Anda di halaman 1dari 19

Audit Plan, Audit Program, Audit Procedure, Audit Teknik, Resiko

Audit dan Materialitas


Temu 6

Kelompok 6
Anggota Kelompok:

1. Jovan Michael Sandrico (03)


2. Ni Putu Ketty Krisnadevi (05)
3. I Made Krisna Yogantara (15)
4. Putu Lovy Wilona Amaris (25)
5. Mira Kusuma Wardani (27)
6. Ni Luh Gede Tika Widya Suari (32)

Program Diploma III Perpajakan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
PETA KONSEP..........................................................................................................................................iii
A. AUDIT PLAN (PERENCANAAN PEMERIKSAAN).......................................................................1
B. AUDIT PROGRAM............................................................................................................................9
C. AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK................................................................................9
D. RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS.........................................................................................10
KESIMPULAN.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

ii
PETA
Audit Plan, KONSEP
Audit Program, Audit
Procedure, Audit Teknik, Resiko Audit
Audit Plan (Perencanaan dan Materialitas
Pemeriksaan)

Perencaan suatu audit melibatkan


penetapan strategi audit secara
keseluruhan untuk perikatan tersebut
dan pengembangan rencana audit. AUDITRISIKO AUDIT
DAN DAN
PROCEDURES
Audit Program
AUDITMATERIALITAS
TEKNIK
Dalam perencanaan audit, autditor
harus mempertimbangkan, antara lain: Menurut SA 320.1
Menyu
1. Masalah yang berkaitan dengan sun audit Audit danProcedures
320.2
bisnis satuan usaha tersebut dan program yang adalah langkah-
Materialitas dalam
industry di mana satuan usaha merupakan langkah yang harus
Konteks Audit
beroperasi di dalamnya. kumpulan dari dijalankan auditor
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi prosedur audit dalam melaksanakan
satuan usaha tersebut yang akan pemeriksaannya dan
dijalankan dan sangat Risiko audit adalah
diperlukan
3. Metode yang digunakan oleh satuan
dibuat secara oleh asisten agar auditor
risiko bahwa
usaha tersebut dalam mengolah
tertulis. tidak menyatakan
melakukan opini
informasi akuntansi yang signifikan
Audit penyimpangan
yang tidak dan tepat
4. Penetapan tingkat risiko
dapat bekerja secara
pengendalian yang direncakan program ketika terdapat
membantu efisien dan efektif.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat kesalahan penyajian
materiliatas untuk tujuan audit auditor dalam material dalam
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memberikan Audit laporanProcedures
keuangan.
memerlukan penyesuaian dilakukan
Risiko dalam audit
Audit program yang
7. Kondisi yang mungkin memerlukan rangka mendapatkan
baik harus merupakan fungsi
perluasan atau pengubahan bahan-bahan bukti
mencantumkan: gabungan yang risiko
pengujian audit (audit evidence)
1. Tujuan pemeriksaan
8. Sifat laporan audit yang diharapkan cukup kesalahan untuk penyajian
2. Prosedur audit yang
akan diserahkan kepada pemberian mendukung pendapat risiko
material dan
akan dijalankan
tugas auditor deteksi.
atas kewajaran
3. Kesimpulan
laporan keuangan.
pemeriksaan

Beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam


Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan
rangka menyusun audit plan: sepanjang pelaksanaan audit

1. Dapat pemahaman tentang entitas dan a. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
lingkungannya, termasuk internal kontrolnya. penyajian material;
2. Tetapkan risiko salah saji material dan laporan
b. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit
keuangan selanjutnya; dan
3. Tentukan materiality c. Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak
4. Buat planning memorandum dan audit program dikoreksi jika ada, terhadap laporan keuangan dan
yang berisi respons auditor terhadap risiko yang dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.
diidentifikasi. iii
A. Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)
Standar Audit 300 Perencaan suatu audit laporan keuangan (IAPI,2013) yang
berlaku efektif mulai 1 Januari 2013 (untuk emiten) dan 1 Januari 2014 (untuk entitas
selain emiten) merupakan pedoman dalam menyusun perencanaan pemeriksaan.
Perencaan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk
perikatan tersebut dan pengembangan rencana audit.
Perencanaan audit yang baik mempunyai beberapa manfaat, antara lain membantu
auditor untuk memberikan perhatian yang tepat antara area yang penting dan
mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah yang potensial secara tepat waktu. Standar
pekerjaan lapangan pertama (IAPI,2011:310.1) berbunyi sebagai berikut:
“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya”
Begitu juga menurut ACIPA auditing standards (Arens, 2017; 261);
“Auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya dan jika digunakan asisten harus di
supervise dengan sebaik-baiknya”
Perencanaan dan superisi berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur
yang berkaitan sering kali tumpang tindih (overlap). Auditor sebagai penanggung jawab
akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagai fungsi perencanaan dan supervise auditnya
kepada staff lain dalam kantor akuntannya (asisten).
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksaan dan
lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan bervariasi dengan
ukuran dan kompleksitas satuan usaha. Dalam perencanaan audit, autditor harus
mempertimbangkan, antara lain:
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industry di mana
satuan usaha beroperasi di dalamnya.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut
3. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk
mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan
4. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncakan

1
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materiliatas untuk tujuan audit
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment)
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,
seperti risiko kekeliruan dan ketidakberesan yang material atau adanya transaksi
antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
8. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberian tugas(sebagai
contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan khusus untuk
menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak/perjanjian).
Prosedur yang dapat dipertimbangan oleh auditor dalam perencanaan dan supervise
biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha
dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut.
Contoh prosedur tersebut meliputi:
1. Me-review arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan, dan
laporan audit tahun lalu
2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf kantor
akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha
3. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak
terhadap satuan usaha
4. Membaca laporan keuangan intern tahun berjalan
5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu auditing dengan manajemen, dewan komisaris,
dan komite audit
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan standar
auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru.
7. Mengoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data
8. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern
9. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule)
10. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan
informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat
mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dipandang perlu.

2
Agar dapat membuat perencaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus
memahami bisnis klien dengan sebaik-baiknya (understanding client business), termasuk
sifat dan jenis usaha klien, struktur organisasinya, struktur permodalan, metode produksi,
pemasaran, distribusi dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh auditor melalui
pengalaman dengan satuan usaha atau industrinya serta dari pengajuan pertanyaan kepada
pegawai perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi
yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik operasi,
serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus. Sumber lain yang dapat
digunakan oleh auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industry, laporan,
keuangan satuan usaha lain dalam industry, buku teks, majalah, dan perorangan yang
memiliki pengetahuan mengenai industry.
Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam:
1. Mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus
2. Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, di-review
dan dikumpulkan dalam organisasi
3. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilain atas persediaan, depresiasi, penyisihan
piutang ragu-ragu, presentase penyelesaian kontrak jangka panjang
4. Menilai kewajaran representasi manajemen
5. Mempertimbangkan kesesuaian standar akuntansi yang diterapkan dan kecukupan
pengungkapannya.
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan
audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervise adalah
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-
masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan
menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervise
yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak factor, termasuk kompleksitas
masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.
Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur audit
yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang memungkinkan
berpengaruh terhadap sifat, luas, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat

3
bisnis satuan usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi
dan audit. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan
asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing signifikan yang muncul
dalam audit sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikkan masalah tersebut.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di-review untuk memenentukan
apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakn secara memadai dan menilai apakah hasilnya
sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit.
Menurut Hayes (2014;205)
Rules of thumb yang biasanya digunakan dalam praktik adalah:
1. 5-10 % dari net income sebelum pajak
2. 5-10 % dari current assets
3. 5-10 % dari current liabilities
4. 0,5-2 % dari total asset
5. 0,5-2 % dari total revenue
6. 1-5 % dari total equity
Menurut ISA 300-Planning an Audit of Financial Statements dalam Hayes (2014;18.2)
Tujuan auditor adalah untuk menentukan jumlah dan bisa dilakukan secara efektif.
Auditor harus menetapkan strategi audit menyeluruh yang menatur scope, timing dan
direction dari audit, dan mengarahkan pengembangan audit plan (perencanaan audit).
Tujuan planning adalah untuk menentukan jumlah dan tipe bukti audit dan
penelahaan yang diperlukan untuk memberikan auditor keyakinan bahwa tidak terdapat
salah saji material dalam laporan keuangan.
Beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam rangka menyusun audit plan:
1. Dapat pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk internal kontrolnya.
2. Tetapkan risiko salah saji material dan laporan keuangan
3. Tentukan materiality
4. Buat planning memorandum dan audit program yang berisi respons auditor terhadap
risiko yang diidentifikasi.
Beberapa ISA yang berkaitan dengan risiko audit adalah:
1. ISA 315 Identifikasi dan Penetapan Risiko salah saji material melalui pemahaman
terhadap entitas dan lingkungannya

4
2. ISA 330 respons auditor atas risiko yang ditetapkan
3. ISA 500 bukti audit
Prosedur untuk mendapatkan pemahaman risiko (ISA 315):
1. Tanya jawab dengan manajemen
2. Prosedur analitis
3. Observasi dan inspeksi
Pada umumnya audit planning memorandum berisi beberapa hal berikut.
1. Informasi latar belakang perusahaan
2. Tujuan audit
3. Penentuan risiko penugasan
4. Auditor lainnya atau tenaga ahli (expert)
5. Materiality
6. Inherent risk (risiko bawaan)
7. Kesimpulan tentang Control Environment (lingkungan pengendalian)
8. Tingkat kepercayaan auditor terhadap Computer Information System Client
9. Kualitas system akuntansi dan internal control klien
10. Pendekatan audit
11. Time schedule dari pekerjaan audit
12. Audit budget
(Hayes, 2014;219)
Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement Letter disetujia oleh
klien.
Isi dari Audit Plan mencakup:
1. Hal-hal mengenai klien
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien
3. Rencana kerja auditor
Ad.1 hal- hal mengenai klien
1. Bidang Usaha Klien, Alamat, Nomor Telepon, Faksimile dan lain-lain
2. Status Hukum Perusahaan (berdasarkan Akta Pendirian)
a) Nama Pemilik
b) Permodalan

5
3. Accounting Policy (Kebijakan Akuntansi)
a) Buku-buku yang digunakan:
1) Buku-buku penjualan
2) Buku pembelian
3) Buku kas/bank
4) Buku memorial
b) Metode pembukuan
1) Manual: tulis menembus & biasa
2) Komputer
3) Mesin Pembukuan
c) Komentar mengenai mutu pembukuan secara umum (membantu dalam menyusun
budget dan pemilihan tenaga-tenaga yang akan ditugaskan klien tersebut)
4. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Komparatif dan perbandingan Penjualan,
Laba/Rugi tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) tahun lalu dengan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) tahun sekarang/bulan
terakhir tahun berjalan agar dapat diperoleh gambaran mengenai ukuran besar
kecilnya perusahaan.
5. Client contact
Yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan sering dihubungi auditor.
Misalnya:
a) Presiden Direktur
b) Controller, Chief Accountant
c) Dewan Komisaris dan Komite Audit.
Selain itu perla jaga diketahui penasihat hukumnya siapa berikut alamat, nomor
telepon, faks, dan email address.
6. Accounting, Auditing & Tax Problem
Harus dijelaskan persoalan-persoalan yang (mungkin) akan dihadapi oleh klien,
seperti:
a) Accounting Problem, misalnya:
1) Perubahan metode pencatatan dari manual ke computer
2) Revaluasi fixed asset

6
3) Perubahan metode atau tarif penyusutan

b) Auditing Problem, misalnya:


1) Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan
2) Perubahan accounting policy
c) Tax problem, misalnya:
1) Masalah restitusi, kekurangan penyetoran
2) Adanya 2 pembukan dalam perusahaan

Ad.2 Hal-hal yang mempengaruhi klien


Bisa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar, antara lain: Business News,
Ekonomi Keuangan Indonesia.
Contoh: adanya peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.
Ad.3. Rencana Kerja Auditor
Hal-hal yang penting antara lain:
1. Staffing
a) Nama partner
b) Nama manager
c) Nama supervisor
d) Nama senior
e) Nama asisten
2. Waktu Pemeriksaan
a) Waktu dimulainya suatu pemeriksaan
b) Beberapa lama waktu pemeriksaan
c) Dean line, dalam arti laporan pemeriksaan:
1) Selesai kapan?
2) Dikirim ke mana dan waktunya sampainya kapan?
3) Kepada siapa report itu dikirim?
d) Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan.
Tarif yang dibebankan kepada klien antara lain:
1) Partner
2) Manager

7
3) Senior
4) Junior
5) Budget per section/area
(misalnya pemeriksaan piutang 60 jam), terdiri atas: 10 jam incharge, 50 jam
asisten
3. Jenis jasa yang diberikan
a) General audit
b) Special audit
c) Bantuan administrasi
d) Menyusun laporan posisi keuangan (neraca)/laba rugi (L/R Komprehensif)
e) Perpajakan
Hal – hal tambahan:
4. Bantuan-bantuan yang Dapat Diberikan Klien
a) Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang
b) Membuat schedule-schedule:
1) Aging schedule
2) Rincian asset tetap
3) Rinciang utang dan piutang
4) Rincian biaya yang masih harus dibayar
5. Time schedule
Misal:
Bulan November:
a) Review Internal Control
b) Tentative Audit Program (audit program sementara)
Bulan Desember:
a) Cash count
b) Observasi persediaan
c) Dan lain-lain
Pada time schedule juga ditulis siapa yang mengerjakan dan beberapa jam kira-kira
waktu yang dibutuhkan.
Pada akhir audit plan dituliskan:

8
a) Dibuat oleh:
b) Review oleh:
c) Approved oleh:
Audit Plan tersebut harus di-approved oleh partner.

B. Audit Program
Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor
harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan
dijalankan dan dibuat secara tertulis.
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut
keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Audit program yang baik harus mencantumkan:
1. Tujuan pemeriksaan
2. Prosedur audit yang akan dijalankan
3. Kesimpulan pemeriksaan
Sebagai KAP menggunakan audit program yang sudah distandarisasi dan digunakan
di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang disusun sesuai kondisi
dan situasi di perusahaan (trailor made)
Akan lebih baik jika audir program dibuat terpisah untuk Compliance Test dan
Substantive Test.

C. AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK


Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.

Audit Procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit


evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan.

9
Untuk itu diperlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit
evidence seperti: konfirmasi, observasi, inspeksi, Tanya jawab (inquiry) dan lain-lain.

D. RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS


Menurut SA 320.1 dan 320.2
Materialitas dalam Konteks Audit

Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas konsep materialitas dalam


konteks penyusutan dan penyajian laporan keuangan. Walaupun kerangka pelaporan
keuangan mungkin membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang berbeda-
beda, kerangka tersebut secara umum menjelaskan bahwa:

1. Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan


penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna
laporan keuangan tersebut;
2. Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai kondisi
yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan penyajian, atau
kombinasi keduanya; dan
3. Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang
diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan
dampak kesalahan penyajian terhadap pengguna laporan keuangan individual tertentu,
yang kebutuhannya beragam, tidak dipertimbangkan.

Pembahasan diatas, jika ada dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
menyediakan kerangka acuan bagi auditor dalam menentukan materialitas untuk audit.
Jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tidak mencakup pembahasan tentang
konsep materialitas, maka karakteristik-karakteristik yang diuraikan dalam paragraph 2
dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi auditor dalam menentukan materialitas.

10
Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan professional, dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para
pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini, adalah masuk akal bagi auditor untuk
mengasumsikan bahwa pengguna laporan keuangan:
a. Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomis serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat;
b. Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
c. Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan pengguna estimasi, pertimbangan dan pertimbangan atas
peristiwa masa depan; dan
d. Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam laporan
keuangan.

Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan


pelaksanaan audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang
teridentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada,
terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan opini dalam laporan auditor.

Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan tentang


ukuran kesalahan penyajian yang dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut menyediakan suatu basis untuk:

a. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur penilaian resiko;


b. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material; dan
c. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit lanjutan.

Menurut SA 320.5, 320.6 dan 320.7


Risiko audit adalah risiko bahwa auditor menyatakan opini yang tidak tepat ketika
terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan. Risiko audit merupakan
fungsi gabungan risiko kesalahan penyajian material dan risiko deteksi. Materialitas dan
risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit, khususnya pada saat:

11
a. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material;
b. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit selanjutnya; dan
c. Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi jika ada, terhadap
laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.

Pengguna Tolak Ukur dalam Menentukan Materialitas Untuk Laporan Keuangan Secara
Keseluruhan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses identifikasi suatu tolak ukur yang
dapat mencakup:
a. Unsur-unsur laporan keuangan (sebagai contoh, asset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan, beban);
b. Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna
laporan keuangan suatu entitas tertentu (sebagai contoh, untuk tujuan
pengevaluasian kinerja keuangan, pengguna laporan keuangan cenderung akan
fokus pada laba, pendapatan maupun aset bersih);
c. Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industry serta lingkungan
ekonomi yang didalamnya entitas tersebut beroperasi;
d. Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas (sebagai contoh, jika pendanaan
sebuah entitas hanya dari utang dan bukan dari ekuitas, maka pengguna laporan
keuangan akan lebih menekankan pada aset dan klaim atas aset tersebut dari pada
pendapatan entitas); dan
e. Fluktuasi relatif tolak ukur tersebut.

Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri atas risiko
[yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)]
dan risiko deteksi (detection risk).
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat

12
pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo
akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena
keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko ini timbul sebagian karena
ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau
golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada,
walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%.

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua
risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari lakukan atau tidaknya audit atas
laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan
dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Komponen risiko audit ini dapat
ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau secara
nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan maksimum.

AR=IR × CR × DR
Atau
AR
DR=
IR ×CR

Dimana:
AR : overall audit risk
IR : inherent risk
CR : control risk
DR : detection risk

13
Tabel berikut ini menunjukan bagaimana tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
berdasarkan penilaian dari risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Penilaian Auditor atas Kontrol

Tinggi Sedang Rendah


Penilaian Tinggi Paling Rendah Lebih Rendah Sedang
Sedang Lebih Rendah Sedang Lebih Tinggi
Auditor
Rendah Sedang Lebih Tinggi Paling Tinggi
terhadap
risiko bawaan

Risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merancang prosedur audit
tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo akun
atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko bawaan
dan risiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan risiko
pengendalian menurun, risiko deteksi yang dapat diterimanya akan meningkat. Namun,
auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan risiko bawaan dan risiko pengendalian,
dengan tidak melakukan pengujian substantive terhadap saldo akun atau golongan
transaksi, yang didalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin material jika
digabungkan dengan salah gaji yang ada pada saldo akun atau golongan transaksi lain.

14
KESIMPULAN

Perencanaan audit yang baik mempunyai beberapa manfaat, antara lain membantu
auditor untuk memberikan perhatian yang tepat antara area yang penting dan mengidentifikasi
serta menyelesaikan masalah yang potensial secara tepat waktu. Perencanaan audit meliputi
pengembangan strategi menyeluruh pelaksaan dan lingkup audit yang diharapkan. Setelah audit
plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor harus menyusun audit
program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan dan dibuat secara
tertulis. Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Risiko audit adalah risiko bahwa
auditor menyatakan opini yang tidak tepat ketika terdapat kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri atas
risiko [yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk)] dan
risiko deteksi (detection risk).

DAFTAR PUSTAKA

15
Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing Buku 1 Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai