Anda di halaman 1dari 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka merupakan bagian yang penting karena suatu penelitian

harus bedasarkan teori-teori yang ada. Penulis menggunakan konsep teori-teori untuk

mendukung agar hasil pada skripsi ini semakin akurat. Bab II ini akan dibagi menjadi

sub bab yaitu: 2.1 Penelitian Terdahulu. 2.2 Efektivitas. 2.3 Konsep Pelayanan. 2.4

Konsep Pajak. Dan 2.5 Kerangka Berfikir.

2.1 Penelitian terdahulu

Kajian pustaka didalam penulisan penelitian ini adalah didasarkan pada (1)

hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang dianggap mendukung kajian

teori di dalam penelitian yang tengah dilakukan, serta (2) didasarkan pada teori-teori

dari sumber kepustakaan yang dapat menjelaskan perumusan masalah yang telah

ditetapkan didalam BAB I.

Di bawah ini adalah uraian beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap

relevan kemudian dianalisis dan dilihat dari pokok permasalahan, teori dan metode,

sehingga dapat diketahui letak perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan.

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya membahas mengenai pajakan online

yang memudahkan wajib pajak sehingga mempengaruhi tingkat kepatuhan dan

kesadaran pajak. Dibawah ini adalah hasil-hasil penelitian terdahulu yang dipandang
commit to user
relevan dengan penelitian sebagai berikut:

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id17

1. Mustaphaa,& Siti Normala Bt. Sheikh Obid 2015 dalam Tax Service Quality:

The Mediating Effect of Perceived Ease of Use of the Online Tax System

Penelitian ini menguji pengaruh mediasi dari persepsi kemudahan


16
penggunaan pada hubungan antara kualitas pelayanan pajak, dan pajak online

sistem. Sebanyak 206 data yang disurvei dianalisis menggunakan model

persamaan struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi

kemudahan penggunaanmemiliki efek mediasi yang signifikan pada hubungan

antara kualitas pelayanan pajak dan sistem pajak online, dan kualitas

pelayanan pajak memiliki hubungan yang signifikan positif dengan sistem

pajak online. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk memahami

penggunaan yang efektif dari sistem pajak online melalui wajib pajak

wiraswasta yang mengarah ke peningkatan kepatuhan pajak dan generasi

pendapatan di Nigeria.

2. Andreas & Enni Savitri 2015 dalam The Effect of Tax Socialization, Tax

Knowledge, Expediency of Tax ID Number and Service Quality on Taxpayers

Compliance With Taxpayers Awareness as Mediating Variables.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran mediasi dari hubungan

kesadaran pembayaran pajak antara sosialisasi pajak, pajak pengetahuan,

kebijaksanaan nomor ID pajak, kualitas pelayanan dan kepatuhan pembayaran

pajak. Sebuah survei dilakukan terhadap 100 wajib pajak terdaftar di kantor

pajak Pekanbaru–Senapelan. Temuan menyimpulkan bahwa sosialisasi pajak,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18

pengetahuan pajak dan kualitas layanan yang mempengaruhi kesadaran pajak

sementara kebijaksanaan nomor ID pajak tidak mempengaruhi kesadaran

pajak. Sosialisasi pajak, pengetahuan pajak yang mempengaruhi kepatuhan

pajak sementara kebijaksanaan dari nomor id pajak dan kualitas pelayanan

tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Selanjutnya, kesadaran pajak

mempengaruhi kepatuhan pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kesadaran pembayar pajak memiliki peran mediasi penuh dalam hubungan

antara kebijaksanaan dari nomor ID pajak, kualitas pelayanan, dan pembayar

pajak kepatuhan. Sebaliknya, kesadaran wajib pajak tidak memiliki peran

mediasi dalam hubungan antara sosialisasi pajak, pengetahuan pajak, dan

wajib pajak pemenuhan. Temuan tersebut menjelaskan bahwa dalam rangka

untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak perlu

untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari peraturan pajak melalui

sosialisasi perpajakan. Faktor lain yang penting adalah kualitas layanan dari

otoritas pajak untuk mendorong kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.

Kepedulian akan wajib pajak dianggap mendorong kepatuhan pajak untuk

berbagai peraturan pajak. Selanjutnya, untuk meningkatkan pendapatan

negara dari sektor pajak dapat disarankan untuk otoritas pajak untuk terus

oleh memberikan pelatihan dan sosialisasi perpajakan dengan peningkatan

kualitas layanan untuk mendorong kepatuhan pajak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19

3. Fenny Syafariani & Ronauli Nadeak 2012 dalam Peranan Kualitas Sistem e-

Registration Terhadap Kepuasan Pengguna Dan Kepatuhan Wajib Pajak Di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cimahi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kualitas e-

Registration Sistem merupakan instrumen untuk kepuasan manajemen dan

kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini dilakukan sebagai latar belakang dengan

menggunakan sistem e-Registration yang bertujuan untuk meningkatkan

kepuasan pelanggan dan pendaftaran service manager Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) untuk target dalam rangka untuk mencapai kepatuhan wajib

pajak. Peranan kualitas sistem e-Registration terhadap kepuasan pengelola

dan kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak pratama Cimahi

berjalan dengan baik. Tanggapan responden secara umum terhadap kualitas

sistem e-Registration terhadap kepuasan pengelola dan kepatuhan wajib pajak

di Kantor Pelayanan Pajak pratama Cimahi adalah baik. Respon tersebut

dapat dilihat dari hasil perhitungan skor total yaitu perbandingan antara skor

aktual dengan skor ideal, tanggapan kepada keseluruhan variabel dengan hasil

sebanyak 76,8% untuk pengelola dan 95,1% untuk wajib pajak. Sedangkan

peranan kualitas sistem e-Registration terhadap kepuasan pengelola secara

keseluruhan adalah baik terlihat dari tanggapan responden yang dihasilkan

dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal sebesar 75,6%.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20

4. Melli Pujiani & Rizal Effendi 2013 dalam Analisis Efektifitas Penggunaan e-

Sistem Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Palembang Ilir Timur.

E-system Perpajakan merupakan Modernisasi perpajakan dengan

menggunakan teknologi informasi yang diharapkan dengan e-system dapat

mempermudah wajib pajak untuk melaporkan pajak. E-Sistem perpajakan

dibagi menjadi e-Registration, e-Filling, e-SPT, e-NJOP dan e-NPWP. e-

Sistem perpajakan ini dibuat dengan harapan dapat mempermudah wajib pajak

untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. tetapi ada sedikit kendala pada

aliran listrik yang sering kali padam tanpa adanya pemberitahuan terlebih

dahulu sehingga Wajib Pajak tidak dapat terhubung. E-sistem di KPP Pratama

Palembang Ilir Timur dinilai kurang efektif karena berdasarkan data ada

sekitar 1755 PKP yang terdaftar di KPP Pratama Palembang Ilir Timur tetapi

hanya sekitar 420 PKP yang melaporkan menggunakan e-Registration

5. Enggar Putri Wulandari et al 2015 dalam jurnal Analisis Penerapan Layanan

Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Orang PribadiI Secara e-Registration.

(Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan proses

penerapan dan hasil penerapan layanan pendaftaran nomor pokok wajib pajak

orang pribadi secara e-Registration pada kantor pelayanan pajak pratama

surabaya wonocolo. Pelaksanaan layanan pendaftaran nomor pokok wajib


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21

pajak orang pribadi secara e-Registration yang dilakukan pada kantor

pelayanan pajak pratama surabaya wonocolo telah berjalan dengan baik dan

sesuai dengan ketentuan SE-20/PJ/2013. Penerapan layanan pendaftaran

nomor pokok wajib pajak orang pribadi secara e-Registration pada kantor

pelayanan pajak pratama Surabaya Wonocolo telah berjalan dengan baik,

terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah wajib pajak orang pribadi

terdaftar dan wajib pajak orang pribadi yang menggunakan layanan e-

Registration padan KPP Pratama Surabaya Wonocolo. Sedangkan tingkat

kontribusi layanan ini dari tahun ketahun semakin membaik dengan tingkat

kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 85,19% dan terendah pada

tahun 2010 sebesar 4,2%. Hambatan yang muncul adalah ketergantungan

sistem dan koneksi internet, jumlah sumber daya manusia, dan tingkat

pemahaman wajib pajak. Sedangkan faktor pendukung dari penerapan

layanan ini adalah dukungan pemerintah Kota Surabaya, kesadaran

masyarakat dan efisiensi waktu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22

Tabel 2.1
Matriks Kajian Terdahulu

No Judul/Penulis/Tahun Isi Metode Relevansi


1 Tax Service Quality: Persepsi Menggunakan Persamaan:
The Mediating Effect kemudahan metode Kemudahan
of Perceived Ease of penggunaan kuantitatif penggunaan
Use of the Online Tax pajak dan sistem pajak Online
System/ pajak online, dimana Wajib
Bojuwon yang Pajak
Mustaphaa,& Siti memberikan dimudahkan
Normala Bt. Sheikh kontribusi untuk dengan adanya
Obid/ memahami sistem tersebut
2015 penggunaan yang dan mengarah ke
efektif dari tujuan yang sama
sistem pajak yaitu
online melalui meningkatkan
wajib pajak kepatuhan pajak
wiraswasta yang Perbedaan:
mengarah ke perbedaan
terletak pada
peningkatan
analisi dimana
kepatuhan pajak dalam jurnal
dan generasi tersebut
memeriksa dan
pendapatan di
menguji
Nigeria hubungan antara
kualitas
pelayanan pajak
dan sistem pajak
online sedangkan
commit to user
penulis hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id23

melihat seberapa
efektif pelayanan
pendaftaran
menggunakan
system online.

