Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI GIZI DALAM PENGOLAHAN PANGAN


“DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO ’’

M. AKBAR BOLQIAH EFFENDY


1811129001
C/THP

DOSEN PENGAMPU :

Wellyalina, S.TP., M.P

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pati adalah bahan baku yang sangat penting untuk industri makanan. Sebagai pengembangan
produk makanan yang baru , pati memiliki sifat khusus yang fungsional. Fungsi dari pati tersebut
sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat granular serta molekul pati, kondisi pengolahan, dan
modifikasi struktur. Struktur fungsional dari pati hampir sama tetapi mempunyai karakteristik
yang berbeda. Pengembangan produk berbahan dasar pati membutuhkan wawasan yang luas agar
dapat menghasilkan variasi pati yang diinginkan (Wurzburg, 1995). Pemanfaatan pati di industri
sangat luas , baik dibidang pangan maupun non pangan karena kemudahan mendapatkan bahan
baku dan harganya yang relatif murah. Namun,beberapa sifat pati alami menjadi kendala apabila
digunakan sebagai bahan baku industri, diantaranya sifat pati yang mudah rusak akibat panas dan
asam (Sauyana, 2014).

Buah pisang goroho adalah tanaman pisang khas di Sulawesi Utara. Tanaman ini cukup
terkenal bagi masyarakat Sulawesi Utara karena memiliki nilai manfaat yang tinggi. Pisang
goroho dapat dipanen dengan 2 cara yaitu pada saat bunga mekar dan dapat dilihat pada bentuk
buah pisang goroho. Waktu panen pisang goroho pada umur 80-100 hari. Panen yang tidak
terlalu tua atau tingkat kematangan 75- 80% memiliki nilai kadar pati yang maksimum dan juga
memiliki penyimpanan yang cukup lama. Beberapa penelitian telah dilakukan dalam
pemanfaatan pisang goroho, seperti dalam penelitian Sayangbati (2012) yang membuat biskuit
berbahan baku tepung pisang goroho dan Djarkasi dkk., (2010) yang mengkaji penggunaan
tepung pisang.

1.2 TUJUAN
Menunjukkan bahwa tepung pisang goroho dapat digunakan dalam pembuatan kue kering.
Analisis kandungan kadar pati, kadar amilosa, kadar pati resisten dan daya cerna in vitro
dilakukan terhadap tepung pisang goroho termodifikasi rebus-dingin (Sampel A), termodifikasi
kukus-dingin (Sampel B), termodifikasi panggang-dingin (Sampel C).
BAB II
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

2.1 METODE
Metode yang digunakan dalam jurnal untuk mengetahui karakteristik kimia dan daya
cerna pati jagung yang dihasilkan dapat menggunakan bahan baku terdiri dari Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pisang goroho dengan tingkat kematangan 80% atau
pisang yang berumur 90 sampai 93 hari sebelum panen. Pisang goroho yang akan digunakan
diperoleh dari perkebunan yang ada di kecamatan Sonder. Bahan – bahan kimia yang digunakan
adalah KOH, akuades, HCl, NaOH, H2SO4 pekat, amilosa murni, etanol, larutan asetat, alat- alat
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ayakan 80 mesh, alat penggiling (grinder),
penangas air, inkubator, timer, alkohol, spuit (3 ml), refrigerator, sentrifuse, kuvet, strip, dan
alat-alat gelas kimia di gunakan sebagai alat untuk analisis.

2.2 ANALISIS
Analisis yang diamati dalam jurnal yaitu : analisis kadar air, Analisis kandungan kadar
pati, kadar amilosa, kadar pati resisten dan daya cerna in vitro dilakukan terhadap tepung pisang
goroho termodifikasi rebus-dingin (Sampel A), termodifikasi kukus-dingin (Sampel B),
termodifikasi panggang-dingin (Sampel C).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Pati Tepung Pisang Goroho

Pada penilaian atau pengukuran kadar pati tepung di peroleh nilai tertinggi yang
menggunakan perlakuan termodifikasi rebus-dingin dengan nilai 79.29%. Dan nilai terendah
di dapatkan pada perlakuan termodifikasi panggang –dingin dengan nilai 72.86 %. Hal ini di
sebabkan oleh proses pemanasan pati yang akan terpecah dan tergelatinisasi, selanjutnya juga
amilosa akan teretrogradasi pada saat pendinginan. Faktor perlakuan pemanasan pada tepung
pisang sangat berpengaruh terhadap kadar pati.

