STRATEGI PEMASARAN
Rumput laut merupakan salah satu produk perikanan yang saat ini telah banyak
dibudidayakan di Indonesia. Ekspor rumput laut di Indonesia cenderung mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut seluas
1.110.900 hektar, tetapi hingga saat ini pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan
lahan seluas 222.180 hektar (20 persen dari luas area potensial), padahal tanaman ini dapat menjadi
komoditas utama dalam program revitalisasi perikanan (Rangkuti, 2009). Keunggulan itu antara
lain peluang ekspornya masih terbuka luas, harganya relatif stabil, serta belum ada kuota
perdagangan (Fajar, 2008). Namun demikian, dilihat dari sisi volume, perdagangan rumput laut
tahun 2005 – 2009 didominasi oleh rumput laut kering sebagai bahan baku (raw material) industri
pengolahan, sedangkan ekspor dalam bentuk produk olahan hanya menyumbang devisa dalam
jumlah kecil.
Produk olahan rumput laut yang terkenal di pasaran antara lain adalah karaginan, semi
refine karaginan, alginat, dan tepung agar. Indonesia telah memiliki beberapa pabrik pengolahan
rumput laut seperti P.T. Surya Indoalgas, P.T. Gumindo Perkasa Ind., P.T. Asia Sumber Laut
Indonesia dan lain-lain. Namun keadaan pasar lokal saat ini sebagian besar dipenuhi oleh produk
impor. Produk olahan dari rumput laut banyak dibutuhkan sebagai bahan baku dalam industri
makanan dan farmasi dengan kuantitas yang terus meningkat tiap tahunnya, sehingga perlu dibuat
tambahan pabrik pengolahan rumput laut seperti pabrik semi refine karaginan di Indonesia sehingga
dapat mengurangi produk impor. Pendirian pabrik semi refine karaginan di Indonesia perlu
dilakukan dengan alasan sebagai berikut:
1. Adanya bahan baku yang cukup untuk pembuatan karaginan berskala komersial.
2. Dalam rangka pembelajaran teknologi.
3. Penghematan penggunaan devisa negara.
4. Membuka lapangan kerja baru.
5. Peningkatan kemampuan ekonomi daerah.
1
1.2. Kapasitas Produksi
Pada pemilihan kapasitas produksi, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Bahan baku utama pembuatan karaginan adalah rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii
atau lebih sering dikenal dengan nama Eucheuma cottoni. Eucheuma cottoni termasuk jenis rumput
laut yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Eucheuma cottonii tumbuh di terumbu karang
dangkal sampai kedalaman 6 m, melekat di batu karang, cangkang kerang dan benda keras lainnya.
Namun saat ini masyarakat telah banyak membudidayakan dengan cara diikat pada tali sehingga
tidak perlu melekat pada substrat karang atau benda lainnya (Jana, 2006). Pada tahun 2011 produksi
Eucheuma cottonii kering Indonesia mencapai 4.305.027 ton. Namun sebagian besar masih dijual
dalam bentuk kering tanpa pengolahan lebih lanjut sehingga peluang pengolahan kappa seaweed
menjadi semi refine karaginan masih terbuka lebar. Produksi rumput laut Indonesia tahun 2006 –
2011 disajikan pada gambar 1.1 berikut ini :
Dari gambar 1.1 didapat persamaan garis untuk produksi rumput laut di Indonesia yaitu y=
546923,8571x - 1095961730. Pabrik semi refine karaginan ini diperkirakan akan berdiri pada tahun
2016, sehingga didapat perkiraan produksi rumput lautnya adalah 6.636.765,91 ton. Dengan
produksi rumput laut yang semakin meningkat ini sangat menjamin keberlangsungan pabrik semi
refin karaginan untuk kedepannya.
2
Didapatkan data yang menunjukkan bahwa kebutuhan impor semi refine karaginan di
Indonesia semakin meningkat, sehingga masih diperlukan banyak semi refine karaginan.
Tabel 1.1. Kebutuhan Ekspor dan Impor Semi Refine Karaginan di Indonesia
Sedangkan ekspor semi refine karaginan dari Indonesia ke luar negri pada tahun 2007 adalah
sebesar 1.627.823 Kg, dengan nilai transaksi 9.363.223 US$.
Indonesia memiliki beberapa pabrik pengolahan semi refine karaginan, seperti P.T. Surya
Indoalgas, C.V. Cahaya Cemerlang, dan P.T. Asia Sumber Laut Indonesia. Menurut Viktor, forum
Bifos Indonesia telah menargetkan peningkatan jumlah pabrik di seluruh Indonesia tahun 2012
sebanyak 200 pabrik berskala kecil. Kini, jumlah pabrik seluruh Indonesia sebanyak 26 berukuran
menengah dan besar. Pabrik berskala kecil dengan output 1-2 ton per hari akan dipergunakan untuk
menghasilkan semi refine karaginan dan agar-agar. "200 pabrik skala kecil itu akan ditempatkan di
kecamatan sebagai sentra minapolitan rumput laut. Jika sudah beroperasi, maka ekspor rumput laut
gelondongan atau RDC (raw dried cottonii) sudah bisa kita tutup." tegas Viktor. Walaupun
kebutuhan domestik yang dipenuhi oleh impor menunjukkan angka yang cukup tinggi, perancangan
pabrik semi refine karaginan ini lebih mengarah pada kapasitas kecil, yaitu satu ton per hari atau
350 ton pertahun. Kapasitas ini diharapkan sesuai untuk industri kecil yang baru dirintis dengan
modal yang tidak terlalu besar.
Penentuan lokasi pabrik sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan kelangsungan
produksi suatu pabrik dan lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik semi refine karaginan ini
adalah Sumenep, Madura, Jawa Timur. Beberapa hal yang mendorong dipilihnya lokasi tersebut
adalah sebagai berikut:
3
1. Bahan Baku dan Produk
Bahan baku utama yaitu rumput laut Eucheuma cottoni memiliki berat yang lebih besar
daripada produk hasil, yaitu semi refine karaginan, sehingga dapat dikategorikan sebagai proses
weight loss (pengurangan berat), berdasarkan pertimbangan sebelumnya, proses weight loss
lebih baik mendekati supply bahan baku, agar biaya transportasi dapat ditekan seminimal
mungkin. Sumenep merupakan daerah penghasil rumput laut terbesar di pulau Jawa. Produksi
rumput laut di Sumenep pada tahun 2011 mencapai 533.706,37 ton.
2. Transportasi
Pengiriman bahan baku dan distribusi produk dilakukan melalui jalur darat dan laut. Daerah
Sumenep memiliki transportasi darat dan laut yang baik dan mudah dicapai sehingga proses
transportasi dapat ditangani dengan baik.
3. Daerah Pemasaran
Lokasi pabrik yang berdekatan dengan bahan baku sesuai dengan sifat proses yaitu weight
loss, sehingga biaya transportasi akan semakin efisien. Sumenep juga terletak tidak jauh dengan
kota besar di Jawa Timur seperti Surabaya sehingga akan mempengaruhi harga jual produk dan
lamanya waktu pengiriman. Produk semi refine karaginan dapat mudah dipasarkan untuk
memenuhi kebutuhan di pulau Jawa dan sekitarnya.
Wilayah ini cukup dekat dengan laut dan mempunyai sumber air yang cukup baik. Juga
adanya sumber bahan bakar dan energi yang mencukupi bagi unit utilitas pabrik.
Sumenep memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Lokasi pabrik berdekatan dengan
daerah pemukiman penduduk sehingga mempermudah perekrutan tenaga kerja.
6. Pembuangan Limbah
Sumenep berada dekat dengan beberapa sungai sehingga pembuangan limbah dapat
dilakukan ke sungai tersebut. Namun, dalam pembuangan limbah ini adalah limbah yang telah
diolah dan tidak merusak lingkungan.
7. Kebijakan pemerintah
4
Pemberlakuan otonomi daerah memberi iklim yang cukup kondusif bagi investor untuk
menanamkan modalnya bagi peningkatan pemasukan bagi daerah tersebut dinilai cukup baik.
