Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH PERAN KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN

PAJAK, PENAGIHAN PAJAK, PENERIMAAN PAJAK DAN


TRANSPARANSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN PETISAH

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

WINDY
NIM. 1953020059

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


STIE PROESIONAL MANAJEMEN COLLEGE INDONESIA
MEDAN
2023
PENGARUH PERAN KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN
PAJAK, PENAGIHAN PAJAK, PENERIMAAN PAJAK DAN
TRANSPARANSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN PETISAH

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Akuntansi

Oleh :

WINDY
NIM. 1953020059

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


STIE PROFESSIONAL MANAJEMEN COLLEGE INDONESIA
MEDAN
2023
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai variabel peran konsultan pajak,
pemeriksaan pajak, penagihan pajak, perimaan pajak dan transparansi pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan
petisah. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kuantitatif. Sampel diambil dengan simple random
sampling. sampling dimana yang dijadikan populisasi seluruh wajib pajak yang
terdaftar di KPP Medan Petisah dan sampel yang sesuai dengan kriteria yang
ditentukan seluruh wajib pajak yang terdaftar di KPP Medan Petisah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel peran konsultan pajak berpengaruh
dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Pemeriksaan pajak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penagihan pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penerimaan
pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Transparansi
pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor
pelayanan pajak pratama medan petisah.
Kata kunci:PERAN KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN PAJAK,
PENAGIHAN PAJAK, PENERIMAAN PAJAK DAN
TRANSPARANSI PAJAK

iii
ABSTRAK
This study aims to examine the variables of the role of tax consultants, tax
inxpection, tax collection, tax acceptance and tax transparency on tax payer
compliance at the primary tax service office in Medan Petisah. The statistical
analysis used in this study is a multiple linear regression analysis. The research
method used in this study is a quantitative research method. Samples were taken
by simple random sampling. Sampling where the populization of all taxpayers
registered at KPP Medan Petisah. The results of this study show that the variable
role of tax consultants has an effect and is significant on taxpayer compliance, tax
xheckx have a positive and significant effect on taxpayer compliance, tax
collection has a positive and significant effect on taxpayer compliance, tax
revenues have an effect and are significant on taxpayer compliance,
taxtransparency has a positive and significant effect on taxpayer compliance with
the primary tax service office.
Keywords:Role of tax consultant, tax inspection, tax collection, tax revenue
and tax transparency

iv
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Perpajakan
2.1.1 Pengertian Pajak
2.1.2 Jenis – Jenis Pajak
2.1.3 Fungsi Pajak
2.2 Konsultan Pajak
2.3 Pemeriksaan Pajak
2.3.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak
2.3.2 Jenis Pemeriksaan Pajak
2.3.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan
2.3.4 Tujuan Pemeriksaan Pajak
2.4 Penagihan Pajak
2.4.1 Pengertian Penagihan Pajak
2.4.2 Dasar Penagihan Pajak
2.5 Penerimaan Pajak

v
2.6 Transparansi Pajak
2.7 Kepatuhan Wajib Pajak
2.8 Penelitian Relavan
2.9 Kerangka Penelitian
2.10 Hipotesis Penelitian
BAB III: METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.6.1 Uji Validitas
3.6.2 Uji Reliabilitas
3.7 Uji Asumsi Klasik
3.7.1 Uji Normalitas
3.7.2 Uji Multikolonearitas
3.7.3 Uji Heteroskedatistas
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Koefisien Determinasi
3.8.2 Uji F
3.8.3 Uji T
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang, Salah satu pendapatan terbesar nya

berasal dari pajak, pajak dipunggut dari wajib pajak yang harus membayarkan

kewajibannya kepada negara, namun masih banyak wajib pajak yang salah kaprah

terhadap hasil dari punggutan pajak yang menyebabkan banyak wajib pajak tidak

patuh melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak.

Pengertiaan pajak itu sendiri telah diatur telah diatur dalam Undang –

Undang No. 28 Tahun 2007, yang menjelaskan bahwa “pajak adalah kontribusi

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi maupun badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar – besarnya bagi

kemakmuran rakyat” dengan demikian peran serta wajib pajak sangat dibutuhkan

untuk memenuhi tanggung jawabnya kepada negara serta peran aktif pemerintah

juga diperlukan untuk melakukan sistem pemungutan sesuai dengan peraturan

perundang – Undangan.

Negara juga memberikan peran aktif kepada masyarakat dalam hal

membayar pajak dengan menerapkan Self Assessment System dimana aparat pajak

memberikan wewenang, kepercayaan serta tanggung jawab kepada wajib pajak

untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang

yang harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara. Faktor – faktor yang

1
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak itu antara lain peran konsultan pajak,

pemeriksaan pajak, penagihan pajak, penerimaan pajak dan transparansi pajak.

Konsultan pajak memiliki peranan penting dalam mendorong kepatuhan

wajib pajak. Banyak wajib pajak memilih menggunakan jasa konsultan pajak

dalam mengurusi hal – hal perpajakannya apalagi peraturan dan sistem perpajakan

yang terus berkembang pesat, konsultan pajak juga dapat menjadi wakil dari wajib

pajak apabila dikenakan pemeriksaan oleh aparat pajak, pemeriksaan pajak dapat

terjadi apabila ditemukan adanya Tindakan kecurangan oleh wajib pajak seperti

tidak melaporkan pajak, kurang membayar pajak sehingga menyebabkan aparat

pajak melakukan Tindakan pemeriksaan pajak baik dalam bentuk pemeriksaan

lapangan maupun pemeriksaan kantor.

Penagihan pajak dilakukan oleh aparat pajak setelah jangka waktu yang

diberikan kepada wajib pajak jatuh tempo maka aparat pajak akan mengeluarkan

surat teguran yang diberikan kesempatan terlebih dahulu kepada wajib pajak

untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 7 hari, dan apabila wajib

pajak tidak juga membayar utangnya maka aparat pajak akan mengeluarkan surat

paksa dimana dalam jangka waktu 2x 24 jam wajib pajak wajib melunasi

utangnya dengan dikenakan denda senilai Rp.25.000. surat sita akan diterbitkan

apabila wajib pajak tidak membayar utang nya dalam jangka waktu 2 x 24 jam

dan akan dikenakan biaya senilai Rp.75.000, barang sita yang diambil dari wajib

pajak digunakan sebagai jaminan agar wajib pajak melunasi pajaknya dalam

waktu 14 hari terhitung dari hari penyitaan harta, setelah 14 hari aparat pajak akan

menerbitkan surat lelang yang akan melelang barang sita tersebut apabila wajib

pajak tidak melunasi utang pajaknya.

2
Penerimaan pajak yang belum terealisasi sepenuhnya dikarenakan wajib

pajak yang tidak patuh melaksanakan kewajibannya, apalagi banyak wajib pajak

yang tidak percaya dengan hasil punggutan pajak, oleh sebab iu aparat pajak ingin

membangun hubungan saling percaya dengan wajib pajak melalui transparansi

pajak, dengan begitu wajib pajak dapat mengetahui secara jelas aliran punggutan

pajak disalurkan kemana sehingga hal ini dapat meningkatkan minat wajib pajak

untuk membayar pajak.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh peran konsultan pajak, pemeriksaan

pajak, penagihan pajak, penerimaan pajak dan transparansi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, peneliti melakukan

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penerimaan Pajak yang belum terealisasi sepenuhnya

2. Rendahnya kepercayaan wajib pajak terhadap transparansi pajak

3. Pemeriksaan dan penagihan pajak yang masih dilakukan hingga sekarang,

membuktikan bahwa kepatuhan wajib pajak masih belum sempurna

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini Batasan masalah mencakup peran konsultan pajak,

pemeriksaan pajak, penagihan pajak, penerimaan pajak dan transparansi pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan

petisah tahun 2017 – 2021

3
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. 1.Apakah terdapat pengaruh peran konsultan pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah?

2. Apakah terdapat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah?

3. Apakah terdapat pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah?

4. Apakah terdapat pengaruh penerimaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah?

5. Apakah terdapat pengaruh transparansi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah?

6. Apakah terdapat pengaruh peran konsultan pajak, pemeriksaan pajak,

penagihan pajak, penerimaan pajak dan transparansi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh peran konsultan pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah

2. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah

4
3. Untuk mengetahui pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah

4. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah

5. Untuk mengetahui pengaruh transparansi pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah

6. Untuk mengetahui pengaruh peran konsultan pajak, pemeriksaan pajak,

penagihan pajak, penerimaan pajak dan transparansi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama medan petisah

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan yang lebih luas dalam bidang

perpajakan dan pengetahuan masalah yang diteliti yaitu pengaruh peran

konsultan pajak, pemeriksaan pajak, penagihan pajak, penerimaan pajak dan

transparansi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan

pajak pratama medan petisah

2. Bagi STIE PMCI

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan studi kepustakaan,

pembelajaran dan memperkaya penelitian ilmiah STIE PMCI, khususnya

Program Studi Akuntansi.

3. Bagi Instansi / Kantor Pajak

5
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai masukan

informasi dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang berkaitan dengan

peran konsultan pajak, pemeriksaan pajak, penagihan pajak, penerimaan

pajak dan transparansi pajak serta sebagai keperluan dokumentasi di

perpustakaan Direktorat Jendral Pajak (DJP).

4. Bagi peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

bagi peneliti lain sebagai bahan referensi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpajakan

2.1.1 Pengertian Pajak

Definisi pajak menurut Undang – Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang

perubahan keempat atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

ketentuan Umum dan tata cara perpajakan pada pasak 1 ayat 1berbunyi pajak

adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

sebesar – besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Menurut P.J.A Andriani “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan –
peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunannya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Rochmat Soemitro “Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor
swasta ke sektor publik berdasarkan Undang -Undang yang dapat dipaksakan
dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat
ditunjukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang
digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai
tujuan yang ada diluar bidang keuangan negara”
Menurut M.J.H Smeets berpendapat “Pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma – norma umum dan yang dapat
dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal
individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”

2.1.2 Jenis – Jenis Pajak


Menurut Sukrisno Agoes & Trisnawati (2016:7) Pajak dapat dibagi

menjadi beberapa golongannya, sifatnya dan Lembaga pemungutannya:

7
a. Menurut Sifatnya, pajak dikelompokan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan oleh pihak lain dan menjadi beban langsung wajib pajak

(WP) yang bersangkutan. Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai

(PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

b. Menurut sasaran / objeknya, pajak dapat dikelompokan menjadi dua yaitu

sebagai berikut:

1. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya yang dilanjutkan dengan mencari syarat objektifnya, dalam

arti memperhatikan keadaan dari WP contoh: PPh

2. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objek tanpa memperhatikan keadaan dari WP contoh: PPN, PPnBM,

Pajak Bumi Bangunan (PBB), dan Bea Materai (BM).

c. Menurut Pemungutnya, pajak dikelompokan menjadi dua yaitu sebagai

berikut:

1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah pusat.

Contohnya: PPh, PN, PPnBM, PBB, BM.

2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah.

Contohnya: Pajak Reklame, Pajak hiburan, Pajak Hotel dan Restoran

dan Pajak Kendaraan Bermotor.

8
2.1.3 Fungsi pajak

Menurut Edy Suprianto (2011:6) Fungsi pajak adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Budgetair

Fungsi Budgetair merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal

yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk

memasukan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan Undang –

Undang perpajakan yang berlaku “Segala pajak untuk keperluan

negara berdasarkan Undang – Undang.

b. Fungsi Regulerend

Fungsi regulerend atau fungsi mengatur dan sebagainnya juga fungsi

pajak yang dipergunaakan oleh pemerintah sebagai alat untuk

mencapai tujuan tertentu, dan sebagainnya sebagai fungsi tambahan

karena fungsi ini hanya sebagai perlengkap dari fungsi utama pajak.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat

kebijakan, misalnya: pajak atas minuman keras ditinggikan untuk

mengurangi konsumsi fasilitas perpajakan sehingga perwujudan dari

pajak regulerend yang terdapat dalam UU No.1 Tahun 1967 tentang

penanaman modal asing. Contoh:

1. Bea materai modal

2. Bea masuk dan pajak penjualan

3. Bea balik nama

4. Pajak perseroan pajak deviden

2.2 Konsultan Pajak

9
Wajib Pajak memiliki opsi untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya

dengan menunjuk seorang kuasa. Kuasa yang ditunjuk oleh wajib pajak

berkewajiban dalam mengakomodasi untuk mendapatkan hak serta melaksanakan

dan menjalankan kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan. Seorang kuasa yang

boleh ditunjuk oleh wajib pajak adalah konsultan pajak. Wajib pajak orang pribadi

dan wajib pajak badan dapat memilih kuasa konsultan pajak sesuai ketentuan dan

Undang -Undang dibidang perpajakan (PMK, 2014)

Konsultan Pajak merupakan individu yang menyediakan bantuan berupa

konsultasi dibidang perpajakan kepada wajib pajak untuk menyelenggarakan hak

dan kewajiban perpajakan agar selaras dengan peraturan perpajakan yang berlaku

(PMK 2014). Dalam Standar Profesi Konsultan Pajak dinyatakan bahwa

konsultan pajak adalah seorang yang memiliki keahlian dalam lingkup tugasnya,

memberikan jasa dalam bidang perpajakan secara bebas dan professional untuk

mengakomodasi wajib pajak memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban

dibidang perpajakan selaras dengan peraturan dibidang perpajakan (IKPI,2020).

Syarat untuk menjadi konsultan pajak yaitu bersertifikat konsultan pajak serta

mempunyai ijin praktek yang diperoleh dari Direktur Jendral Pajak.

2.3 Pemeriksaan pajak

2.3.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pasal 1 angka 25 Undang -Undang KUP mendefinisikan:

“pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,


keterangan, dan / atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan / atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan”

10
Undang – Undang KUP mengatur tentang pemeriksaan pada Bab IV tentang

Pembukuan dan pemeriksaan yang meliputi Pasal 29, pasal 29A, Pasal 30 dan

Pasal 31. Secara garis besar selain mengatur ruang lingkup pemeriksaan juga

mengatur kewajiban Wajib Pajak yang diperiksa, perhitungan kena pajak secara

jabatan, peniadaan kewajiban, merahasiakan isi dokumen pembukaan atau

pencatatan, penyegelan dan pendelegasian pengaturan pemeriksaan.

Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2001:10) menyatakan bahwa:

“Pemeriksaan pajak adalah kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,


mengolah data dan keterangan lainnya, untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan serta untuk tujuan lain, dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan”
Menurut Erly Suandy (2006:10) menyatakan bahwa:

“Pemeriksaan pajak adalah untuk meningkatkan kepatuhan (tax compliance),


melalui upaya – upaya penegakan hukum (law enforcement), sehingga dapat
meningkatkan penerimaan pajak”

2.3.2 Jenis Pemeriksaan Pajak

Selama ini pemeriksaan pajak dilaksanakan berdasarkan urutan prioritas

pemeriksaannya, karena untuk memenugi semua wajib pajak merupakan hal

yang sulit dilakukan karena terbatasnya tenaga pemeriksa dan waktu yang ada.

Namun demikian pemeriksaan harus tetap dilakukan terutama terhadap wajib

pajak yang dianggap tingkat ketidak patuhannya masih rendah dan wajib pajak

yang memenuhi kriteria tertentu.

Jenis – jenis pemeriksaan pajak menurut Hidayat (2013: 34) adalah:

a. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang bersifat rutin yang dilakukan

terhadap wajib pajak yang berhubungan dengan pemenuhan hak dan

11
kewajiban perpajakannya. Pada umumnya pemeriksaan ini didasarkan hal –

hal seperti SPT Tahunan orang pribadi atau badan yang menyatakan lebih

bayar, SPT Tahunan PPh wajib pajak badan yang menyatakan rugi tidak

lebih bayar dan lain – lain.

b. Pemeriksaan Kriteria Seleksi

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak badan atau orang pribadi

yang terpilih berdasarkan resiko tingkat kepatuhan secara komputerisasi.

Penggunaan sistem kriteria seleksi semacam ini dimaksudkan untuk

mengurangi unsur subjektivitas dalam menentukan pilihan wajib pajak yang

akan diperiksa, karena mekanisme pemilihannya berdasarkan beberapa

variabel yang sudah terukur dalam suatu proses aplikasi Komputer, Wajib

pajak yang akan diperiksa adalah wajib pajak yang mempunyai potensi fiskal

tinggi, tetapi menunjukan adanya indikasi telah melakukan pelanggaran

terhadap kewajiban perpajakannya.

c. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan yang secara khusus dilakukan terhadap wajib pajak sehubungan

dengan adanya data, informasi, laporan atau pengaduan yang berkaitan

dengan wajib pajak tersebut untuk memperoleh data atau informasi dengan

tujuan tertentu lainnya. pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif, yaitu antara

lain dilakukan terhadap wajib pajak yang diduga telah melakukan tindak

pidana dibidang perpajakan atau wajib pajak tertentu berdasarkan

pertimbanagn Direktur Jendral Pajak.

d. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi

12
Pemeriksaan wajib pajak lokasi adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan

atas cabang, perwakilan, pabrik atau tempat usaha pada umumnya berbeda

lokasi dengan wajib pajak domisili.

e. Pemeriksaan Tahun Berjalan

Pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan

untuk jenis – jenis pajak tertentu atau seluruh jenis pajak. Pemeriksaan ini

dapat dilakukan terhadap wajib pajak domisili atau wajib pajak lokasi.

f. Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang

adanya dugaan kuat telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.

g. Pemeriksaan Untuk Tujuan Penagihan Pajak

Pemeriksaan untuk tujuan penagihan adalah pemeriksaan yang dilakukan

untuk mendapatkan data mengenai harta wajib pajak atau penanggung jawab

yang dapat merupakan objek sita, sehubungan dengan adanya tunggakan

pajak yang penagihannya akan dilakukan sesuai dengan Undang – Undang

penagihan dengan surat paksa (Undang – Undang No. 19 Tahun 1997

sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 19 Tahun 2000)

h. Pemeriksa Ulang

1. Terdapat indikasi bahwa wajib pajak sedang / telah melakukan tindak

pidana perpajakan.

2. Terdapat data baru yang semula belum terungkap yang dapat

mengakibatkan penambahan jumlah pajak terutang.

3. Sebab – sebab lain berdasarkan intruksi Direktur Jendral Pajak.

2.3.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan

13
Pemeriksaan pajak menurut Hidayat (2013:40) dapat dibedakan

berdasarkan pada ruang lingkup atau cakupannya, yaitu terdiri dari:

a. Pemeriksaan Lapangan

Yang dimaksudkan dengan pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang

dilakukan terhadap wajib pajak ditempat wajib pajak, yang mencakup kantor

wajib pajak, pabrik, tempat usaha, tempat tinggal dan tempat yang ada kaitannya

dengan kegiatan usaha, juga pekerjaan bebas wajib pajak serta tempat lain yang

ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak.

b. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dilakukan dikantor unit pelaksanaan

pemeriksaan pajak, dapat melipiti suatu jenis pajak tertentu, baik untuk tahun

berjalan maupun tahun – tahun sebelumnya. Pemeriksa kantor hanya dapat

dilakukan dengan pemeriksaan sederhana kantor (PSK), jangka waktu

penyelesaiannya selama 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang menjadi

paling lama 6 (enam) minggu.

2.3.4 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Menurut Pardiat (2007:6), pemeriksaan pajak yang dilakukan pemeriksa

Direktorat Jendral Pajak bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan.

Menurut Mardiasno (2013:53) pemeriksaan bertujuan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan

14
kepastian hokum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak, yang dapat

dilakukan dalam:

1. Surat pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk

yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.

2. surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan menunjukan rugi

3. Surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu

yang telah ditetapkan.

4. Surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh

Direktur Jendral Pajak.

5. Adanya indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada poin 3

tidak dipenuhi.

Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –

undangan perpajakan, yang dapat dilakukan dalam hal:

1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan

2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

3. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak

4. Wajib Pajak mengajukan keberatan

5. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Perhitungan Penghasilan Netto

6. Pencocokan data atau alat keterangan

7. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil

8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai

9. Pelaksanaan Ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan untuk

tujuan lain

15
2.4 Penagihan Pajak

2.4.1 Pengertian Penagihan Pajak

Penagihan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan agar penangung

pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Menurut Diana Sari

(2013:264) penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur dan

memperingatkan, melaksanakan penagihan pajak seketika dan sekaligus

memberitahukan surat pakasa. Pelaksanaan penagihan pajak haruslah

dilandaskan pada peraturan perundang – undangan yang berlaku sehingga

mempunyai kekuatan hokum baik bagi wajib pajak maupun aparat pajak. Dasar

hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang – Undang No. 19

Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa. Undang – Undang ini

mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997. Undang – Undang ini kemudian diubah

dengan Undang – Undang No.19 Tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1

januari 2011.

2.4.2 Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak adalah adany utang pajak atau jumlah yang masih

harus dibayar wajib pajak. Jumlah ini akan menjadi tunggakan pajak apabila saat

jatuh tempo penanggung pajak belum melunasi utang pajak. Tunggakan pajak

inilah yang akan menjadi dasar untuk melaksanakan penagihan pajak kepada

penanggun pajak.

1. Pasal 18 ayat (1) UU KUP menyebutkan dasar penagihan pajak adalah:

a. Surat Tagihan Pajak (STP)

16
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKB)

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

d. Surat Keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, putusan banding,

yang menyebaban jumlah wajib pajak yang harus dibayar bertambah.

2. Pasal 12 UU PBB menyebutkan dasar penagihan pajak adalah:

a. Surat pemberitahuan pajak terutang (SPTT)

b. Surat Ketetapan Pajak

c. Surat Tagihan Pajak (SPT) merupakan dasar penagihan pajak

2.5 Penerimaan Pajak

Penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh Negara yang berasal

dari pajak yang dibayarkan rakyat. Tidak hanya sampai pada definisi singkat di

atas bahwa dana yang diterima dikas Negara tersebut akan dipergunakan untuk

pengeluaran pemerintah untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat,

menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan social.

Dalam rangka penerimaan pajak perlu diketahui teori – teori yang

melatarbelakangi dilakukannya pemungutan pajak, sebagaimana diungkapkan

Rimsky dalam Suharno (2003) yaitu:

a. Teori Asuransi

Dalam teori ini ditekankan mengenai keadilan dan keabsaan pemungutan

pajak seperti yang berlaku dalam perjanjian asuransi.

b. Teori Kepentingan

17
Penekanan teori ini mengenai keadilan dan keabsahan pemunguan pajak

berdasarkan besar kecilnya kepentingan masyarakat dalam suatu Negara.

c. Teori Bakti

Negara mempunyai hak untuk memungut aparat dari wargannya sebagai

tindak lanjut teori kepentingan penyediaan fasilitas umum yang diselenggarakan

oleh Negara.

2.6 Transparansi pajak

Menurut Mardiaso (2016: 18) transparansi sangat erat kaitannya dengan

kepercayaan, memberikan informasi pajak secara terbuka dan jujur kepada public

atas dasar bahwa public memiliki hak untuk mengetahuinya secara terbuka dan

menyeluruh pada akuntabilitas pemerintahan dalam mengelola sumber daya yang

dipercayakan serta kepatuhan terhadap hukum yan akan mempengaruhi tingkat

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

2.7 Kepatuhan wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995 : 1013), istilah kepatuhan

berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kita dapat

memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk

dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi, wajib pajak yang patuh

adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Ada dua macam kepatuhan yaitu kepatuhan material dan kepatuhan

formal. Kepatuhan material memuat norma – norma yang menerangkan antara

18
lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek Pajak), siapa

yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif

pajak), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan

hukum antara pemerintah dan wajib pajak sedangkan hukum formal memuat

bentuk / tata cara mewujudkan hukum material menjadi kenyataan (cara

melaksanakn hukum pajak material).

Kepatuhan wajib pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak ( Moh Zain:

2004) seperti yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:138) menjelaskan bahwa

sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

tercemin dalam situasi dimana:

1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memenuhi semua ketentuan

peraturan perundang – undnagan perpajakan

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

3. menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor. 74/PMK.03/2012, bahwa

kriteria kepatuhan wajib pajak adalah

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran oajak

c. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan public atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 (tiga)

tahun berturut – turut

19
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam jangka watu 5 (lima) tahun terakhir.

2.8 Penelitian Relavan

No Nama Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian


Penelitian
1. Indira Pengaruh Deskriptif Pemeriksaan pajak
Mohammad pemeriksaan kuantitatif dan penagihan pajak
David P.E. dan penagihan berpengaruh secara
Saerang, Sonny pajak terhadap parsial terhadap
Pangerapan penerimaan penerimaan pajak di
(2017) pajak pada KPP pratama manado
kantor
pelayanan pajak
pratama
manado
2. Kiki Ria Pengaruh Deskriptif Penagihan pajak,
Aprilina (2016) Penagihan Kuantitatif pemeriksaan pajak
pajak, dan sanksi perpajakan
pemeriksaan berpengaruh
pajak dan signifikan terhadap
sanksi tingkat kepatuhan
perpajakan wajib pajak
terhadap tingkat
kepatuhan
wajib pajak
3. Nur Asmi Implementasi Deskriptif Pemeriksa pajak tidak
(2019) Pemeriksaan Kualitatif signifikan
pajak terhadap berpengaruh terhadap
kepatuhan kepatuhan wajib
wajib pajak pajak dalam
diera Ekonomi meningkatkan
digital kesadaran wajib pajak
dala melaporkan
kewajiban
perpajakannya
4. Devi eptya Efektivitas Deskriptif Faktor – factor
Anggraini, pelaksanaan Kualitatif mempengaruhi
Mochammad pemeriksaan pemeriksaan pajak
Al Musadieq & pajak dalam berdasarkan hasil
Dwiatmanto rangka wawancara antara lain
(2016) meningkatkan sikap wajib pajak
penerimaan dalam melaksanakan

