
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak mbak, tahunya aja baru dari mbak.
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: tidak tahu, belum pernah bayar juga.
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: untuk meningkatkan kesadaran sih tergantung kita sebagai pemilik.
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: sejauh ini menurut saya sanksi perpajakan belum ada yang memberikan efek
terhadap kita wajib pajak mbak, harapan saya kedepannya semoga peraturan
yang diberlakukan pemerintah daerah bisa lebih jelas dalam memberikan
informasi dan tepat sasaran.

Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKG4) Kelurahan Gomong
Tidak Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu mbak, saya juga tidak pernah mendapatkan informasi dari temen-
temen yang juga punya rumah kontrakan, apalagi pemberitahuan dari
petugas setempat seperti yang mbak bilang, mungkin karena saya jarang ada
disini mbak makanya saya tidak dapat informasinya

33
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: tidak ada
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: belum daftar
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: tahu aja tidak mbak, gimana mau ngerti
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak tahu caranya
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: tidak tahu
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: iya kalo tahu mbak, adalah alasan buat kita bayar
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: menurut saya sih harus adanya sanksi kalo ada peraturan begini

Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKG5) Kelurahan Gomong
Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu, saya tahunya cuma pajak bumi bangunan mbak
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: belum ada mbak
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: saya punya NPWP mbak tapi dibuatkan dari kantor, tidak tahu bayarnya buat
apa
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: tidak
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak

34
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: tidak tahu
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: menurut saya pengetahuan sangat penting mbak, guna meningkatkan sadar
pajak kayak saya yang tidak tahu jadinya ndk bayar kan
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: sanksi kalo sesuai sama peraturan yang dilanggar tidak masalh sih mbak

Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKK1) Kelurahan Kekalik
Tidak Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu mbak, lagian juga tidak ada pemberitahuan dari pemerintah
mengenai adanya pajak ini
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: tidak ada mbak
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: tidak, gimana mau daftar, informasi aja tidak ada
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: tidak memahami, karena memang tidak tahu
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak tahu
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: belum bayar pajak
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: pengetahuan penting mbak biar kita tahu, seharusnya dari pemerintah kalu
sudah ada peraturannya harus dibarengi dengan sosialisasi/ diberitahukan

35
dari lurah atau RT/RW mbak
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: iya sih mbak, karenakan kita sebagai pemilik takut jadinya kalo denger ada
sanksi

Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKK2) Kelurahan Kekalik
Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu, memang ada ya mbak
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: belum pernah ada sih mbak
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: saya punya sih NPWP mbak tapi tidak bayar pajak, lagian juga mbak
penghasilan saya tidak seberapa dari persewaan rumah ini, harusnya ada
diberikan batas penghasilan baru kena pajak mbak, ini kan tidak jelas
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: tidak, tahunya baru dari mbak
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak tahu caranya
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: tidak tahu, kan tidak pernah bayar
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: iya sih mbak pengetahuan sangat penting jadi bekal buat kita
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: iya kalo ada sanksi jangan yang memberatkanlah

36
Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKK3) Kelurahan Kekalik
Tidak Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu mbak
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: setahu saya belum pernah ada yang datang kesini, maupun ke kantor lurah
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: belum, tahunya aja baru dari mbak
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: termasuk tidak berusaha memahami jadinya mbak hehehe…
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak tahu caranya
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: tidak pernah bayar
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: selagi ada pengetahuan, pasti say bayar mabak
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: sanksi boleh aja asal tepat

Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKK4) Kelurahan Kekalik
Tidak Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu, tidak pernah dengar juga dari teman yang lain tahunya Cuma bayar
pajak PBB yang di tagih tiap bulan sama kepala lingkungan sini. Ini bukan
pembelaan ya mbak, memang kenyataannya belum ada pemberitahuan dari
lurah setempat.

37
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: tidak ada
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: belum
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: bukan tidak berusaha memahami, memang kenyataannya tidak tahu gitu
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak tahu caranya
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: belum bayar pajak mbak
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: tergantung sih, maksudnya kan ga selamanya yg paham bakalan bayar
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: setuju sih, tapi jangan sampe sanksi penjara juga ya mbak hehehe….

Hasil Wawancara
Narasumber: Pemilik Rumah Kontrakan (RKK5) Kelurahan Kekalik
Tidak Memiliki NPWP
Daftar pertanyaan beserta jawaban
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai adanya pemungutan pajak atas persewaan
tanah dan/atau bangunan yang di atur dalam PPh pasal 4 ayat (2) ?
Jawab: tidak tahu, kalo bisa jangan di adakanlah mbak hehe….
2. Apakah ada petugas dari pemerintahan yang mendatangi Bapak/Ibu untuk mengisi
formulir tentang rumah kontrakan yang Bapak/Ibu miliki ini sebagai bentuk pendataan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah ?
Jawab: belum ada
3. Apakah Bapak/Ibu sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak ?
Jawab: belum daftar, berarti habis wawancara ini harus daftar dong mbak he…
4. Apakah Bapak/Ibu sudah memahami atau berusaha memahami peraturan yang berlaku
?
Jawab: tidak berusaha jadinya
5. Apakah Bapak/Ibu tepat waktu dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak ?
Jawab: tidak tepat waktu karena belum bayar