Kadar Amilosa
Berdasarkan hasil analisis terhadap kadar amilosa dari hasil proses tepung pisang goroho
termodifikasi sangat berpengaruh nyata dengan perlakuan rebus-dingin, kukus-dingin dan
panggang- dingin. Hal ini disebabkan karena kadar amilosa dari tepung pisang yang
dihasilkan dengan proses perlakuan rebus-dingin belum terjadi degradasi amilosa. Hal ini juga
ditunjukan pada proses perlakuan termodifikasi dari tepung pisang dengan perlakuan kukus-
dingin dan panggang- dingin, meskipun adanya penurunan sedikit tetapi masih bias
membuktikan bahwa tepung pisang yang dihasilkan masih memiliki potensi yang sangat baik
dalam menghasilkan pati resisten.

Kadar Pati Resisten


Perlakuan rebus-dingin pada suhu 100º C dan didingin pada suhu ruang 15º C selama 24 jam
dapat meningkatkan kandungan pati resisten tepung pisang “goroho”. Diperoleh dengan
perlakuan rebus-dingin yaitu 28.87 %. Sedangkan pada perlakuan panggang-dingin yaitu
27.21 %. Nilai rata-rata kadar pati resisten termodifikasi. Asam-asam organil yang telah
dihasilkan oleh bakteri asam laktat (BAL) akan meghidrolisis pati. Sehingga jumlah amilosa
yang lebih banyak dengan derajat polimerisasi lebih rendah akan lebih mudah membentuk
kristalin yang bersifat resisten selama proses retrogradasi setelah pemanasan. Oleh karena itu
jumlah pati resisten yang akan terbentuk akan lebih semakin tinggi.
Daya Cerna Pati in Vitro

Perlakuan rebus-dingin memiliki nilai daya cerna pati yang paling rendah dengan
nilai rata-rata 46.17% dan nilai daya cerna pati paling tinggi terdapat pada perlakuan
panggang- dingin dengan nilai rata-rata 66.12%. Hal ini menunjukan bahwa setiap perlakuan
yang dilakukan pada tepung pisang goroho termodifikasi memiliki nilai daya cerna pati yang
berbeda juga. Pengukuran daya cerna pati in vitro dilakukan untuk melihat tingkat
kemudahan suatu jenis pati untuk dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pemecah pati untuk
menjadi unit-unit yang lebih kecil. pati resisten sering diidentifikasi sebagai fraksi pati
makanan yang sulit dicerna di dalam usus halus sehingga memiliki fungsi untuk kesehatan.
Pati resisten memiliki sifat seperti halnya serat makanan, sebagian serat bersifat tidak larut
dan sebagian lagi merupakan serat yang larut (Asp, 1992).

Hasil- hasil yang telah didapat sesuai dengan perlakuan masing-masing. Dimana hasil
perlakuan tepung pisang “goroho” termodifikasi rebus-dingin yaitu 46.17 %, kukus-dingin
55.66 %, dan panggang dingin yaitu 66.12 %. Hasil analisis daya cerna pati yang didapatkan
menunjukan bahwa perlakuan-perlakuan yang dibuat terdapat pengaruh yang nyata terhadap
daya cerna pati in vitro tepung pisang goroho termodifikasi yang dihasilkan.
BAB IV
KESIMPULAN

