Anda di halaman 1dari 16

Ringkasan Materi

Praktik dan evaluasi ,KPI dan Audit Sektor Publik

Nama Kelompok :

1. Alexsandro Arsol Panie (33120009)


2. Flaviani Suheng (33120023)
3. Maria Rosalinda Priska Noy (33120039)
4. Yohanes Nosarius Gela Loy (33120041)
5. Anita Gabrela Manek (33120042)
6. Cresensiena Reynalda Narus (33120043)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2023
A. PRAKTIK EVALUASI DI BEBERAPA NEGARA
Pada bagian ini kita akan merevieu beberapa catatan yang dibuat oleh Sigit (tanpa
tahun, seorang auditor BPKP) tentang praktik evaluasi di beberapa negara (maju).
Catatan ini dimulai dari Amerika Serikat dan GPRA, Inggris, Kanada, dan terakhir
Australia.
1. Amerika Serikat dan GPRA
Pelaksanaan evaluasi program (program evaluation) di Amerika Serikat masih
relatif baru (dibanding dengan riset ilmiah, riset sosial, bahkan praktik auditing
di negara tersebut yang sudah lebih dahulu maju,. Di level federal, evaluasi
program dikaitkan dengan penerapan GPRA (Government Performance & Result
Act) yang diterbitkan pada tahun 1993 dan pelaksanaannya di sebagian
departemen masih tersendat-sendat
2. Inggris dan Reformasi Sektor Publik
Perhatian untuk melakukan reformasi di sektor pelayanan publik tumbuh di
awal tahun 1960-an. Mewarisi kondisi di awal pemerintahannya pada 1976,
dengan PDB yang anjlok, konsumsi pemerintah 44% PDB, dominasi ekonomi
yang besar inefisiensinya, upaya tertatih-tatih Margareth Thatcher tidak
memberi hasil yang memuaskan. Unit Efisiensi yang bertugas memerangi
pe.nborosan dan efisiensi melalui pendekatan audit efisiensi telah melakukan
223 audit efisiensi yang membuahkan penghapusan 12.000 posisi dan
penghematan tahunan yang berulang sebesar 180 juta pound
3. Kanada dan PEMS
Pelaksanaan evaluasi sebagai bagian dari praktik dan pengendalian manajemen
di Kanada telah muncul sejak tahun 1977 melalui kebijakan the Policy g
Expenditure Management System (PEMS). Pemerintah Kanada melalui The k
Treasury Board Secretariat (TBS) mendorong badan-badan pemerintah federal
untuk mengembangkan inisiatif dengan tujuan memodernisasi ti pelaksanaan
manajemen, melalui pemberian kebebasan yang lebih besar kepada masing-
masing departemen untuk memfokuskan kepada hasil selain g mendukung
mereka dengan tools yang diperlukan agar menjadi lebih efisien, efektif,
responsif, dan inovatif
4. Australia dan Evolusi Evaluasi
Kebijakan pemerintah untuk mendorong pimpinan organis si pemerintah untuk
lebih memberi perhatian kepada perbaikan kinerja serta pengukuran hasilnya
melalui evaluasi juga diberlakukan Ji negara lain seperti Australia, Israel, Swedia,
New Zealand, dan beberapa negara maju Asia meskipun dengan kadar kemajuan
yang bervariasi. Praktik evaluasi di Australia merupakan satu di antara sedikit
negara maju di dunia yang keberhasilannya diakui oleh Bank Dunia. Bahkan, ide-
ide mengenai strategi mengenai bagaimana mengembangkan kapasitas evaluasi
di Australia banyak dirujuk dan dijadikan model oleh Bank Dunia.

B. AUDIT KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI)


Adanya reposisi peran Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
sebagai auditor internal pemerintah yang profesional, mewajibkan BPKP untuk
mendukung upaya pemerintah mewujudkan terselenggaranya manajemen
pemerintahan yang baik serta mendukung terlaksananya Corporate Governance
yang baik di lingkungan BUMN/D (Rizqa, 2003). Salah satu kegiatan dalam rangka
mengusung peran baru itu yang juga sekaligus merupakan produk baru BPKP
adalah asistensi penyusunan Indikator Kinerja Kunci atau Key Performance
Indicator (KPI) bagi BUMN/D dan pelaksanaan audit KPI. Uraian berikut ini dikutip
dari paparan seorang anggota BPKP yang ditinjau dari perspektif profesionalisme
auditor
1. Strategi Audit
Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh
rangkaian kegiatan audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses
penyusunan arahan atau petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman
auditor atas kegiatan auditan dengan fokus audit yang akan dilakukan. Auditor
harus mempertimbangkan kegiatan utama (main activity) auditan dan indikator
kinerja untuk industri atau perusahaan sejenis yang dapat berpengaruh
terhadap proses audi.. Auditor juga perlu mengidentifikasi faktor-faktor penting
bagi keberhasilan pelaksanaan audit, baik dalam menyusun program audit untuk
merumuskan opini audit maupun dalam menyediakan jasa pelayanan
profesional bermutu lainnya yang diharapkan auditan.
2. Pentingnya Stategi Audit
Strategi audit adalah elemen fundamental dalam pelaksanaan audit. Proses
penyusunan strategi memungkinkan auditor untuk:
a. Memandang KPI dari sudut pandang auditan, sehingga setiap permasalahan
yang dijumpai dalam proses audit KPI.
b. Dapat diungkapkan dengan cara-cara yang relevan bagi manajemen auditan.
c. Memahami kegiatan auditan, dalanı sektor atau industri apa auditan
bergerak dan tujuan kegiatan auditan.
d. Memahami keefektifan pengendalian internal dan merancang pendekatan
audit KPI berbasis sistem (system-based KPI aucit approach) apabila
dimungkinkan.
e. Mendapatkan bukti audit yang efektif dengan memfokuskan pekerjaan audit
kepada tujuan audit KPI apabila risiko audit tinggi dan menghindari
pengumpulan bukti audit yang bericbihan dalaia hal risiko audit rendah.
f. Memperlancar komunikasi dengan manajemen auditan dan antaranggota tim
audit itu sendiri.
3. Materi Strategi Audit
Saat menyusun strategi audit KPI, auditor bertujuan:
a. Memahami kegiatan atau usaha auditan.
b. Mengidentifikasi tujuan audit KPI dan pendekatan auditnya.
c. Mendapatkan gambaran atas pengendalian intern, menilai kelayakan
penerapan audit berbasis sistem untuk kegiatan-kegiatan atau transaksi-
transaksi rutin
d. Merancang materi laporan hasil audit KPI
e. Mergidentifikasi pengetahuan tambahan apa yang diperlukan dalam proses
audit KPL.
f. Mengidentifikasi kemungkinan penerapan teknik audit berbantuan
komputer (computer-assisted audit techniques).
g. Mengidentifikasi faktor lain yang memengaruhi keefektifan dalam
pelaksanaan audit KPI.

Uraian lebih lanjut sebagai berikut.

a. Memahami Kegiatan atau Usaha Auditan


Untuk dapat mengidentifikasi tujuan audit yang kritikal (critical audit
objectives) dan untuk menentukan fokus pekerjaan audit KPI, auditor perlu
memahami kegiatan atau usaha auditan dan indikator kinerja apa saja yang
relevan bagi auditan tersebut. Auditor harus inendapatkan pemahaman dari
sudut pandang yang independen dan perspektif manajemen auditan
mengenai hal-hal berikut.
 Usaha auditan saat ini dan hasilnya, contohnya apa bahan baku dan
produk utamanya (contoh untuk perusahaan manufaktur).
 Lingkungan usaha di mann auditan beroperasi, contohnya sektor
manufaktur, agrobisnis, jasa, teknologi, dan sebagainya.
 Visi dan misi auditan termasuk strategi manajemen dalam mencapai
visi dan misi tersebut karena visi dan misi terkait erat dengan
penyusunan KPI.
 Struktur organisasi termasuk pembagian tugas dan tanggung jawab.
 Daya saing auditan, contohnya di jenis pasar apa auditan beroperasi,
kompetitor utama, kekuatan dan kelemahan auditan serta tindakan
yang diambil oleh auditan dalam mempertahankan daya saing.
b. Mengidentifikasi Risiko yang Dihadapi Auditan
Auditor mempertimbangkan risiko usaha yang dihadapi oleh auditan dan
apakah risiko tersebut memengaruhi manajemen dalam penyusunan KPI
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap audit KPI. Penyebab risiko
dapat berasal dari lingkungan usaha auditan maupun kondisi ekonomi secara
umum. Contohisiko yang bersumber dari lingkungan usaha antara lain
perubahan produk, kehilangan pasar untuk menyalurkan hasil produksi,
kekurangan modal kerja, ketidakmampuan melakukan inovasi produl:,
besarnya pinjaman jatuh tempo, dan ketidakmampuan mengelola
perubahan. Contoh risiko vang muncul dari kondisi ekonomi secara umum
antara lain teknologi yang berubah cepat, tidak stabilnya nilai tukar valuta
asing, dan tingginya tingkat inflasi
c. Mengidentifikasi Tujuan Audit XPI dan Pendekatan Audit
Tujuan audit KPI adalah untuk memberikan kepastian kepada pengguna
bahwa KPI sesuai (appropriate) untuk menilai kinerja organisasi, relevan
bagi pengguna untuk menilai kinerja dengan didasarkan atas informasi yang
akurat dan dapat diandalkan serta lengkap dan menyeluruh yang berisi
indikasi yang benar atas kinerjanya.
Umumnya terdapat satu atau lebih KPI yang mengandung risiko lebih besar
atau sulit untuk diverifikasi sehingga memerlukan judgement auditor.
Tujuan audit akan menjadi kritikal apabila risiko bawaan tinggi, dan:
 KPI terkait membutuhkan tingkat pertimbangan tertentu, atau
 sulit untuk mendapatkan bukti audit atau menerapkan prosedur
auditnya.
d. Mendapatkan Gambaran atas Pengendalian Internal
 Tujuan, auditor mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal
untuk membangun pemahaman bagaimana pihak manajemen
menetapkan KPI dalam rangka menanggapi risiko usaha yang
dihadapi:
 memutuskan pendekatan audit secara keseluruhan terhadap
pengendalian internal:
 mengidentifikasi ruang lingkup di mana auditor dapat memberikan
rekomendasi yang bermanfaat.

Untuk setiap audit, tidak peduli besar kecilnya auditan, saat mengem-
bangkan strategi audit, auditor harus mendapatkan pemahaman yang
baik atas pengendalian internal, terutama melalui diskusi dengan pihak
manajemen. Pemahaman atas pengendalian internal harus
didokumentasikan sebagai bagian dari perencanaan audit secara
keseluruhan. Pengendalian internal terdiri atas komponen-komponen
yang saling terkait, yakni pengukuran risiko, lingkungan pengendalian,
informasi dan komunikasi, pemantauan, serta aktivitas pengendalian.

e. Merancang Laporan Hasil Audit KPI


Auditor perlu merancang atau memperkirakan materi laporan hasil audit.
Auditor dapat juga berkonsultasi dengan pihak lain yang lebih kompeten
atau melaksanakan survei lebih jauh. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
oleh auditor sebagai berikut.
 Perlakuan dan kebijakan manajemen yang berkaitan dengan KPI
 Standar umum pelaporan KPI.
 Perubahan hukum dan peraturan yang mungkin dapat memengaruhi
laporan KPI.
f. Mengidentifikasi Kebutuhan Tenaga Spesalis
Sebagai tindak lanjut hasil pembicaraan awal dengan pihak manajemen,
auditor menentukan apakah diperlukan penggunaan tenaga spesialis,
contohnya berikut ini.
 Penentuan KPI yang berhubungan dengar. biaya penggunaan mesin
dan alat berat.
 Penentuan indikator kuantitas atau kondisi fisik aset.
 Menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan dan pekerjaan dalam
proses atas kontrak untuk menentukan KPI yang berkaitan dengan
pengakuan pendapatan.

Dalam menentukan apakah diperlukan tenaga spesialis, perlu


dipetimbangkan

 vitalnya KPI yang akan diuji dikaitkan dengan keseluruhan laporan


KPI;
 sifat dan kompleksitas KPI dan risiko bawaan untuk tujuan audit
terkait:
 bukti audit lain yang tersedia.
g. Mengidentifikasi Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer
Auditor mempertimbangkan apakah audit berbantuan komputer dapat
memenuhi tujuan audit dengan biaya yang lebih kecil dibandingkan teknik
lain. Berikut keuntungan teknik audit berbantuan komputer.
 Efektivitas prosedur audit. Contohnya, audit berbantuan komputer
dapat memudahkan proses analisis dan perhitungan data yang
berkaitan dengan KPI sehingga mengurangi kebutuhan akan
pengujian rinci.
 Efisiensi prosedur audit. Contohnya, audit berbantuan komputer
mengurangi faktor human error dan waktu pelaksanaan prosedur
audit.
 Memperluas perolehan bukti audit. Contohnya, penggunaan teknik
andit berbantuan komputer memungkinkan auditor untuk mereviu
data lebih rinci.
h. Faktor Lain
Saat menyusun strategi audit, auditor juga memper.imbangkan jasa lain yang
mungkin diperlukan auditan yang dapat memberikan kontribusi terhadap
efektivitas peran BPKP, meliputi berikut ini.
Menginventarisasi jasa yang dibutuhkan auditan. Memahami auditan secara
menyeluruh memungkinkan auditor untuk mengantisipasi jasa apa yang
diperlukan auditan. Auditor mengidentifikasi jasa lain yang berkaitan dengan
KPI yang diperlukan auditan dan bagaimana pendekatannya untuk dapat
memenuhi kebutuhan jasa tersebut.
 Auditor dapat memberikan saran yang bersifat praktis dan
konstruktif untuk meningkatkan KPL. Auditan dapat juga
mendapatkan keuntungan dari jasa selain KPI yang dapat diberikan
oleh BPKP.
 Menciptakan alur komunikasi yang efektif dan hubungan kerja yang
baik dengan manajemen. Strategi audit dapat menciptakan hubungan
yang baik dan berkelanjutan antara auditor dan manajemen
(counterparts).
 Merencanakan kegiatan untuk perbaikan yang berkelanjutan. Auditor
dapat merencanakan prosedur untuk menanggapi hal-hal penting
yang berkaitan dengan hasil audit periode lalu.
 Mempertimbangkan kontak langsung dengan dewan direksi. Kontak
langsung dengan dewan direksi dapat dijadikan sarana untuk
mengomunikasikan komitmen auditor akar, jasa profesional yang
diberikan dan ruang lingkup audit serta menyamakan persepsi
perihal proses audit.
 Dasar pembebanan biaya audit. Biaya audit yang semula dibebankan
kepada BPKP bisa saja ditambahkan dengan biaya yang menjadi
beban auditan untuk tambahan pekerjaan atau jasa atas permintaan
auditan yang berkaitan dengan KPL

C. AUDIT PARTAI POLITIK DAN DANA KAMPANYE


Pengaturan dana parpol dan dana kampanye ditujukan agar uang tidak menjadi
faktor utama yang menentukan hasil pemilu. Selain itu, pengaturan dana kampanye
serta dan parpol ditujukan agar kinerja maupun kebijakan parpol tidak dipengaruhi
oleh sumber dana yang membiayai parpol tersebut. Kehidupan demokrasi akan
terancam apabila parpol maupun wakil rakyat yang mewakili parpol lebih mengabdi
pada kepentingan donatur parpol daripada kepentingan rakyat yang telah
memilihnya.
Meskipun terdapat skeptisisme terhadap upaya pengaturan dana parpol dan dana
kampanye terutama di negara yang korup seperti di Indonesia, naniun pengaturan
dana parpol dan dana kampanye secara minimum harus ada untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya praktik politik uang. Penerapan peraturan-peraturan ini
hanya dapat berhasil apabila terdapat dukungan luas dari masyarakat dalam
melaporkan tindak korupsi politik atau politil uang.
1. Laporan Keuangan Parpo
Laporan keuangan parpol disajikan sebagai bentuk akuntabilitas dari dana-dana
publik yang telah mereka gunakan dan sebagai bentuk compliance terhadap
ketentuan UU (UU No. 31 Tahun 2002). Hal khusus berkaitan dengan akuntansi
keuangan parpol adalah form over substance, bukan substance over form.
Berdasarkan ketentuan Form over substance, maka parpol harus mencatat
transaksi keuangannya berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh KPU, tetapi jika
ada hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan KPU maka akuntansi parpol
dapat dilandaskan pada standar akuntansi yang berlaku umum.

Dasar penyusunan Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Parpol adalah PSAK


45 tentang Standar akuntansi untuk entitas nirlaba. PSAK 45 sementara ini
adalah merupakan standar/acuan bagi akuntansi partai politik sebelum
ditetapkannya standar akuntansi khusus yang berlaku untuk partai politik.
Susunan lengkap dari laporan keuangan partai politik terdiri atas (a) laporar
posisi keuangan; (b) laporan aktivitas (c) laporan arus kas; (d) catatan atas
laporan keuangan.

2. Pelaporan Dana Kampanye


Laporan dana kampanye dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban
peserta pemilu dalam hal pengelolaan dana kampanye yang meliputi sumber-
sumber perolehan dan penggunaannya. Laporan dana kampanye berisi
informasi tentang semua penerimaan kas dan nonkas serta pengeluaran kas dan
nonkas peserta Pemilu
Laporan dana kampanye menyajikan sisi sumber dan penggunaan dira
kampanye parpol. Laporan ini disajikan oleh perpol yang mengikuti pemilihan
umum sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan tahunan,
dan hanya disajikan pada periode tahun yang ada pemilihan umuni di dalamnya.
3. Panduan Audit Laporan Keuangan Partai Politik
Dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2002 (Undang-Undang Partai Politik) tanggal 27 Desember 2002 tentang partai
politik, Pasal 9 huruf (i) dari Undang-Undang Partai Politik, mensyaratkan
laporan keuangan partai politik harus diaudit oleh akuntan publik sebelum
disampaikan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai laporan. Dengan
demikian, Undang-Undang Partai Politik telah melibatkan jasa independen
auditor untuk mengaudit laporan keuangan partai politik.
Panduan audit laporan keuangan partai politik ini dimaksudkan untuk
membantu auditor independen dalam mengaudir laporan keuangan partai
politik dan menyusun laporan auditnya. Panduan zudit laporan keuangan partai
politik ini tidak mendiskusikan seluruh auditing standar yang berhubungan
dengan audit laporan keuangan partai politik. Panduan ini memuat beberapa
aspek yang spesifik atau hal-hal yang dipandang cukup signifikan dalam audit
partai politik
a. Pendanaan partai politik
b. Dasar hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik
c. Laporan keuangan partai politik
d. Laporan dana kampanye partai politik
e. Bantuan dari anggaran Negara
f. Sumbangan nonkas
g. Pemahaman atas aktivitas partai politik
h. Identifikasi tujuan audit yang kritikal dalam perencanaan audit
i. Pertimbangan pengendalian intern dalam perencanaan audit
j. Pertimbangan atas kemungkinan kecurangan dalam audit laporan keuangan
partai politik
k. Penilaian risiko audit dan pemilihan prosedur audit
l. Identifikasi isu laporan
m. Pengumpulan bukti audit
n. Asersi yang spesifik dan signifikan dalam audit laporan keuangan partai
politik
4. Penyelesaian Audit
a. Peristiwa Setelah Tanggal Laporan Keuangan
Tanggal laporan audit adalah tanggal pada saat auditor menyelesaikan
pekerjaan audit di lapangan. Laporar: audit harus mempertimbangkan
dampak signifikan pada laporan keuangan atas peristiwa penting yang terjadi
setelah tanggal laporan keuangan sampai dengan laporan audit. Hal ini
disebut sebagai peristiwa kemudian (subsequent events).
Auditor melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasikan peristiwa
kemudian dan mempertimbangkan dampaknya pada laporan keuangan
sampai pada tanggal laporan audit sesuai dengan FSA 46 (SA Seksi 560)
tentang Peristiwa Kemudian.
b. Representasi Pengurus Partai Politik
Representasi tertulis dari pengurus harus diperoleh untuk semua laporan
keuangan dan periode yang dicakup oleh laporan audit. Dalam kaitannya
dengan audit laporan keuangan partai politik, auditor harus mengacu kepada
PSA No. 17 (SA Seksi 333) tentang Representasi Manajemen.
c. Penelaahan Kertas Kerja
Auditor harus membuat dan memelihara kertas kerja yang isi maupan