38
6. Apakah Bapak/Ibu dapat menghitung dengan benar besar pajak yang harus dibayarkan
?
Jawab: tidak
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam proses pembayaran dan pelaporan pajak
?
Jawab: tidak tahu, belum pernah bayar
8. Apakah dengan adanya pengetahuan mengenai peraturan yang berlaku, bisa
meningkatkan kesadaran akan pentingnya membayar pajak ?
Jawab: iya kalo paham trus mau langsung bayar, ka nada juga nanti yg walaupun
udah tahu tapi pura-pura tidak tahu, tapi bukan saya ya mbak hehe…
9. Apakah dengan adanya sanksi yang tegas bisa memberikan pengaruh terhadap wajib
pajak dalam memenuhi peraturan yang berlaku ?
Jawab: menurut saya sanksi perpajakan sangat berpengaruh terhadap pemungutan
pajak dimana saya sendiri tidak bayar pajak tetapi tidak ada dari pemda yang
kesini nyari atau kayak dikirimin surat peringatan gitu mbak tidak ada,
jadinya walaupun kita tidak bayar kan tidak ada masalah

39
Lampiran 6

HASIL WAWANCARA DENGAN BKD KOTA MATARAM

Hasil Wawancara

Narasumber : Kassubid Badan Keuangan Daerah

Daftar pertanyaan beserta jawaban

1. Sejak kapan pajak rumah kos diberlakukan di Kota Mataram ?


Jawab: sebenarnya tidak pernah mengenakan pajak kos, melainkan sesuai dengan
ketentuan perda UU 28 Tahun 2009, Kota Mataram mengenakan Pajak Hotel
atas rumah kos yang terdiri dengan jumlah kamar lebih dari 10 dengan tarif
10%. Sudah diberlakukan sejak tahun 2014
2. Apakah pemerintah daerah sudah melakukan sosialisasi terkait pajak rumah kos kepada
para pemilik usaha rumah kos yang ada di Kota Mataram ?
Jawab: kalau sosialisasi setiap tahunnya memang sudah diagendakan, tetapi
pelaksanaannya yang masih kurang karena kita kekurangan pegawai juga,
kendala terbesarnya juga pemilik kos ini mau atau tidak mengikuti sosialisasi.
Padahal sosialisasi kan nggak harus tatap muka, bisa melalui media massa,
media elektronik, sosial media. Kalau door to door kan nggak mungkin melihat
keterbatasan sumberdaya manusia kita juga, sosialisasi yang sudah pernah kita
lakukan di beberapa titik lokasi ada yang sudah mendaftar juga.
3. Apakah pemerintah daerah pernah melakukan pendataan kepada para pemilik rumah
kos ?
Jawab: kalau pendataan secara langsung mendatangi tiap-tiap rumah kos sih belum
mbak, tapi pernah di lakukan pendataan pada saat sosialisasi waktu itu ada
yang sudah terdaftar, ya walaupun yang hadir tidak semuanya, jadi pendataan
yang dilakukan tidak maksimal.
4. Apakah para pemilik rumah kos sudah menghitung dengan benar besaran pajak yang
harus mereka bayarkan ?
Jawab: sesuai dengan prinsif self assessment perhitungan dan pelaporan pajak hotel
dilakukan oleh wajib pajak. Wajib pajak telah melaporkan sesuai dengan
mekanisme dan ketentuan yang ada. Kebenaran tidaknya besaran pajak harus
ditinjau melalui mekanisme pemeriksaan.
5. Apakah para pemilik kos sudah membayarkan pajaknya tepat waktu ?
Jawab: ada yang tepat waktu ada yang tidak
6. Apa saja kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam memungut pajak kos ini
?
Jawab: potensinya masih sangat sedikit, jumlah omzet yang dilaporkan kecil, terkait
besaran biaya yang dibebankan pada konsumen juga sedikit.
7. Apa saja faktor yang membuat kepatuhan para pemilik kos dalam membayar pajak
masih rendah ?
Jawab: komposisi perbandingan usaha rumah kos yang dikatakan elit dan sederhana
masih lebih banyak sederhana (biaya murah, tidak memiliki AC, jumlah kamar
dibawah 10), kurangnya pengetahuan dan pemahaman pemilik kos.

40
8. Apa saja upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka
meningkatkan kepatuhan para pemilik kos untuk membayarkan pajaknya ?
Jawab: untuk saat ini sih hanya dengan sosialisasi saja.
9. Apa saja kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap para pemilik kos
yang menghindari pajak ?
Jawab: sejauh ini belum ada, karena sanksi denda juga tidak memberikan pengaruh
besar terhadap suksesnya pemungutan pajak kos.

41

Anda mungkin juga menyukai