Proses modifikasi tepung pisang goroho dengan perlakuan rebus-dingin, kukus-dingin


dan panggang-dingin dapat meningkatkan kadar pati, kadar amilosa, kadar pati resisten dan
daya cerna in vitro.Dengan data Analisis sifat kimia tepung pisang goroho termodifikasi
dengan proses rebus- dingin menghasilkan nilai kadar pati yang sangat tinggi yaitu 79.29 %,
dibandingkan dengan tepung pisang goroho termodifikasi dengan proses kukus-dingin dan
panggang-dingin yaitu dengan nilai yang lebih rendah 76.83 % - 72.86 %, kadar amilosa
25.54 % - 21.40 %, kadar pati resisten 28.87 – 27.21 %, dan daya cerna pati in vitro hasil
perlakuan tepung pisang “goroho” termodifikasi rebus- dingin yaitu 46.17 %, kukus-dingin
55.66%, dan panggang dingin yaitu 66.12 %.
DAFTAR PUSTAKA

Asp, N-G, dan I. Bjorck. 1992. Resistant Starch A Review. Trends in Food Science and
Technology. Vol 3 : 111-114.

Djarkasi S., M. F. Sumual, L. Lalujan, K. Kapahang. 2010. Kajian Penggunaan Tepung


Pisang Goroho (Musa paradisiacal forma typical) Sebagai Bahan Suptitusi Dalam
Pembuatan Roti Tawar. Jurnal Teknologi Pertanian. 5 (2)
:1-7
Nurhayati, B. S. Laksmini, Widowati, Kusumaningrum. 2014.
Komposisi Kimia dan Kristalintas Tepung Pisang Termodifikasi Secara Fermentasi
Spontan dan Siklus Pemanasan Bertekanan Pendinginan. Jurnal AGRITECH,
Vol.43, No 2.

Rosida. 2008. Evaluasi Nilai Gizi Pati Resisten Pisang (Kajian Varietas Pisang dan Proses
Pengolahan). Laporan Hasil Penelitian Tahun Pertama Hibah Bersaing TA. 2008.

Sayangbati F., E. Nuraly, L. Mandey, M. Lelemboto. 2012. Karakterisrik Fisikokimia Biskuit


Berbahan Baku Tepung Pisang Goroho (Musa acuminate,sp). Skripsi Fakultas
Pertanian. Unsrat. Manado.
LAM A

LAMPIRAN TUGAS

Sample
Pati

Ambil sebanyak 0,25 g sampel pati


murni

Masukkan kedalam enlemeyer 250 mL dan ditambahkan


dengan 25 mL air distalat

Pipet sebanyak 2 mL kedalam tabung reaksi, tambahkan 3 mL air destilat dan


5 mL buffer fosfat pH 7
(dilakukan sebanayak 2 kali), tutup tabung lalu inkubasi selama 15 menit
dengan suhu 37oC
Angkat larutan tambahkan 5 mL larutan enzim α-amilase (1 mg/mL dalam buffer
fosfat pH 7) untuk sampel dan 5 mL buffer fosfat pH 7 untuk blanko
sampel lalu Inkubasi selama 30 menit

Sebanyak 1 mL campuran hasil inkubasi (atau larutan standar maltosa)


dipindahkan kedalam tabung reaksi tertutup berisi 2 mL larutan DNS (asam
dinitrosalisilat)
Tambahkan air destilat dan homogenkan
dengan vortek

Absorbansikan larutan kemudiam ukur panjang gelombang 520nm

Buat kurva standar : 0.0, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, dan 1.0 mL

Lakukan perhitungan dengan rumus :


Hasi
Daya cerna pati (%) = (A-a) / (B-b) x 100% l
EVALUASI NILAI GIZI TEPUNG PISANG GOROHO
(Musa acuminate, sp) TERMODIFIKASI

Nutrional Value Evaluation of Modified Goroho Plantain (Musa acuminate,


sp. ) Flour

Lisa Sangkilen1), Gregoria S.S. Djarkasi1), Lucia C. Mandey1)