Pemerintah daerah juga terus menggenjot peningkatan budidaya rumput laut dengan berbagai
bantuan sosial.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan semi refine karaginan adalah rumput laut
yang bersal dari kelas Rhodophyceae (alga merah), yaitu jenis Kappaphycus alvarezii. Dalam
perdagangan internasional Kappaphycus alvarezii lebih dikenal dengan sebutan Eucheuma cottonii.
Marga Eucheuma memerlukan lingkungan hidup berupa substrat yang tidak lunak, tapi
tidak terlalu keras (seperti pasir dan pecahan karang), serta memerlukan gerakan air sedang dan
salinitas 23-34 ppt. Gerakan air yang kuat dapat menyebabkan thallus-nya patah dan air yang
stagnan dapat menyebabkan kematian. Puncak laju fotosintesa rumput laut Eucheuma cottonii
terjadi pada intensitas cahaya yang tinggi dengan suhu antara 20-28°C. Diameter normalnya adalah
sekitar 20-30 cm, namun yang paling besar dapat memiliki diameter hingga satu meter.
Komoditi rumput laut mempunyai nilai strategis karena bersifat cepat menghasilkan (quick
yielding), yaitu dalam waktu 45 hari sudah dapat dipanen. Rumput laut yang biasa digunakan oleh
industri semi refine karaginan adalah rumput laut kering asin, namun apabila ingin menggunakan
rumput laut basah langsung dari laut, juga tidak menjadi masalah.
I.4.2. Karaginan
Karaginan merupakan molokul besar galaktan yang terdiri dari 100 lebih residu galaktosa
sebagai unit-unit utamanya. Residu-residu galaktosa tersebut berikatan dengan ikatan α (1→3) dan
ikatan β (1→4) secara bertukar-tukar (cPKelco ApS, 2000). Berdasarkan struktur pengulangan unit
polisakarida, karaginan dapat dibagi menjadi tiga fraksi utama yaitu k-(kappa), λ-(lambda), dan i-
(iota) karaginan. Secara prinsip fraksi-fraksi karaginan ini berbeda dalam nomor dan posisi grup
ester.
5
spinosum banyak digunakan karena kandungan kappa dan iota karaginannya. Selain digunakan
sebagai bahan baku untuk produk makanan, juga digunakan sebagai bahan baku produk bukan
makanan. Beberapa produk yang menggunakan karaginan sebagai bahan baku beserta fungsinya
masing masing adalah :
Bahan makanan
Pasta gigi : Sebagai pengental, memberikan rasa nyaman di mulut, dan agar
mudah dibilas
Proses produksi karaginan pada dasarnya terdiri atas proses penyiapan bahan baku,
pemisahan karaginan dari ekstraknya, pemurnian, pengeringan dan penepungan. Ekstraksi
karaginan dilakukan dengan menggunakan air panas atau larutan alkali panas (Food Chemical
Codex, 1981). Penggunaan alkali mempunyai dua fungsi, yaitu membantu ekstraksi polisakarida
menjadi lebih sempurna dan mempercepat eliminasi 6-sulfat dari unit monomer menjadi 3,6-
anhidro-D-galaktosa sehingga dapat meningkatkan kekuatan gel dan reaktifitas produk terhadap
protein. Suasana alkali dapat diperoleh dengan menambahkan larutan basa misalnya larutan NaOH,
Ca(OH)2 atau KOH sehingga pH larutan mencapai 9,0-9,6. Jumlah air yang digunakan dalam
ekstraksi sebanyak 30 sampai 40 kali dari berat rumput laut kering.
6
Pengeringan karaginan basah dapat dilakukan dengan menggunakan drum dryer. Karaginan
kering tersebut kemudian ditepungkan, diayak dan kemudian dikemas dalam wadah yang bertutup
rapat. Produk karaginan umumnya dikemas dalam double-decked plastic bag, dengan ukuran
kemasan 25 kg (eBigChina, 2002).
7
BAB II
DESAIN PROSES
Sifat Fisis
Sifat fisis jenis rumput laut E.cottonii ini adalah mempunyai thallus silindris, permukaan
licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning,
coklat atau abu abu. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Penampakan
thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing
memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai
arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Cabang-
cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus
mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Atmadja et al, 1995).
Sifat Kimia
Tabel 2.1 Komposisi kimia rumput laut E.cottonii
8
B. Kalium Hidroksida (KOH)
Sifat Fisis
o Berat Molekul : 56,10gr/mol
o Berwarna putih dan bersifat basa kuat
Sifat Kimia
o Larut dalam metanol, etanol, propanol dan air
o Digunakan dalam reaksi saponifikasi ester menghasilkan : KOH + RCO2R` → RCO2K` +
R`OH
o Digunakan sebagai elektrolit pada baterai alkalin
o Sering digunakan sebagai pembersih dan desinfektan pada permukaan yang tahan korosif
C. Air (H2O)
Sifat Fisis
o Wujud : Cair (Perry, 1999)
o Berat Molekul : 18,153 g/mol
o Densitas : 0,998 g/cm3 (pada 20°C)
o Titik Beku : 0°C
o Titik Didih : 100°C
Sifat Kimia
o Kapasitas Panas : 4,184 J/g.K
o Sifat fisis
o Berat Molekul antara 400-600 KDa, BM minimum 100 KDa
o Tersusun dari (1→3) D –dalaktosa-4 dan (1→4) 3,6 anhydro-D-galaktosa
o Viskositas ≥ 5 cps
o Stabil pada pH 5-9 (Larsen, 1996)
Sifat Kimia :
Semi refine karaginan terdiri dari campuran ester galaktan asam sulfat yang terlarut dalam
air atau garam polisakarida kompleks yang ditemukan di spesies tertentu dari tumbuhan laut dari
9
kelas Rhodophyceae, Chondrus crispus, Gigartinas stelata, Gigartina radula, Eucheuma striata,
Eusheuma Cottonii dan Eucheuma spinosum (Clifford H.G. Strong, 1975).
Proses pembuatan karaginan dapat dilakukan dengan ekstraksi menggunakan air panas
dalam suasana alkali dengan penambahan kalium hidroksida sampai mencapai pH reaksi 12-14.
Larutan alkali mempunyai dua fungsi yaitu membantu ekstraksi polisakarida dari rumput laut dan
berfungsi untuk mengkatalisis hilangnya gugus-6-sulfat dari unit monomernya dengan membentuk
3,6-anhidrogalaktosa.
Ekstraksi rumput laut jenis Eucheuma cottonii ini menggunakan larutan KOH dengan
volume air perebus sebanyak 40 kali berat rumput laut kering. Rumput laut tersebut dipanaskan
pada suhu 75°C selama 3 jam. Hasil ekstraksi kemudian dinetralkan sampai ph 7-9 lalu
dikeringkaan dan dikemas.
Terlampir
Gudang penyimpanan bahan baku adalah tempat penyimpanan bahan baku rumput laut
Eucheuma cottonii yang didapatkan dari petani rumput laut dengan permintaan sudah dikeringkan
dan dibersihkan. Gudang penyimpanan berbentuk rumah bertembok untuk menjaga bahan baku
10
agar tetap bersih dari impuritas serta terjaga kekeringannya. Bahan baku dari gudang penyimpanan
nantinya akan didistribusikan ke rotary cutter untuk pengecilan ukuran.
Rotary Cutter
Bahan baku dari gudang penyimpanan kemudian dibawa menuju rotary cutter yang letaknya
lebih tinggi dari bangunan gudang penyimpanan untuk memudahkan dalam pendistribusian menuju
ekstraktor yang menggunakan kerekan berkatrol sebanyak 207,68 kg. Bahan baku rumput laut
kemudian akan dipotong-potong dengan ukuran diameter produk yang dihasilkan sekitar 2 mm
yang bertujuan untuk memperluas luas permukaan yang bereaksi sehingga akan meningkatkan yield
dan kemudian akan didistribusikan kembali menuju ekstraktor dengan bantuan tenaga manusia
dengan pertimbangan kapisitas yang tidak terlalu besar yang masih bisa dilakukan oleh manusia.
Pembuatan larutan KOH 12 % terjadi pada tangki pelarutan KOH berbahan stainless steel
anti korosif dan dilengkapi dengan pengaduk supaya pelarutan bisa berjalan maksimal. Pada proses
ekstraksi dibutuhkan larutan KOH 12% sebanyak 40 kali dari jumlah bahan baku (8307,2 kg).
Pembuatan larutan KOH 12% menggunakan KOH dengan impuritas berupa air sebanyak 15% dan
kemurniannya 85% sehingga dibutuhan larutan KOH 1172,781176 kg dan air 7134,418824 kg yang
kemudian akan didistribusikan menuju ekstraktor menggunakan pompa.
Ekstraktor
Ekstraktor berfungsi sebagai tempat terjadinya proses ekstraksi rumput laut dengan larutan
KOH 12% yang akan menghasilkan produk semi refined karaginan dengan rendemen 63,84% dari
jumlah rumput laut yang digunakan. Ekstraktor yang digunakan berbahan stainless stell anti korosif
yang dilengkapi dengan jaket pemanas yang sumber panasnya berasal dari steam serta pengaduk
agar distribusi konsentrasi dan suhu lebih merata. Larutan KOH 12% sebanyak 8307,2 kg dari
tangki pelarutan kemudian dipanaskan pada ekstraktor hingga 75°C yang kemudian akan
dicampurkan dengan rumput laut hasil pemotongan rotary crusher dan proses ekstraksi dimulai.
Proses ekstraksi dilakukan dalam keadaan tertutup dan prosesnya batch. Hasil ekstraksi yang
dihasilkan sekitar 132,58 kg yang kemudian dikeluarkan dari ekstraktor dan diangkut dengan
bucket elevator menuju ke tangki penetralan.
11
Tangki Penetralan
Hasil ekstraksi dari ekstraktor yang sudah berupa semi refined karaginan kemudian
dinetralkan sampai pH mencapai 7-9 dengan cara dibilas menggunakan air pada tangki penetralan.
Jumlah air yang dibutuhkan dalam penetralan adalah 3181,92 kg, 24 kali berat produk semi refined
karaginan dari hasil ekstraksi yang hasilnya kemudian akan didistribusikan menuju rotary dryer
dengan bantuan manusia.
Rotary Dryer
Hasil dari penetralan kemudian dikeringkan untuk dihilangkan kadar airnya menggunakan
rotary dryer pada suhu 150° C sampai produk mengeras dan berbentuk chip-chip, kadar air minimal
pada produk adalah 14,5838 kg, 11% dari berat semi refined karaginan. Hasil pengeringan berupa
chip-chip kemudian dipacking dan disimpan di gudang penyimpanan produk.
F1 F2
F3 TANGKI
F4 PELARUTAN KOH F5
12
Masuk (Kg/3Jam) Keluar (Kg/3Jam)
Komponen
F3 F4 F5
KOH 996,864 996,86
H2O 175,9171765 7134,418824 7310,34
Total 8307,2 8307,2
3. Unit Ekstraktor
F2 F6
EKSTRAKTOR
F5 F7
F7 F9
TANGKI
F8 PENETRALAN F10
13
6. Unit Rotary Dryer
F11
ROTARY
F10 F12
DRYER
Karbohidrat 180,2719722 0
SRC 0 1804,079444
14
Panas yang dibutuhkan Extraktor
Q = Qkeluar – Qmasuk
Digunakan steam jenuh pada T=120 °C, tekanan 198,54 kPa= 1,96 atm,
Q = Qkeluar – Qmasuk
Digunakan steam jenuh pada T=150 °C, tekanan 476 kPa= 4,7 atm,
Pabrik karaginan dari rumput laut ini diletakkan di dalam ruangan (indoor), mengingat
kebutuhan akan sterilitas (kebersihan) dan menghindari pengaruh cuaca.
Layout pabrik adalah kedudukan dari bagian pabrik yang terdiri dari tempat karyawan
bekerja, tempat peralatan, tempat penyimpanan bahan baku, tempat penyimpanan produk. Layout
15
pabrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga penggunaan area yang tersedia dapat efisien dan
proses produksinya dapat berjalan dengan lancar. Jadi dalam penentuan tata letak pabrik harus
dipikirkan penempatan alat-alat produksi sehingga keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi
karyawan dapat dipenuhi.
Selain peralatan yang tercantum dalam flow sheet proses, beberapa bangunan fisik seperti
kantor, laboratorium, bengkel, tempat ibadah, poliklinik, MCK, kantin, fire safety, pos penjagaan
dan sebagainya hendaknya ditempatkan pada bagian yang tidak mengganggu jalannya proses,
ditinjau dari lalu lintas barang, kontrol, dan keamanan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik adalah :
Perluasan pabrik harus sudah direncanakan sejak awal sehingga masalah kebutuhan akan
tempat tidak akan timbul di masa depannya. Area yang khusus harus dipersiapkan untuk dipakai
tempat perluasan pabrik, penambahan peralatan untuk menambah kapasitas, maupun pengolahan
produk.
2. Keamanan
Penentuan tata letak pabrik harus memperhatikan masalah keamanan, apabila terjadi hal-hal
seperti kebakaran, ledakan, kebocoran gas beracun dapat ditanggulangi secara tepat. Oleh karena itu
ditempatkan alat-alat pengamanan seperti hidrant, penampungan air yang cukup, alat penahan
ledakan dan alat sensor gas beracun. Tangki penyimpanan bahan baku atau produk yang berbahaya
diletakkan pada tempat khusus sehingga dapat dikontrol dengan baik.
Pemakaian tempat harus disesuaikan dengan area yang tersedia apabila harga tanah cukup
tinggi maka pemakaian lahan haruslah efisien.
Pemasangan dan distribusi yang baik dari gas, steam, dan listrik serta utilitas lainnya akan
membantu proses produksi dan perawatannya. Penempatan alat-alat kantor diatur sedemikian rupa
agar karyawan mudah mencapainya dan dapat menjamin kelancaran operasi serta memudahkan
perawatannya.
Alat-alat proses perlu diletakkan pada jarak yang teratur dan nyaman sesuai dengan
karakteristik alat dan bahan sehingga kemungkinan bahaya kecelakaan dapat dihindarkan. Sebagian
besar gerakan bahan cairan dan gas di plant menggunakan piping dan harus memperhatikan
regulasi yang tepat dalam desain. Letak alat proses diusahakan tidak terlalu dekat atau terlalu jauh
untuk mempermudah pengangkutan dan perbaikan.
Secara umum, garis besar tata letak pabrik ini dibagi menjadi beberapa daerah utama, yaitu :
Daerah ini merupakan pusat kegiatan administrasi perusahaan yang mengatur kelancaran
operasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Daerah ini ditempatkan di bagian depan pabrik agar kegiatan
administrasi tidak mengganggu kegiatan dan keamanan pabrik serta harus terletak jauh dari areal
proses yang berbahaya.
c. Daerah Proses
Merupakan pusat proses produksi di mana alat-alat proses dan pengendali proses
ditempatkan. Daerah proses ini terletak di bagian tengah pabrik yang lokasinya tidak mengganggu.
Letak aliran proses direncanakan sedemikian rupa sehingga memudahkan pemindahan bahan baku
dari tangki penyimpanan dan pengiriman produk ke daerah penyimpanan serta memudahkan
pengawasan dan pemeliharaan terhadap alat-alat proses. Daerah proses ini diletakkan minimal 15
meter dari bangunan-bangunan atau unit-unit lain.
17
Laboratorium dan ruang kontrol sebagai pusat pengendali proses, kualitas dan kuantitas
bahan yang akan diproses serta produk yang akan dijual. Daerah laboratorium merupakan pusat
kontrol kualitas bahan baku, produk dan limbah proses, sedangkan daerah ruang kontrol merupakan
pusat kontrol berjalannya proses yang diinginkan (kondisi operasi baik tekanan, temperatur dan
lain-lain yang diinginkan). Laboratorium dan ruang kontrol ini diletakkan dekat daerah proses
sehingga apabila terjadi sesuatu masalah di daerah proses dapat cepat teratasi.
e. Daerah Pemeliharaan
Daerah pemeliharaan merupakan tempat penyimpanan suku cadang alat proses dan untuk
melakukan perbaikan, pemeliharaan atau perawatan semua peralatan yang dipakai dalam proses.
Daerah ini terdiri dari area penyimpanan bahan baku dan produk yang terletak di lingkungan
terbuka dan berada di dalam daerah yang dapat terjangkau oleh angkutan pembawa bahan baku dan
produk. Daerah ini biasanya ditempatkan di dekat areal proses supaya suplai bahan baku proses dan
penyimpanan produk lebih mudah.
g. Daerah Utilitas
Daerah ini merupakan tempat untuk penyediaan keperluan yang menunjang berjalannya
proses produksi berupa penyediaan air, steam, listrik. Daerah ini ditempatkan dekat dengan daerah
proses agar sistem pemipaan lebih ekonomi, tetapi mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan maka
jarak antara areal utilitas dengan areal proses harus diatur (sekitar 15 m).
Adapun perincian bangunan pabrik dan luas tanah dapat dilihat sebagai berikut:
18
5 Taman 120
6 Safety department 60
7 Laboratorium 70
8 Kantor 200
9 Kantin 80
10 Storage Bahan Baku 20
11 Bengkel 100
12 Ruang Kontrol 60
13 Daerah Proses 400
14 Storage Produk 60
15 Unit Utilitas 60
16 Unit Pengolahan Limbah 70
17 Daerah Perluasan 300
18 Jalan Dalam Pabrik 180
19
Keterangan
1. Jalan Raya 10. Storage Bahan Baku
2. Pos Jaga 11. Bengkel
3.Tempat Parkir 12. Ruang Kontrol
4. Musholla 13. Daerah Proses
5. Taman 14. Storage Produk
6. Safety Department 15. UnitUtilitas
7. Laboratprium 16.Unit Pengolahan Limbah
8. Kantor 17. Daerah Peruhaan
9. Kantin 18. Jalan Dalam Pabrik
Dalam perencanaan tata letak peralatan proses pada pabrik ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1. Arah Angin
Penempatan peralatan proses harus memperhatikan arah angin. Peralatan yang harus
diletakkan di bagian upwind pabrik (berlawanan dengan arah angin) adalah semua peralatan yang
dapat menumpahkan zat-zat yang mudah terbakar dan unit pengelolaan limbah. Sedangkan
peralatan yang diletakkan di bagian downwind pabrik (searah dengan arah angin) adalah
perkantoran, laboratorium, control room, tangki penyimpan (storage) yang menampung bahan-
bahan yang tidak beracun, tidak berbahaya dan tidak mudah terbakar, bengkel, kantin, mesjid, dan
tempat parkir.
2. Cahaya
Penerangan seluruh pabrik harus memadai, dan pada tempat-tempat proses yang berbahaya
atau beresiko tinggi perlu diberikan penerangan tambahan.
Dalam perancangan tata letak peralatan proses, perlu diperhatikan agar pekerja dapat
mencapai seluruh alat proses dengan cepat dan mudah. Supaya apabila terjadi gangguan pada alat
proses dapat segera diperbaiki. Selain itu keamanan pekerja selama menjalankan tugasnya perlu
mendapatkan prioritas utama.
20
4. Lalu lintas alat berat
Hendaknya diperhatikan jarak antar alat dan lebar jalan agar seluruh alat proses dapat
dicapai oleh pekerja dengan cepat dan mudah supaya jika terjadi gangguan alat proses dapat segera
diperbaiki.
5. Perhitungan ekonomi
Dalam menempatkan alat-alat proses pada pabrik diusahakan agar dapat menekan biaya
operasi dan menjamin kelancaran serta keamanan produksi, sehingga dapat menguntungkan dari
segi ekonomi.
Untuk alat proses yang mempunyai suhu dan tekanan operasi tinggi, sebaiknya dipisahkan dari alat
proses lainnya, sehingga apabila terjadi ledakan atau kebakaran pada alat tersebut tidak
membahayakan alat-alat proses lainnya.
21
BAB III
PERANCANGAN ALAT
Volume gudang : p x l x t = 2t x 2t x t = 4
Tinggi gudang :√ = √ = 2, 17 m
22
Luas gudang : 18,84 m2
Fungsi : untuk membuat larutan KOH dari bahan baku KOH 85%
Jenis : Tangki berpengaduk flat six blade open turbine dengan tutup dan alas ellipsoidal
Ukuran tangki
Perbandingan tinggi tangki dengan diameter tangki (Hs:D) = 1:1 (tangki berpengaduk)
Tutup dan alas tangki bebrbentuk ellipsoidal dengan ratio axis major terhadap minor 2:1, sehingga:
Vt= Vs + Vh
Vt= x D3 + x D3
Tekanan Desain
Volume tangki (Vt) : 10,79936 m3
23
Volume bahan (Vf) : 8,3072 m3
Tinggi tangki (Ht) : 2,903 m
Tinggi bahan dalam tangki : = = 2,23 m
Allowabble working stress (S) = 16250 lb/in2 (Brownell & Young, 1959)
Dimana, d adalah tebal dinding tangki bagian silinder (in), P adalah tekanan desain (psi), R
adalah jari-jari dalam tangki (in), S adalah stress yang diizinkan dan E adalah efisiensi pengelasan.
Dengan diameter tangki 2,2 m atau 86,61 in, maka R adalah 43,305 in.
(d) = ( ) (
+ (0,0042 x 20) = 0,16 in
)
Pengaduk
Efisiensi : 85%
Nre (Impeler) =
25
=
= 37867,11151
Untuk mendapatkan nilai Np, plot nilai Nre pada garis reference no.1 (Turbine with six
blade)
Didapatkan Np : 3.8
(Geankoplis, fig 3.4 -4, hal 145))
Menghitung Nre dan Np
Kebutuhan tenaga pengaduk dapat dihitung dari persamaan dibawah ini :
P=
26
Tinggi tempat yang dituju bahan : 7,62 m
Volume bahan : 0,131 m3
Faktor kelonggaran : 30%
Volume bucket : 130% x 0,131 m3 = 0,181 m3
Energi yang dikeluarkan kerekan :
m.g.h = 207,68 kg.10 m/s2.7,62 m = 15825,2 Nm
Power yang dibutuhkan:
P= W/s = 15825,2 Nm / 120 s = 131,877 Nm/s = 131,877 W = 0,177 Hp
3.1.2. Crusher
Jumlah : 1 unit
Perhitungan Daya
Pemecahan primer dilakukan dengan ukuran produk yang dihasilkan ukuran (D) = 2 mm
27
Daya yang digunakan adalah (Peters et,al.,2004)
P = 0,3 x ms x R
= 15.909,6 W
= 21.334,8 HP
Ukuran tangki
Tutup dan alas tangki bebrbentuk ellipsoidal dengan ratio axis major terhadap minor 2:1, sehingga:
Vt= Vs + Vh
Vt= x D3 + x D3
28
Diameter Tangki (D) :√ =√ = 2,19m
Tekanan Desain
Volume tangki (Vt) : 11,069 m3
Volume bahan (Vf) : 8,515 m3
Tinggi tangki (Ht) : 2,93 m
Tinggi bahan dalam tangki : = = 2,25 m
Allowabble working stress (S) = 16250 lb/in2 (Brownell & Young, 1959)
Dimana, d adalah tebal dinding tangki bagian silinder (in), P adalah tekanan desain (psi), R
adalah jari-jari dalam tangki (in), S adalah stress yang diizinkan dan E adalah efisiensi pengelasan.
Dengan diameter tangki 2,19 m atau 86,42 in, maka R adalah 43,21 in.
(d) = ( ) (
+ (0,0042 x 20) = 0,1162 in
)
Pengaduk
Efisiensi : 85%
30
1 lbf.s/ft2= 47 Ns/m2
= 0.00672 lbf.s/ft2
Menghitung tenaga pengaduk
Nre (Impeler) =
=
= 38521,29938
Untuk mendapatkan nilai Np, plot nilai Nre pada garis reference no.1 (Turbine with six
blade)
Didapatkan Np : 6
(Geankoplis, fig 3.4 -4, hal 145))
Menghitung Nre dan Np
Kebutuhan tenaga pengaduk dapat dihitung dari persamaan dibawah ini :
P=
RINGKASAN EKSTRAKTOR
Kode : EX
Fungsi : Mereaksikan karbohidrat dengan KOH dan menghasilkan semi refined karagenan
Type : Batch Reaktor berpengaduk flat six blade turbine with disk berjaket pemanas
Bahan konstruksi : stainless stell dengan spesifikasi tipe 304 grade 3 (SA-167)
Jumlah : 1 buah
Diameter : 2,195 m
Tinggi Tangki : 2,92 m
Tinggi Tutup Tangki : 0,366 m
Tekanan desain : 20,59 psi
Power Motor Pengaduk : 0,525 Hp
Tebal Jaket : 0,82 m
Kondisi Operasi :
33
D2= ft
D2 = ft
D = 2,11 ft = 0,64 m
Nt = = = 4,5
N= =
N = 10,56 rpm
c. Menghitung Tenaga Dryer
Hp = 5 + (0,11 x L x D)
Hp = 5 + (0,11 x 11,89 x 0,64)
Hp = 7,76 Hp
d. Menghitung Overall Heat Transfer Area
UD = (10. G0,16)/D
UD = ( 10 x 350,020,16)/ 0,64
UD = 12,1 Btu/lb.ft2.oF
e. Menentukan Jumlah Flight
Range Jumlah Flight 2D – 3,5D
34
Diambil 3D (untuk diameter > 2 ft)
Jumlah flight = 3x D = 3x 0,64 = 6,33 = 7 buah
Ф=
Keterangan :
L = panjang fiber, ft
S = slope drier, ft/ft dengan range 0-0,08 ft/ft
Ditetapkan Srata-rata = 0,05 ft/ft
N= jumlah putaran drier
D = diameter drier
F = feed rate
( )
F= = = 211,15 lb/jam.ft
( ) ( )
Ф=Ф= = ( )
Ф = 11,72 menit
Waktu tinggal =
= 0,74 jam
35
= 44,52 menit
Resume Rotary Dryer
Kode : RD-01
Fungsi : Untuk mengeringkan semi rifined karaginan
Tipe : Rotary Dryer Batch
Bahan Konstruksi : Carbon steel
Diameter dryer : = 0,64 m
Panjang Dryer : = 3,62 m
Jumlah putaran :10,56 rpm
Time of passage : 11,72 menit
Overall heat heat transfer area : 12,1 Btu/lb.ft2.oF
Jumlah flight : 7
Waktu tinggal : 44,52 menit
Tenaga Rotary Dryer : 7,76 Hp
36
BAB IV
UNIT PENDUKUNG PROSES
Unit pendukung proses sering disebut dengan unit utilitas yang merupakan bagian penting
untuk menunjang berlangsungnya suatu proses dalam pabrik. Pada suatu industri kimia, untuk
menjalankan suatu proses produksi diperlukan suatu bahan baku dan bahan penolong serta
bahan penunjang seperti steam, listrik, air, bahan bakar, udara tekan dan lain sebagainya.
Pada perancangan pabrik Karageenan dengan bahan baku rumput laut basah, , isopropyl
alcohol, Ca(OH)2, dan air, utilitas yang diperlukan meliputi:
4.1.1. Unit Penyediaan dan Pengolahan Air
4.1.2. Unit Pembangkit Tenaga Listrik
4.1.3. Unit Pengadaan Bahan Bakar
4.1.4. Unit Pembangkit Udara Tekan
4.1.5. Unit Pengolahan Limbah
37
a. Tidak mengandung zat organik maupun anorganik
b. Tidak beracun
Syarat bakteriologis:
Tidak mengandung bakteri – bakteri, terutama bakteri patogen
2. Air Proses
Air proses digunakan sebagai air umpan proses yaitu pada ekstraktor sebagai pelarut Ca(OH)2
dan sebagai air pencuci rumput laut basah stelah keluar dari tanki penyimpanan menuju. Dan
juga sebagai makeup water pada evaporator untuk menggantikan kehilangan air selama proses
evaporasi.
39
A. Kebutuhan Air untuk Proses
Kebutuhan air peralatan proses pada pabrik Karageenan dengan kapasitas 350 ton/tahun
adalah :
-air untuk pencucian = 4066 kg/jam
- ekstraktor = 62195,7 kg/jam
Sehingga kebutuhan air proses adalah sekitar 66261,7 kg./jam
Diperkirakan air yang hilang sekitar 20 %. Jadi make-up air sebanyak 13252 kg./jam Jadi
total kebutuhan air untuk proses adalah 79514,04 kg/jam.
B. Kebutuhan Air untuk Perkantoran dan Laboratorium
Kebutuhan air untuk perkantoran dan laboratorium dapat diperkirakan sebagai berikut :
Air untuk karyawan kantor
Kebutuhan air untuk karyawan = 40 liter /orang/hari (Linsley, hal 93)
Sehingga untuk 20 orang diperlukan air sebanyak
40 x 20 = 800 liter/hari = 0,8 m3/hari
Air untuk laboratorium
Diperkirakan kebutuhan air untuk laboratorium sebanyak 2,5 m3/hari
Air untuk pembersihan dan pertamanan
Diperkirakan kebutuhan air untuk pembersihan dan pertamanan sebanyak 10 m3/hari
Total kebutuhan air bersih = 13,3 m3/hari
4.2. Unit Penyediaan Listrik
Untuk memenuhi kebutuhan listrik digunakan listrik dari PLN dan untuk menghindari
gangguan bila sewaktu - waktu listrik padam digunakan emergency generator. Generator yang
digunakan adalah generator arus bolak-balik yaitu berdasarkan pertimbangan :
Tenaga listrik yang dihasilkan cukup besar
Tegangan dapat dinaikkan dan diturunkan sesuai dengan kebutuhan dengan
menggunakan transformator.
Generator AC yang digunakan jenis generator 3 Phase yang mempunyai keuntungan :
Tegangan listrik stabil
Daya kerja lebih besar
Kawat penghantar yang digunakan sedikit
Motor 3 phase harganya relatif lebih murah dan sederhana
40
1. Listrik untuk keperluan proses dan untuk keperluan pengolahan air
2. Listrik untuk penerangan dan AC
3. Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi
1. Kebutuhan listrik untuk keperluan proses dan keperluan pengolahan air.
Kebutuhan listrik untuk peralatan proses dapat dilihat seperti pada tabel 4.1. berikut :
Tabel 4.1. Kebutuhan listrik untuk peralatan proses
No. Kode Nama alat Hp
1 CR-01 Crusher 18,345
2 EX Extraktor 6
3 RD Rotary Drier 5,004
Total 40,3
41
Tabel 4.3. Kebutuhan Listrik untuk Penerangan
Nomor Lokasi Luas (m2) Jumlah Lampu Watt
1 Jalan Raya 200 10 400
2 Pos Jaga 40 3 120
3 Parkir * 150 3 300
4 Musholla 110 5 200
5 Taman * 200 4 400
6 Safety Departement 110 5 200
7 Laboraturium 150 7 280
8 Kantor 250 10 400
9 Kantin * 110 3 300
10 Storage Bahan Baku 200 8 320
11 Bengkel 250 10 400
12 Ruang Kontrol 100 5 200
13 Daerah Proses* 1000 10 1000
14 Storage Produk 150 7 280
15 Unit Utilitas * 200 4 400
16 Unit Pengolahan 150 7 700
Limbah*
17 Daerah Perluasan* 1000 5 500
18 Jalan Dalam Pabrik 300 10 400
TOTAL 4670 197 7880
42
= 6,8 kW
Listrik untuk AC diperkirakan sebesar 4000 watt = 4 kW
1. Keperluan laboratorium dan Instrumentasi
Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi diperkirakan sebesar 20 kW.
2. Listrik untuk bengkel dan pemeliharaan diperkirakan sebesar 25 kW
43
4.4. Unit Pengadaan Bahan Bakar
Untuk menjalankan generator tersebut, digunakan bahan bakar :
a. Jenis bahan bakar = Solar
b. Heating value = 19440 Btu/lb
c. Efisiensi = 80 %
d. Density = 54,26 lb/ft3
e. S.g = 0,8691
f. Kapasitas input generator = 250 kW
= (250000/0,0294) Btu/jam
= 8503401 Btu/jam
g. Kebutuhan Solar = 8503401/(0,8 x 0,8691 x 19440) Lb/jam
= 629 lb/jam
= 11,6 ft3/jam
44
4.6. Unit Pengolahan Limbah
Limbah dari suatu pabrik harus diolah sebelum dibuang ke badan air atau
atmosfer, karena limbah tersebut mengandung bermacam-macam zat yang dapat
membahayakan alam sekitar maupun manusia itu sendiri. Demi kelestarian lingkungan hidup,
maka setiap pabrik harus mempunyai unit pengolahan limbah.
A. Limbah Cair
Sumber-sumber limbah cair pabrik pembuatan Kappa Karagenan ini meliputi:
1. Limbah proses akibat zat-zat yang terbuang, bocor atau tumpah seperti, larutan Ca(OH)2,
larutan isopropanol dan air sisa.
2. Limbah cair hasil pencucian peralatan pabrik. Limbah ini diperkirakan
mengandung kerak dan kotoran-kotoran yang melekat pada peralatan pabrik.
3. Limbah domestik
Limbah ini mengandung bahan organik sisa pencernaan yang berasal dari kamar mandi di
lokasi pabrik, serta limbah dari kantin berupa limbah padat dan limbah cair.
4. Limbah laboratorium
Limbah yang berasal dari laboratorium ini mengandung bahan-bahan kimia yang digunakan
untuk menganalisa mutu bahan baku yang dipergunakan dan mutu produk yang
dihasilkan, serta yang dipergunakan untuk penelitian dan pengembangan proses.
1. Oil separator
Limbah cair dialirkan dalam air separator untuk memisahkan limbah dari minyak secara
fisika berdasarkan perbedaan berat jenis. Minyak akan dialirkan dalam oil tank dan jika penuh
akan dibuang dan kemudian dibakar. Sedangkan limbah yang tidak mengandung limbah yang
tidak mengandung minyak dialirkan kedalam bak ekualisasi.
2.Ekualisasi
Limbah yang telah dipisahkan dari minyak dialirkan kedalam bak ekualisasi dan dicampur
agar homogen untuk mengekualisasi beban pengolahan limbah pada tahap selanjutnya.
3.Netralisasi
Sebelum menuju tahap pengolahan limbah selanjutnya, limbah harus berada pada kondisi
pH netral agar padatan dalam limbah bisa diendapkan pada tahap berikutnya yaitu tahap flokulasi
dan koagulasi. Apabila kondisi pH asam maka ditambahkan NaOH, sebaliknya apabila kondisi pH
45
basa maka ditambahkan H2SO4. Penambahan zat penetral ini dilakukan secara otomatis oleh
dozing pump yang telah dilengkapi dengan indikator.
4.Koagulasi dan Flokulasi
Pada tahap in, dilakukan penambahan Poli Aluminium Cloride (PAC) dan Poli Electralic
Aionic (PEA) yang berfungsi untuk membentuk flok – flok berukuran besar. Selanjutnya disertai
dengan pengadukan yang sangat lambat.
5.Sedimentasi
Sedimentasi berfungsi untuk memisahkan limbah cair dari padatan – padatan yang
terkandung didalamnya. Flok – flok yang terbentuk pada limbah karena penambahan flokulan
dipisahkan secara gravitasi dengan mengendapkannya pada bak sedimentasi. Endapan yang
terbentuk dikirimkan ke Drying Bed untuk dikeringkan.
6.Filtrasi.
Tahap ini berfungsi untuk memisahkan cairan dari padatan – padatan seperti pasir dan
padatan – padatan yang belum mengendap pada bak sedimentasi.
7.Bak Biocontrol
Bak ini digunakan untuk mengontrol keberhasilan pengolahan limbah yang telah dilakukan.
Bak ini diisi dengan makhluk hidup sebagai indikator, biasanya diisi dengan ikan. Apabila ikan
tersebut bisa hidup dengan baik maka pengolahan limbah dikatakan berhasil.
B. Limbah padat
Berupa lumpur, pasir dan unspect dari rumput laut bahan baku produk dari unit pengolahan
dimanfaatkan sebagai penimbun yang sebelumnya diturunkan kadar airnya atau dibakar bersama
dalam tungku untuk pemanasan dalam destilasi. Sedang limbah padat dari toilet diolah di septic
tank dan dikirim ke perusahaan pengelola limbah lanjut
46
Limbah Cair
Oil Separasi
Ekualisasi
Netralisasi
Koagulasi &
Flokulasi
Endapan
Sedimentasi Drying bed
Filtrasi
Bak Biocontrol
Air Bersih
47
BAB V
PERHITUNGAN EVALUASI EKONOMI
A. CAPITAL INVESTMENT
Harga alat tiap tahun mengalami perubahan sesuai kondisi perekonomian yang ada. Untuk
memperkirakan harga alat diperlukan indeks yang dapat digunakan untuk mengkonversikan harga
pada masa lalu agar dapat diperoleh harga dimasa sekarang.
Harga indeks tahun 2014 dicari dengan persamaan least square, dengan menggunakan data
indeks dari tahun 2002 sampai 2009. Untuk tujuan tersebut digunakan data indeks sebagai berikut :
Tahun ( X ) Indeks ( Y )
2002 395,6
2003 402
2004 444,2
2005 468,2
2006 499,6
2007 525,4
2008 575,4
2009 521,9
Sumber : Chemical Engineering, Februari 2011
48
Dengan asumsi kenaikan indeks bersifat linear, maka dapat diturunkan persamaan least
square dari data diatas sebagai berikut :
Y = a +bX
Dengan harga a = ∑Y/N = 479,0375
b = ∑XY/∑X2 = 0,23889305
Dimana :
Ex = Harga alat pada tahun 2014
Ey = Harga alat pada tahun y
Nx = Indeks tahun 2014 = 960,168
Ny = Indeks tahun y
Jika pesawat dengan kapasitas tertentu ternyata tidak dijumpai,maka harga pesawat tersebut
dapat diestimasi dengan cara membandingkan dengan pesawat sejenis yang telah diketahui
kapasitas dan harganya melalui persamaan :
0, 6
Cb
Eb Ea
Ca
dimana :
Eb : Harga untuk kapasitas b
Ea : Harga untuk kapasitas a
Cb : Kapasitas b
Ca : Kapasitas a
Dasar Perhitungan
Kapasitas produksi = 350 ton/tahun
Satu tahun operasi = 330 hari
Tahun Pabrik didirikan = 2015
Harga SRC = Rp.125.000/kg
49
Harga Rumput laut basah = Rp.10.000 /kg
Harga KOH = Rp.15.000/kg
Total 3.564.647.770
Total Instalation Cost = Rp Material +Rp upah tenaga asing+upah tenaga Indonesia
= Rp 453.672.721 + Rp 65.988.759 + Rp 376.135.929
= Rp 895.797.410
Buruh = 15 % PEC
Digunakan 5 % tenaga kerja asing dan 95 % tenaga kerja Indonesia.
15%.PEC
Man hour = = 3.093
US$20
51
= Rp 866.102.468 + Rp 30.932.231 + Rp 176.313.716
= Rp 1.073.348.417
= 4% x Rp 4.124.297.470 = Rp 164.971.898
Buruh = 1% x PEC
US$PEC
Jumlah man hour =1%x = 206
US$20
Total Instrumentation Cost = Rp Material + Rp upah tenaga asing+ Rp upah tenaga Indonesia
= Rp 164.971.898 + Rp 2.062.148 + Rp 11.754.247
= Rp 178.788.295
52
1 manhour Indonesia = Rp 20.000.-
US $ PEC
Jumlah manhour =5% x = 1031
US $20
- Material = 10 % PEC
= 10 % x Rp 4.124.297.470 =Rp 412.429.747
- Buruh = 5 % PEC
Digunakan 100 % tenaga kerja Indonesia
Pemasangan alat menggunakan 100% tenaga Indonesia.
1 manhour asing = $ 20
1 manhour Indonesia = Rp 20.000.-
US $ PEC
Jumlah manhour =5% x = 1.031
US $20
= Rp 61.864.462
A.1.7. Bangunan
Harga bangunan per m2 = Rp 1.500.000
A.1.8. Tanah
Luas tanah = 2180 m2
53
Harga tanah per m2 = Rp 800.000.-
Biaya pembelian tanah = Rp 1.744.000.000
A.1.10. Environmental
Biaya untuk lingkungan diestimasi sebesar 10-30 % PEC (Peters Timmerhaus. 1991)
dalam hal ini diambil 10% PEC.
Total Environmental Cost = 10% x Rp 4.124.297.470 = Rp 412.429.747
Dari data – data di atas didapatkan Physical Plant Cost (PPC) :
No. Jenis PPC
1. Total PEC
4.124.297.470
2. Instalasi (Instalation Cost )
895.797.410
3. Pemipaan (Piping Cost)
1.073.348.417
4. Instrumentasi (Instrumentation Cost)
178.788.295
5. Insulasi (Insulation Cost)
185.593.386
6. Listrik (Electricity Cost)
474.294.209
7. Bangunan(Building)
1.860.000.000
8. Tanah
1.744.000.000
9. Utilitas (Utility Cost)
1.031.074.367
10. Biaya Pemeliharaan Lingk(Environmental Cost)
412.429.747
Total
10.235.623.302
Total PPC = 21.086.759.226
A.1.11. Engineering and Construction ……...….....…( Aries & Newton. hal .4)
54
Cost of Engineering and Construction adalah biaya untuk Design Engineering, Field
Superviser, Temporary Construction, dan Inspection. Besarnya 25% dari PPC.
(Aries & newton. 1955).
Engineering and construction (Rp) = 0.25 x Rp 10.235.623.302
= Rp 2.558.905.825
Total Rp 110.454.400
56
Product Inventory Rp4.027.115.841
Total Rp8.416.380.822
Plant Start Up
Besarnya = 5-10 % dari DPC
Diambil 5 % dari DPC = Rp 639.726.456
B. MANUFACTURING COST
B.1. Direct Manufacturing Cost ………….………( Aries & Newton. hal .119)
B.1.1. Biaya Langsung ( Direct Manufacturing Cost )
Direct Manufacturing Cost merupakan pengeluaran khusus dalam pembuatan suatu barang
produksi. Direct Manufacturing Cost terdiri dari :
B.1.1.1. Bahan Baku
Bahan Massa Harga/kg Biaya (Rp)
Baku (kg)kebutuhan
per tahun
Rumput 598.118 Rp.10.000 Rp5.981.184.000
Laut
KOH 3.378.240 Rp.10.000 Rp33.782.400.000
Total Rp39.763.584.000
57
B.1.2. Labor Cost
Labor disini adalah karyawan yang berada di bawah departemen produksi dan teknik.
Jabatan Jumlah Gaji/bulan Biaya/tahun
Kepala bagian 1 Rp 2.500.000 Rp. 30.000.000
Karyawan Proses 8 Rp 1.500.000 Rp. 144.000.000
Total Labor Cost Rp. 174.000.000
B.1.3. Supervisi
Jabatan Jumlah Gaji/bulan Biaya/tahun
General Manager 1 Rp.9.000.000 Rp. 108.000.000
Manager Keuangan dan 1 Rp.7.000.000 Rp.84.000.000
Umum
Total Supervisi Rp. 192.000.000
B.2. Indirect Manufacturing Cost ……………….…( Aries & Newton. hal .173)
Indirect Manufacturing Cost merupakan pengeluaran-pengeluaran yang tidak langsung akibat dari
pembuatan suatu produk.Indirect Manufacturing Cost terdiri dari
B.2.1. Payroll Overhead ………………………..…( Aries & Newton. hal .173)
Meliputi biaya untuk membayar pensiun, liburan yang ditanggung pabrik, asuransi, cacat
jasmani akibat kerja, THR dan keamanan. Besarnya 15% – 20% labor cost(Aries & Newton.1955),
ditetapkan 15 % dari labor cost.
Payroll Overhead = 0.15 x Rp 174.000.000 = Rp 40.500.000
B.2.3. Plant Overhead ………………………….…( Aries & Newton. hal .175)
Biaya yang diperlukan untuk servis yang tidak langsung berhubungan dengan unit produksi,
termasuk didalamnya adalah biaya kesehatan, fasilitas rekreasi, pembelian, pergudangan, dan
engineering. Besarnya 50 % – 100 % labor cost (Aries & Newton.1955), dalam perkiraan ini
diambil 50 % dari labor cost.
B.2.4. Packaging Product dan Transportasi…….…( Aries & Newton. hal .177)
Total Packaging Product dan Transportasi
Besarnya = 4 % dari harga jual produk
59
1 Payroll Overhead 40.500.000
3 Plant Overhead 135.000.000
4 Packaging & Shipping 2.100.000.000
Total IMC 2.275.500.000
B.3. Fixed Manufacturing Cost …………...…….…( Aries & Newton. hal .179)
Merupakan pengeluaran yang berkaitan dengan initial Fixed Capital Investment, dan
harganya tidak tergantung waktu maupun tingkat produksi. Fixed Manufacturing Cost terdiri dari:
B.3.1. Depresiasi ………………………………..… ( Aries & Newton. hal .179)
Merupakan penurunan harga peralatan dan gedung karena pemakaian.
Depresiasi = (P-F)/n
Dianggap umur pabrik 12 tahun dan nilai sisa 10% FCI.
FCI 0,1FCI
Depresiasi = 0.075 FCI
12
= 0.075 x Rp 14.713.708.496= Rp 1.103.528.137
B.3.2. Property Tax ……….....…………………..…( Aries & Newton. hal .181)
Merupakan pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Besarnya 1% – 2% FCI (Aries &
Newton.1955), ditetapkan 1 % dari FCI,
Property tax = 0.01 x FCI
= 0.01 x Rp 14.713.708.496 = Rp 147.137.085
B.3.3. Asuransi …………………………...……..…( Aries & Newton. hal .181)
Pihak perusahaan harus mengeluarkan uang untuk biaya asuransi pabriknya,
semakin berbahaya plant tersebut, maka biaya asuransinya semakin tinggi. Besarnya 1 % dari
FCI(Aries & Newton.1955).
60
TOTAL MANUFACTURING COST (MC)
Manufacturing Cost (MC) Biaya (Rp)
Direct Manufacturing Cost 40.624.971.941
Total Rp 44.298.274.248
C. GENERAL EXPENSE
C.1. Administrasi
C.1.1. Management Salaries
Jabatan Jumlah Gaji/Bulan (Rp) Gaji/Tahun (Rp)
General manager 1 9.000.000 108.000.000
Manager keuangan dan
umum 1 7.000.000 84.000.000
Sekretaris 1 1.000.000 12.000.000
Total 433.200.000
C.1.2. Peralatan Kantor dan Komunikasi…..…( Peter & Timmerhaus hal .211)
Dana yang disediakan untuk peralatan kantor tiap tahun
= Rp 20.000.000.00
Total Biaya Administrasi
Biaya Administrasi Biaya (Rp)
Management Salaries 433.200.000
Peralatan Kantor dan Komunikasi 20.000.000
Total 453.200.000
61
Besarnya sales expense bervariasi. tergantung dari jenis produk. distribusi. market. advertisement.
dan lain-lain. Secara umum besarnya diperkirakan 5% – 22% dari Manufacturing Cost. Dalam
perancangan ini dipilih nilai 5% dari Manufacturing Cost(Aries & Newton.1955).
Sales Expense = 0.05 x MC
= 0.05 x Rp. 44.298.274.248 = Rp 2.214.913.712
62
2.A. Keuntungan / Profit ……………………...…( Aries & Newton hal .192)
Biaya Produksi (Production Cost) Rp47.204.086.118
Penjualan Produk/tahun
(Rp 150.000/kg Karaginan) Rp 52.500.000.000
Keuntungan = Penjualan Produk – Biaya Produksi
Keuntungan sebelum pajak Rp Rp5.295.913.882
2.B. Percent Return on Investment (ROI) .....…( Aries & Newton hal .193)
Return on Investment adalah tingkat keuntungan yang dapat dihasilkan dari tingkat investasi
yang dikeluarkan.
Profit
Percent Return on Investment (ROI) = x 100 %
Fixed Capital Investment
Profit sebelum pajak
ROI sebelum pajak = x 100 %
Fixed Capital Investment
= 36 %
2.C. Pay Out Time (POT) …………………...…( Aries & Newton hal .195)
Pay Out Time adalah waktu pengembalian modal yang dihasilkan berdasarkan keuntungan
yang dicapai. Perhitungan ini diperlukan untuk mengetahui dalam berapa tahun investasi
yang telah dilakukan akan kembali.
63
Fixed Capital Investment
Pay Out Time (POT) =
Keuntungan Depresiasi
Fixed Capital Investment
POT sebelum pajak =
Keuntungan sebelum pajak (0,09 x FCI)
= 2,22 tahun
Fixed Capital Investment
POT sesudah pajak =
Keuntungan sesudah pajak (0,09x FCI)
= 2,78 tahun
2.D. Break Even Point (BEP) dan Shut Down Point (SDP)
2.D.1. Fixed Manufacturing Cost (Fa) …………...…( Aries & Newton hal .204)
Depresiasi Rp 3.161.251.777
Asuransi Rp 197.578.236
Total Rp 1.397.802.307
Utilitas Rp 940.848.743
Total Rp 42.020.556.646
2.D.3. Regulated Cost (Ra) ……………………….…( Aries & Newton hal .204)
Labor Cost Rp. 280.380.000
Total Rp 3.785.727.166
= 32,36%
= 14,50 %
FCI = Rp 14.713.708.496
WC = Rp 8.416.380.822
66
Tahun laba sebelum pajak pajak laba setelah pajak depresiasi NCF P/f 20% pv pd i 20% p/f 25% pv pd i 25 %
0 - 0 0 61.917.794.615 1 61917794615 1 61917794615
1 Rp 52.500.000.000 Rp 13.125.000.000 Rp 39.375.000.000 1103528137 Rp 40.478.528.137 0,8333 33730757497 0,8 32382822510
2 Rp 57.750.000.000 Rp 14.437.500.000 Rp 43.312.500.000 1103528137 Rp 44.416.028.137 0,6944 30842489938 0,64 28426258008
3 Rp 63.525.000.000 Rp 15.881.250.000 Rp 47.643.750.000 1103528137 Rp 48.747.278.137 0,5787 28210049858 0,512 24958606406
4 Rp 69.877.500.000 Rp 17.469.375.000 Rp 52.408.125.000 1103528137 Rp 53.511.653.137 0,4823 25808670308 0,4096 21918373125
5 Rp 76.865.250.000 Rp 19.216.312.500 Rp 57.648.937.500 1103528137 Rp 58.752.465.637 0,4019 23612615940 0,3277 19253182989
6 Rp 84.551.775.000 Rp 21.137.943.750 Rp 63.413.831.250 1103528137 Rp 64.517.359.387 0,3349 21606863659 0,2621 16909999895
7 Rp 93.006.952.500 Rp 23.251.738.125 Rp 69.755.214.375 1103528137 Rp 70.858.742.512 0,2791 19776675035 0,2097 14859078305
8 Rp 102.307.647.750 Rp 25.576.911.938 Rp 76.730.735.813 1103528137 Rp 77.834.263.950 0,2326 18104249795 0,1678 13060589491
9 Rp 112.538.412.525 Rp 28.134.603.131 Rp 84.403.809.394 1103528137 Rp 85.507.337.531 0,1938 16571322013 0,1342 11475084697
10 Rp 123.792.253.778 Rp 30.948.063.444 Rp 92.844.190.333 1103528137 Rp 93.947.718.470 0,1615 15172556533 0,1074 10089984964
11 Rp 136.171.479.155 Rp 34.042.869.789 Rp 102.128.609.366 1103528137 Rp 103.232.137.503 0,1346 13895045708 0,0859 8867640612
12 Rp 149.788.627.071 Rp 37.447.156.768 Rp 112.341.470.303 1103528137 Rp 113.444.998.440 0,1122 12728528825 0,0687 7793671393
total Rp198.142.030.493 Rp 148.077.497.779
IRR= 20 + [( ) x (25-5)]
= 39,79
67
LAMPIRAN A
= 132,58 kg/3jam
Rendemen dari rumput laut kering ke refined carrageenan adalah 63,84 %, sehingga
umpan yang diperlukan adalah : 100 x132,58 =207,68 kg/3jam
63,84
LA. 1 Cutter
Cutter berfungsi untuk memotong bahan baku rumput laut kering .
F1 F2
F1=F2
68
Neraca komponen keluar :
F3
T. Pelarutan KOH F5
F4
F5=F3+F4
: 8307,2 kg/3jam
( )
Jumlah KOH : F3
: 1172,781176 kg/3jam
: 7134,418824 kg/3jam
69
LA. 3 Ekstraktor
F5
F2 F7
F6
Produk semi rifined karaginan yang dihasilkan adalah 80 % dari rumput laut kering awal
F2+F5=F6+F7
Larutan KOH
F7 F9
T. Penetralan 70
F8 F10
Tangki penetralan berfungsi untuk menetralkan produk semi refined karaginan hasil
ekstraksi.
F7+F8=F9+F10
F10 F12
Rotary Dryer
F11 F13
Rotary dryer berfungsi untuk menghilangkan kadar air serta mengeringkan produk semi
refined karaginan.
F10+F11=F12+F13
71
Neraca komponen keluar
72
LAMPIRAN B
H2O 303,15 k
KOH 303,15 k
KOH 348,15 K
Serat 348,15 K
Qmasuk= ∑ ∫
∫ ∫ ∫
73
F BM N Cp dT Q
Komponen
(kg/3jam) (kg/kmol) (kmol/3jam) (kkal/kmol.K) (°K) (kkal/3jam)
Qkeluar= ∑ ∫
∫ ∫ ∫
∫ ∫
F BM N Cp dT Q
Komponen
(kg/3jam) (kg/kmol) (kmol/3jam) (kkal/kmol.K) (°K) (kkal/3jam)
Q = Q6+7 – Q2+5
74
Digunakan steam jenuh pada T=120 °C, tekanan 198,54 kPa= 1,96 atm,
Steam 433,15 K
Qmasuk= ∑ ∫
∫ ∫
F BM N Cp dT Q
Komponen
(kg/3jam) (kg/kmol) (kmol/3jam) (kkal/kmol.K) (°K) (kkal/3jam)
Qkeluar= ∑ ∫
Qkeluar= ∑ ∫
75
∫ ∫
F BM N Cp dT Q
Komponen
(kg/3jam) (kg/kmol) (kmol/3jam) (kkal/kmol.K) (°K) (kkal/3jam)
Q = Q12+14 – Q10
Digunakan steam jenuh pada T=150 °C, tekanan 476 kPa= 4,7 atm,
76