Anda di halaman 1dari 8

BAB 12

ETIKA DALAM KONSULTASI DAN PEMERIKSAAN PAJAK

Nama Anggota Kelompok 5

1.Tjokorda Istri Margaretha Novita Dewi (1807341014)


2.Ni Putu Diah Mellyadnyani (1807341016)

DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020/2021
PEMBAHASAN

Akuntansi perpajakan adalah bidang akuntansi yang mengkalkulasi, menangani,


mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi perpajakan sehubungan dengan kejadian-
kejadian ekonomi (transaksi) yang terjadi dalam suatu organisasi.Peranannya dalam
organisasiadalah signifikan, yaitumembuat perencanaan dan strategi perpajakan, memberikan
analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan di masa yang akan datang, menerapkan
perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan, mulai dari penilaian/penghitungan,
pencatatan/pengakuan atas pajak,dan penyajiannya di dalam laporan komersial maupun
laporan fiskal perusahaan, serta dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan
dengan lebih baik, sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi.

Tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Suatu sistem pajak yang baik
dan kuat harus terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas
praktisi. Selain itupraktisi pajak juga harus mempunyai kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan
klien, hal ini disebut juga sebagai tanggung jawab praktisi atas sistem pajak yang baik.Praktisi
pajak membantu dalam mengatur hukum pajak secara jujur dan adil dalam pelayanan dan
pengembangan kepercayaan klien dalam integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak.
Praktisi pajak lebih baik melayani publik dengan mengadopsi suatu sikap. Aturan etika yang
fundamental dalam praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus
mengijinkan klien untuk membuat keputusan final. Disamping itu praktisi harus bertanggung
jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah.

➢ Kode Etik Konsultan Pajak

Konsultan Pajak adalah setiap orang yang dengan keahliannya dan dalam lingkungan
pekerjaannya, secara bebas dan profesional memberikan jasa perpajakan kepada Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Kode Etik IKPI adalah kaidah moral yang menjadi
pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak bagi setiap anggota IKPI. Setiap anggota
IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa berpegang pada Kode Etik IKPI.
Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban atau
dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI.

A. Dalam hal hubungan dengan Kepribadian


1. Konsultan Pajak Indonesia wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
2. Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung tinggi integritas,
martabat dan kehormatan profesi Konsultan Pajak.
3. Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan
independen.
4. Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.

Konsultan Pajak Indonesia dilarang :

1. Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri,
kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan.
2. Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain.
3. Menugaskan karyawannya atau pihak lain yang tidak menguasai pengetahuan perpajakan
untuk bertindak, memberikan nasehat dan menangani urusan perpajakan.

B. Dalam hal hubungan dengan Teman Profesi

Konsultan Pajak Indonesia dilarang :

1. Menarik pelanggan yang diketahui atau patut dapat diketahui bahwa pelanggan tersebut
merupakan pelanggan Konsultan Pajak lain.
2. Membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain untuk pindah menjadi karyawannya.
3. Menerima pelanggan pindahan dari Konsultan Pajak lain tanpa memberitahukan kepada
Konsultan Pajak lain tersebut, dan harus secara jelas dan meyakinkan secara legal bahwa
pelanggan tersebut telah mencabut kuasanya dari Konsultan Pajak lain tersebut.

C. Dalam hal hubungan dengan Wajib Pajak

Konsultan Pajak Indonesia wajib :

1. Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan dengan memelihara kepercayaan


masyarakat; bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa;
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak boleh menerima kecurangan atau mengorbankan prinsip; mampu melihat mana yang
benar, adil dan mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati – hatian.
2. Bersikap profesional: senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian jasa
yang dilakukan; senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan dan menghormati
kepercayaan masyarakat dan pemerintah; melaksanakan kewajibannya dengan penuh
kehati-hatian, dan mempunyai kewajiban mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak: Harus menghormati dan
menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjalankan jasanya, dan tidak
menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali ada hak
atau kewajiban legal profesional yang legal atau hukum atau atas perintah pengadilan
untuk mengungkapkannya. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf
atau karyawan maupun pihak lain dalam pengawasannya dan pihak lain yang diminta
nasihat dan bantuannya tetap menghormati dan menjaga prinsip kerahasiaan.