1)
Program Studi Magister Ilmu Pangan

Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi


Jl. Kampus UNSRAT, Manado95115
e-mail: sangkilenlisa@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research is to identify the chemical properties of
goroho plantain flour produced through the process of modification of cold-
boiled, cold-steamed and cold-roasted. The method used in this study is the
experimental method. The parameters measured were starch content,
amylose content, resistant starch content and in vitro digestibility of starch
on modified goroho plantain flour. The results obtained in this study were
an increase in starch content in cold-boiled treatment 79.29%, cold-steamed
76.83%, cold-roasted 72.86%, amylose content in cold-boiled treatment
25.54%, cold-boiled 24.37%, cold-roasted 21.40 %, resistant starch content
of cold-boiled treatment 28.87%, cold-steamed 28.18%, cold-roasted
27.21%, and in vitro digestibility cold-boiled treatment 46.17%, cold-boiled
55.66%, cold-roasted 66.12%. The modification of goroho plantain flour
with boiled, steamed and roasted treatments can increase the levels of
resistant starch in goroho plantain flour.

Keywords: goroho banana flour, resistant starch, goroho banana

PENDAHULUAN pada umur 80-100 hari. Panen yang tidak


terlalu tua atau tingkat kematangan 75-
Buah pisang goroho adalah 80% memiliki nilai kadar pati yang
tanaman pisang khas di Sulawesi Utara. maksimum dan juga memiliki
Tanaman ini cukup terkenal bagi penyimpanan yang cukup lama. Beberapa
masyarakat Sulawesi Utara karena penelitian telah dilakukan dalam
memiliki nilai manfaat yang tinggi. pemanfaatan pisang goroho, seperti dalam
Pisang goroho dapat dipanen dengan 2 penelitian Sayangbati (2012) yang
cara yaitu pada saat bunga mekar dan membuat biskuit berbahan baku tepung
dapat dilihat pada bentuk buah pisang pisang goroho dan Djarkasi dkk., (2010)
goroho. Waktu panen pisang goroho yang mengkaji penggunaan tepung pisang
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 10 Nomor 2, Desember 2019

