PENGUATAN
KETAHANAN PANGAN
MELALUI MINAPADI
Sustainable Agriculture
Community Development Program
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Secara umum Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia bergerak dibidang
pelestarian satwa liar di Indonesia dan fokus pada upaya penyelamatan, rehabilitasi,
pelepasliaran dan monitoring satwa dilindungi. Kegiatan untuk melindungi habitat orang
hutan dan mencegah perambahan hutan, maka YIARI melakukan pendekatan kepada
masyarakat. Salah satu pendekatan ke masyarakat yang dilakukan oleh program community
development YIARI adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan
melalui bidang pertanian dengan cara optimalisasi lahan pertanian sehingga penghasilan
meningkat.
Optimalisasi lahan pertanian khususnya di lahan persawahan perlu dilakukan karena
mengingat semakin tahun produktivitas dan luasan lahan sawah mengalami penurunan. Hal
ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk dan jumlah konsumsi
pangan. Disisi lain, bidang perikanan juga sedang digalakkan untuk menghasilkan produksi
ikan konsumsi yang segar dan sehat. Oleh karena itu untuk menghadapi tantangan jumlah
kebutuhan akan pangan yang semakin meningkat dengan kondisi penurunan lahan maka
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pertanian terpadu melalui minapadi.
Minapadi sendiri merupakan gabungan dari sistem budidaya pertanian (padi) dan
perikanan (ikan) dalam satu hamparan lahan. Penerapan sistem budidaya ini bersifat
komplementer, dimana pemeliharaan kedua komoditas tersebut (padi+ikan) dapat dilakukan
secara bersamaan sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pengoptimalan hasil produksi ikan
dan beras diharapkan dapat berdampak pada peningkatan panen, pendapatan dan nutrisi
masyarakat sehingga mendukung kedaulatan pangan.
2. Tujuan
3. Manfaat
Hasil kegiatan minapadi dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan
pemahaman kepada petani mengenai budidaya ikan dan padi secara organik dalam satu
hamparan lahan dapat diterapkan di kabupaten ketapang.
4. Output
Adapun output dari kegiatan ini yaitu pembudidaya minapadi dapat menghasilkan
produk dengan dua komoditas sekaligus dalam satu hamparan lahan persawahan.
Pembudidaya juga dapat menjadi motivator bagi petani lainnya dalam mewujudkan pertanian
terintegrasi dan berkelanjutan.
B. Pelaksanaan Kegiatan
2. Metode Pelaksanaan
Kegiatan minapadi dilakukan dengan metode pendampingan baik pendampingan
secara teknis budidaya maupun analisis usaha dan bantuan modal dengan masa tanam
(MT) 1 sebesar 100% dan MT2 sebesar 50%. Pelaksanaan kegiatan juga diawali dengan
adanya surat perjanjian kerjasama antara YIARI dan Pembudidaya. Dimana didalamnya
dijelaskan secara terperinci hak dan tanggung jawab masing-masing pihak. Point penting
adalah pembagian hasil minapadi sebesar 50%:50% pada MT 1 dan 70%:30% pada MT2.
3. Tahapan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan budidaya minapadi pada periode/masa tanam 1 yaitu persiapan
dan teknis budidaya yang meliputi :
a. Pemillihan lokasi, pembudidaya, benih ikan dan benih padi
Tampak Atas
Tampak Samping
75 cm
5 cm
100 cm 80 cm
250 cm 150 cm
Pemeliharaan tanaman dilakukan setelah umur tanaman 7 hari setelah tanam (HST)
dan disulam agar kondisi tanaman sudah tidak lagi stres, perakaran sudah mulai kuat dan
sudah mulai membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan. Perawatan pertama yang dilakukan
berupa pemupukan pupuk cair organik (POC) NPK, pemberian isolat F1 embio,
penyemprotan cuka kayu dan penyiangan gulma.
Pengamatan yang dilakukan saat umur tanaman 41 HST (1 Juni 2019) menunjukkan
bahwa kondisi tanaman 75% dapat dikatakan tumbuh subur. Hal ini ditunjukkan dengan
pertumbuhan tanaman yang merata, jumlah anakan produktif bertambah dari pengukuran
sebelumnya (umur tanaman 24 HST) dan serangan hama penyakit sebesar 25%. Hama
penyakit yang menyerang tanaman yaitu hama putih 3% ditangani dengan pemasangan
light trap, ulat penggulung daun 2% dan telah ditangani dengan penyemprotan cuka kayu
dan eksrtak cabe dicampur bawang putih, keong 5% ditangani secara manual dan penyakit
bercak daun 15% ditangani dengan penyemprotan ekstrak tembakau dan cuka kayu.
Tanggal 30 Mei 2019, ikan nila dipanen sebanyak 10 kg dengan jumlah ikan 62 ekor.
Namun sayangnya ikan diperiode kedua ini merupakan anakan (keturunan ke 3 bahkan
lebih) dari sisa ikan nila diperiode pertama sehingga ukuran dan bobot ikan kurang
maksimal. Alhasil dalam 1 kg, ikan berisi 6-7 ekor padahal seharusnya berisi 3-4 ekor.
Pada fase vegetatif dilakukan pula pengambilan sampel secara acak untuk
mengetahui perkiraan jumlah anakan dan anakan produktif. Data disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 2. Perhitungan jumlah anakan dan anakan produktif
Berdasarkan data diatas, saat tanaman memasuki fase vegetatif awal telah
menunjukkan jumlah anakan produktif memiliki jumlah normal dalam 1 rumpun dengan
penanaman 3-4 bibit per lubang. Jumlah anakan ini masih akan terus bertambah sesuai
dengan kecukupan hara yang dibutuhkan tanaman dan minimnya serangan hama penyakit.
Selama 2 bulan, pemeliharaan yang telah dilakukan di demplot minapadi berupa
pemberian pakan ikan nila, penyemprotan pestisida organik yaitu cuka kayu, pestisida
nabati yaitu ekstrak cabe, bawang merah dan tembakau untuk menangani hama dan
penyakit serta pemupukan (POC NPK, MOL dan pupuk buah) untuk merangsang proses
pembungaan, pengisian dan pemasakan bulir padi. Pada tanggal 28 Juni 2019, tanaman
telah berumur 67 HST dengan kondisi tanaman 90% telah masuk pada fase pengisian bulir
(bunting). Hal ini ditunjukkan dengan keluarnya bulir di masing-masing malai sudah
merata. Permasalahan yang muncul pada fase ini adalah adanya serangan hama walang
sangit yang menyebabkan sekitar 1% bulir gagal berisi atau hampa dan kering. Tindakan
pencegahan yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan pembersihan lahan dan
pematang dari gulma dan dilanjutkan dengan penyemprotan cuka kayu.
Gambar 17. Tanaman padi memasuki fase pengisian bulir (umur 61 HST)
Widrializa| Sustainable Agriculture 11
06 Agustus 2019 Laporan Penguatan Ketahanan Pangan Melalui Minapadi
Walang sangit
Gambar 18. Tanama padi yang terserang hama walang sangit menyebabkan bulir hampa
Demplot minapadi yang dikelola oleh Pak Edi Mulyono dan didampingi oleh divisi
community development YIARI bulan Juli ini sudah masuk masa panen. Dimana 10 hari
sebelum panen padi dilakukan pengeringan air kolam untuk memicu pemasakan bulir
penuh. Selain umur padi yang sudah siap untuk panen, faktor lain yang dipertimbangkan
adalah adanya serangan hama walang sangit yang mempengaruhi 20% hasil panen.
Tindakan pengendalian sudah dilakukan dengan penyemprotan ekstrak tembakau dan cuka
kayu. Cara lain dengan penangkapan secara manual menggunakan bangkai burung telah
dilakukan. Namun, tindakan pengendalian tidak benar-benar mengurangi populasi walang
sangit. Oleh karena itu, agar tidak terlalu banyak gabah hampa akibat hama ini, maka
dilakukan pemanenan.
Pemanenan pertama yang dilakukan adalah panen ikan nila pada tanggal 7 Juli. Ikan
yang dipanen sebanyak 18 kg berisi 300 ekor ikan. Pemanenan dilakukan sekaligus dengan
pengeringan air guna memasakkan bulir agar sempurna/penuh. Selain itu pertimbangan
lain karena jumlah ikan yang ada sudah tidak produktif untuk pembesaran. Kurangnya
pakan yang diberikan menjadi faktor tambahan dalam kendala pembesaran. Alhasil ikan
yang dipanen hanya sebesar 2-3 jari orang dewasa. Hasil panen ini kemudian dijual ke
YIARI untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan. Perkembangbiakan yang tidak optimal
untuk pembesaran maka direncanakan sisa ikan yang masih di kolam akan dipanen seluruh
dan dijual ke P2MKP untuk dijadikan tepung ikan sebagai salah satu bahan baku
pembuatan pakan ikan.
Pemanenan selanjutnya yaitu panen padi varietas SPI 20 yang berasal dari Tuban,
Jawa Timur. Panen dilakukan pada usia tanaman 82 hari. Namun sebelum panen,
dilakukan pengambilan sampel bulir padi fase masak untuk mengetahui prediksi hasil
gabah kering panen (GKP). Pengambilan sampel tanaman disesuaikan dengan sistem
penanaman yaitu jarwo 9:1. Oleh karena itu setelah dilakukan penentuan 5 titik sampling,
selanjutnya dari masing-masing titik diambil 10 baris rumpun memanjang. Dari sinilah
ditentukan luas ubinannya dengan mengukur luas dari 9 rumpun (lebar) dikali 10 rumpun
(panjang). Dalam 1 ubinan ini diambil 5 rumpun untuk dihitung jumlah bulir per malai.
Jumlah bulir per malai inilah yang diolah menjadi data prediksi panen dalam GKP. Data
perediksi panen dapat dilihat pada tabel 3.
Gambar 20. Perhitungan bulir padi per malai untuk prediksi hasil GKP
Informasi mengenai sejarah lahan sebelum ditanam varietas ini, lahan ditanami
dengan varietas lokal. Dimana hasil beras yang diperoleh sebesar 270 kg dengan luasan
2000 m2. Jika dibandingkan dengan data prediksi panen sebesar 480 kg GKP/1531 m2,
maka hasil beras yang didapat masih setara dengan varietas lokal. Asumsinya jika ingin
dikatakan penerapan budidaya padi menggunakan varietas SPI 20 di lahan pasang surut
khususnya di daerah Ketapang dengan metode agrofishery dikatakan berhasil maka hasil
riil panen saat di lapangan harus mencapai 900 kg GKP. Hasil ini bisa disetarakan dengan
hasil dari daerah asal varietas ini yaitu Tuban, Jawa Timur.
Berdasarkan deskripsinya varietas ini tidak cocok jika dibudidayakan secara kimia
dan lebih menyukai sistem pengairan yang macak-macak. Pada demplot minapadi, varietas
ini dibudidayakan secara organik dan menggunakan sistem pengairan berselang. Namun
kendalanya adalah pada bulan Mei-Juni intensitas curah hujan masih tinggi sehingga
memerlukan pembuangan air yang berlebih. Di daerah asalnya, varietas ini dapat
menghasilkan 7,5 ton GKP/ha. Pada demplot minapadi dengan luas lahan sawah 1531 m2,
varietas ini menghasilkan 310 kg GKP. Selanjutnya terjadi penyusutan sebesar 13,23%
setelah dijemur yaitu 269 kg GKG. Proses selanjutnya yaitu penggilingan menjadi beras
dan mengalami penyusutan sebesar 37,55%. Hasil akhir yang dihasilkan dari varietas ini
dengan luas lahan 1531 m2 adalah 168 kg beras. Hasil ini dijual ke YIARI dengan harga
Rp 13.000,- per kg.
Pada penjelasan sebelumnya, budidaya padi SPI 20 di lahan minapadi harus
menghasilkan minimal 900 kg GKP agar dikatakan berhasil. Namun di lapangan hanya
menghasilkan 310 kg GKP. Hasil ini cukup jauh berbeda jika dibandingkan dengan data
prediksi panen (Tabel 3) dan standar yang harus dihasilkan. Hasil ini membuktikan bahwa
varietas SPI 20 dapat beradaptasi dengan baik di lahan pasang surut, namun masih
perlunya peningkatan dalam pemeliharaan tanaman dan kepedulian pada permasalahan-
permasalahan yang muncul.
hasil pendapatan
300 Rp3,500,000
Rp3,240,000
250 Rp3,000,000
270 Rp2,500,000
200 Rp2,184,000
Kilogram
Rp2,000,000
Harga
150
168
Rp1,500,000
100
Rp1,260,000 Rp1,000,000
50 Rp500,000
28
0 Rp-
Panen beras SPI 20 Panen ikan nila Panen beras lokal
Minapadi Sawah
tidak jauh berbeda jika pemilihan varietas yang ditanam tidak disesuaikan kondisi
lahannya. Hal ini dapat dilihat pada grafik 2 mengenai perbandingan hasil usaha budidaya
minapadi dan sawah tunggal.
Sawah;
minapadi;
Rp3,240,000
Rp3,444,000
Berdasarkan grafik 2 diatas dapat dibuktikan bahwa pada budidaya minapadi yang
belum dilakukan dengan persiapan matang sudah menunjukkan hasil yang lebih
menguntungkan dibandingkan budidaya sawah tunggal. Apalagi jika budidaya minapadi
dilakukan dengan persiapan dan perhitungan analisis usaha yang lebih matang, maka
hasilnya pun akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan budidaya sawah tunggal.
Hasil pengamatan beras secara kualitatif, beras SPI 20 memiliki warna putih susu
dan bentuk beras bulat pipih memanjang. Setelah dimasak nasi beraroma pandan dan pulen
(gambar 22). Jika dibandingkan dengan beras lokal (agro pawan) maka bentuk dan warna
beras tidak jauh berbeda. Hal yang membedakan hanya pada wangi pandan pada saat beras
telah dimasak saja karena beras lokal pun memiliki rasa yang enak, sedikit manis dan
pulen.
Gambar 22. Warna dan Tekstur Beras (kiri) dan nasi (kanan) varietas SPI 20
Widrializa| Sustainable Agriculture 16
06 Agustus 2019 Laporan Penguatan Ketahanan Pangan Melalui Minapadi
Hasil analisis usaha minapadi berdasarkan modal dan profit dapat dilihat pada tabel 4
mengenai analisis usaha minapadi. Dimana pada periode tanam yang pertama modal yang
dikeluarkan sangat banyak sedangkan profit yang didapat masih minus dari pendapatan
yang diterima. Hal ini dikarenakan budidaya minapadi baru pertama kali dilakukan dan
pembudidaya belum mempunyai trik-trik khusus dalam menekan pembiayaan.
Pada musim kedua, biaya yang dikeluarkan sudah mulai sedikit karena sudah
mengetahui cara budidaya minapadi yang sederhana namun tetap bisa meningkatkan hasil.
Seperti pada pemeliharaan tanaman, pemupukan dan pakan ikan sudah menggunakan
bahan yang dibuat sendiri, bukan membeli produk yang sudah jadi. Kemudian pekerjaan
seperti tandur dan panen juga dilakukan secara bergotong royong sehingga tidak
mengeluarkan biaya yang besar untuk upah harian pekerja.
PERIODE PERTAMA
Modal / Biaya
NO TAHAPAN JUMLAH
1 pembuatan kolam Rp 1,650,000
2 pemasangan jaring Rp 2,965,000
3 pemasangan mulsa Rp 960,000
BIAYA TETAP Rp 5,575,000
4 pembajakan tanah Rp 760,000
5 pengaturan air Rp 388,000
6 penanaman padi Rp 500,000
7 pemupukan Rp 1,220,000
8 penebaran benih Rp 2,000,000
9 pemberian pakan ikan Rp 4,711,000
10 pemeliharaan padi Rp 300,000
BIAYA LANCAR Rp 9,879,000
BIAYA TOTAL Rp 15,454,000
PERIODE KEDUA
Modal/Biaya lancar
NO TAHAPAN JUMLAH
1 penanaman padi Rp 400,000
2 pemupukan Rp 200,000
3 pembajakan tanah dan sedot air Rp 1,060,000
4 pemberian pakan ikan Rp 1,000,000
5 pemeliharaan padi Rp 200,000
6 Panen Rp 432,500
7 Pascapanen (giling beras) Rp 130,000
BIAYA TOTAL Rp 3,422,500
D. Penutup
Demikian laporan kegiatan ini dibuat sebagai bahan pelaporan, evaluasi dan tindak
lanjut terhadap pelaksanaan kegiatan yang akan datang.
1. Evaluasi
Secara teknis pelaksanaan, kegiatan budidaya sering sekali terjadi pengunduran
waktu dalam perawatan seperti pemupukan maupun pengendalian gulma dikarenakan
pembudidaya terlalu bergantung pada tim pendamping dari YIARI sehingga jika tidak
diingatkan maka tidak dikerjakan padahal telah diberikan jadwal kegiatan. Pembudidaya
ternyata merasa keberatan dengan adanya banyak kegiatan dalam pemeliharaan tanaman
padahal dalam perjanjian sudah menyetujui seluruh rencana kegiatan. Pembudidaya masih
belum memahami pembagian tanggung jawab terkait pengelolaan minapadi, dimana
penyediaan pakan ikan masih mengharapkan bantuan dari YIARI padahal sudah dijelaskan
dalam perjanjian kerjasama bahwa pemeliharaan ikan menjadi tanggungjawab
pembudidaya.
Secara keseluruhan dalam penerapan budidaya minapadi maka diperlukan adanya
pelatihan mengenai budidaya ikan dan menejemen pakan karena pada dasarnya
pembudidaya belum memiliki pengetahuan tentang perikanan. Selain itu, penggunaan
varietas yang tidak dapat beradaptasi dengan kondisi lahan gambut dan pasang surut
menyebabkan kegagalan budidaya padi. Tidak adanya pelatihan tentang cara pencatatan
setiap kejadian menjadi penyebab adanya beberapa permasalahan dan data beras maupun
ikan nila tidak bisa dilacak dan dirunut kronologinya.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan, sebelum melakukan suatu kegiatan harus
terlebih dahulu melakukan identifikasi, pendekatan dan persiapan surat-surat yang jelas.
Komitmen untuk maju bersama juga diperlukan untuk ditanam pada pribadi pembudidaya
agar dapat melakukan proses budidaya minapadi tanpa paksaan ataupun merasa keberatan.
Pelatihan dilakukan sebaiknya sebelum dimulainya pelaksanaan budidaya minapadi serta
pemberian buku panduan akan sangat membantu pembudidaya dalam melakukan perawatan
dan penanganan. Selain itu, poin paling penting adalah penggunaan benih padi lokal lebih
baik walaupun umur tanaman lebih panjang. Namun hal ini dapat ditutupi dengan budidaya
ikan nila yang dapat dipanen selama 4-5 bulan. Pemanfaatan benih lokal juga dapat
memenuhi kebutuhan beras lokal yang masih kurang.
3. Tindak Lanjut
Hasil dari kegiatan ini memberikan cara pandang positif bagi semua lapisan
masyarakat. Di mana budidaya minapadi dapat diterapkan di kabupaten Ketapang dengan
melakukan teknis-teknis budidaya yang tepat. Harapannya kegiatan ini dapat diterapkan di
kecamatan lain dengan persiapan yang sudah dipertimbangkan.
4. Catatan Penting
Berdasarkan surat perjanjian kerjasama pada periode kedua, YIARI memiliki
tanggung jawab dalam memfasilitasi pembudidaya dalam pembuatan Akte Notaris atau
Surat Keputusan Kelompok minapadi. Namun hal ini tidak dapat terlaksana karena tidak
terpenuhinya persyaratan untuk terbentuknya sebuah kelompok. Adapaun persyaratan yang
tidak terpenuhi tersebut adalah anggota dan pengurus hanya 5 orang sedangkan syarat
kelompok harus memiliki anggota dan pengurus minimal 10 orang. Kesepakatan bahwa
pembudidaya secara sadar, lapang dada dan tanpa paksaan dapat menerima tidak
terlaksananya pembuatan Akte atau SK Kelompok tersebut dibuktikan dengan berita acara
evaluasi kegiatan (Lampiran 4).
Aplikasi ekstrak cabe, bawang putih dan tembakau sebagai pestisida nabati untuk ulat
Perhitungan bulir pada fase pengisian untuk prediksi hasil panen GKP
Ukuran ikan nila hasil panen ke-1 (kiri) dan panen ke-2 (kanan) pada periode II