bentuknya harus didesain untuk memenuhi keadaan-keadaan yang


dihadapinya dalam perikatan tertentu. Hal lain mengenai kertas kerja
mengacu pada PSA No.15 (Seksi 339) tentang Kertas Kerja.
d. Pengevaluasian Kecukupan Bukti Audit Sebagai Dasar Pemberian Opini Audit
Independen auditor yang mengaudit laporan keuangan partai politik, harus
mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh dari berbagai sumber dan
harus mempertimbangkan apakah bukti-bukti tersebut telah cukup untuk
menyatakan pendapat. Jika bukti-bukti audit tidak cukup atau tidak layak
untuk menyatakan pendapat maka harus dilakukan tambahan prosedur audit
atau laporan auditor harus dimodifikasi.
e. Pengevaluasian Potensi Salah Saji yang Material pada Laporan Keuangan
Jika auditor telah menyimpulkan bahwa bukti-bukti audit yang diperoleh
telah cukup dan layak untuk menyatakan pendapatnya, selanjutnya auditor
mengevaluasi apakah laporan keuangan yang diaudit telah bebas dari salah
saji yang material. Jika auditor telah menyimpulkan laporan keuangan yang
diaudir telah bebas dari salah saji yang material, artinya kesalahan tersebut
telah dapat dikurangi sampai pada suatu level yang dapat diterima olehnya.
f. Evaluasi Kemampuan Partai Politik untuk Mempertahankan Kelangsungan
Hidupnya
Dalam penugasan audit laporan keuangan partai politik, auditor bertanggung
jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian signifikan
kemampuan partai politik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam periode waktu yang pantas. Dalam melakukan evaluasi kemampuan
partai politik untuk nempertahankan kelangsungan hidupnya auditor harus
mengacu kepada PSA 30 (seksi 341) tentang Pertimbangan Auditor atas
Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya.
g. Evaluasi Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan
Sebagai tambahan dari evaluasi atas bukti-bukti audit, auditor harus
membaca kembali keseluruhan laporan keuangan setelah penyesuaian-
penyesuaian beda audit dilakukan, dan ditelaah kembali:
1) apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang diterapkan secara konsisten:
2) apakah informasi telah cukup diungkapkan, akun-akun telah benar
diklasifikasikan dan apakah ketentuan perundang-undangan telah dipatuhi:
3) apakah informasi dalam laporan keuangan telah sesuai dengan
pemahaman auditor akan aktivitas dan organisasi partai politik.
h. Komunikasi dengan Pengurus Partai Politik
Dalam melakukan komunikasi dengan pengurus partai politik auditor harus
mengacu kepada PSA No. 68 (SA seksi 360) tentang Komunikasi dengan
Manajemen.
5. Laporan Audit
Dalam penyusunan laporan audit pada audit partai politik, auditor harus
mengacu kepada PSA No. 29 (seksi 508) tentang laporan auditor atas laporan
keuangan auditan. Mengingat akan karakteristik dari partai politik, hal ini
berdampak pada penyajian komponen laporan keuangan partai politik, seperti
neraca pada laporan keuangan badan usaha disajikan sebagai laporan posisi
keuangan dan laporan laba-rugi disajikan sebagai laporan aktivitas pada
laporan keuangan partai politik.
 Laporan Auditor Bentuk Baku
Laporan auditor bentuk baku memuat pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
partai politik, perubahan aktiva bersih dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Berikut ini contoh laporan auditor
bentuk beku yang meliputi satu periode akuntansi.
6. Kertas Kerja
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun, hak dan kepemilikan atas kertas kerja
masih tunduk pada pembatasan yang diatur dalam aturan etika Keuang
kompartemen akuntan publik yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat
Dana K rahasia dengan klien. Sering kali kertas kerja tertentu auditor dapat
berfungsi tas lap sebagai sumber acuan bagi kliennya, namun kertas kerja harus
tidak dipandang sebagai bagian dari catatan akuntansi klier atau sebagai
pengganti terhadap 51 (SA catatan akuntansi klien.
a. Prosedur-Prosedur yang Disepakati yang Akan Diterapkan Dalam
Pemeriksaan Dana Kampanye Pemilu
Terwujudnya akuntabilitas mengenai pengelolaan dana kampanye pemilu
merupakan bagian strategis yang akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelaksanaan kampanye yang bebas, jujur, dan adil.
Salah satu upaya untuk mewujudkan akuntabilitas publik dana kampanye,
UU No. 12 Tahun 2003 dan UU No. 23 Tahun 2003 mensyaratkan audit
laporan dana kampanye oleh akuntan publik. Untuk melaksanakan audit
tersebut perlu disusun suatu pedoman audit atas laporan dana kampanye.
7. Penerapan Prosedur-Prosedur yang Disepakati Atas Laporan Dana Kampanye
Partai Politik
a. Penerapan Prosedur Atas Pembukaan Rekening Khusus Dana Kampanye
b. Penerapan Prosedur atas Saldo Awal Penerimaan Kas
c. Penerapan Prosedur atas Sumbangan dari Dana Partai politik
d. Penerapan Prosedur atas Peuerimaan Sumbangan Perorangan
e. Penerapan Prosedur atas Sumbangan Perusahaan/Badan Usaha
f. Penerapan Prosedur atas Penghasilan Lain-Lain
g. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Nonkas Saldo Awal
h. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Sumbangan Nonkas dari Partai Politik
i. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Sumbangan Nonkas dari Perorangan
j. Penerapan Prosedur atas Sumbangan Nonkas dari Perusahaan/ Badan Usaha
k. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Nonkas Penghasilan Lain- Lain
l. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Kas Saldo Awal
m. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran kas – Operasi
n. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Nonkas - Modal (Aktiva Tetap)
o. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Nonkas - Lain-Lain
p. Penerapan prosedur atas pengeluaran Nonkas – saldo awal
q. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Nonkas – Operasi
r. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Nonkas - Modal (Aktiva Tetap)
s. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Nonkas - Lain-Lain
t. Penerapan Prosedur atas Saldo Dana Kampanye

