Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014 41

© Indonesian Food Technologists

Catatan Penelitian
Studi Pengembangan Dangke sebagai Pangan Lokal Unggulan dari Susu Di
Kabupaten Enrekang
Syamsul Rahman
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Makassar.

Korespondensi dengan penulis (rahman_syamsul@ymail.com).
Artikel ini dikirim pada tanggal 19 Oktober 2013 dan dinyatakan diterima tanggal 19 Januari 2014. Artikel ini juga dipublikasi secara online
melalui www.journal.ift.or.id. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang diperbanyak untuk tujuan komersial.
Diproduksi oleh Indonesian Food Technologists® ©2014 (www.ift.or.id).

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan dangke sebagai produk pangan
unggulan yang berasal dari susu dan merupakan makanan khas dari Kabupaten Enrekang. Dangke adalah sejenis
makanan yang dibuat dari susu kerbau atau susu sapi. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai masukan bagi
kelompok usaha berskala rumah tangga dan strategi pemerintah Kabupaten Enrekeng. Penelitian ini merupakan
penelitian studi kasus di Desa Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang, yang dilaksanakan selama 2
bulan (April – Mei 2013). Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling) terhadap 20 sampel
yang mengelola usaha pembuatan dangke. Instrumen yang digunakan sebagai alat analisis data adalah analisis
deskriptif dan analisis SWOT yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam
pengembangan dangke di Kabupaten Enrekang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi dangke yang
dihasilkan dalam satu kali proses produksi, tergantung pada ketersedian bahan baku yang ada dan pengolahannya
masih sifatnya tradisional (home industry). Sedangkan pengembangan dangke dilakukan dengan memaksimalkan
kekuatan dan peluang yang ada, seperti kekhasan produk, ketersediaan bahan baku, dan keterampilan peternak
dalam membuat dangke. Sedangkan untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman diperlukan langkah-langkah
penanganan yang intensif karena produk ini mudah rusak, dikemas dengan kemasan standar dan jangkauan pasar
yang lebih luas.
Kata kunci : dangke, pengembangan pangan lokal, susu, Enrekang