20
pajak pemeriksaan pajak,
jumlah petugas
pemeriksa dan waktu
pemeriksaan yang
tidak sebanding
dengan SP2 yang
terbit, psikologi wajib
pajak yang berbeda –
beda & rasa tanggung
jawab dari petugas
pemeriksa
5. Neng Siti Pengaruh Metode path Hasil Path analysis
Rohmatul, pemeriksaan analysis dan membuktikan bahwa:
Agus dan pajak terhadap teknik a. Pemeriksaan pajak
Yuniati (2018) kepatuhan pengumpula berpengarh signifikan
wajib pajak dan n data sebesar 57,3% . b
dampaknya dengan Pemeriksaan pajak
terhadao kuesioner dan kepatuhan wajib
efektivitas pajak berpengaruh
penerimaan tidak signifikan
pajak sebesar 68,7%
penghasilan terhadao efektivitas
badan penerimaan pajak
penghasilan badan.
c. pemeriksaan pajak
berpengaruh sebesar
9,6% terhadap
efektivitas
penerimaan pajak
penghasilan badan
melalui kepatuhan
wajib pajak

2.9 Kerangka penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah pengertia atau

pemahaman tentang suatu fenomena yang merupakan elemen dasar dari proses

berpikir. Kerangka konsep dalam penelitian ini berisi tentang teori yang

mendukung hubungan atau pengaruh antar variabel, bias dilengkapi denga

gambar dibawah ini:

21
Konsultan pajak

\
Pemeriksaan Pajak

Penagihan Pajak Kepatuhan Pajak Orang Pribadi

Penerimaan Pajak

Transparansi Pajak

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.10 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan penjelasan kerangka pemikiran dan paradigm
penelitian sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1: Konsultan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H2: Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H3: Penagihan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H4: Penerimaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H5: transparansi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Medan Petisah yang beralamat di Jalan. Asrama No. 7-A Kec. Medan Helvetia,

23
Kota Medan, Sumatera Utara 20123. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober

2022 sampai bulan Januari 2023.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Sujarweni (2019:80), “Populasi adalah keseluruhan jumlah yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya”

Maka, yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang

terdaftar di KPP Medan Petisah.

Menurut Sujarweni (2019:81) Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik


yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian, bila populasi besar,
peneliti tidak mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena
terbatasnya dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi harus betul – betul mewakili dan harus valid yaitu bisa
mengukur sesuatu yang seharusnya diukur.
Sampel dalam penelitian ini adalah mengunakan Teknik sampling acak sederhana

(simple random sampling) sebanyak 100 wajib pajak.

Menurut Sujarweni (2019:85)”Pengambilan anggota sampel dan populasi


dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner atau Angket (Questionairre)

Menurut Sujarweni (2019:94) Kuesioner merupakan Teknik pengumpulan


data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada para responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan instrument pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari para responden.

2. Studi Dokumentasi

24
Menurut Sujarweni (2019:32-33) Studi dokumentasi merupakan metode
pengumpulan data kualitatif sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam
bahan yang berbentuk dokumentasi. Data jenis ini mempunyai sifat utama tak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga bisa dipakai untuk menggali
informasi yang terjadi di masa silam.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

dimana data yang dimaksud adalah data yang berbentuk angka. Untuk

memperoleh data tersebut, peneliti menggunakan metode angket (kuesioner)

berupa sejumlah pernyataan yang diajukan kepada responden dan kemudian

responden diminta menjawab sesuai dengan pendapat responden.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer, data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok

fokus dan panel atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber,

data primer ini harus diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data.

2. Data Primer, data diperoleh dari catatan, buku berupa sejarah – sejarah

perusahaan, struktur organisasi, laporan perusahaan.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dari beberapa hasil penelitian yang telah diamati atau diobservasi oleh

peneliti, peneliti akan menjelaskan beberapa variabel penelitian yang mencakup

variabel yang akan diteliti yaitu:

1. Variabel bebas yaitu konsultan pajak (x1), pemeriksaan pajak (x2), penagihan

pajak (x3), penerimaan pajak (x4), transparansi pajak (x5)

2. Variabel terikat yaitu kepatuhan wajib pajak (y)

25
Variabel penelitian dan definisi operasional adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala


Ukur
Konsultan Pajak (x1) Konsultan Pajak 1. Rekomendasi
merupakan dari pihak lain
individu yang 2. Aspek peraturan
menyediakan yang
bantuan berupa mengharuskan
konsultasi menggunakan
dibidang jasa konsultan
perpajakan kepada
wajib pajak untuk
menyelenggarakan
hak dan kewajiban
perpajakan agar
selaras dengan
peraturan
perpajakan yang
berlaku (PMK
2014).
Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan pajak 1. Tanda pengenal
(x2) pada penelitian ini pemeriksa
diukur dwwengan 2. Pemeriksa
indicator peraturan memasuki
Menteri Keuangan ruangan atau
Republik tempat yang
Indonesia. dipandang perlu
No. 3. Menguji
17/PMK.03/2013 kepatuhan
tentang Tata Cara pemenuhan
Pemeriksaan pada kewajiban
pasal 1 ayat 2 perpajakan
pemeriksaan dalam rangka
adalah serangkaian memberikan
legiatan kepastian hukum
menghimpun dan
mengolah data,
keterangan, dan /
atau bukti yang
dilaksanakan
secara objektif dan
professional

26
berdasarkan suatu
standar
pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan
pemenuhan
kewajiban
perpajakan dan /
atau untuk tujuan
lain dalam rangka
melaksanakan
ketentuan
peraturan
perundang –
undangan
4. Penagihan penagihan pajak 1. Surat Teguran
pajak (x3) adalah serangkaian 2. Surat Paksa
Tindakan dari 3. Surat Sita
aparatur Direktorat 4. Lelang
Jendral Pajak
karena wajib pajak
tidak mematuhi
ketentuan Undang
– Undang
khususnya
mengenai
pembayaran pajak
Penerimaan Pajak Penerimaan pajak Jumlah Realisasi
(x4) adalah Peneriman Pajak
penghasilan yang
diperoleh Negara
yang berasal dari
pajak yang
dibayarkan
rakyat. Tidak
hanya sampai
pada definisi
singkat di atas
bahwa dana yang
diterima dikas
Negara tersebut
akan
dipergunakan
untuk
pengeluaran
pemerintah untuk
sebesar –
besarnya
kemakmuran

27
rakyat,
menciptakan
kemakmuran
yang berasaskan
kepada keadilan
sosial.
Transparansi pajak Menurut Kepercayaan
(x5) Mardiaso (2016: Masyarakat
18) transparansi
sangat erat
kaitannya dengan
kepercayaan,
memberikan
informasi pajak
secara terbuka
dan jujur kepada
public atas dasar
bahwa public
memiliki hak
untuk
mengetahuinya
secara terbuka
dan menyeluruh
pada akuntabilitas
pemerintahan
dalam mengelola
sumber daya
yang
dipercayakan
serta kepatuhan
terhadap hukum
yan akan
mempengaruhi
tingkat kepatuhan
wajib pajak
dalam membayar
pajak.

Kepatuhan Pajak (Y) Kepatuhan 1.Wajib pajak


perpajakan melaporkan SPT sesuai
merupakan dengan waktu yang
ketaatan, tunduk ditetapkan
dan patuh serta 2. Ketetapan waktu
melaksanakan dalam membayar pajak
ketentuan 3. Patuh mendaftarkan
perpajakan dengan diri sebagai wajib pajak
Indikator sistem
Self Assessment

28
System

Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala likert yang dimulai dari

lima angka, yaitu mulai dari angka 5 untuk pendapat yang sangat setuju (SS) dan

angka 1 untuk pendapat yang sangat tidak setuju (STS). Perinciannya sebagai

berikut:

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

Angka 3 = Kurang Setuju (KS)

Angka 4 = Setuju (S)

Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

Menurut Sujarweni (2019:104)”Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”

3.6 Uji validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas adalah uji statistik yang dilakukan untuk menentukan apakah

pertanyaan dari angket (kuesioner) valid. Uji Validitas yang digunakan adalah

wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah.

Uji Reliabilitas adalah uji statistik yang digunakan untuk menentukan

serangkaian pertanyaan itu reliabilitas.

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Sugiarto (2017:205), Validitas menyatakan keakuratan atau


ketepatan. Artinya, data yang valid adalah data yang akurat atau data yang
tepat. Validitas dalam penelitian merepresentasikan derajat ketepatan

29
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan
oleh peneliti. Semakin tinggi ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti, maka semakin tinggi
pula validitas datanya.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Yusuf (2014:242), “Reliabilitas merupakan konsitensi atau


kestabilan skor atau suatu instrument penelitian terhadap individu yang
sama dan diberikan dalam waktu yang berbeda”

3.7 Uji Asumsi Klasik

Seluruh uji Hipotesis akan valid jika data sampel yang digunakan dalam

model regresi memenuhi asumsi model regresi linear klasik atau disebut asumsi

klasik.

3.7.1 Uji Normalitas

Menurut Priyatno (2014:145) uji normalitas digunakan untuk menguji


apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai
residual yang terdistribusi secara normal. Metode yang digunakan adalah
metode grafik yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal
pada grafik normal P-Plat of regression standardized. Sebagai dasar
pengambilan keputusannya, jika titik – titik menyebar sekitar garis dan
mengikuti garis diagonal, maka nilai residual tersebut telah normal.

3.7.2 Uji Multikolonearitas


Menurut Priyatno (2014:164) Uji multikolonearitas artinya antar variabel
independent yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linier
yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi
atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
sempurna atau mendekati sempurna diantaranya variabel bebasnya.