8. Penerapan Prosedur yang Disepakati Atas Laporan Dana Kampanye Pasangan


Calon Presiden dan Wakil Presiden
a. Penerapan Prosedur atas Pembukaan Rekening Khusus Dana Kampanye
b. Penerapan Prosedur atas Saldo Awal Penerimaan Kas
b. Penerapan Prosedur atas Sumbangan dari Dana Pasangan Calon Presiden
dan Wakil Presiden
c. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Sumbangan Partai Politik dai/atau
Gabungan Partai Politik
d. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Sumbangan Perorangan
e. Penerapan Prosedur atas Sumbangan Perusahaan/Badan Usaha
f. Penerapan Prosedur atas Penghasilan Lain-Lain
g. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Nonkas Saldo Awal
h. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Surabangaa Nonkas dari Pasangan
Calon Presiden dan Wakil Presiden
i. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Sumbangan Nonkas Partai Politik
dan/atau Gabungan Partai Politik
j. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Sumbangan Nonkas dari Perorangan
k. Penerapan Prosedur atas Penerimaan Nonkas Penghasilan Lain-Lain
l. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Kas Saldo Awal
m. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Kas - Operasi
n. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Kas - Modal (Aktiva Tetap)
o. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Kas - Lain-Lain
p. Penerapan Prosedur atas Pengeluaran Nonkas - Saldo Awal

Anda mungkin juga menyukai