Pendahuluan dan dibungkus dengan daun pisang. Produk ini dikenal


Pemerrintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai “keju Enrekang” yang memiliki nilai gizi yang
meluncurkan program yang di kenal dengan nama tinggi. Berdasarkan bahan baku pembuatan dangke,
Gerakan Pengembangan Ekonomi Masyarakat dapat dikategorikan sebagai dangke susu sapi dan
(Gerbang Emas). Salah satu sasaran dari program ini dangke susu kerbau.
adalah mendorong pengembangan populasi sapi perah Masyarakat Enrekang pada umumnya, hanya
sehingga dapat menjadikan Provinsi Sulsel sebagai mengenal satu jenis dangke yakni dangke susu kerbau.
produsen susu segar terbesar di luar Pulau Jawa. Namun karena tingginya permintaan dan kebutuhan
Target ini cukup realistis mengingat kondisi agroklimat, dangke dan kemampuan dalam memproduksi susu
agrokultur, dan agroekonomi yang cukup potensil kerbau yang sangat terbatas, yang juga disebabkan
dalam mendukung pengembangan sapi perah tersebut karena penurunan populasi kerbau. Sehingga pengolah
(Anonim, 2008). dangke mencoba mencari alternatif bahan baku lain
Sapi perah dikembangkan terutama di dua dalam pembuatan dangke kepada susu sapi. Beberapa
kabupaten yaitu Kabupaten Sinjai dan Kabupaten karakteristik yang dimiliki dangke yang berasal dari
Enrekang, sehingga tidak mengherankan jika industri susu kerbau adalah tampak lebih putih, tekstur lebih
susu berskala rumah tangga di dua kabupaten tersebut halus, dan aroma lebih tajam.
cukup prospektif untuk dikembangkan. Kabupaten Rata- rata satu buah dangke dibuat dari 1,25 –
Enrekang lebih berfokus pada industri pengolahan 1,5 liter susu segar. Dangke diproduksi secara
susu keju (dangke). Dangke dijadikan lauk tradisional tradisional dengan teknologi yang sederhana.
yang merupakan indigenous product bagi masyarakat Berdasarkan jumlah air yang dikandung di dalamnya,
Kabupaten Enrekang yang telah dikenal meluas di dangke termasuk dalam golongan keju lunak (soft
seluruah masyarakat Sulawesi Selatan dan bahkan cheese) dengan kadar air 45,75 % berwarna putih dan
nasional (Baba dkk, 2012). Sedangkan Kabupaten bersifat elastis. Kebanyakan dangke dikonsumsi oleh
Sinjai lebih berfokus pada pengolahan atau industri masyarakat Enrekang dengan cara digoreng, dimasak,
susu pasteurisasi, khususnya industri yang dan dibakar, atau kombinasi dari ketiga cara tersebut.
mengahasilkan susu dipasteurisasi dengan rasa atau Di Kabupaten Enrekang dangke dikenal sejak
tanpa rasa, yang lebih di kenal dengan nama susu tahun 1905. Seperti halnya dengan industri lainnya,
sinjai/susin ( Nuraini S, 2005). industri dangke kurang mendapat perhatian dalam
Pemerintah Kabupaten Enrekang menjadikan pengembangannya sehingga produk ini kurang di
dangke sebagai produk pangan lokal unggulan dan kenal. Pada hal produk tersebut memiliki potensi yang
merupakan makanan tradisional yang sangat digemari, besar untuk menjadi salah satu sumber protein hewani
terbuat dari susu segar berbentuk kubah karena dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.
menggunakan tempurung kelapa sebagai cetakannya Ditinjau dari aspek nilai gizinya, dangke
42 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014
© Indonesian Food Technologists

merupakan produk makanan khas tradisional dengan Populasi dan Sampel


nilai gizi yang tinggi. Adapun komposisi nilai gizi dangke Populasi penelitian ini adalah pengolah dangke
dapat dilihat pada Tabel 1. yang ada di Desa Cendana Kecamatan Cendana.
Jumlahnya sebanyak 70 industri yang berskala rumah
Tabel 1. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Dangke yang tangga (home industry) yang tempatnya menyebar di
bersal dari Enrekang setiap perkampungan, mengingat usaha ini hanya
Kandungan Gizi Komposisi ( % ) merupakan skala rumah tangga.
Air 45,75 Penentuan sampel ditentukan secara sengaja
Lemak 32,81 (purposive sampling) sehingga terpilih 20 industri kecil
Protein 17,20 pengolah dangke yang merupakan representasi dan
Miniral 2,32 mewakili 70 industri pengolah dangke di daerah
Sumber : Marzoeki, dkk (1978) dalam Isyana (2012) tersebut, karena sifat dan karakteristik usaha mereka
adalah sifatnya homogen.
Usaha pembuatan/pengolah dangke
dikategorikan sebagai industri berskala rumah tangga. Pengumpulan Data
Sebab mulai dari produksi bahan mentah sampai pada Metode pengumpulan data yang digunakan
pengolahannya menjadi dangke dilakukan oleh anggota dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka; yaitu
keluarga. Umumnya bahan baku yang digunakan untuk dengan penelusuran buku, jurnal, majalah, dan sumber-
membuat dangke diperoleh dari susu segar dari ternak sumber lain yang berhubungan dengan obyek yang
mereka sendiri. diteliti, dan penelitian lapangan; yaitu melakukan
Peran penting dari usaha dangke, selain pengamtan pada pengolah/industri dangke guna
merupakan wahana dalam upaya penyerapan tenaga mengamati dan melihat secara langsung aktivitas yang
kerja di pedesaan, juga sebagai penggerak roda dilakukan, seperti sistem produksi, pengemasan, dan
perekonomian serta pelayanan masyarakat untuk pola pemasarannya. Setelah data terkumpul, kemudian
memenuhi kebutuhan gizinya. Hal ini dimungkinkan ditabulasi dan dianalisa dengan menggunakan analisis
mengingat karakteristik usaha kecil yang fleksibel deskriptif dan analisis SWOT, sebagai langkah akhir
terhadap krisis ekonomi karena dijalankan dengan dari hasil inventarisasi dan identifikasi faktor internal
ketergantungan yang rendah terhadap pendapatan dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan
sektor moneter, serta keberadaannya terletak diseluruh usaha ini.
pelosok negeri sehingga merupakan jalur distribusi
yang efektif untuk menjangkau sebagian besar rakyat Hasil dan Pembahasan
(Padjung, dkk, 2009). Pengadan Bahan Baku
Anonim (2008) menguraikan bahwa cara Susu sebagai bahan baku pembuatan dangke
pembuatan dangke sangat sederhana karena pengolah diperoleh dari sapi perah laktasi. Ternak sapi perah
tinggal memasukkan susu segar ke dalam panci, banyak dijumpai di Kabupaten Enrekang, seperti di
kemudian dipanaskan dengan api kecil dengan suhu Kecamatan Cendana, Enrekang, Anggeraja, Alla’ dan
0
sekitar 70 – 80 C sampai mendidih. Selanjutnya Baraka. Berdasarkan data yang dirilis Dinas
ditambahkan koagulan berupa getah papaya (enzim Peternakan dan Industri Kabupaten Enrekang (2011)
papain) sehingga terjadi penggumpalan. Setelah bahwa populasi ternak sapi perah di sepuluh
menggumpal kemudian dimasukkan ke dalam cetakan kecamatan yang ada di Kabupaten Enrekang sebanyak
khusus yang terbuat dari tempurung kelapa, sambil 1.413 ekor. Dari populasi tersebut mampu
ditekan sehingga cairannya terpisah. Konsentrasi memproduksi susu murni sebesar 7.065 liter per hari
(papain + air ) yang digunakan lebih kurang ½ sendok (rata-rata sapi perah menghasil 5 liter/ekor/hari). Artinya
makan untuk 1 liter susu, dan dari jumlah tersebut produk dangke yang dihasilkan setiap harinya di
dapat dihasilkan 4 buah dangke. Kabupaten Enrekang sebanyak 7.710 biji (1 biji dangke
diproduksi dari 1,5 liter susu.
Materi dan Metode Hal inilah yang memotivasi para petani untuk
Materi berusaha untuk mengolah susu segar menjadi industri
Bahan baku yang digunakan dalam proses dangke dari hasil peternakannya sendiri. Sehingga
pembuatan dangke adalah susu sapi segar dari jenis olahan dangke tersebut dikategorikan sebagai industri
sapi Friesian Holstein (FH), garam dan getah papaya rumah tangga (home industry), karena mulai dari
(enzim papain). Sedangkan alat yang digunakan adalah produksi bahan bakunya sampai ke pengolahannya
panci/wajan, kompor, pengaduk, tempurung batok menjadi dangke dilakukan secara sederhana yang
kelapa, dan daun pisang (sebagai alat kemasannya). melibatkan anggota keluarga masing-masing petani.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang Demikian pula, bahan-bahan tambahan lain yang
dilaksanakan di Desa Cendana Kecamatan Cendana digunakan dalam pembuatan dangke seperti ekstrak
Kabupaten Enrekang. Pemilihan lokasi dilakukan getah papaya (enzim papain) diambil dari kebun
secara sengaja (purposive sampling), dengan mereka sendiri, sehingga tidak ada transaksi tunai
pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan dalam pengadaan bahan baku.
salah satu sentra pengembangan dangke di Kabupaten
Enrekang. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan Proses Pengolahan Dangke
mulai 1 April – 31 Mei 2013. Bahan utama yang diperlukan untuk
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014 43
© Indonesian Food Technologists

menghasilkan dangke adalah susu segar, getah papaya Demikian sekilas tentang pola atau jaringan
(enzim papain), garam, air, dan daun pisang sebagai pemasaran dangke yang terjadi di Desa Cendana.
bahan kemasan. Sedangkan peralatan yang digunakan Tingginya permintaan akan dangke yang belum mampu
adalah alat-alat dapur sederhana seperti kompor, panci dipenuhi oleh pengolah/pembuat dangke membuat
untuk memasak, spatula, batok tempurung kelapa, dan posisinya berada pada tingkat yang lebih baik dalam
cangkir. Pengolahan dangke yang dilakukan di Desa menentukan harga dangkenya. Dengan demikian,
Cendana masih menggunakan metode tradisional atau harga pasar dangke masih terjangkau oleh sebagian
masih skala rumah tangga (home industry), karena besar masyarakat Enrekang.
belum ada inovasi baru yang diperkenalkan dalam Selain tingginya permintaan dangke yang ikut
proses pengolahannya. andil dalam penentuan harga, ada beberapa situasi
Adapun proses pengolahan dangke yang tertentu yang dapat mempengaruhi harga dangke,
dilakukan oleh para pengolah dangke di Desa Cendana misalnya pada bulan Ramadhan dan pada saat
adalah seperti berikut: susu segar yang telah terkumpul perayaan hari-hari besar keagamaan, situasi ini praktis
dalam wadah tertentu dituangkan ke dalam panci mendorong kenaikan harga dangke. Demikian juga
masak (kapasitas 6 – 7 liter). Saat dimasak dengan api dengan pengaruh iklim, biasanya harga dangke jauh
0
kecil dengan suhu antara 70 – 80 C, kemudian lebih mahal di musim kemarau, karena faktor produksi
ditambahkan getah papaya yang telah disiapkan terbatas disebabkan terbatasnya pakan dan penurunan
sebanyak 10 sendok makan dan ditambahkan garam produksi susu segar.
dapur sebanyak 5 gr ke dalam adonan susu tersebut,
sambil diaduk terus menerus, sementara pengadukan Deskripsi Faktor Internal dan Eksternal Usaha Dangke
dilakukan dengan menggunakan pengaduk yang Dalam rangka pengembangan industri dangke di
terbuat dari kayu. Setelah terjadi gumpalan pada Kabupaten Enrekang maka perlu kiranya dideskripsikan
bagian atas, yang terpisah dari air (whey), kemudian kondisi internal dan eksternal yang berpengaruh
panci diangkat dari kompor. terhadap pengembangan industri dangke ke depan,
Untuk memisahkan bahan padat dan cairan, dengan mengidentifikasi kekuatan (Strength),
adonan disendok ke dalam wadah tempurung batok kelemahan (Weaknees), peluang (Oportunity), dan
kelapa sambil di tekan ke bawah menggunakan sendok tantangan (Treath) atau yang biasa disingkat SWOT
untuk membiarkan bagian cairan (whey) keluar. yang dihadapi oleh industri dangke di Desa Cendana
Sehingga bagian padat adonan membentuk kubah Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
mengikuti bentuk batok kelapa sebagai wadah
cetakannya. Setelah terjadi padatan berbentuk kubah Kekuatan (Strength)
lalu ditiriskan dan dikemaslah dengan menggunakan Kekuatan yang dimiliki oleh pengolah dangke
daun pisang. adalah hasil produksi dangke senantiasa terjual habis,
Sebagai suatu olahan susu, produk dangke mengingat makanan tradisional ini sangat digemari oleh
memiliki nilai tambah dari whey sebagai suatu produk masyarakat Enrekang karena dijadikan sebagai lauk
sampingan. Ada potensi mengkonversi whey menjadi alternatif yang bernilai gizi tinggi, segar dan enak.
produk baru yang bernilai gizi tinggi misalnya dibuat Kekuatan lain dari industri ini adalah sumber daya
nata de whey. Namun saat ini para pengolah dangke di manusia, karena sudah menjadi turun temurun bahwa
Desa Cendana Kecamatan Cendana belum melirik setiap warga atau petani di Enrekang harus terampil
peluang ini, hanya menggunakan whey sebagai membuat dangke, apapun status social ekonominya.
substitusi susu untuk anak sapi. Selain itu, kekuatan lainnya adalah didukung oleh
ketersediaan bahan baku, yaitu susu segar. Karena
Pemasaran Dangke pada umumnya masyarakat Enrekang tidak terbiasa
Suatu fenomena yang cukup menarik adalah (familier) minum susu segar.
dangke selalu terjual habis setiap harinya. Hal ini terjadi
karena tingkat produksi dangke masih jauh lebih rendah Kelemahan (Weaknees)
dibanding tingkat kebutuhan masyarakat. Pemasok Hasil identifikasi tehadap kelemahan-kelemahan
dangke dapat dianggap sebagai hal yang sangat yang dihadapi produk dangke ini adalah sebagai berikut
sederhana. Berikut ini adalah jaringan khas untuk rantai : (a) Kemasan produk tidak menarik, artinya tidak
pemasaran dangke; (1) Pembuat dangke yang masih memiliki nilai jual karena masih menggunakan kemasan
berskala rumah tangga, rata-rata hanya mampu seadanya (sederhana), (b) Tidak adanya promosi
menghasilkan 5 – 10 buah dangke per hari. Kemudian produk, karena ciri khas industri kecil tidak memiliki
menjualnya ke pedagang pengumpul, atau dana yang cukup untuk promosi, (c) Pemasaran
membawahnya ke pasar lokal terdekat. Penentuan dangke hanya terbatas disekitar pasar lokal yang ada di
harga jualnya tergantung dari jarak tempuh, dalam hal wilayah Enrekang. Bila produk dangke ini keluar hanya
ini biaya transportasi dapat mempengaruhi penentuan sebatas dijadikan sebagai oleh-oleh.
harga, (2) Pedagang pengumpul membeli dangke dari
beberapa kampung atau wilayah. Kemudian dangke Peluang (Oportunity)
tersebut dijualnya ke pasar-pasar lokal dalam wilayah Bila mencermati peluang terhadap
Enrekang, (3) Pembeli langsung memesan dangke dari pengembangan produk ini, ada beberapa peluang yang
pedagang pengumpul dan atau langsung ke perlu mendapatkan perhatian, antara lain: (a)
pengolah/pembuat dangke. Permintaan pasar ada, karena dangke ini sudah mulai
44 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014
© Indonesian Food Technologists

dikenal bahkan digemari oleh masyarakat diluar warga Strategi Kekuatan dan Peluang (SO)
Enrekang, (b) Secara tehnis, proses Dalam menghadapi kekuatan dan peluang usaha
pengolahan/pembuatannya dikuasai oleh para petani, yang dimiliki, maka strategi pengembangan yang perlu
(c) Bahan baku tersedia, karena populasi ternak sapi dilakukan dalam mengelolah usaha dangke adalah (a)
perah setiap tahunnya meningkat. Pertahankan dan tingkatkan kualitas produk dangke
dan pelayanan untuk mempertahankan pelanggan
Ancaman (Treath) setia. Dalam hal ini mamfaatkan kekuatan produksi
Dari hasil identifikasi dan inventarisai ancaman yang yang sifatnya enak, segar dan bergizi, dengan peluang
dihadapi pengolah dangke terungkap, sebagai berikut: hasil produksi yang mempunyai cita rasa yang khas, (b)
(a) Adanya produk atau barang substitusi olahan susu Dalam memanfaatkan peluang produksi dangke yang
dan turunannya yang merupakan pesaing dari produk selalu habis terjual, maka strategi yang digunakan
dangke ini, (b) Produk ini mudah rusak sebelum sampai adalah memanfaatkan sumber-sumber daya, dengan
ke konsumen akhir, karena tidak menggunakan kekuatan usaha seperti sumber daya manusia dan
pengawet dan kemasannya sangat sederhana ketersediaan bahan baku, (c) Pengembangan produk
sehingga tidak bisa diproduksi dalam kapasitas banyak, dangke yang didukung ketersediaan bahan baku,
(c) Dari identifikasi dan inventarisasi kekuatan, dimana bahan baku yang digunakan dalam membuat

Tabel 2. Matriks Analisis SWOT Usaha Dangke di Desa Lekkong Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
Strength (Kekuatan) Weaknees (Kelemahan)
Faktor Internal • Produk bergizi, segar, dan • Kemasan tidak menarik
enak • Tidak adanya promosi
Faktor Eksternal • SDM terampil • Wilayah pemasaran terbatas
¯ • Bahan baku tersedia • Kapasitas produksi kecil
• Kualitas produk baik
Oportunity (Peluang) Strategi ( SO ) Strategi ( WO )
• Permintaan pasar ada • Mempertahan kualitas • Perlunya modifikasi
• Pembuatan dangke produk, agar pelanggan kemasan dengan plastik
dikuasai petani setia bertahan • Peningkatan kualitas
• Bahan baku mendukung • Peningkatan produksi
• Adanya pelanggan tetap sumberdaya yang • Menambah jaringan
• Political will pemerintah dimiliki, dalam rangka pemasaran di luar
setempat peningkatan produksi wilayah Enrekang
• Pengembangan berbagai
varian produk olahan
dangke
Treath (Ancaman) Strategi ( ST ) Strategi ( WT )
• Dangke mudah rusak • Tingkatkan daya saing • Tingkatkan produksi dan
• Ada barang substitusi melalui menjaga kualitas pangsa pasarnya
lain produk • Optimalkan kapasitas
• Peralatan sederhana • Pemanfaatan bahan dan dan lakukan pendekatan
sehingga produksi alat seefisien mungkin kemitraan
jumlahnya sedikit • Tingkatkan kreativitas • Joint venture di luar
melalui promosi supaya daerah
wilayah pemasaran luas

kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap dangke berasal dari sapi perah milik sendiri dan getah
pengelolaan industri dangke di Desa Cendana tersebut, papaya di dapat dari kebun sendiri.
maka dibuat matriks analisis SWOT-nya (Tabel 2).
Strategi Peluang Menghadapi Kelemahan (WO)
Strategi Pengembangan Dangke Inti dari strategi ini adalah meminimalisir
Matriks analisis SWOT seperti pada Tabel 2 kelemahan-kelemahan yang ada, dan selanjutnya
menunjukkan bahwa prospek pengembangan industri memaksimalkan peluang-peluang yang dimiliki usaha
dangke yang dilihat dari aspek kekuatan, kelemahan, ini. Untuk itu beberapa strategi yang perlu dilakukan
peluang, dan ancaman dapat menghasilkan strategi dalam pengembangan usaha dangke ini adalah:
yang perlu dilakukan industri dangke dalam rangka (a)Karena kemasan yang digunakan hanya kemasan
pengembangannya ke depan. Baik itu strategi dalam daun pisang yang tidak higienis dan sangat rentan
menghadapai kekuatan dan peluang usaha, strategi terkontaminasi oleh bakteri pembusuk, maka strategi
kelemahan dan peluang, stategi ancaman dan yang mungkin dilakukan adalah mengganti kemasan
kekuatan serta strategi ancaman dan kelemahan. yang lebih baik, seperti tetap menggunakan daun
pisang dengan kemasan luarnya menggunakan plastik,
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014 45
© Indonesian Food Technologists

(b) Dengan adanya ketersediaan bahan baku yang produk dangke mudah rusak, dikemas dengan
memadai otomatis dapat meningkatkan hasil dan kemasan standar dan jangkauan pasar yang lebih luas.
kualitas produksi dangke yang lebih baik, (c) Strategi di
bidang pemasaran menuntut agar aktivitas pemasaran Saran
konsisten, bukan hanya terhadap strategi yang telah Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam
ditentukan, melainkan berbagai strategi dalam rangka pengembangan dangke ini ke depan, seperti
meningkatkan jaringan distribusi dan pemasaran di luar melibatkan Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan
daerah produksi. pihak Perbankan. Terutama membantu dalam hal
metode pengemasannya, penganekaragaman produk
Strategi Kekuatan Mengahadapi Ancaman (ST) turunan dangke, membantu untuk mempromosikan dan
Dalam upaya menghadapi berbagai ancaman memasarkan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah
dalam pengelolaan usaha dangke, perlu kiranya bantuan dalam bentuk permodalan bagi pengolah
membangun kekuatan dengan melakukan strategi dangke supaya bisa berkembang.
sebagai berikut: (a) Peningkatan daya saing yang dapat
dilakukan dengan tetap menjaga cirri khas dangke Daftar Pustaka
seperti bergizi tinggi, segar, dan enak, (b) Kekuatan Anonim, 2008. Pengolahan Dangke. Berita Resmi
sumber daya peralatan yang ada meskipun masih Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang.
dalam jumlah kecil dan sederhana, namun tetap Biro Pusat Statistik 2011. Indikator Ekonomi Kabupaten
merupakan penunjang unsur utama dalam Enrekang Tahun 2010. Biro Pusat Statistik
menghasilkan dangke, (c) Ditunjang pola manajemen Kabupaten Enrekang
yang sangat baik, karena sifatnya hanya merupakan Baba S, dkk.,2012. Produksi Complete Feed Berbahan
usaha kecil skala rumah tangga, tetapi diperlukan Baku Lokal dan Murah melalui Aplikasi
jaringan pemasaran dengan jangkauan luas. Participatory Technology Development Guna
Meningkatkan Produksi. Dangke Susu di
Strategi Menghadapi Kelemahan dan Ancaman (WT) Kabupaten Enrekang. Prossiding InSINas, 2012
Dalam menghadapi kelemahan dan ancaman, Isyana F, 2012. Studi Tingkat Higiene dan Cemaran
maka pengolah dangke perlu menetapkan strategi Salmonella sp pada Pembuatan Dangke Susu
pengembangan usaha yaitu, dalam menghadapi Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten
kelemahan dan ancaman, yang paling utama adalah Enrekang. Skripsi Fakultas Peternakan
dalam hal permodalan dan tidak adanya promosi Universitas Hasanuddin (Unhas)
terhadap produk dangke ini. Maka strategi yang Marzoeki, A.M. dkk, 1978. Penelitian Peningkatan Mutu
mungkin dilakukan adalah peningkatan modal kerja Dangke. Balai Penelitian Kimia Ujung Pandang.
melalui berbagai cara, diantaranya mengajukan Pandjung Rusnadi, dkk, 2009. Survei Industri Lokal
permohonan bantuan permodalan ke pihak perbankan, Sulawesi Selatan. Divisi Tata Ruang dan
minta bantuan pemerintah, atau bermitra dengan pihak Pengembangan Wilayah Universitas
pemilik modal lainnya. Hasanuddin. Makassar.
Ridwan M, 2005. Strategi Pengembangan Dangke
Kesimpulan sebagai Produk Unggulan Lokal di Kabupaten
Produk dangke mempunyai prospek yang cukup Enrekang. Sekolah Pascasarjana IPB.
baik untuk dikembangkan ke depan, dengan S. Nuraini, 2005. Kebijakan Kelembagaan pada
memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada, Pengembangan Sapi Perah di Sulawesi Selatan.
seperti kekhasan produk ini, ketersedian bahan baku, Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas
dan keterampilan petani dalam membuat dangke. Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sedangkan untuk meminimalkan kelemahan dan S. Erniza, 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil
ancaman dalam pengelolaan dangke diperlukan Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak
langkah-langkah pembenahan dan perbaikan, seperti Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai