Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL KE-3

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Auditing I


Kode Mata Kuliah : EKS14308
Jumlah sks : 3 (Tiga) sks
Nama Pengembang : Yudhi Prasetiyo, S.E., M.Ak.
Nama Penelaah :-
Status Pengembangan : Baru
Tahun Pengembangan : 2023
Edisi Ke : 4 (Empat)

No Soal Sumber Tugas Skor


1 Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap dalam Modul 7. Kegiatan
perencanaan audit sebelum dilakukannya proses Belajar 1 dan 3.
Perencanaan Audit dan 25
audit sertakan gambar perencanaan dan Prosedur Analitis
peranacangan pendekatan audit!
2 Sebutkan dan jelaskan kode etik profesi akuntansi Modul 7. Kegiatan
yang mengatur independensi auditor dalam Belajar 2. Prosedur 25
Analitis
standarstandar rinci!
3 Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis risiko audit! Modul 8. Kegiatan
Belajar 1. Konsep 25
Matrealitas
4 Sebutkan dan jelaskan tujuan umum perusahaan
melaksanan rancangan untuk sistem pengendalian Modul 9. Kegiatan
Belajar 1. Sistem 25
yang efektif! Pengendalian Internal

-DELAPAN TAHAPAN DALAM PERENCANAAN AUDIT


1. Penerimaan Klien dan pembuatan rencana audit awal
2. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima dan risiko
inheren
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
8. Menyusun strategi audit keseluruhan dan program audit
Tujuh tahapan pertama dilakukan guna memenuhi kewajiban auditor untuk melaksanakan
Prosedur Penilaian Risiko, sedangkan tahapan kedelapan merupakan respon terhadap tahapan
sebelumnya yang dituangkan kedalam Prosedur Audit Lebih Lanjut (SA 330.6)
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO
Prosedur yang digunakan untuk penilaian risiko tercantum pada standar audit (SA 315.5)
yang berbunyi:
“auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar bagi
pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan
keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian risiko semata tidak menyediakan bukti audit
yang cukup dan tepat sebagai dasar opini audit”

PROSEDUR AUDIT LEBIH LANJUT


Prosedur audit lebih lanjut dilakukan sebagai respon atas penilaian risiko kesalahan penyajian
material.
Prosedur audit lebih lanjut terdiri dari
a. Pengujian Pengendalian
b. Pengujian substantif golongan transaksi
c. Prosedur analitis substantive
d. Pengujian rinci atas saldo

2. Berikut ini beberapa standar rinci yang mengatur independensi auditor:

Standar Independensi IFAC (International Federation of Accountants):

Standar ini mengatur independensi auditor secara umum. Auditor diharapkan untuk
mempertahankan independensi dalam sikap dan penampilan mereka selama melaksanakan
audit. Mereka tidak boleh terlibat dalam kegiatan atau memiliki hubungan yang dapat
mengorbankan independensi mereka.

Kode Etik AICPA (American Institute of Certified Public Accountants):

Kode Etik AICPA menetapkan prinsip-prinsip etika yang harus diikuti oleh auditor. Prinsip
utama adalah Prinsip Independensi, yang menyatakan bahwa auditor harus mempertahankan
independensi dalam semua situasi yang terkait dengan pekerjaan audit. Auditor tidak boleh
memiliki kepentingan finansial atau hubungan pribadi yang dapat mempengaruhi
independensinya.
Sarbanes-Oxley Act (SOX):

SOX adalah undang-undang yang diberlakukan di Amerika Serikat setelah skandal Enron dan
WorldCom. Undang-undang ini memperketat persyaratan independensi auditor. SOX
menetapkan larangan bagi auditor untuk memberikan jasa konsultansi kepada klien mereka
yang sedang diaudit. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa auditor tidak terjebak dalam
konflik kepentingan yang dapat mengurangi independensinya.

Standar Independensi IFAC - Non-Audit Services:

Standar ini menetapkan persyaratan tambahan untuk independensi auditor ketika mereka
memberikan jasa selain audit kepada klien mereka. Auditor harus memastikan bahwa
pemberian jasa non-audit tidak mengorbankan independensi mereka dalam melakukan audit.
Misalnya, auditor tidak boleh memberikan saran atau jasa yang melibatkan keputusan
manajemen signifikan atau fungsi manajemen yang dapat mempengaruhi penilaian
independensi mereka.

Pembahasan

Standar-standar ini memberikan kerangka kerja yang jelas untuk memastikan independensi


auditor dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka membantu menjaga integritas,
objektivitas, dan kredibilitas audit yang dilakukan oleh auditor.

3. Sebutkan Jenis – Jenis Resiko Audit ?


1. RESIKO BAWAAN
risiko yang mungkin timbul akibat karakter bawaan dari suatu transaksi, seperti kompleksitas
transaksi dan klas transaksi, kompleksitas perhitungan; aset yg mudah tercuri/digelapkan;
atau ketiadaan informasi yang sifatnya obyektif. Sudah menjadi pemahaman publik bahwa
inherent risk adalah diluar jangkauan auditor dalam melakukan pencegahan. Bahkan, juga
diluar kendali pihak auditee sendiri\
2. RESIKO PENGENDALIAN
risiko yang bisa timbul akibat kelemahan sistim pengendalian intern (SPI) auditee, baik
karena desainnya yang lemah atau pelaksanaanya yang tidak sesuai desain , tidak mampu
mencegah potensi salahsaji bersifat material dan/atau penggelapan (fraud). Resiko
pengendaian tidak bisa dikendalikan oleh auditor akan tetapi bisa dikendalikan oleh auditee
jika mereka mau.
3. RESIKO DETEKSI
risiko yang bisa timbul akibat kegagalan auditor dalam menedeteksi adanya salahsaji bersifat
material dan/atau penggelapan (fraud).Resiko deteksi ada dalam kendali auditor. Karena
sepenuhnya ada pada kendali auditor, maka sudah pasti mereka harus berupaya untuk
menekan risiko ini hingga ke tingkatakan yang paling minimal (tidak mungkin
menghilangkan risiko ini sepenuhnya).

4.

1. Perencanaan Program

Perencanaan yang rinci penting untuk mengontrol proses manajemen. Ada beberapa tahap
perencanaan program yang harus dilalui, yaitu:

Penentuan Tujuan

Program yang bagus harus dibuat berdasarkan tujuan atau target yang jelas. Buat tujuan
jangka pendek dan panjang, dan pastikan tujuan tersebut mendukung visi serta misi
perusahaan atau organisasi. Hal ini menjadi pijakan untuk membuat perencanaan.

Penentuan Durasi Program

Ingin merencanakan program secara lebih detail? Pastikan menetapkan durasi untuk
mencapai target program, baik jangka pendek maupun panjang. Adanya durasi membuat
setiap anggota organisasi, karyawan, atau departemen berkomitmen untuk mencapai tujuan
dalam periode yang ditentukan.

Penentuan Para Penanggung Jawab

Perusahaan, organisasi, dan bisnis ukuran sedang hingga besar memiliki departemen atau
bagian berbeda. Setiap bagian harus memiliki penanggung jawab yang bertugas memastikan
aktivitas berjalan lancar sesuai tugas masing-masing. Pastikan masing-masing bagian atau
departemen memiliki penanggung jawab resmi yang diketahui semua orang.

Perencanaan Manajemen Risiko


Setiap rencana kegiatan pasti memiliki risiko. Hal tersebut adalah sesuatu yang umum
dipertimbangkan walau ada komitmen untuk menciptakan proses manajemen yang lancar.
Manajemen risiko diperlukan untuk menciptakan reaksi cepat dalam menangani hambatan
yang muncul sehingga kegiatan manajemen bisa tetap berjalan lancar.

Manajemen risiko harus dilakukan secara menyeluruh. Setiap departemen atau bagian
organisasi harus menganalisis risiko spesifik dari tugas-tugas mereka dan apa dampaknya
terhadap tujuan bersama. Hal ini kemudian dijadikan pertimbangan bersama ketika menyusun
rencana manajemen risiko.

Perencanaan merupakan bagian penting dari manajemen karena merupakan panduan


dasarnya. Setelah perencanaan disusun secara matang, menjalankan tahap lainnya akan lebih
mudah karena sudah ada panduannya.

2. Perencanaan Pembiayaan

Perencanaan pembiayaan tidak hanya membahas jumlah yang dibutuhkan, tetapi juga sumber
pembiayaan serta rencana cadangan jika ada kebutuhan ekstra di luar perkiraan. Pembiayaan
juga menyangkut pembahasan resources yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas-tugas
dalam kegiatan manajemen, mulai dari utilitas hingga perlengkapan kantor dan material.

3. Pelaksanaan dan Pengawasan

Perencanaan pembiayaan harus dipresentasikan di depan jajaran pimpinan serta pihak-pihak


yang bertanggung jawab terhadap perencanaan manajemen. Hal ini untuk memastikan adanya
kesepakatan terkait pembiayaan sehingga tidak ada pemborosan atau kasus kekurangan dana.
Perusahaan dan organisasi juga harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti pajak dan
pembayaran rutin lainnya.

Pengawasan secara terus-menerus sangat penting dalam proses pengendalian manajemen.


Dalam pelaksanaan ini, perusahaan atau organisasi harus memastikan bahwa setiap
karyawan, anggota, dan departemen mengikuti SOP serta aturan yang telah ditentukan untuk
meraih tujuan bersama. Hal ini didukung dengan sistem pertanggungjawaban jika terjadi
kesalahan atau pelanggaran.
Pengawasan yang menyeluruh memberikan berbagai manfaat dalam proses manajemen.
Perusahaan dan organisasi bisa mendeteksi risiko atau kesalahan sejak dini, lalu mencegah
agar mereka tidak berkembang menjadi hambatan besar. Pengawasan juga memungkinkan
adanya tindakan koreksi seketika sebelum seluruh kegiatan manajemen terpengaruh dan
bahkan terhambat.

Sebaliknya, perusahaan atau organisasi juga harus menerapkan sistem penghargaan (reward)
sesuai dengan kapasitas setiap anggota dan peraturan terkait kompensasi yang berlaku. Hal
ini berguna untuk menjaga tingkat kepuasan staf atau anggota organisasi agar
memiliki motivasi untuk menerapkan aktivitas manajemen dengan baik. Selain kompensasi
rutin, perusahaan bisa mempertimbangkan adanya kompensasi tambahan atau spesial untuk
staf atau anggota yang melakukan tugas khusus.

4. Pencatatan dan Akunting

Pengendalian manajemen wajib melibatkan pencatatan dan akunting. Perusahaan atau


organisasi memiliki staf khusus yang melakukan pencatatan terkait berbagai aspek
manajemen, misalnya penggunaan sumber daya, pencapaian target harian dan mingguan,
serta kendala yang dihadapi. Pencatatan ini dilakukan dengan menggunakan sistem khusus
yang sifatnya konsisten dan dibuat berdasarkan patokan tertentu untuk memudahkan
pelaporan.

Penerapan pengendalian manajemen juga membutuhkan biaya. Proses akunting dibutuhkan


untuk mencatat setiap transaksi yang mendukung kelancaran manajemen. Departemen atau
bagian keuangan bertanggung jawab untuk mencatat, mengumpulkan bukti transaksi, dan
mempersiapkan laporan untuk audit serta evaluasi.

5. Laporan dan Evaluasi

Akhirnya, setiap pencatatan kegiatan manajemen pasti berujung pada pelaporan. Hal ini
mencakup catatan keuangan, hasil kinerja, perbandingan kinerja pada waktu-waktu tertentu,
hingga hambatan dan masalah yang dihadapi saat pelaksanaan. Era digital memungkinkan
perusahaan, organisasi, hingga pemilik bisnis kecil untuk melakukan pencatatan dan
pelaporan secara otomatis menggunakan software dan aplikasi manajemen.

Anda mungkin juga menyukai