2 The Effect of Tax Kesadaran dalam Penelitian ini Persamaan:


Socialization, Tax pembayaran menggunakan penelitian ini
Knowledge, pajak memiliki teknik memiliki
Expediency of Tax ID peran mediasi sampling persamaan pada
Number and Service penuh dalam accidential , sosialisasi dalam
Quality on Taxpayers hubungan antara dan meningkatkan
Compliance With kebijaksanaan menggunakan kesadaran
Taxpayers dari nomor ID kuesioner perpajakan
Awareness as pajak , kualitas sebagai Perbedaan:
Mediating Variables/ pelayanan , dan instrumen Perbedaan
Andreasa & Enni kepatuhan untuk terletak pada
Savitri/ 2015 pembayaran mengumpulkan metode dan
pajak data analisis dimana
jurnal ini
mengarah kepada
kualitas
pelayanan dari
hasil sosialisasi
sedangkan
penulis mengarah
kepada
efektivitas
pelayanan

commit to user pendaftaran


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24

secara online
3 Peranan Kualitas Mengetahui Metode yang Persamaan:
Sistem e-Registration seberapa besar digunakan persamaan
Terhadap Kepuasan sistem e- adalah metode penelitian ini
Pengguna Dan Registration yang statistik adalah sama-
Kepatuhan Wajib bertujuan untuk inferensial sama
Pajak Di Kantor meningkatkan dengan mengingkatkan
Pelayanan Pajak kepuasan pendekatan kepatuhan
(KPP) Pratama pelanggan dan kuantitatif perpajakan
Cimahi/ pendaftaran dengan
Fenny Syafariani & Nomor Pokok menggunakan
Ronauli Nadeak/ Vol Wajib Pajak sistem e-
5, No 1. 2012 (NPWP) untuk Registration
target dalam Perbedaan:
rangka untuk dalam jurnal
mencapai tersebut
kepatuhan wajib mengukur sistem
pajak. e-Registration
terhadap
kepuasan Wajib
Pajak dan
mengukur
kepatuhan wajib
Pajak dengan
sistem,
sedangkan
penelitian ini
melihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25

efektivitas
pelayanan
pendaftaran
Wajib Pajak
secara online
4 Analisis Efektifitas Menganalisis Metode Persamaan:
Penggunaan e-System efektivitas penelitian ini Persamaan jurnal
Terhadap Penerimaan penggunaan e- menggnakan dengan penelitian
Pajak di KPP Pratama system terhadap pendekatan ialah sama-sama
Palembang Ilir Timur/ penerimaan pajak Eksploratif. melihat
Melli Pujiani & Rizal yang ada di KPP efektifitas
Effendi/ 2013 Ilir Timur program online
Palembang yang
sebagai system mempermudah
yang wajib pajak
mempermudah Perbedaan:
Wajib Pajak perbedaan jurnal
dalam tersebut yaitu
melaporkan pajak menganalisis
efektifitas e-
Sistem
terhadap
penerimaan pajak
sedangkan
penulis melihat
pelayanan
pendaftaran eajib
pajak secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26

online (e-
Registration)
5 Analisis Penerapan Proses penerapan Jenis penelitian Persamaan:
Layanan Pendaftaran layanan yang membahas e-
Nomor Pokok Wajib pendaftaran digunakan Registration
Pajak Orang PribadiI nomor pokok adalah sebagai
Secara e-Registration. wajib pajak orang penelitian pelayanan online
(Studi Pada Kantor pribadi secara e- deskriptif. yang dapat
Pelayanan Pajak registration yang menigkatkan
Pratama Surabaya diterapkan oleh perpajakan.
Wonocolo)/ kantor pelayanan Perbedaan: jurnal
Enggar Putri pajak pratama tersebut
Wulandari, Srikandi surabaya menganalisis
Kumadji, dan Wonocolo telah penerapan
Achmad Husaini/ berjalan dengan layanan
Vol. 6 No. 2. 2015 baik dan sesuai pendaftaran
dengan ketentuan Nomor Pokok
SE-20/PJ/2013 Wajib Pajak
menggunakan e-
Registration
sedangkan pada
penelitian penulis
adalah melihat
efektivitas
pelayanan
pendaftaran
Wajib Pajak
secara online
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27

menggunakan
sistem e-
Registration

Sesuai dengan penjelasan singkat mengenai penelitian terdahulu, maka hasil

penulisan ini merupakan perihal yang berbeda walaupun terdapat beberapa aspek

yang dapat menjadi masukan. Referensi diatas menunjukkan adanya relevansi yaitu

sama-sama membahas tentang pajak online yang dapat mempengpengaruhi

kemudahan pelayanan pendaftaran Wajib Pajak dan meningkatkan perpajakan,

namun penelitian yang penulis lakukan memiliki perbedaan dengan penelitian diatas.

Perbedaan tersebut yaitu penulis melihat seberapa efektifkah pelayanan system

pendaftaran Wajib Pajak secara online (e-Registration) bagi wajib pajak orang

pribadi di kota Surakarta dengan menggunakan tiga indikator yaitu Adaptasi,

Integrasi dan Pencapaian Tujuan dalam memenuhi kriteria efektivitas.

2.2 Efektifitas

Konsep efektivitas digunakan untuk melihat hasil penelitian nantinya akan

dicapai sehingga penulisan mengacu pada teori efektivitas yang sudah ada. Pada

bagian efektititas ini akan dibagi menjadi beberapa sub bab yaitu Definisi

Efektivitas dan Ukuran Efektivitas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28

2.2.1 Definisi Efektifitas

Suatu organisasi dapat diukur tingkat keberhasilannya dengan

mengamati efektif tidaknya organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya.

Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat

tercapai. Pengertian efektivitas organisasi mempunyai arti yang berbeda bagi

setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya.

Menurut Tangkilisan (200:139) Efektivitas adalah:


“Tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial
dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi
tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindai ketegangan yang
tidak perlu diantara anggota-anggotanya.”
Efektifitas terdapat berbagai pendapat, berikut pengertian efektivitas

Ridwan. (2009:87) mendefinisikan efektivitas yaitu:

“Tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk target,


sasaran jangka panjang, maupun misi organisasi. Terminologi lain
mengenai efektivitas adalah ukuran bagaimana suatu kualitas, suatu output
itu dihasilkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, kemudian
bagaimana mencapai outcome yang diharapkan.”
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nurmandi (2006:54) bahwa:

“Efektivitas memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari


organisasi publik, tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat
merupakan salah satu ukuran efektivitas dan dimensi waktu adalah salah
satu komponen konsep dari efektivitas”
Sedangkan menurut Alwi (2002:219):
”Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari
suatu usaha atau tindakan dalam
commit hal ini efektivitas dapat dilihat dari
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id29

tercapai tidaknya suatu tujuan instruksional khusus yang telah


dicanangkan.”
Menurut Sumenge (2013:132) Efektifitas yaitu “Hubungan antara

keluaran dengan tujuan yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan

efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

Sedangkan Manzoor (2011:73) Efektivitas organisasi didefinisikan

sebagai:

“Sejauh mana suatu organisasi, dengan menggunakan sumber tertentu,


memenuhi tujuannya tanpa menghabiskan sumber daya dan tanpa
menempatkan regangan berlebihan pada anggota dan atau masyarakat.
Jadi organisasi harus bekerja keluar dan membuat kebijakan seperti dan
struktur organisasi yang mendukung pengakuan karyawan dan
pemberdayaan.”
Tangkilisan (2005:139) juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
efektifitas adalah :
“Keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan,
kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia” Jadi konsep tingkat
efektivitas menunjukkan pada tingkat jauh organisasi melaksanakan
kegiatan atau fungi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber
yang ada.”
”Menurut pendapat Mahmudi (2005:92) Efektivitas yaitu hubungan

antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi output terhadap

pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan

Menrut pendapat lain, Anggoro (2008:14) mengatakan;

“Efektivitas secara sederhana dapat diartikan “tepat sasaran”, yang juga


lebih diarahkan pada aspek kebijakan, artinya program-program
pembangunan yang akan commit to user
dan sedang dijalankan ditujukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id30

memperbaiki kualitas kehidupan rakyat yang benar-benar memang


diperlukan untuk menaikkan produktivitas global rakyat yang akan
berdampak pada meningkatnya investasi publik dalam bidang sosial,
ekonomi.

Indrawijaya (2000:98) juga mengemukakan Efektivitas adalah:


”Hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan
ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi
mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam pengertian teoritis atau praktis,
tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan
Efektivitas”
Menurut Sedarmayanti (2009:61) Konsep mengenai efektivitas tidak bisa

dilepaskan dari teori sistem dimana dua kesimpulan pokok dari teori sistem,

“Pertama adalah bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan


seluruh siklus input-proses-output, sedangkan yang kedua adalah bahwa
kriteria efektivitas harus menggambarkan hubungan timbal balik antara
organisasi dan lingkungan yang lebih besar. Efektivitas berfokus pada
outcome (hasil) status organisasi, program, atau kegiatan yang dinilai efektif
apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.
Pendapat lain dinyatakan oleh Sedarmayanti yang menyatakan efektivitas
merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target
dapat tercapa.”
Menurut Steers (1985:84) efektivitas sebenarnya memusatkan

perhatian pada tingkah laku organisasi sewaktu berjuang mencapai posisi

tawar menawar yang menguntungkan dalam lingkungan luarnya.

Menurut Muhammad, et al dalam Quratul-Ain Manzoor di European

Journal of Business and Management Vol 3. No 3, 2011 hal 37, mengkaji

bahwa :

“Composition of people which formulate independent business identity for


some specific purpose iscommit to userknown as organization and getting
commonly
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id31

desired outcome within defined resources is treated as effectiveness.


Organizational effectiveness is the notion of how effectual an organization
is in accomplishing the results the organization aims to generate.”

2.2.2 Ukuran Efektivitas

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka

usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif. Namun, jika

usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa

yang direncanakan maka hal itu dapat dikatakan tidak efektif.

Keban (2004:193) mengungkapkan ada 30 kriteria efektivitas. Kriteria


tersebut adalah:
“Tingkat efektivitas secara keseluruhan, produktivitas, efisiensi,
keuntungan, kualitas, tingkat kecelakaan, perkembangan, tingkat
ketidakhadiran, pergantian, kepuasan kerja, motivasi kerja, semangat
kerja, tingkat kendali, tingkat kohesi/konflik, fleksibilitas/kemampuan
beradaptasi, rencana dan penetapan tujuan, tingkat internalisasi tujuan
organisasi, peran dan kesesuaian norma, keterampilan manajerial/kerja,
manajemen dan komunikasi informasi, kemudahan, pemanfaatan
lingkungan, evaluasi oleh pihak luar, stabilitas, nilai sumber daya
manusia, partisipasi dan saling pengaruh, perhatian terhadap training dan
pengembangan, dan terhadap prestasi.”
Waluyo (2007:84) mengemukakan pendekatan pengukuran efektivitas

organisasi yang disebutnya “System model” mencakup empat kriteria sebagai

berikut:

1. Kriteria adaptasi

Dipersoalkan kesiapan dan kemampuan organisasi untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32

2. Kriteria integrasi

Pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk

mengadakan sosialisasi, permufakatan masyarakat.

3. Kriteria motivasi anggota

Dalam kriteria ini dilakukan pengukuran mengenai keterkaitan dan

hubungan antara perilaku organisasi dengan organisasinya dan

kelengkapan sarana bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.

4. Kriteria produksi

Usaha pengukuran efektivitas organisasi dihubungkan dengan jumlah

organisasi dan mutu keluaran organisasi serta intensitas kegiatan suatu

organisasi.

Steers (1985:53) mengemukakan mengenai ukuran efektivitas sebagai

berikut : 1) Pencapaian Tujuan. 2) Integrasi. 3) Adaptasi.

Untuk mengetahui apakah suatu pelayanan sudah benar-benar

mencapai tujuannya, maka diperlukan adanya suatu kriteria yang bisa

digunakan sebagai tolak ukur atau sebagai pedoman untuk mengukur tingkat

efektivitas dari pelayanan tersebut. Dengan adanya kriteria tersebut, maka

dapat diketahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk mencapai suatu

tujuan.

Sudrajat (2009:18) mengemukakan bahwa konsep mengenai

commit
efektivitas tidak bisa dilepaskan daritoteori
usersistem yang antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id33

a. Bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan seluruh siklus input

proses-output.

b. Bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan hubungan timbal balik

antara organisasi dan linkungan yang lebih besar.

Ahmad and Latif (2012) (International Journal of Business & Management


Vol. 7 tahun 2012).
“The result of the analysis showed that there are four factors that will
influence the effectiveness of public services, namely prompt services,
communication skills, technology and facility. In order to be effective, it is
possible for the public institution to take a look on the delivery system
practiced and if necessary make some improvement towards the certain
elements being identified”.
Kegiatan pelayanan akan efektif atau memenuhi keberhasilan apabila

memenuhi suatu kriteria. Nakamura dalam Solichin Abdul Wahab (2005:43)

mengemukakan bahwa ada lima kriteria yang harus dipenuhi agar kegiatan

pelayanan menjadi efektif atau memenuhi keberhasilan, yaitu :

1) Pencapaian tujuan,
2) Efisiensi,
3) Kepuasan kelompok sasaran,
4) Daya tanggap klien,
5) Sistem pemeliharaan.
Nogi Hassel Tangkilisan (2005:141) memberikan kriteria atau ukuran

efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor

eksternal organisasi, yang meliputi antara lain:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id34

“Pertama yaitu Produktivitas organisasi atau output. Kedua taitu


efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan didalam dan dilur organisasi. Ketiga yaitu
tidak adanya ketegangan didalam organisasiatau hambatan-hambatan
konflik diantara bagian-bagian organisasi.”
Efektivitas kerja organisasi sangat tergantung dari efektivitas kerja

dari orang-orang yang bekerja di dalamnya. Sangat sulit untuk mengukur

efektivitas kerja, karena penilaiannya sangat subjektif dan sangat tergantung

pada orang yang menerima pelayanan tersebut. Kesukarannya terletak pada

penarikan generaliasi yang akhirnya berlaku umum dan dapat diterima oleh

setiap orang. Artinya, meskipun individual sifatnya, ada beberapa kriteria

yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas kerja dari organisasi yang

memberikan pelayanan Siagian (1996:24) antara lain :

1. Faktor Waktu maksudnya adalah ketepatan waktu dan kecepatan waktu

dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan. Hanya saja

penggunaan ukuran tentang tepat tidaknya atau cepat tidaknya pelayanan

yang diberikan berbeda dari satu orang ke orang lain. Terlepas dari

penilaian subjektif yang demikian, yang jelas ialah faktor waktu dapat

dijadikan sebagai salah satu ukuran efektivitas kerja.

2. Faktor Kecermatan dapat dijadikan ukuran untuk menilai tingkat

efektivitas kerja organisasi yang memberikan pelayanan. Faktor

kecermatan disini adalah faktor ketelitian dari pemberi pelayanan kepada

pelanggan. Pelanggan akan cenderung


commit to user memberikan nilai yang tidak terlalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id35

tinggi kepada pemberi pelayan, apabila terjadi banyak kesalahan dalam

proses pelayanan, meskipun diberikan dalam waktu yang singkat.

3. Faktor Gaya Pemberian Pelayanan merupakan salah satu ukuran lain yang

dapat dan biasanya digunakan dalam mengukur efektivitas kerja. Yang

dimaksud dengan gaya disini adalah cara dan kebiasaan pemberi

pelayanan dalam memberikan jasa kepada pelanggan. Bisa saja si

pelanggan merasa tidak sesuai dengan gaya pelanggan yang diberikan

oleh pemberi pelayanan. Jika berbicara tetang sesuatu hal yang

menyangkut kesesuaian, sesungguhnya apa yang dibicarakan termasuk hal

yang tidak terlepas kaitannya dengan nilai-nilai sosial yang dianut oleh

orang yang bersangkutan.

Beberapa Pakar diatas mengemukakan bahwa teori kriteria efektivitas

digunakan sebagai acuan untuk mengukur suatu program yang dilakukan

apakah sudah benar-benar mencapai tujuannya apa tidak. Maka dari itu, untuk

memenuhi keberhasilan mengukur suatu program agar mencapai kriteria

efektifitas penulis membuat tabel dengan mengacu pada Pakar-pakar diatas

untuk mengukur Efektivitas Pelayanan Sistem Pendaftaran Wajib Pajak

Secara Online (e-Registration) Di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta sehingga

penulisan ini sesuai yang di harapkan. Seperti yang ada di tabel 2.2 berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id36

Tabel 2.2

Tabel Kriteria Efektifitas Menurut Pakar


Pakar

dalam Wahab

Tangkilisan

Sondang P.
Richard M.
Yeremis T.

Nakamura
Ridwan &
Sudrajat
Waluyo

Siagian
No Kriteria

Keban

steers
Efektivitas

Adaptasi
1    
Integrasi
2    
Motivasi Anggota
3  
Produksi
4   
Pencapaian Tujuan
5    
Efisiensi
6   
Kepuasan
7 Kelompok 

Daya Tanggap
8 Klien 
Sistem
9 Pemeliharaan 
Faktor Kecermatan
10 
Gaya Pemberian
11 Pelayanan 

Konflik /Hambatan
12  

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id37

Dari kriteria Efektivitas menunjukkan bahwa teori Adaptasi, Integrasi dan

Pencapaian Tujuan merupakan teori yang banyak di masukkan kedalam kriteria

efektifitas. Agar hasil sesuai dengan kriteria tersebut maka penulis memfokuskan

teori yang digunakan oleh Richard M Steers untuk melakukan penelitian sehingga

dalam melihat Efektivitas Pelayanan Sistem Pendaftaran Wajib Pajak Secara Online

(e-Registration) Di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dapat terukur dengan jelas dan

akurat.

Definisi Konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan,

sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan.

Konsep yang digunakan dalam penelitian adalah konsep Efektivitas Pelayanan Sistem

Pendaftaran Wajib Pajak Secara Online (e-Registration) Di Kantor Pelayanan Pajak

Surakarta.

Definisi Operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu veriabel diukur,

dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka diketahui baik buruknya

variabel tersebut. Dari definisi operasional terdapat tiga indikator yang akan

digunakan peneliti yaitu Pencapaian Tujuan, Integrasi dan adaptasi. Tiga inidikator

tersebut akan dikatakan efektif jika rencana atau target kantor pajak Surakarta yang

sudah ditentukan dengan hasil yang dicapai sudah berjalan dengan baik serta ada

dampak positif yang timbul.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id38

2.3 Konsep Pelayanan

Pelayanan merupakan konsep yang digunakan peneliti untuk memenuhi kriteria

Efektivitas Pelayanan Sistem Pendaftaran Wajib Pajak Secara Online (e-Registration)

Di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta. Pada konsep pelayanan akan dibagi menjadi

beberapa sub bab yaitu: Definisi Pelayanan, Pelayanan Publik, Azas Pelayanan

Publik, Prinsip Pelayanan Publik dan Standarisasi Pelayanan Publik.

2.3.1 Definisi Pelayanan

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara

ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan

manusia. Untuk menelaah pelayanan secara konseptual, perlu dibahas pengertian kata

demi kata mengenai definisi pelayanan yang akan dijelaskan sebgai berikut. Menurut

Yuyun Purbokusumo (2005:73) Pelayanan publik di Indonesia identik dengan

pelayanan yang “high cost economy”. Pelayanan publik di Indonesia masih terjadi

banyak “pungutan liar” baik dilakukan secara tersamar maupun dengan arogansi”

Ratminto dan Winarsih (2010:2) mengatakan bahwa pelayanan adalah

produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-

usaha manusia dan menggunakan peralatan.

Sedangkan menurut Lovelock (1994:98) Service (pelayanan) adalah:

“Produk yang tidak berwujud, berlangsung sebentar atau secara singkat dan
dirasakan atau di alaminya. Pendapat lain juga mengatakan bahwa Pelayanan
menyangkut sejumlah informasicommit to user
yang diinginkan pelanggan, tindakan yang sukar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id39

disentuh dan diukur secara eksak ukuran kepuasannya, sangat sensitif dan sukar
diprediksikan ke depannya serta sangat tergantung juga pada nilai yang dianggap
pantas oleh pelanggan terhadap apa yang diterima dan dibayarnya.”
Davis dan Heineke dalam Amin Ibrahim (2008:1) Pelayanan artikan sebagai

suatu kegiatan/keuntungan yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada

konsumen/costumer yang bersifat tidak berwujud dan dan tidak dapat dimiliki.

Uttal, Wiliam H Davidow (1989:17). Donald (1984:22) juga menjelaskan bahwa:

“Pelayanan pada dasarnya adalah merupakan kegiatan atau manfaat yang


ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada hakekatnya tidak
berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu, proses produksinya
mungkin juga tidak di kaitkan dengan suatu produk fisik”
Tekege (2004:4) menjelaskan bahwa Pelayanan pada dasarnya adalah
“Cara melayani, membantu, menyikapi, mengurus, menyelesaikan keperluan
kebutuhan seseorang atau sekelompok orang. Dan kegiatan pelayanan pada
dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak. Dua indikator pelayanan publik
yang mendapatkan nilai cukup tinggi adalah kejelasan waktu pelayanan” dan
kemudahan menjangkau tempat pelayanan”
Moenir (2000:16) menjelaskan bahwa pelayanan didefinisikan sebagai suatu

proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.

Sedangkan Menurut Sugiarto (1999:38) Pelayanan:

“Merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang


lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien, penumpang dan lain-lain) pada
tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang melayani
maupun orang yang dilayani”
Philip Kotler (2002:143) menyebutkan bahwa pelayanan (Service) dapat

didefinisikan sebagai suatu tindakan atau kinerja yang diberikan oleh seseorang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id40

kepada orang lain. Pelayanan atau lebih dikenal dengan service dapat diklasifikasikan

menjadi:

“Pertama High contact service, yaitu klasifikasi pelayanan jasa dimana kontak
antara konsumen dan penyedia jasa yang sangat tinggi, konsumen selalu terlibat
dalam proses dari layanan jasa tersebut. Kedua Low contact service, yaitu
klasifikasi pelayanan jasa dimana kontak antara konsumen dengan penyedia jasa
tidak terlalu tinggi. Physical contact dengan konsumen hanya terjadi di front desk
adalah termasuk dalam klasifikasi low contact service. Contohnya adalah lembaga
keuangan.”
Pada dasarnya tujuan akhir yang hendak dicapai dalam suatu pelayanan

adalah untuk memberikan kepuasan kepada pengguna layanan. Demikian halnya

dengan pelayanan publik, secara teoritis pada dasarnya tujuan dari pelayanan publik

adalah memuaskan masayarakat.

2.3.2 Definisi Pelayanan Publik

Konsepsi pelayanan administrasi pemerintahan seringkali dipergunakan

secara bersama-sama atau dipakai sebagai sinonim dari konsepsi pelayanan perijinan

dan pelayanan umum, serta pelayanan publik. Pelayanan umum lebih sesuai jika

dipakai untuk menerjemahkan konsep public service. Istilah pelayanan umum ini

dapat disejajarkan atau disepadankan dengan istilah pelayanan publik.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik

menyebutkan bahwa pelayanan publik merupakan segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan

commit
kebutuhan penerima layanan sesuai to userperaturan perundangundangan. Jadi
ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id41

yang yang dimaksud pelayanan publik pada dasarnya sebagai segala bentuk jasa

pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di

pusat,di daerah, dan dilingkungan badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain,

penyelenggaraan pelayanan publik adalah instansi pemerintah. Pelayanan dapat di

katakan sebagai suatu aktifitas dari seseorang, sekelompok dan/atau organisasi secara

langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan.

Sehingga pelayanan dapat dikatakan sebagai suatu usaha untuk membantu

menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan oleh orang lain.

Menurut Widodo (2001:269) yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah


segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dwiyanto (2006:50) mengatakan bahwa pelayanan publik merupakan produk

birokrasi publik yang diterima untuk pengguna maupun masyarakat secara luas.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan

publik, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id42

Matei and Camelia (2015) Dalam jurnal Public service in Romania and in the

Development of the Administrative Capacity. Menerangkan bahwa Public Service is

all activities carried out by the Operator Service To The Public Service as an attempt

hearts Fulfillment Order to review goals based conditions law

“Fery Anggoro Suryokusumo (2008:14) mendefinisikan Pelayanan adalah :

“Publik pada hakekatnya adalah pelayanan kepada pengguna jasa layanan yang
dalam hal ini adalah masyarakat dalam arti luas, sehingga apapun bentuk dan
model pelayanan yang diberikan semestinya orientasinya adalah untuk
masyarakat itu sendiri. sedangkan menurut”

Kemudian menurut Edi Topo Ashari (2010:247) pelayanan publik:

”Merupakan kewajiban pemerintah kepada setiap warga negara dan penduduk


sehingga metode dan prosedur senantiasa harus diaktualisasikan dengan harapan
dan keinginan publik serta perubahan lingkungan, karena pemerintahan pada
hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat”

Pelayanan publik menurut Harbani Pasolong, (2007:132) adalah kegiatan

yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap

kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan, dan menawarkan kepuasan

meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Ratminto & Atik Septi Winarsih 2006:22) mendefinisikan pelayanan umum :

“Sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di


Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan pelayanan administrasi pemerintahan
atau pelayanan perijinan dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan
yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milik Daerah, commit to user
baik dalam rangka pelaksanaan ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id43

peraturan perundang-undangan, yang bentuk produk pelayanannya adalah ijin


atau warkat”.

Memberikan pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan

publik (pemerintah daerah) merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara

berkesinambungan seiring dengan perkembangan harapan publik yang menuntut

untuk dilakukan peningkatan kualitas pelayanan publik. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan pelayanan publik adalah menaikkan posisi tawar

masyarakat, atau memberdayakan masyarakat dan mengontrol pemerintah daerah.

Peningkatan posisi tawar dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

perumusan dan sosialisasi citizen’s charter, perumusan dan sosialisasi standart

pelayanan minimal, pemberian sistem ganti rugi apabila pemerintah daerah gagal

memberikan pelayanan publik, pemberian kebebasan kepada masyarakat untuk

memilih penyelenggaraan pelayanan publik yang disenangi dan kompetisi antara

penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Sinambela, (2006: 45) mengungkapkan pelayanan publik diartikan:

“Sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah


manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak
terikat pada suatu produk secara fisik”
Untuk memenuhi kebutuhan publik, ada lima hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian pelayanan publik, namun yang paling singnifikan untuk diterapkan

dalam lembaga pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Function (fungsi) yaitu kinerja primer yang dituntut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id44

2. Conformance (pengesahan) yaitu kepuasan yang didasarkan pada

pemenuhan persyaratan yang telah di tetapkan.

3. Reliability (dipercaya) yaitu kepercayaan atas jasa dalam kaitannya

dengan waktu.

4. Serviceability (pelayanan) yaitu kemampuan untuk melakukan perbaikan

apabila terjadi kekeliruan.

5. Adanya assurance (jaminan) yang mencakup pengetahuan, kemampuan,

kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang memiliki para staf, bebas dari

bahaya, resiko atau keragu-raguan.

Sedangkan yang yang dimaksud pelayanan publik menurut, Alamsyah (2011):


“Pada dasarnya sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang
publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat,di daerah, dan dilingkungan
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Setiap negara atau pemerintahan
menyelenggaran pelayanan publik kepada masyarakatnya. Meskipun mempunyai
perbedaan, akan tetapi pelayanan publik mempunyai nilai-nilai universal”.

1. Pelayanan publik berorientasi kepentingan publik. Maksudnya, keputusan-

keputusan yang diproduksi otoritas publik yang terkait dengan pelayanan

publik harus mendahulukan kepentingan publik dan nilai-nilai publik.

Perbedaan yang terjadi antar hanyalah soal apa dan bagaimana

mendefenisikan kepentingan dan nilai-nilai publik tersebut. Di negara-negara

demokrasi, pelayanan publik memiliki peran dan tanggung jawab untuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id45

menegakkan nilai-nilai demokratis dan memastikan pemenuhan hak-hak

warga negara. Pelayan publik tidak hanya menyampaikan barang dan jasa

kepada warga negara sebagai pelanggan (customer).

2. Konsekuensi ciri pelayanan publik berorientasi kepentingan publik adalah

para pelayan publik tidak boleh bebas nilai (value free). Ia harus berpihak,

yakni berpihak kepada kepentingan publik sesuai dengan peran mereka

sebagai penjaga kepenting publik (the guardian of public interest). Bagaimana

konsepsi the guardian of public interest ini diterjemahkan sangat tergantung

pada pilihan ideologi rezim, desain sistem politik, dan dinamika sosial,

ekonomi, politik yang berkembang di suatu negara.

3. Proses pelayanan publik itu harus partisipatif dan memberdayakan, cepat,

fleksibel, ramah, dan ekonomis (efisien, efektif, dan produktif), berkeadilan

sosial dan ekologis, serta akuntabel secara horisontal, vertikal, sosial, internal

dan eksternal, responsif dan transparan. Ciri ketiga ini merupakan

konsekuensi logis karakter pelayanan publik yang berorientasi kepentingan

publik, berlandaskan nilai-nilai publik, dan bersifat value free. Ciri ketiga ini

menekankan arti penting pelayanan publik sebagai proses yang nonmekanis,

tetapi relasi dinamis antara manusia dengan kelompoknya, manusia dengan

alam sekitarnya, dan manusia dengan struktur-stuktur ekonomi-politik yang

dibentuk dalam rangka pengaturan kehidupan bersama.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id46

4. Tindakan para pelayan publik mempertimbangkan etika tertentu. Etika adalah

seperangkat moral. Nilai-nilai moral tak bisa dihilangkan dari proses

pelayanan publik karena aktivitas ini tetap menempatkan manusia sebagai

pelaku utamanya. Meskipun peran manusia sebagai pelayan publik diatur

dalam kerangka sistem tertentu mekanis, tetapi ia tetap tidak bisa

menghilangkan keberadaan nilai-nilai moral yang akan menjadi lem perekat

beragam komponen dalam sistem pelayanan publik.

5. Sistem dan proses pelayanan publik dibangun atas dasar aturan, hukum, dan

kesepakatan tertentu. Apakah dasar aturan, hukum dan kesepakatan ini dibuat

atas prinsip- prinsip demokratis atau tidak akan sangat ditentukan bentuk

negara dan/atau bentuk pemerintahan yang berlaku di negara-negara tersebut.

2.3.3 Asas Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi azas–azas pelayanan sebagai berikut:

(Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004):

a) Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b) Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id47

c) Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d) Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e) Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender, dan status ekonomi.

f) Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak. (Ratminto dan Atik Septi Winarsih,

2006:22).

2.3.4 Prinsip Pelayanan Publik

Di dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 disebutkan bahwa

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :

a) Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan.

b) Kejelasan

Kejelasan ini mencakup kejelasan


commit todalam
user hal :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id48

1) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

2) Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik

3) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran

c) Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

d) Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

e) Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

f) Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g) Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi

telekomunikasi dan informatika (telematika).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id49

h) Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau

oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan

informatika.

i) Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta

memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j) Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah

dan lain-lain. (Ratminto dan Atik Septi Winarsih, 2006:23).

2.3.5 Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan

dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

Standar pelayanan merupakan ukuran yang dilakukan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.

Menurut MENPAN Nomor 63 Tahun 2004, standar pelayanan sekurang-kurangnya

meliputi :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id50

a) Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dilakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan

termasuk pengaduan.

b) Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

c) Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses

pemberian pelayanan

d) Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

e) Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik.

f) Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap, dan perilaku yang

dibutuhkan. (Ratminto dan Atik Septi Winarsih, 2006:24).

Pada Penulisan ini efektivtias pelayanan yang diukur dengan tiga indikator yaitu

Adaptasi, Integrasi dan Pancapai Tujuan berkaitan dengan Azas Pelayanan Publik,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id51

Prinsip Pelayanan Publik dan Standar Pelayanan Publik. Hal tersebut dapat dilihat

dari indikator Adaptasi yaitu Waktu Penyelesaian, Sarana dan Prasarana, dan

Kopetensi Petugas Pemberi Pelayanan. Integrasi dapat dilihat pada Azas Pelayanan

Publik yaitu pada Partisipatif dan Kesamaan Hak. Sedangkan Pencapaian tujuan

berkaitan dengan Produk Pelayanan.

2.4 Konsep Pajak

Konsep pajak digunakan untuk melengkapi teori penulis kaitannya dengan

Efektivitas Pelayanan Sistem Pendaftaran Wajib Pajak Secara Online (e-Registration)

Di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta. Pada Konsep Pajak ini akan dibagi menjadi

beberapa sub bab yaitu Definisi Pajak, Definisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),

Definisi Wajib Pajak, e-Registration NPWP, dan Kepatuhan Pajak

2.4.1 Definisi Pajak

Pelaksanaan pemungutan pajak di Indonesia harus mengacu pada undang-

undang. Hal tersebut sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945 Pasal 23 ayat

2 yang berbunyi “segala pungutan pajak harus bedasarkan undang-undang”. Atas

dasar undang-undang di maksudkan bahwa pajak merupakan peralihan kekayaan dari

masyarakat ke pemerintah, untuk membiayai pengeluaran Negara dengan tidak

mendapatkan kontrapresepsi langsung.

Berikut ini merupakan definisi-definisi pajak menurut beberapa ahli diantaranya

commit
adalah definisi pajak menurut Munawir to useradalah :
(2002:2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52

“Iuran wajib dan pemungutannya didasarkan undang-undang sehingga


pelaksanaannya dapat dipaksakan yang berarti bahwa barang siapa (Wajib
Pajak) tidak atau tidak sepenuhnya memenuhi kewajiban perpajakannnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, terhadap
mereka dapat dipaksa untuk memenuhi kewajiban tersebut melalui surat
peringatan, surat teguran, dikenakan sanksi administrasi (bunga dan denda),
termasuk penyitaan terhadap kekayaan Wajib Pajak, dan dapat dengan pidana
penjara”
Menurut P.J.A Andriani (2005:2) pajak adalah:

“Iuran kepada Negara (yang dapat di paksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat di tunjuk, dan yang guna untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk
meenyelenggarakan pemerintahan”.
Sedangkan menurut B.N Marbun (2003:196) Pajak merupakan iuran wajib

kepada Negara bedasarkan Undang-undang, untuk membiayai belanja Negara, dan

sebagai alat untuk mengatur kesejahteraan serta perekonomian.

Menurut Prof. Dr. MJH. Smeeths dalam Andriani (2005:2) Pajak adalah

sebuah prestasi pemerintah yang terhutang melalui norma-norma dan dapat

dipaksakan tanpa adanya suatu kontra prestasi dari setiap individual. Sedangkan

menurut Seligman (1905: 67) Pajak ialah pemungutan yang sifanya memaksa kepada

pemerintah atau penguasa untuk biaya segala pengeluaran yang berhubungan dengan

masyarakat dan tanpa ditunjuk serta tidak ada keuntungan yang diperoleh.

Dr. N.J. Fieldman dalam Suandi (2008:10) juga memaparkan bahwa Pajak

yaitu sebuah prestasi yang sifatnya paksaan sepihak kepada penguasa menurut norma

yang ditetapkan tanpa adanya kontraprestasi dan gunanya untuk menutupi segala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53

pengeluaran umum dari sebuah negara. Sedangkan Leroy Beaulieu dalam (Suandi

2008) menyatakan bahwa pajak bantuan baik secara langsung atau tidak, hal ini bisa

dipaksakan oleh pemerintah kepada warganya gunanya untuk menutupi semua biaya

yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut.

Menurut Sony Agustinus dan Isnianto kurniawan (2009:1) pajak adalah:

“Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa bedasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan di gunakan untuk kepentngan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut Rochmat Soemitro (2008:5) pajak adalah peralihan kekayaan dari

pihak rakyat kepada kas negara untuk menbiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya

di gunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai

public investment.

Menurut Djajaningrat dalam Siti Resmi, (2008 : 1) sebagai berikut:

“Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas Negara


yang di sebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang di
tetapkan pemerintah serta dapat di paksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik
dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum”.

Wahyutomo (1994:14) mendefinisikan Pajak sebagai

“Peralihan kekayaan dari sektor Swasta ke sektor publik/Pemerintah


bberdasarkan Undang-undang yang pemungutannya dapat dipaksakan dengan
tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung ditunjukkan,
yang berfungsi sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk
mencapai tujuan yang ada di luar keuangan
commit to userNegara.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54

Dari definisi tersebut dapat diidentifikasikan bahwa pajak memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Pajak merupakan setoran sebagian kekayaan individu atau Badan untuk Kas

Negara sesuai dengan ketentuan Undang-undang.

2. Sifat pemungutan pajak dapat dipaksakan, terus menerus, tidak mendapat

prestasi (imbalan) kembali secara langsung.

3. Penerimaan pajak oleh Negara dipakai untuk pengeluaran-pengeluaran

Negara dalam melayani kepentingan masyarakat.

Sedangkan menurut Deutsche Reichs Abgaben Ordnung dalam Menurut Sony

Agustinus dan Isnianto kurniawan (2009:1) pajak adalah:

“Bantuan uang secara incidental atau secara periodik dengan tidak ada
kontraprestasinya, yang di pungut oleh badan yang bersifat umum ( Negara ),
untuk memperoleh pendapatan, dimana terjadi suatu tatbestand (sasaran
pemajakan) yang kena undang-undang menimblkan pajak”
Bedasarkan definisi yang telah ada maka Sony Agustinus dan Isnianto

kurniawan (2009:1) menyimpulkan tentang karateristik dari pajak diantaranya

sebagai berikut:

1. Pajak dipungut bedasarkan undang-undnang dan aturan pelaksanaannya.

2. Pembayaran pajak yang terutang oleh orang pribadi atau badan (wajib pajak)

sifatnya dapat di paksakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id55

3. Pembayar pajak (tax player) tidak dapat memiliki kontraprestasi secara

langsung oleh pemerintah.

4. Pajak di pungut oleh Negara, baik lewat oemerintah pysat maupun pemerintah

daerah.

5. Penerimaan dari sektor pajak di gunakan untuk pembiayaan pengeluaran-

pengeluaran pemerintah.

A. Fungsi Pemungutan Pajak

Menurut (Mardiasmo 2009) pemungutan pajak memiliki 2 fungsi sebagai

berikut:

1. Fungsi budgetary (penerimaan)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang di peruntukkan bagi

pembiayaan kegiatan kegiatan (rutin dan pembangunan) pemerintah.

2. Fungsi regulatory (pengaturan)

Pajak ini berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

Contoh:

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah

untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id56

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor

produk Indonesia di pasaran dunia.

B. Sistem Pemungutan Pajak menurut

Menurut (Rahayu 2010:19) sistem pemungutan pajak diantaranya:

1. Official-Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang keseluruhan proses pelaksanaanya, mulai

dari penetapan NPWP hingga timbulnya pajak terutang melalui penerbitan

Surat Ketetapan Pajak dilakukan oleh aparat pemungut pajak (fiskus).

2. With Holding Tax System

Sistem pemungutan yang melibatkan pihak ketiga dalam memotong atau

memungut pajak yang harus dikeluarkan setiap warga negara.

3. Self-Assessment System

Wewenang sepenuhnya untuk menentukan besar pajak ada pada wajib

pajak. Wajib pajak aktif menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak campur tangan dalam

penentuan besarnya pajak terutang selama wajib pajak tidak menyalahi

peraturan yang berlaku.

2.4.2 Definisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan tanda pengenal yang wajib dimiliki

oleh Wajib Pajak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id57

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, khususnya Pasal 2 ayat (1)

menyebutkan bahwa Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif

dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya

meliputi tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya wajib diberikan Nomor

Pokok Wajib Pajak

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (Resmi 2008) adalah sarana

administrasi perpajakan yang di pergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

wajib pajak dan setiap wajib pajak hanya di berikan satu nomor wajib pajak. NPWP

juga di pergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan

pengawasan dalam administrasi perpajakan. Dengan memiliki NPWP, wajib pajak

memperoleh beberapa manfaat langsung lainnya, seperti pembayaran pajak di muka

(angsuran/kredit pajak) atau fisikal luar negeri yang dibayar sewaktu wajib pajak

bertolak ke luar negeri, sebagai persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin

Usaha Perdaganga (SIUP), dan sebagai salah satu syarat pembuatan rekening Koran

di bank-bank. Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan

Nomor Pokok Wajib Pajak di kenakan sangsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan perpajakan. Sedangkan Pengertian NPWP Menurut (Mardiasmo 2003) :

“Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. Funfsi
Nomor Pokok Wajib Pajak ini adalah sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak dan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
commit to user
pengawasan administrasi perpajakan”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id58

Kebanggaan dalam memiliki NPWP sebagai wujud peran kita dalam

membayar pajak sebagai kunci kemandirian dalam pembiayaan pembanunan

nasional. Sehingga NPWP mempunyai fingsi yang sangat penting, yaitu;

1) Sebagai sarana administrasi perpajakan

2) Sebagai identitas Wajib Pajak

3) Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi

perpajakan

4) Di cantumkan dalam setiap dokumen perpajakan

Pentingnya kepemilikan fungsi NPWP berlaku untuk jenis-jenis Wajib Pajak.

Wajib Pajak baru benar-benar bangga menjadi warga Negara yang baik bila telah

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak yang mempunyai beberapa manfaat bagi Wajib

Pajak yaitu;

1) Guna memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya : menetapkan

sendiri, menyetor, melapor, memungut dan lain sebagainya

2) Meminta Surat Pemberitahunan Tahunan (SPT) yang berfungsi sebagai

sarana bagi Wajib Pajak untuk menghitung dan menetapkan sendiri

pajaknya.

3) Untuk memperoleh pinjaman modal dari bank

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id59

4) Untuk memudahkan berhubungan dengan instansi yang mewajibkan

mencantumkan NPWP, seperti kantor inigrasi, kantor bea dan cukai, kantor

PLN, kantor Telkom, dan sabagainya.Suandi (2008:11)

Suandi (2008:11) menjelaskan bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan:


“Nomor yang di berikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang di pergunakan sebagai tanda pengenal atau identitas diri wajib
pajak. NPWP yang di keluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak merupakan astu
set nomor yang terdiri dari 15 angka atau digit dan di kelompokkan menjadi
3kelompok yang setiap kelompok mempunyai arti tersendiri, yaitu 8 angka
pertama sebagai nomor pokok, 3 angka sebagai kode kantor pelayanan pajak
yang bersangkutan dan 3 angka terakhir merupakan kantor pusat atau cabang”.
Selain itu NPWP juga harus tercantum dalam setiap dokumen perpajakan,

antara lain pada formolir pajak yang di pergunakan oleh wajib pajak, surat menyurat

dalam hubungan dengan perpajakan, serta dalam hubungan dengan instansi tertentu

yang mewajibkan untuk mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2.4.3 Definisi Wajib Pajak

Dalam istilah perpajakan orang-orang ataupun pihak-pihak yang akan

dikenakan pajak atau melakukan tindakan/kegiatan perpajakan di sebut Wajib Pajak.

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

(Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id60

Pengertian Wajib Pajak menurut (Wahyutomo 1994:1) adalah orang atau

Badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk

melakukan kewajiban perpajakan. Sedangkan menurut (Tjahjono 2005:1) orang

pribadi atau badan yang menurut peraturan perpajakan di tentukan untuk melakukan

hak dan kewajiban perpajakan termasuk pemungutan pajak, pembayaran pajak

maupun pemotong pajak.

Wajib pajak juga di bedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

1. Wajib Pajak Orang pribadi Non Usahawan

Adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia dan

mempunyai penghasilan netto dalam setahun di atas Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP)

2. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan

Adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam

kegiatan usaha atau pekerjanya menghasilkan barang, mengimpor barang,

mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang

tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau

memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

3. Wajib Pajak Badan

Adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi

commit
perseroan terbatas, perseroan to user perseroan lainnya, Badan Usaha
komanditer,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id61

Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,

kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga,

bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Dalam

pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi persatuan, penghimpunan,

atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.

4. Wajib Pajak Bendaharawan

Adalah bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instans

atau Lembaga Pemerintah, Lembaga Negara Lainnya dan Kedutaan Besar

Republik Indonesia di luar negeri, yang membayar gaji, upah , tunjangan,

hororarium dan pembayaran lain dengan nama apapun dengan pekerjaan,

jasa atau kegiatan.

Wajib Pajak menurut Resmi (2008:21) adalah orang atau badan, meliputi

pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan

kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak menurut Resmi (2009:33)

1. Hak Wajib Pajak:

a. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa.

b. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan

kriteria tertentu commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id62

c. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahua Tahunan

Pajak Penghasilan untuk paling lama dua bulan dengan cara

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada

Direktur Jenderal Pajak.

d. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan

menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak

belum melakukan tindakan pemeriksaan.

e. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

f. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

3. Surat Ketetapan Pajak Nihil.

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau

5. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan

ketentuan perundang-undangan perpajakan.

g. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas

Surat Keputusan Keberatan.

h. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan

hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id63

i. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa

bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam

hal Wajib Pajak menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang

mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan

dilakukan paling lama dalam jangka waktu satu tahun setelah berlakunya

UU No. 28 Tahun 2007.

2. Kewajiban Wajib Pajak:

1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan

kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi

persyaratan subjektif dan objektif.

2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan

tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha

Kena Pajak.

3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas, dalam

bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan

mata uang Rupiah, serta menandatangani dan menyampaikannya ke

kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau

dikukuhkan atau tempat commit to ditetapkan


lain yang user oleh Direktur Jenderal Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id64

4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan

menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang

pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak ke kas Negara melalui tempat pembayaran yang diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan

perundangundangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada

adanya surat ketetapan pajak.

7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan,

dan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

8. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan

denganpenghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib

Pajak, atau objek yang terutang pajak; memberikan kesempatan untuk

memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan

guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau memberikan keterangan lain yang

diberikan apabila diperiksa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id65

2.4.4 e-Registration NPWP

E-Government merupakan kependekan dari Elektronik Pemerintah. E-

Governtment biasa dikenal e-gov, pemerintah digital, online pemerintah atau

pemerintah transformasi. E-Government merupakan suatu upaya untuk

mengembangkan penyalenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik. Suatu

penataan system manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan

mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian e-

Registration merupakan salahsatu program dari pemerintah yang berbasis digital atau

online yang ditujukan kepada masyarakat guna meningkatkan kepatuhan perpajakan

e-Registration adalah sistem pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak dan perubahan data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena

Pajak melalui internet yang terhubung langsung secara on-line dengan Direktorat

Jenderal Pajak Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 24 tahun 2009 tentang Tata

Cara Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP dan Perubahan Data Wajib Pajak

dan/atau PKP dengan Sistem e-Registration).

1. Tata cara penggunaan aplikasi e-Registration

a. Dimulai dengan masuk ke alamat web www.pajak.go.id, kemudian

membuat username dan password untuk dapat login ke aplikasi e-

Registration.

b. Mengisi formulir digital pendaftaran Wajib Pajak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id66

c. Mencetak Formulir Registrasi Wajib Pajak dan Surat Keterangan

Terdaftar Sementara, dan menandatangani Formulir Registrasi Wajib

Pajak.

d. Surat Keterangan Terdaftar Sementara hanya berlaku selama 30 (tiga

puluh) hari sejak pendaftaran dilakukan, dan hanya berlaku untuk

pembayaran, pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta

tidak dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan di luar bidang

perpajakan

e. Menyampaikan Formulir Registrasi Wajib Pajak yang sudah

ditandatangani beserta persyaratannya secara langsung maupun melalui

pos secara tercatat ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak

terdaftar paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran dilakukan

f. Dalam hal Formulir Registrasi Wajib Pajak beserta persyaratannya

sebagaimana dimaksud diatas belum diterima oleh Kantor Pelayanan

Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)

hari, maka proses pendaftaran akan dibatalkan secara system

2. Persyaratan yang harus dipenuhi

a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha

atau pekerjaan bebas : fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk

Indonesia atau Paspor ditambah Surat Keterangan tempat tinggal dari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id67

instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa

bagi Orang Asing

b. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas :

1. fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau Paspor

ditambah Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang

berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang

Asing

2. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang

sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

c. Untuk Wajib Pajak Badan :

1. fotocopy Akte Pendirian dan Perubahan Terakhir atau Surat

Penunjukkan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap

2. fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau Paspor

ditambah Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang

berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang

Asing, dari salah seorang pengurus aktif

3. fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau Paspor

ditambah Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang

berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang

Asing, dari salah seorang pengurus aktif


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id68

d. Untuk Bendahawaran sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong :

1. fotocopy surat penunjukkan sebagai bendaharawan

2. fotocopy Kartu Tanda Penduduk Bendahawaran

e. Untuk Join Operation sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong :

1. fotocopy perjanjian Kerjasama sebagai Join Operation;

2. fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing Join Operation;

3. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau

Paspor ditambah Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang

berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Orang

Asing, dari salah seorang pengurus Join Operation.

Catatan:

1. Bagi pemohon berstatus cabang, Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

atau Wanita Kawin Tidak Pisah Harta harus melampirkan Fotokopi

Surat Keterangan Terdaftar Kantor Pusat/Domisili/Suami.

2. Apabila Permohonan ditandatangani oleh orang lain harus dilengkapi

dengan Surat Kuasa Khusus.

3. Dalam hal formulir dan persyaratannnya belum lengkap kepada Wajib

Pajak untuk dilengkapi

2.4.5 Kepatuhan Pajak

Sesuai pasal 17 C KUP Jis KMK Nomor 544/KMK.04/2000 Direktorat

Jenderal Pajak tealah mengeluarkan Kriteria


commit Wajib Pajak Patuh atau Kepatuhan
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id69

Wajib Pajak. Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dapat

diberikan pengembalian pendahuluan atas kelebihan pembayaran pajak. Kriteria

Wajib Pajak Patuh tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak baik Pajak

Tahunan maupun Pajak Masa.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

Mengacu pada ketentuan yang mengatur tentang angsuran dan penundaan

pembayaran pajak, tidak semua jenis pajak yang terutang dapat diangsur.

Pajak yang dapat diangsur pembayarannya adalah: pajak yang masih harus

diabayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar tambah. Tidak termasuk

tunggakan pajak sehubungan dengan SPT yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa

pajak berakhir.

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana dibidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir yang mengakibatkan

kerugian Negara.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id70

Apabila dilakukan pemeriksaan pajak, koreksi fiscal yang dilakukan oleh

pemeriksa pajak untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10% (sepuluh

persen) dilihat dari penghasilan bruto (PKP).

Kepatuhan wajib pajak menurut Santoso (2008:71) adalah:

“Wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya


sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan,
investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik
hokum maupun administrasi”.

Sedangkan menurut Caizi Nasucha (2004:45), Kepatuhan Wajib Pajak dapat

diidentifikasi darikepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk

menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT).

Menurut Siti Rahayu (2010:19) Kepatuhan perpajakan adalah:

“Suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hal perpajakannya Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kepatuhan perpajakan merupakan kondisi yang menunjukkan adanya pemenuhan
kewajiban perpajakan yang telah dilaksanakan oleh wajib pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku”.
Kepatuhan pajak akan menghasilkan banyak keuntungan, baik bagi fiskus

maupun bagi wajib pajak sendiri selaku pemegang peranan penting tersebut. Bagi

fiskus, kepatuhan pajak dapat meringankan tugas aparat pajak, petugas tidak terlalu

banyak melakukan pemeriksaan pajak dan tentunya penerimaan pajak akan

mendapatkan pencapaian yang optimal. Sedangkan bagi wajib pajak, manfaat yang

diperoleh dari kepatuhan pajak seperti yang dikemukakan (Rahayu 2010) adalah

sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id71

1. Pemberian batas waktu penerbitan Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat tiga bulan sejak

permohonan kelebihan pembayaran pajak yang diajukan wajib pajak diterima

untuk PPh dan satu bulan untuk PPN, tanpa melalui penelitian dan

pemeriksaan oleh DJP.

2. Adanya kebijakan percepatan penerbitan SKPPKP menjadi paling lambat dua

bulan untuk PPh dan tujuh hari untuk PPN.” Dari uraian tersebut dapat

diketahui bahwa dengan adanya kepatuhan pajak, maka masyarakat patuh

pajak akan memperoleh keuntungan yang diberikan instansi perpajakan

dibandingkan dengan wajib pajak lainnya.

2.5 Kerangka Berfikir

Kerangka pikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang

menjadi objek permasalahan. Kerangka berpikir disusun dengan berdasarkan pada

tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait (Purnomo 2008).

Permasalahan perpajakan dalam Pelayanan NPWP dapat terlaksana apabila unsur

yang terlibat dalam proses pelayanan dapat berperan dengan baik.

Berkaitan dengan kepatuhan perpajakan khususnya dalam Pendaftaran Nomor

Pokok Wajib Pajak, maka masyarakat membutuhkan suatu pelayanan yang mudah,

cepat, transparan, pasti dan terjangkau, sehingga tidak akan terjadi pelayanan yang

lama dan berbelit-belit yang yang menyebabkan Wajib Pajak enggan dalam

mengurusnya. Pelayanan commit toNomor


pendaftaran user Pokok Wajib Pajak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id72

diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Pajak masih kurang memuaskan dan tidak

sesuai dengan harapan masyarakat, karena pelayanan pendaftaran Nomor Pokok

Wajib Pajak yang dilaksanakan selama ini masih menggunakan prosedur lama

sehingga memungkinkan Wajib Pajak harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak. Tidak

semua pelayanan yang diberikan dihari yang sama dapat terealisasi dengan apa yang

di inginkan masyarakat. Banyak terjadi kendala dalam pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat. Hal tersebut membuat masyarakat harus datang dikemudian hari

untuk mendapatkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak. Waktu penyelesaian yang

belum pasti dan bisa lebih lama dari yang diperkirakan membuat masyarakat enggan

dan malas untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Masyarakat sekarang lebih

memprioritaskan waktu untuk bekerja daripada membuang-buang waktu untuk hal

yang dianggap kurang jelas manfaatnya.

Jika hal ini dibiarkan maka pendapatan suaru negara akan mengalami

penurunan dan negara kita tidak bisa berkembang, tidak bisa mensejahterakan

masyarakatnya dan tidak bisa bersaing dengan negara lainnya. Dunia yang semakin

modern, tidak dapat dipungkiri bisa mempengaruh semua eleman masyarakat dan

akan dimanjakan dengan berbagai kecanggihan teknologi dan informasi. Dari sinilah

pemerintah menggagas program pelayanan yang berbasis online atau pemerintahan

digital yang kini disebut Electronic-Government (e-Gov). e-Gov merupakan suatu

upaya untuk mengembangkan penyalenggaraan kepemerintahan yang berbasis

elektronik. Suatu penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id73

pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi. Salah satu bentuknya adalah e-Registration dalam pelayanan publik.

Demikian e-Registration merupakan salahsatu program dari pemerintah yang berbasis

digital atau online yang ditujukan kepada masyarakat guna mempermudah

pendaftaran NPWP. e-Registration merupakan sistem pendaftaran Wajib Pajak

dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan perubahan data Wajib Pajak

dan/atau Pengusaha Kena Pajak melalui internet yang terhubung langsung secara

online dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Dari sinilah program e-Registration di tujukan kepada masyarakat untuk

mempermudah dalam pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak. Melalui pendaftaran

Nomor Pokok Wajib Pajak secara online tersebut, Wajib pajak tidak perlu lagi datang

ke kantor pelayanan pajak, cukup dilakukan melalui komputer yang mempunyai

jaringan internet dimanapun, Selanjutnya Wajib Pajak mengirimkan softcopy (hasil

scanner) dokumen pendukung yang dibutuhkan keKantor Pelayanan Pajak setempat

dan hanya perlu menunggu Kartu NPWP disampaikan ke alamat pendaftar wajib

pajak.

Untuk melihat seberapa jauh tingkat Efektivitas Pelayanan Sistem Pendaftaran

Wajib Pajak Secara Online (e-Registration) Di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta,

maka penulis menggunakan tiga indikator pengukuran efektivitas yaitu Adaptasi,

Integrasi dan Pencapaian Alasan memilih tiga indikator tersebut karena banyak pakar

commit
menjelaskan indikator-indikator dalam to user efektivitas dan paling banyak yang
mengukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id74

digunakan adalah Adaptasi Integrasi dan Pencapaian tujuan,. Dalam penelitian ini

definisi 3 indikator sebagai berikut:

1. Adaptasi.

Adaptasi dapat diartikan Kesiapan Organisasi terkait dengan program yang

dijalankan suatu pemerintah. Menurut (Steers 1985) adalah proses

penyesuaian diri atau kesiapan organisasi yang dilakukan untuk

menyelaraskan suatu individu terhadap perubahan yang terjadi di

lingkungannya. Berdasarkan hal yang telah disebutkan peneliti bermaksud

untuk menggunakannya sebagai tolak ukur efektivitas e-Registration dalam

pelayanan Nomor Pokok Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Kota

Surakarta. e-Registration dikatakan efektif jika terjadi peningkatan

kemampuan atau yang disebut kesiapan karyawan dalam melayani masyarakat

dan kesiapan sarana prasarana yang yang digunakan dalam melayani

masyarakat

2. Integrasi

Integrasi adalah pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi

untuk mengadakan sosialisasi, permufakatan masyarakat. Dirjen Pajak selalu

mengadakan sosialisasi kepada masyarakat terhadap kemudahan perpajakan

online dan diharapkan masyarakat sadar akan pentingnya pajak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id75

3. Pencapaian Tujuan

Pencapaian Tujuan adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor

yaitu kurun waktu pencapaian ditentukan, sasaran yang merupakan target

yang kongkrit, dasar hukum (Nakamura 1980) dalam (Wahab 2005).

Pencapaian tujuan dalam perpajakan terkait penggunaan e-Registration secara

global sudah tercapai. Hal ini di tunjukkan dengan meningkatnya wajib pajak

di berbagai daerah.

Kriteria efektifitas pada penulisan ini yaitu dikatankan efektif jika rencana

atau target kantor pajak Surakarta yang sudah ditentukan dengan hasil yang dicapai

sudah berjalan dengan baik serta ada dampak positif yang timbul dari masyarakat

maka kriteria efektif sudah terpenuhi.

Adapun pemaparan secara ringkas atas kerangka konseptual di atas, dapat dilihat

pada gambar 2.1 :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id76

commit to user

Anda mungkin juga menyukai