goroho sebagai subtitusi dalam 15 menit, ketiga dipanggang pada suhu


pembuatan roti tawar. Ini menunjukkan 100ᵒC selama 15 menit. Setelah itu
bahwa tepung pisang goroho dapat dilakukan pendinginan pada suhu 15ᵒC
digunakan dalam pembuatan kue kering. selama 24 jam, lalu dilakukan
Rosida dan Rosida (2011) pengeringan pada suhu 60ᵒC selama 6
menyatakan bahwa salah satu sumber pati jam. Selanjutnya penggilingan pisang
resisten adalah pisang karena kandungan goroho dan pengayakan 80 mesh dan
pati pisang cukup tinggi (28-29%) selesai pengayakan dihasilkan tepung
sehingga merupakan sumber yang pisang goroho termodifikasi dengan 3
potensial. Hasil penelitian sebelumnya perlakuan. Prosedur modifikasi ini
yang dilakukan Rosida (2011) mengacu pada laporan hasil penelitian
menunjukan bahwa perlakuan pemasakan Rosida (2010). Tepung pisang goroho
yang dikombinasi pendinginan dapat termodifikasi dianalisis menggunakan alat
meningkatkan kadar pati resisten pisang, spektrofotometer pada 750 nm. Analisis
terutama perlakuan perebusan- kandungan kadar pati, kadar amilosa,
pendinginan, pengukusan-pendinginan, kadar pati resisten dan daya cerna in vitro
dan pemanggangan-pendinginan pada dilakukan terhadap tepung pisang goroho
pisang tanduk dan pisang raja nangka. termodifikasi rebus-dingin (Sampel A),
Tulisan ini memaparkan hasil penelitian termodifikasi kukus-dingin (Sampel B),
analisis tepung pisang goroho termodifikasi panggang-dingin (Sampel
termodifikasi dengan perlakuan rebus, C).
kukus dan panggang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODOLOGI PENELITIAN Kadar Pati Tepung Pisang Goroho
Hasil analisis kadar pati tepung
Bahan-bahan yang digunakan pisang “goroho” tertinggi yang dihasilkan
dalam penelitian ini terdiri dari pisang berdasarkan perlakuan termodifikasi
goroho dengan tingkat kematangan 80% diperoleh pada perlakuan rebus-dingin
atau pisang yang berumur 90 sampai 93 yaitu sebesar 79.29 %, sedangkan kadar
hari sebelum panen. Pisang goroho yang pati nilai terendah diperoleh pada
akan digunakan diperoleh dari perkebunan perlakuan termodifikasi panggang-dingin
yang ada di kecamatan Sonder. Bahan – yaitu sebesar 72.86 %. Pati adalah
bahan kimia yang digunakan adalah KOH, karbohidrat yang merupakan polimer
akuades, HCl, NaOH, H2SO4 pekat, glukosa, dan terdiri atas amilosa dan
amilosa murni, etanol, larutan asetat, alat- amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998).
alat yang digunakan dalam penelitian ini Pati berperan sebagai sumber makanan
terdiri dari ayakan 80 mesh, alat penghasil energi utama dari golongan
penggiling (grinder), penangas air, karbohidrat. Kadar pati merupakan salah
inkubator, timer, alkohol, spuit (3 ml), satu kriteria mutu untuk tepung, baik
refrigerator, sentrifuse, kuvet, strip, dan sebagai bahan pangan maupun bahan non-
alat-alat gelas kimia di gunakan sebagai pangan. Menurut Nurhayati dkk. 2014
alat untuk analisis. Pisang goroho dicuci bahwa dalam proses pemanasan pati akan
dan dikeringkan, setelah itu pisang goroho terpecah dan tergelatinisasi, selanjutnya
dikupas dan dipotong ±2 mm, setelah itu juga amilosa akan teretrogradasi pada saat
masuk dalam proses modifikasi dengan pendinginan. Faktor perlakuan pemanasan
perlakuan yang pertama yaitu pisang pada tepung pisang sangat berpengaruh
direbus pada suhu 100ᵒC selama 15 menit, terhadap kadar pati. Pada Tabel 3
kedua dikukus pada suhu 100ᵒC selama menunjukan bahwa perlakuan pada

140
Evaluasi Nilai Gizi Tepung Pisang Goroho ……………… L. Sangkile., dkk..

tepung pisang dengan cara rebus-dingin sedikit tetapi masih bias membuktikan
memiliki kadar pati yang sangat tinggi bahwa tepung pisang yang dihasilkan
dibandingkan dengan kukus-dingin dan masih memiliki potensi yang sangat baik
panggang-dingin. Hal ini disebabkan dalam menghasilkan pati resisten. Kadar
karena pemanasan mereduksi kandungan amilosa hasil perlakuan termodifikasi
pati yang akibatnya gelatinisasi pada pati sedikit mengalami penurunan, meskipun
yang kemudian meyebabkan substansi relative masih tetap sama. Penurunan
kerusakan pada pati yang menunjukan kadar amilosa terjadi karena adanya
penurunan kadar pati pada tepung pisang. penurunan suhu gelatinisasi dari granula
Nilai rata-rata kadar pati tepung pisang pati (Abdilah, 2010).
“goroho” termodifikasi dapat dilihat pada
Tabel 1. Kadar Pati Resisten
Hasil analisis yang dilakukan
Tabel 1. Nilai rata-rata kadar pati tepung perlakuan rebus-dingin, kukus-dingin dan
pisang “goroho” termodifikasi panggang dingin sangat berpengaruh
Perlakuan Rata-rata (%) terhadap kadar pati resisten. Perlakuan
A (Rebus) 79.29 ± 1.02 rebus-dingin pada suhu 100º C dan
B (Kukus) 76.83 ± 0.88 didingin pada suhu ruang 15º C selama 24
C (Panggang) 72.86 ± 0.65 jam dapat meningkatkan kandungan pati
resisten tepung pisang “goroho”.
Kadar Amilosa Kandungan pati resisten tertinggi
Berdasarkan hasil analisis terhadap diperoleh dengan perlakuan rebus-dingin
kadar amilosa dari hasil proses tepung yaitu 28.87 %. Sedangkan kadar pati
pisang goroho termodifikasi sangat resisten terendah diperoleh pada
berpengaruh nyata dengan perlakuan perlakuan panggang-dingin yaitu 27.21 %.
rebus-dingin, kukus-dingin dan panggang- Nilai rata-rata kadar pati resisten tepung
dingin. Nilai rata-rata kadar amilosa pisang “goroho” termodifikasi dapat
tepung pisang goroho termodifikasi dapat dilihat pada tabel 3
dilihat pada Tabel 2. Perlakuan rebus-dingin dapat
meningkatkan kadar pati resisten pada
Tabel 2. Nilai rata-rata kadar amilosa tepung pisang “goroho” termodifikasi.
tepung pisang goroho termodifikasi Hal ini dikarenakan selama proses
Perlakuan Rata-rata (%) pendinginan, enzim α-amilase yang telah
A (Rebus) 25.54 ± 0.77 dihasilkan mikroba amilolitik akan
B (Kukus) 24.37 ± 0.40 memecahkan ikatan α-1,4 glikosidik pada
C (Panggang) 21.40 ± 0.03 pati sehingga rantai amilosa dan
amilopektin menjadi rantai yang lebih
Dari Tabel 2 menunjukan bahwa pendek. Dan juga selain itu asam-asam
perlakuan rebus-dingin berpengaruh organil yang telah dihasilkan oleh bakteri
terhadap kadar amilosa. Hal ini asam laktat (BAL) akan meghidrolisis
disebabkan karena kadar amilosa dari pati. Sehingga jumlah amilosa yang lebih
tepung pisang yang dihasilkan dengan banyak dengan derajat polimerisasi lebih
proses perlakuan rebus-dingin belum rendah akan lebih mudah membentuk
terjadi degradasi amilosa. Hal ini juga kristalin yang bersifat resisten selama
ditunjukan pada proses perlakuan proses retrogradasi setelah pemanasan.
termodifikasi dari tepung pisang dengan Oleh karena itu jumlah pati resisten yang
perlakuan kukus-dingin dan panggang- akan terbentuk akan lebih semakin tinggi.
dingin, meskipun adanya penurunan

141
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 10 Nomor 2, Desember 2019