3.7.3 Uji Heteroskedastistas


Menurut Priyatno (2014:147-148) uji heteroskedastistas adalah varian
residual yang tidak sama pada semua pengamatan didalam model regresi.
Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistas. Uji regresi
heteroskedastistas dilakukan dengan metode grafik dengan melihat pola
titik – titik pada grafik regresi yaitu:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit) maka terhadi heteroskedastistas

30
2. Jika ada pola yang jelas, seperti titik – titik menyebar diatas dan di
bahwa angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastistas.
3.
3.8 Teknik analisis data
Dalam menganalisis data yang diperoleh dari KPP Pratama Medan petisah,
peneliti menggunakan metode analisis regresi berganda. Analisis regresi
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antar hubungan antara
dua atau lebih variabel independent (X1,X2,X3,X4,X5…Xn) dengan satu
variabel dependen (Y). ini menunjukan besarnya hubungan yang terjadi
antara variabel independent konsultan pajak (X1), Pemeriksaan pajak
(X2), Penagihan Pajak (X3), Penerimaan Pajak (X4), Transparansi Pajak
(X5) terhadap variabel dependen Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Analisis
Regresi berganda dapat dirumuskan:
Y=α +β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + ϵ
Y = Kepatuhan wajib pajak(variabel dependen)
A = Konstanta
β1. β2. β3. β4. β5 = Koefisien regresi
X1 = Konsultan Pajak (Variabel Independen)
X2 = Pemeriksaan Pajak (Variabel Independen)
X3 = Penagihan Pajak (Variabel Independen)
X4 = Penerimaan Pajak (Variabel Independen)
X5 = Transparansi Pajak (Variabel Independen)

3.8.1 Koefisien Determinasi ( R ² )


Menurut Setianto (2018:153) Koefisien determinasi ( R ² ), mengukur
proporsi variabel pada variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independent pada model regresi. Nilai R ² semakin andal
kemampuan model regresi dalam menjelaskan variabel dependen
3.8.2 Uji F (Uji Simultan)
Menurut Thoifah (2016:223), uji F hitung dimaksudkan untuk menguji
model regresi atas pengaruh seluruh variabel independent yaitu konsultan
pajak (x1), pemeriksaan pajak (x2), penagihan pajak (x3), Penerimaan
pajak (x4), transparansi pajak (x5) secara simultan terhadap variabel
dependen yaitu dominan afektif kepatuhan wajib pajak (Y).
Menurut Thoifah (2016:137), “Kriteria pengujian uji F adalah:

a) Jika F hitung > F tabel atau probabilitas kesalahan < 0.05 maka H0

ditolak.

31
b) Jika F hitung ≤ F tabel atau probabilitas kesalahan (0,392)> 0,05 maka H0

diterima”

3.8.3 Uji t (Secara parsial)

Menurut Thoifah (2016:223), “Koefisien regresi digunakan untuk

mengetahui pengaruh variabel independent secara parsial terhadap

variabel dependen. Pengujian terhadap hasil refresi dilakukan dengan

menggunakan uji t pada derajat keyakinan sebesar 95% atau α = 5%”

Menurut Thoifah (2016:133), Kriteria pengujian uji t adalah:

a. Jika t hitung < -t hitung atau t hitung> t tabel atau probabilitas kesalahan

<0,05 maka H0 tolak.

b. Jika -t tabel dH t hitung dH t tabel atau probabilitas kesalahan eH 0,05

maka H0 terima.

32
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, “Perpajakan”, (Yogyakarta: Andi, 2018)h.3

Unung Sukardji, “Pajak Pertambahan Nilai”, Jakarta: Taja Grafindo Persada,

2015), Edisi Revisi, h 1-2

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, “Perpajakan Indonesia”, (Jakarta: Salemba Empat.

2010), h2

Sukrisno Agoes dan Trisnawati,”Akuntansi Perpajakan”, (Jakarta:2016), h.7

Edy Suprianto,”Perpajakan di Indonesia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.6

Erly Suandy, 2011 . Hukum Pajak Edisi 5. Salemba Empat, Jakarta

PMK (2014). Persyaratan Serta Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Seorang Kuasa.

No 229/PMK.03/2014

Ikatan Konsultan Pajak Indonesia. (2020). Standar Profesi Konsultan pajak

Descalaya. 2013. “Efektivitas Pemeriksaan Pajak Teradapa Wajib Pajak Yang

Melakukan Perlawanan Pajak Ditinjau Dari Sisi Fiskus”. Jurnal Perpajakan.

Universitas Brawijaya. Jawa Timur

Sukrisno Agoes, Estraita Trisnawati.2007.Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba

Empat

Undang – Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan pajak dengan surat

paksa. Undang – Undang ini berlaku tanggal 23 Mei 1997, kemudian diubah

menjadi Undang – Undang No. 19 Tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1

januari 2011
Mardiasmo (2016). Perpajakan. Edisi terbaru 2016. Yogyakarta:Andi.

Rahayu, Siti Kurnia, 2010. Perpajakan Indonesia. Konsep dan Aspek Formal.

Graha Ilmu: Yogyakarta

Sujarweni, V. Wiratna. 2019. Metodologi Penelitian Bisnis dan ekonomi.

Yogyakarta: pustakabarupress.

Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi

Setianto, Rahmat Heru. 2018. Metode Penelitian Bisnis dan Analisis data dengan

SPSS. Jakarta Timur: Penerbit Erlangga.

Sugiarto. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : Andi.

Thoifah,I’anatut. 2016. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kualitatif .

Cetakan Kedua. Jakarta Timur:Madani

Anda mungkin juga menyukai