Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KAJIAN SOSIAL EKONOMI KONSUMSI SUSU SAPI PERAH DI KABUPATEN


BANDUNG

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian

Disusun Oleh:

Riisyafa Ayuna Faikar

200110200318

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 4

BAB II ................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5

2.1 Aspek Sosial Konsumsi Susu Sapi di Kabupaten Bandung .................................. 5

2.1.1 Demografi dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bandung ....................... 5

2.1.2 Tingkat Konsumsi Susu di Kabupaten Bandung ............................................. 5

2.1.3 Daya Beli Susu Segar ...................................................................................... 6

2.1.4 Pranata Sosial Masyarakat .............................................................................. 6

2.1.5 Sikap dan Persepsi Masyarakat terhadap Konsumsi Susu Sapi .................... 6

2.2 Kajian Ekonomi Konsumsi Susu Sapi di Kabupaten Bandung .............................. 7

2.2.1 Sektor Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Bandung .................................. 7

2.2.2 Kontribusi Koperasi Susu Daerah ................................................................... 8

2.2.3 Diversifikasi Usaha Sapi Perah ....................................................................... 9

BAB III ............................................................................................................................. 11

KESIMPULAN................................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi perah merupakan hewan ternak ruminansia penghasil susu. Sapi perah
memiliki peran penting di Indonesia sebagai produsen utama penghasil susu segar.
Konsumsi susu di Indonesia termasuk rendah jika dibandingkan dengan beberapa
negara berkembang lainnya di Asia. Rendahnya konsumsi susu disebabkan harga
produk susu yang cukup mahal ditingkat konsumen, lebih mahal 4-5 kali dari harga
susu di tingkat peternak. Keterbatasan produksi, kelembagaan dan kebijakan,
menjadikan produksi susu dalam negeri baru memenuhi kebutuhan susu nasional
sekitar 30% dari rata-rata kebutuhan susu dan sisanya diimpor. Yusdja (2005) dalam
Martindah (2020) menyatakan bahwa kelemahan terjadi karena belum menguasai
kemampuan manajemen dan teknologi sapi perah. Hal tersebut mengakibatkan
produktivitas yang rendah dan perkembangan industri sapi perah menjadi lambat.

Permintaan susu sapi perah terus meningkat seiring dengan bertambahnya


jumlah penduduk dan masyarakat semakin sadar akan kebutuhan nutrisi untuk
tubuhnya. Dari tahun ke tahun produksi susu mengalami fluktuasi. Berdasarkan data
BPS (2020) produksi susu segar sebesar 997.035 ton per tahun. Pada tahun 2018
produksi susu segar turun 2% menjadi 909,6 ribu ton dari 928,1 ribu ton pada 2017.
Sedangkan sejak tahun 2014 produksi susu segar selalu meningkat. Pada tahun 2016,
produksi susu segar mengalami kenaikan tertinggi yakni 9,3% menjadi 912,7 ribu ton.
Jika dibandingkan dengan permintaan susu, produksi susu bisa dibilang rendah,
karena tingkat konsumsi susu segar sebesar 16,27 juta ton per tahun. pada tahun
2010 permintaan susu sebesar 3.173.050 ton, tahun 2012 menurun menjadi 2.738.510
ton. Dapat diartikan, usaha sapi perah masih menjadi peluang untuk dilaksanakan
karena potensi pengembangan serta penjualan produk susu masih sangat besar.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang cocok untuk
pengembangan agribisnis sapi perah. Karena terlihat dari jumlah populasi sapi perah
yang menempati urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sementara itu,
untuk produksi susunya Jawa Barat menempati urutan kedua setelah Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana tingkat konsumsi susu sapi di Kabupaten Bandung?


2) Bagaimana kajian sosial terkait tingkat konsumsi susu sapi di Kabupaten
Bandung?
3) Bagaimana kajian ekonomi terkait tingkat konsumsi susu sapi di Kabupaten
Bandung?