Tabel 3. Nilai rata-rata kadar pati esisten dingin memiliki nilai daya cerna pati yang
tepung pisang “goroho” termodifikasi paling rendah dengan nilai rata-rata
Perlakuan Rata-rata (%) 46.17% dan nilai daya cerna pati paling
A (Rebus) 28.87 ± 0.08 tinggi terdapat pada perlakuan panggang-
B (Kukus) 28.18 ± 0.03 dingin dengan nilai rata-rata 66.12%. Hal
C (Panggang) 27.21 ± 0.11 ini menunjukan bahwa setiap perlakuan
yang dilakukan pada tepung pisang
Selama proses retrogradasi dengan goroho termodifikasi memiliki nilai daya
jumlah amilosa yang lebih banyak maka cerna pati yang berbeda juga. Pengukuran
pati akan lebih mudah membentuk daya cerna pati in vitro dilakukan
kristalin yang resisten (Onyango dkk. untuk melihat tingkat kemudahan suatu
2006). Thompson (2000) amilosa akan jenis pati untuk dapat dihidrolisis oleh
lebih mudah membentuk ikatan hydrogen enzim-enzim pemecah pati untuk
selama retrogradasi sehingga strukturnya menjadi unit-unit yang lebih kecil. Daya
akan menjadi lebih stabil sedangkan cerna pati yang rendah menunjukkan
amilopektin lebih sulit membentuk ikatan bahwa pati sulit untuk dicerna yang
hidrogen selama retrogradasi dan struktur kemungkinan pada pati tersebut terdapat
yang dibentuknya lebih tidak stabil. komponen yang sulit atau tidak dapat
Kadar pati resisten pada tepung dicerna. Pada proses modifikasi tepung
pisang sangat berhubungan dengan kadar pisang dapat mempengaruhi daya cerna
amilosa yang berasal dari bagian pendek pati in vitro pada tepung pisang yang akan
amilopektin ( Rohma, 2010). Dalam dihasilkan.
pembentukan pati resisten oleh Pati tahan cerna ditemukan
pemanasan dan pendinginan dipengaruhi pertama kali oleh Englyst dkk., (1982) dan
oleh kristalisasi amilosa, sehingga kadar didefinisikan sebagai fraksi pati yang
amilosa yang ada akan terjadi perubahan, tahan terhadap hidrolisis enzim
oleh karena itu pati resisten yang telah pencernaan amilase dan perlakuan
terbentuk akan mengalami perubahan. pulunase secara in vitro. Karena pati
Terjadinya peningkatan kadar pati resisten banyak dijumpai dalam saluran
seperti dengan hasil penelitian Nurhayati pencernaan serta sedikit difermentasi oleh
(2014) melaporkan bahwa modifikasi mikroflora usus, pati resisten sering
proses perlakuan fermentasi (0, 12, 24, 36, diidentifikasi sebagai fraksi pati makanan
48, 60, 78 jam) dan pemanasan yang yang sulit dicerna di dalam usus halus
bertekanan pendinginan menggunakan sehingga memiliki fungsi untuk
autoklaf pada suhu (121ºC selama 15 kesehatan. Pati resisten memiliki sifat
menit) dengan perlakuan yang optimal seperti halnya serat makanan, sebagian
fermentasi spontan selama 24 jam dimana serat bersifat tidak larut dan sebagian lagi
mampu meningkatkan kadar pati resisten merupakan serat yang larut (Asp, 1992).
dan amilosa tepung pisang var agung Nilai rata-rata daya cerna pati in vitro
sumeru hingga empat kali lipat ( 10,32 % tepung pisang goroho termodifikasi dapat
menjadi 42,68 % berat kering pati). dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai rata-rata daya cerna pati in
Daya Cerna Pati in Vitro vitro tepung pisang “goroho”
Hasil analisis sidik ragam termodifikasi
perlakuan rebus dingin, kukus-dingin dan Perlakuan Rata-rata (%)
panggang dingin memiliki pengaruh A (Rebus) 46.17 ± 0.56
terhadap daya cerna pati tepung pisang B (Kukus) 55.66 ± 1.36
goroho termodifikasi. Perlakuan rebus- C (Panggang) 66.12 ± 0.65
142
Evaluasi Nilai Gizi Tepung Pisang Goroho ……………… L. Sangkile., dkk..

DAFTAR PUSTAKA
Dari tabel 4 telah dijelaskan hasil-
hasil yang telah didapat sesuai dengan Asp, N-G, dan I. Bjorck. 1992. Resistant
perlakuan masing-masing. Dimana hasil Starch A Review. Trends in Food
perlakuan tepung pisang “goroho” Science and Technology. Vol 3 :
termodifikasi rebus-dingin yaitu 46.17 %, 111-114.
kukus-dingin 55.66 %, dan panggang Abdillah, F. 2010. Modifikasi Tepung
dingin yaitu 66.12 %. Hasil analisis daya Pisang Tanduk (Musa paradisiaca
cerna pati yang didapatkan menunjukan Formatypica) Melalui Proses
bahwa perlakuan-perlakuan yang dibuat fermentasi Spontan dan Pemanasan
terdapat pengaruh yang nyata terhadap otoklaf Untuk Meningkatkan
daya cerna pati in vitro tepung pisang Kadar Pati Resisten (Tesis). Bogor.
goroho termodifikasi yang dihasilkan. Program Pascasarjana Institut
Sebagai pembanding yang terkait Pertanian Bogor.
penerapan tepung pra-masak pisang Djarkasi S., M. F. Sumual, L. Lalujan, K.
tanduk dan pisang raja nangka yang Kapahang. 2010. Kajian
dilaporkan oleh Rosida (2010) bahwa Penggunaan Tepung Pisang
dengan adanya modifikasi terhadap Goroho (Musa paradisiacal forma
tepung pra-masak pisang tanduk dan typical) Sebagai Bahan Suptitusi
pisang raja nangka dengan perlakuan Dalam Pembuatan Roti Tawar.
rebus, kukus dan panggang dapat Jurnal Teknologi Pertanian. 5 (2)
meningkatkan kadar pati resisten yang :1-7
dapat memberikan efek penurunan gula Englyst, H. N., S. M. Kingman, J. H.
darah pada tikus. Penelitian ini patut Cummings. 1982. Classification
dilanjutkan dengan uji in vivo, seperti uji and Measurement of Nutritionally
antihiperglikemik. Important Starch Fractions. In
Impact of Analytical Method on
KESIMPULAN Resistant Starch Determination.
Analisis sifat kimia tepung pisang http://www. opta-
goroho termodifikasi dengan proses rebus- Food.com/access/rsm. html. pp1-6
dingin menghasilkan nilai kadar pati yang Jacobs, H. dan J.A. Delcour. 1998.
sangat tinggi yaitu 79.29 %, dibandingkan Hydrothermal modifications of
dengan tepung pisang goroho granular starch with retention of
termodifikasi dengan proses kukus-dingin the granular structure: Review. J.
dan panggang-dingin yaitu dengan nilai Agric. Food Chem. 46(8):
yang lebih rendah 76.83 % - 72.86 %, 28952905.
kadar amilosa 25.54 % - 21.40 %, kadar Nurhayati, B. S. Laksmini, Widowati,
pati resisten 28.87 – 27.21 %, dan daya Kusumaningrum. 2014.
cerna pati in vitro hasil perlakuan tepung Komposisi Kimia dan Kristalintas
pisang “goroho” termodifikasi rebus- Tepung Pisang Termodifikasi
dingin yaitu 46.17 %, kukus-dingin 55.66 Secara Fermentasi Spontan dan
%, dan panggang dingin yaitu 66.12 %. Siklus Pemanasan Bertekanan
Jadi proses modifikasi tepung pisang Pendinginan. Jurnal AGRITECH,
goroho dengan perlakuan rebus-dingin, Vol.43, No 2.
kukus-dingin dan panggang-dingin dapat Onyango C., T. Bley, A. Jacob, T. Henle,
meningkatkan kadar pati, kadar amilosa, H. Rohm. 2006. Influence of
kadar pati resisten dan daya cerna in vitro. Incubation Temperature and Time
on Resistant Starch Type III
Formation from Autoclaved and
143
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 10 Nomor 2, Desember 2019

Acid-hydrolysed Cassava Starch.


Carbohydrate Polymers 66: 494-
499.
Rohma M. 2014. Perubahan Komposisi
Pati Pada Tepung Pisang Kapas
(Musa comiculata) Termodifikasi
Secara Fermentasi Spontan dan
Lama Pemanasan Bertekanan-
Pendinginan. Prosiding Seminar
Nasional Kimia. HKI-Kaltim.
ISBN:978-602-19421-0-9.
Rosida. 2008. Evaluasi Nilai Gizi Pati
Resisten Pisang (Kajian Varietas
Pisang dan Proses Pengolahan).
Laporan Hasil Penelitian Tahun
Pertama Hibah Bersaing TA. 2008.
Sayangbati F., E. Nuraly, L. Mandey, M.
Lelemboto. 2012. Karakterisrik
Fisikokimia Biskuit Berbahan
Baku Tepung Pisang Goroho
(Musa acuminate,sp). Skripsi
Fakultas Pertanian. Unsrat.
Manado.
Thompson D. B. 2000. On the Non-
Random Nature of Amylopectin
Branching. Carbohydrate
Polymers 43: 223-239.

144

Anda mungkin juga menyukai