Konsultan Pajak Indonesia dilarang :

1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak mengenai
pekerjaan yang sedang dilakukan.
2. Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan
instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan.
3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah atau
memilih Konsultan Pajak lain.
4. Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang diketahui
atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

➢ Etika daam Pemeriksaan pajak

Peraturan Direktur Jendral Pajak NOMOR PER -23/PJ/2013, Pada pasal 2 dan 3 diatur
mengenai Standar Umum Pemeriksaan :
BAB II

STANDAR PEMERIKSAAN

Pasal 2

1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan Pemeriksaan


untuk tujuan lain harus dilaksanakan sesuai dengan Standar Pemeriksaan.
2) Standar Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) digunakan sebagai ukuran mutu
Pemeriksaan.
3) Standar Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar umum
Pemeriksaan, standar pelaksanaan Pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil Pemeriksaan.

Bagian Kedua

Standar Umum Perneriksaan

Pasal 3

1) Standar umum Pemeriksaan berlaku bagi Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan dan Pemeriksaan untuk tujuan lain.
2) Standar umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan Pemeriksa Pajak.
3) Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak.
1. Persyaratan irii' merupakan syarat kompetensi untuk Cepat menjadi seorang
Pemeriksa Pajak, baik sebagai individu maupun sebagai tim Pemeriksa Pajak
(kompetensi kolektif).
2. Pemeriksa .Pajak harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai
dibidang perpajakan, akuntansi, dan Pemeriksaan.
3. Permeriksa Pajak diharuskari memiliki pengetahuan umum tentang lingkungan dan
proses bisnis Wajib Pajak, termasuk di antaranya adalah kemampuan menerapkan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
4. Pemeriksa Pajakharus memiliki keterarnpilan berkomunikasi secara jelas dan
efektif, baik secara lisan maupun tulisan.
5. Pemeriksa Pajak harus memelihara dan meningkatkan keahlian dan kompetensinya
melalui ipendidikan berkelanjutan. Pendidikan dimaksud dapat berupa diklat-
diklat, kursus singkat, maupun seminar,baik yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun oleh instansi
lainnya, di dalam maupun diluar negeri.
b. Menggunakanketerampilannya secara cermat dan seksama.
1. Dalam pelaksanaanPemeriksaan dan penyusunan LHP, Pemeriksa Pajak harus
menggunakan keterampilannya secara profesional, cermat dan seksama, objektif,
dan independeri, serta selalumenjaga integritas.
2. Pemeriksa Pajak" dianggap telah menggunakan keterampilannya secara cermat dan
seksama apabila dalam melaksanakan Pemeriksaan didasarkan pada iktikad baik
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Jujur dan bersih dari tindakan-tiridakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara
1. Pemeriksa Pajak dituntut untuk selalu jujur dan bersih dari. Tindakan tercela serta
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi ataupun golongan.
2. Pemeriksa Pajak harus tunduk pada kode etik yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak.
3. Dalam sernua hal yang berkaitan dengan Pemeriksaan,Pemeriksa Pajak harus
bersikap independen, yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan, kondisi,
perbuatan danjatau Wajib Pajak yangdiperiksanya. Gangguan independensi yang
dapat dialami oleh Pemeriksa Pajak selama Pemeriksaan meliputi hal-hal berikut :
a) memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda
sampaidengan derajat kedua dengan Wajib Pajak;
b) memiliki kepentingankeuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan Wajib Pajak;
c) pernahbekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan dengan
masalah perpajakan, akuntansi, ataupun keuangan kepada Wajib Pajak dalam
kurun waktu (dua)tahun terakhir;
d) memiliki temari dekat keluarga yang dapat berposisi sebagai wakil Wajib
Pajak yang diperiksa; atau
e) keadaan, kondisi,·. dan perbuatan tertentu lainnya yang menurut pertimbangan
Pemeriksa Pajak dapat mengganggu independensi.
4. Dalam hal Pemeriksa Pajak mengalami gangguan independensi sebagaimana
dimaksud pada angka 3) maka Pemeriksa pajak harus memberitahukan kepada
Kepala UP2 tentang adanya gangguan independensi tersebuLSelanjutnya, Kepala
UP2 harus segera mengambil tindakan yangdianggap perlu untuk mengatasi
gangguan independensi tersebut.
d. Taat terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
4) Dalam hal diperlukan, Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dapat
dilaksanakanolehtenaga ahli dari luarDirektorat .Jenderal Pajak yang dirunjuk oleh
DirekturJenderal Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Mohammadfadlyassagaf. 2016. Etika dalam Perpajakan.


https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/04/etika-dalam-
perpajakan/#:~:text=Konsultan%20Pajak%20Indonesia%20wajib%20setia,jawab%
2C%20dedikasi%20tinggi%20dan%20independen.
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMORPER-23/PJ/2013 TENTANG
STANDAR PEMERIKSAAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Anda mungkin juga menyukai