1.3 Tujuan

1) Memberikan gambaran terkait dengan tingkat konsumsi susu sapi di Kabupaten


Bandung.
2) Mengkaji sosial dan ekonomi terkait tingkat konsumsi susu sapi di Kabupaten
Bandung.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek Sosial Konsumsi Susu Sapi di Kabupaten Bandung

2.1.1 Demografi dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung merupakan suatu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa


Barat, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Bandung yaitu Soreang. Kabupaten Bandung
menjadi salah satu sentra peternakan sapi perah yang unggul karena per tahunnya
dapat memproduksi susu segar sejumlah 116 juta liter. Wilayah Kabupaten Bandung
juga strategis, berada di daerah pegunungan dimana sapi perah dapat berkembang
dengan maksimal.

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bandung (Jiwa), 2017-2019

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Kecamatan
2017 2019 2020
Kecamatan Pangalengan 152735 157647 154286
Kecamatan Ciwidey 79 974 82545 86445
Kecamatan Pasirjambu 87 932 90758 91191
Kecamatan Rancabali 52 072 53746 51096
Kecamatan Cilengkrang 54 076 55814 56018
Kecamatan Arjasari 101 750 105021 105593
Kecamatan Kertasari 71 755 74062 71225
Kabupaten Bandung 600294 619593 615854
Sumber: Badan Pusat Statistik Kapubaten Bandung

2.1.2 Tingkat Konsumsi Susu di Kabupaten Bandung

Tingkat produksi susu segar belum memenuhi konsumsi susu segar di dalam
negeri sehingga sisanya diharuskan untuk diimpor dalam bentuk skim milk powder,
butter milk powder, dan anhydrous milk fat dari berbagai negeri, seperti Selandia Baru,
Australia, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Produksi susu segar sapi perah di Kabupaten Bandung sampai tahun 2010
telah memberikan kontribusi sebesar 23,86% terhadap produksi susu tingkat nasional.
Pada tahun 2019, konsumsi susu tercatat sebesar 8,33 kilogram per kapita. Dari
kondisi tersebut, masih banyak peluang bagi peternak sapi perah untuk memproduksi
susu lebih banyak lagi. Peluang pasar pun sangat terbuka lebar, sehingga peternak
diharapkan untuk mengembangkan populasi ternaknya.

2.1.3 Daya Beli Susu Segar

Daya beli susu segar di Kabupaten Bandung termasuk rendah. Padahal


penjualan dalam negeri tinggi. Hal tersebut disebabkan karena daya jangkau
masyarakat untuk membeli susu tidak merata di beberapa wilayah. Di wilayah
terpencil, masyarakat terbilang lebih menyukai membeli susu kental manis dan susu
bubuk yang dapat disimpan lebih lama. Hal tersebut menjadikan susu segar atau susu
UHT kurang digemari.

2.1.4 Pranata Sosial Masyarakat

Pendapatan rumah tangga memiliki peran untuk menentukan pola konsumsi


susu segar, semakin besarnya pendapatan, persentase untuk memenuhi kebutuhan
pokok pun akan semakin menurun. Pola konsumsi suatu barang dan jasa dipengaruhi
oleh jumlah anggota keluarga. Laju pertumbuhan pendapatan ternak yang rendah
berpengaruh kepada pola konsumsi rumah tangga peternak untuk kebutuhan hidup
sehari-hari.

Menurut Wardyaningrum (2011) dalam Rahmah, dkk. (2021) bahwa susu


kurang dimanfaatkan sebagai peningkatan gizi keluarga oleh keluarga peternak sapi.
Padahal ketersediaan susu bukan merupakan kendala jika ditinjau dari segi ekonomi.
Dugaan sementara adanya beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi susu hasil
perahan yang akhirnya tidak diminum oleh keluarga peternak.

Ibu rumah tangga memiliki peranan dalam memutuskan produk pangan yang
akan dibeli termasuk dalam mengonsumsi susu. Tingkat pendidikan merupakan faktor
yang mempengaruhi penyerapan pengetahuan, cara berpikir, cara pandang, dan
persepsi terhadap konsumsi susu. Tingkat pendidikan ibu menjadi modal utama dalam
menunjang perekonomian dan konsumsi susu di rumah tangga.

2.1.5 Sikap dan Persepsi Masyarakat terhadap Konsumsi Susu Sapi

Pengetahuan konsumen merupakan salah satu faktor penting dalam


meningkatkan konsumsi. Pengetahuan konsumen merupakan segala informasi yang
diketahui konsumen tentang segala hal yang berhubungan dengan produk dan
fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan dapat mendorong tingkat konsumsi karena
membentuk kesadaran, sikap, dan niat. Informasi yang diterima seseorang akan
membangun penilaiannya terhadap suatu produk. Penilaian ini akan mempengaruhi
dan mengubah preferensi konsumen. Konsumen yang telah memiliki pengetahuan
tentang kebijakan suatu produk, besar kemungkinannya untuk secara sadar
mengonsumsi produk tersebut.

Susu segar sapi perah perlu ditingkatkan konsumsinya karena susu dapat
mendorong peningkatan pendapatan peternak lokal yang akhirnya berdampak positif
bagi pembangunan pertanian. Selain itu, susu sapi segar mengandung nutrisi yang
hampir sempurna. Kandungan gizi susu dapat mendorong peningkatan kualitas
kesehatan dan kecerdasan. Peningkatan konsumsi susu segar juga dapat mendukung
ketahanan pangan. World Health Organization (WHO) merekomendasikan jumlah
konsumsi susu yaitu 200 kg/kapita/tahun. Pengetahuan konsumen merupakan salah
satu faktor utama rendahnya konsumsi susu segar.

Pengetahuan konsumen susu sapi segar tentunya memiliki hubungan dengan


tingkat konsumsinya. Pengetahuan konsumen diantaranyan meliputi pengetahuan
produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan penggunaan susu sapi segar.
Menurut (Silia, dkk. 2022), bahwa pengetahuan konsumen dan konsumsi susu sapi
segar memiliki hubungan yang signifikan kecuali pengetahuan harga. Pengetahuan
konsumen merupakan salah satu faktor penentu peningkatan konsumsi susu sapi
segar.

2.2 Kajian Ekonomi Konsumsi Susu Sapi di Kabupaten Bandung

2.2.1 Sektor Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Bandung

Saat ini Kabupaten Bandung memiliki tujuh peternakan sapi perah dan menjadi
salah satu penyuplai susu segar untuk memenuhi konsumsi susu segar di dalam
negeri. Peternakan sapi perah tersebut bekerja sama dengan pemerintah, KUD dan
KPBS, termasuk juga industri. Sentra pengembangan dan peternakan sapi perah
tersebut yaitu di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali,
Cilengkrang, Arjasari dan Kecamatan Kertasari.

Ketujuh sentra peternakan berada di kawasan pegunungan dan sentra


pertanian dan berdekatan dengan lahan hijauan atau pakan sehingga potensi
pengembangan sapi perah di ketujuh kawasan tersebut cukup besar. Populasi sapi
perah di ketujuh kawasan tersebut dapat dilihat di tabel 1. Namun, rata-rata
kepemilikan ternak sapi baru mencapai satu sampai tiga ekor per keluarga. Jika
ditinjau dari nilai ekonomis budidaya, jumlah tersebut masih jauh dari jumlah ideal
kepemilikan sebesar 10 ekor per peternak.

Tabel 2. Jumlah Populasi Sapi Perah di Wilayah Kabupaten Bandung

No. Kawasan Jumlah Populasi (ekor)


1. Kecamatan Pangalengan 14.999
2. Kecamatan Ciwidey Tidak ada data
3. Kecamatan Pasirjambu 4.577
4. Kecamatan Rancabali Tidak ada data
5. Kecamatan Cilengkrang Tidak ada data
6. Kecamatan Arjasari Tidak ada data
7. Kecamatan Kertasari 4.568
Jantan: 1612
Total Kabupaten Bandung
Betina: 30196
Sumber: Dinas Pertahanan Pangan dan Peternakan, 2021

2.2.2 Kontribusi Koperasi Susu Daerah

Koperasi susu merupakan salah satu koperasi yang paling maju di Indonesia.
Hal tersebut karena koperasi susu dapat memberikan kontribusi yang cukup tinggi
terhadap GDP. Pada dasarnya koperasi bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
kepada para anggotanya, namun produksi susu harus meningkat agar tujuan dapat
tercapai. Rata-rata hampir 90% usaha peternakan sapi perah yang terletak di
Kabupaten Bandung dilaksanakan oleh peternakan skala rakyat yang mendapatkan
binaan dalam wadah koperasi susu. Jumlah kelembagaan di Kabupaten Bandung
tercatat 10 buah, yaitu berada di Kecamatan Cilengkrang, Ciwidey, Arjasari,
Pasirjambu, Kertasari dan Pangalengan.

Koperasi persusuan di wilayah Kabupaten Bandung salah satunya yakni


Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Anggota aktif KBPS saat
ini sebanyak 2.738 orang. Koperasi KPBS Pangalengan telah berdiri bersamaan
dengan mulainya REPELITA 1 (Rencana Pembangunan Lima Tahun) pada tanggal 1
April 1969 yang kemudian diperbaharui pada Tanggal 30 November 1988 dan menjadi
hari Jadi KPBS Pangalengan. KPBS Pangalengan berusaha membimbing anggota-
anggotanya agar terjadinya kelancaran dan kesinambungan usaha sapi perah yang
kemudian produksi susu sapi perah akan memenuhi kualitas yang sesuai.
Untuk lokasi pemasaran dari ke 10 kelembagaan dipasarkan ke Jatinangor dan
Sumedang. Dalam pemasaran hasil produksi susu sapi anggota KPBS bekerja sama
dengan Industri Pengolahan Susu (IPS) dengan komposisi dari tahun 2016 sampai
2020 sebagai berikut:

Tabel 3. Data Pendistribusian Susu dari KPBS ke IPS Tahun 2016-2020

Pendistribusian Susu
2016 2017 2018 2019 2020
Segar
PT. Frisian Flag Indonesia 51,8% 43,9% 45,81% 26,50% 33,15%
PT. Ultra Jaya 36,9% 37% 38,16% 58,50% 52,88%
PT. Indolakto 3,3% 2,9% 2,13% 2,00% 1,57%
Unit Pengolahan 5,9% 13,8% 12,35% 11,10% 10,80%
Home Industri 2,1% 1,5% 12,35% 1,80% 1,60%
PT. Isam - 0,95% 1,55% 0,10% -
Sumber: Laporan RAT KPBS Pangalengan Tahun 2016-2020

2.2.3 Diversifikasi Usaha Sapi Perah

Diversifikasi usaha sapi perah merupakan usaha yang menguntungkan di


berbagai tingkat skala usaha akibatnya nilai pendapatan ekonomi peternak dapat
bertambah tiap tahunnya. Diversifikasi bermanfaat agar kerugian dapat diminimalisir
dari suatu investasi, dan keuntungan yang didapat lebih maksimal yang didapat dari
hasil produksi sapi perah dan hasil tanaman pangan dan lainnya. Para peternak
Sebagian besar memiliki banyak lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk lahan
kandang dan budidaya hijauan pakan sapi perah. Dengan adanya tanaman pangan di
lokasi, pemasarannya menjadi lebih mudah juga menjadi peluang untuk
mengembangkan usaha sapi perah.

Crop-livestock system (CLS) sudah sering dikenal sebagai diversifikasi usaha


sapi perah dan tanaman jagung. Efisiensi usaha masih kurang, namun peternak terus
berupaya meningkatkannya dengan cara perbaikan pakan yang berkualitas, pejantan
unggul, dan bibit induk produktif. Untuk perbaikan mutu genetik lebih cepat diperoleh
jika memperpendek interval generasi penerus sehingga dapat meningkatkan produksi
sapi perah.

Menurut analisis usaha yang telah dilakukan oleh Rusdiana, dkk. (2021), bahwa
diversifikasi usaha sapi perah dan jagung dapat menjamin perkembangan populasi dan
meningkatkan nilai tambah bagi peternak. Maka dari itu, diversifikasi usaha sapi perah
akan memperoleh produksi susu segar yang lebih tinggi.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dari makalah yang berjudul “Kajian Sosial Ekonomi Konsumsi Susu
Sapi Perah di Kabupaten Bandung” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pada tahun 2019, konsumsi susu tercatat sebesar 8,33 kilogram per kapita.
2) Daya beli susu segar di Kabupaten Bandung termasuk rendah. Padahal
penjualan dalam negeri tinggi. Hal tersebut disebabkan karena daya jangkau
masyarakat untuk membeli susu di beberapa wilayah tidak merata.
3) Pendapatan rumah tangga memiliki peran pada penentuan pola konsumsi susu
segar, semakin besar pendapatan, persentase untuk memenuhi kebutuhan
pokok akan semakin menurun.
4) Pengetahuan konsumen dan konsumsi susu sapi segar memiliki hubungan
yang signifikan kecuali pengetahuan harga.
5) Kabupaten Bandung memiliki tujuh peternakan sapi perah yaitu di Kecamatan
Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cilengkrang, Arjasari dan
Kecamatan Kertasari.
6) Koperasi susu merupakan salah satu koperasi yang paling maju di Indonesia.
Rata-rata hampir 90% usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung
dilaksanakan oleh Peternakan skala rakyat yang mendapatkan binaan dalam
wadah koperasi susu.
7) Diversifikasi usaha sapi perah dan jagung dapat menjamin perkembangan
populasi dan meningkatkan nilai tambah bagi peternak. Maka dari itu,
diversifikasi usaha sapi perah akan memperoleh produksi susu segar yang
lebih tinggi.
8) Hasil kajian perlu dilakukan berbagai upaya peningkatan produksi dan
produktivitas susu sapi agar konsumsi susu segar terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. (2014, Februari 9). Kabupaten Bandung Miliki Tujuh Sentra Sapi Perah.
Antara Jabar News. Diambil kembali dari
https://jabar.antaranews.com/berita/47369/kabupaten-bandung-miliki-tujuh-
sentra-sapi-perah

Afianto, H. (2020). Program CSR PT Frisian Flag Dalam Pemberdayaan Peternak


Susu Sapi Lembang Jawa Barat. Jurnal AKRAB JUARA, 5(4), 158-174.

Anggraeni, A., & Iskandar, S. (2008). Peran Budidaya Sapi Perah Dalam Mendorong
Berkembangnya Industri Persusuan Nasional. 57-67.

BPS (Badan Pusat Statistik). (2020). Statistik Produksi Susu Segar Indonesia.
Jakarta. BPS

BPS (Badan Pusat Statistik). (2020). Jumlah Penduduk di Kabupaten Bandung (Jiwa),
2017-2019. Kabupaten Bandung. BPS.

BPS (Badan Pusat Statistik). (2021). Hasil Sensus Penduduk 2020 di Kabupaten
Bandung.

Gultom, G. S., & Suharno. (2014). Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah di Kelurahan
Kebon Pedes, Kota Bogor. 47-66.

Kab. Bandung Pasok Susu Nasional Hingga 23,86%. (2011, April 27).

Martindah, E., & Saptati, R. A. (2020). Peran dan Upaya Koperasi Peternak Sapi Perah
Dalam Meningkatkan Kualitas Susu di Jawa Barat. Semiloka Nasional Prospek
Indsutri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas, 476-483.

Nugraha, H., Hidayat, U., & Rahmasari, M. (2021). Pemberian Pakan Konsentrat Ideal
Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Hasil Susu Sapi Perah.

Populasi Sapi Perah Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa Barat. (2021, Oktober 10).
(Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan) Dipetik April 14, 2022, dari Open
Data Jabar: https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/populasi-sapi-perah-
berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-barat
Putri, A. S., & Andi, A. (2020). The Role and Effort of Dairy Farming Cooperation to
increase Milk Quality in West Java Related papers. Semiloka Nasional Prospek
Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas.

Rahmah, U. I., & Yuliandri, L. A. (2021). Pola dan Upaya Peningkatan Konsumsi Susu
Rumah Tangga Peternak Sapi Perah di Kabupaten Kuningan. Jurnal Ilmu
Pertanian dan Peternakan, 9(1), 88-95.

Rusdiana, S., Praharani, L., Ishak, A. B., & Talib, C. (2021). Peningkatan Nilai Ekonomi
Peternak Melalui Diversifikasi Usaha Sapi Perah. Jurnal Veteriner, 22(4), 583 -
598.

Silia, N., Hellyward, J., & Noer, M. (2022). Hubungan Antara Pengetahuan Konsumen
dan Konsumsi Susu Sapi Segar di Sumatera Utara. Jurnal Agrisep, 21(1), 1-12.

Sugandi, D., Santoso, K. N., & Hakim, D. W. (2021). Hasil Sensus Penduduk 2020 di
Kabupaten Bandung. Badan Pusat Statistik (BPS).

Wahyuni, T. (2018, Agustus 3). Penuhi Kebutuhan Susu Domestik, Ultrajaya


Berdayakan Ribuan Peternak. Suara Karya.

Anda mungkin juga menyukai